Analisa Peran Wahid Institut dalam Mengkampanyekan Pluralisme.

Penghargaan seperti ini yang dijadikan inspirasi untuk direalisasikan dengan mencari titik-titik persamaan sepanjang sama-sama umat beriman yang mengesakan tuhan. Lebih dari itu niatan ini adalah untuk membumikan kerukunan umat beragama,tambah kyai Maftuh 39 . Adapun media yang di gunakan oleh lembaga dalam program ini diantaranya berupa penerbitan buku-buku karangan Abdurrahman Wahid dan penulis lain, penerbitan buletin setiap bulan, pengiriman opini Gus Dur pada berbagai media nasional maupun Internasional, suplemen-suplemen di majalah seperti GATRA dan sebagainya, pengadaan seminar-seminar terhadap isu-isu dalam masyarakat maupun diskusi ilmiah yang diadakan di seluruh wilayah Indonesia dan penggunaan media pers maupun internet untuk sosialisasi program pemikiran-pemikiran Islam yang sesuai dengan program. Berkaitan dengan diadakannya kegiatan ini Wahid Institut berharap agar masyarakat lebih mengetahui perkembangan wacana yang ada sehingga dampak negatifnya dapat di minimalisir, begitu juga apabila terdapat dampak yang positif dapat lebih di ketahui dan dipahami lebih lanjut.

2. Analisa Peran Wahid Institut dalam Mengkampanyekan Pluralisme.

Ide pluralisme yang diklaim berasal dari dunia barat sering masih dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami, santernya anggapan ini berasal dari orang-orang atau terutama lembaga agama berhaluan fundamentalis konservatif dengan penekananan di terapkannya syariat Islam sebagaimana doktrin keagamaan mereka. padahal boleh jadi hal tersebut malah akan menutup ruang gerak bagi pemikiran keagamaan yang lain Kurangnya toleransi masyarakat maupun pemahaman atas penerimaan kemajukan penafsiran keagamaan seringakali menimbulkan kesenjangan antar 39 Ibid, Warta, No. 4, h. 2 kelompok lapisan masyarakat dan berdampak pada terganggunya harmonisasi yang telah ada, terlebih gejala kekerasan bahkan sering mengemuka dalam kancah publik atas nama agama di Indonesia pada dewasa-dewasa ini yang seharusnya dapat dihindari. Berbagai penangganan atas persoalan kekerasan dan vonis-vonis tertentu justru akan menyudutkan Islam sendiri 40 . dan hal demikian oleh Wahid Institut dianggap kurang mencerminkan nilai budaya keagamaan negara Indonesia. Kepentingan Wahid Institut adalah untuk mempersiapkan masyarakat dalam memasuki era penuh keragaman, dan pluralitas. Pluralitas merupakan sebuah idiom atau istilah yang yang bisa dipahami berbeda-beda. Sebagaimana MUI yang mengharamkan pluralisme sebagai bahwa semua agama adalah benar. Hal demikian adalah kekeliruan dari pemahaman MUI akan pluralisme secara salah secara definitif. Pluralisme bukanlah menyamakan semua agama atau menganggap semua agama sama atau benar, namun pluralisme adalah menghormati orang lain karena perbedaan keyakinan dan agama, atau sepakat untuk berbeda. Karena bila kita tidak melakukan hal demikian berarti Islam di Amerika maupun Eropa dan negara-negara non-Islam itu akan dibiarkan untuk tidak dihormati. Muslim harus bisa menghormati orang lain agar muslim di manapun dapat di hormati, sebagaimana menghormati tetangga yang non-Islam, berkulit hitam atau putih supaya kita juga di hormati, yang dalam prinsip HAM namanya prinsip resiprositas, sedang dalam al Quran jelas Li taarufu. Inna akromakum inda Allah atqa kum. Jadi persisnya semua agama adalah baik dan benar menurut pemeluknya dan siapapun harus menghormati keyakinan masing-masing. bukan menganggap bahwa semua benar dan sama. Hal ini persis dengan tuntutan dalil inna diina inda Allah al- 40 Tim Wahid Institut, The Wahid Institut, Seeding Plural and Peaceful Islam. Jakarta:Penerbit Wahid Institut, Tahun 2006, Cet Ke-1, h. 3 Islam. Bahwa bagi kita orang muslim, Islam adalah agama yang paling benar dan terbaik bagi kita tetapi tidak berarti kita boleh memaksakan Islam sebagai agama kepada mereka yang beragama lain. Seperti juga tugas Rasulallah saw yang tidak diwajibkan untuk memaksakan mengislamkan orang lain kalau mereka tidak mau, sebagaimana yang telah digariskan Allah, wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin. Bagaimana kita sebagai orang Islam bisa menjadi payung besar pengayom di muka bumi 41 . Seperti yang di ungkapkan direktur Wahid Institut Yenny Zannuba Wahid dalam ulang tahun ke tiga lembaga tersebut pada tahun 2005 bahwa: Kecenderungan kekerasan dan konservatisme tidak semakin berkurang melainkan semakin meningakat dari tahun ke tahun, sehingga kelompok moderat perlu bersatu lebih erat dan berteriak lebih keras dan Wahid Institut akan berusaha untuk terus melibatkan diri dalam isu tersebut bersama dengan yang lain demi terwujudnya dunia yang damai, harmonis dan toleran yang diinspirasi oleh keyakinan agama Islam 42 . Pernyataan direktur lembaga Wahid Institut diatas mengisyaratkan implementasi dari komitmen-komitmen yang hendak di wujudkan oleh lembaga, karena meskipun situasi demokrasi di Indonesia semakin menggembirakan, tetapi tidak dapat dipungkiri dalam kenyataan fenomena kekerasan terus berlanjut, intoleransi dan ketidakadilan belum berkurang. Dari tantangan pluralisme diatas Wahid Institut berusaha tidak putus asa untuk terus melewati rintangan dengan melakukan berbagai advokasi dan penguatan masyarakat akar rumput, mengadakan halaqah, workshop dan seminar rancangan kitab undang-undang hukum pidana tentang misi dan pasal-pasal penodaan agama, mengadakan group discussion tentang pluralisme maupun melakukan indeks 41 Ibid.Warta, Gus Yusuf dan A. Suaedy, Pesantren Harus Menjadi Bagian Bagian Proses Demokrsi, edisi Juni-Juli 2007, h. 4-5. 42 Ibid, seeding Plural….., h. 1 pelanggaran pluralisme di Indonesia. Dari agenda dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut di harapkan akan mengurangi pro kontra terhadap pluralisme 43 .

3. Analisa Peran Wahid Institut dalam Mengampanyekan Demokrasi di