FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT WAHID INSTITUT

B. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT WAHID INSTITUT

DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM, PLURALISME DAN DEMOKRASI Pada dasarnya semua upaya memiliki berbagai macam faktor pendukung dan penghambat sebagai konsekwensi alami sebuah tindakan, karenanya penulis akan mencoba mengemukakan beberapa faktor pendukung dan penghambat yang serkiranya dapat mewakili kedua faktor tersebut yang diantara ialah : a. Faktor pendukung Penulis mencoba melihat faktor pendukung kampanye lembaga ini dari dua sisi yaitu: dari faktor internal, pertama adanya kepercayaan dan ketertarikan dari masyarakat pada tokoh sentral lembaga yaitu Gus Dur, diakui oleh beberapa pemerhati maupun peneliti seperti disebutkan dalam sebuah buku bahwa tokoh tersebut dapat di sebut sebagai symbol of system dalam masyarakat yang dapat menyedot khalayak dalam berbagai hal tentangnya.. Tokoh kharismatik atau apapun namanya yang sering disebut sebagai kyai nyleneh sekaligus kontrofersial ini sangat kental dalam kancah politik maupun agama sehingga seolah-olah berita darinya tidak akan ada habisnya, hal tersebut terlihat bila kita mengetahui biografi tentang sepak terjang bapak bangsa ini yang notabenenya pernah menjabat ketua tanfidziah PBNU dan sebagai mantan orang nomor satu di negara Indonesia. Apabila orang mendengar nama Gus Dur mereka akan faham dan pada gilirannya bila di hubungkan dengan lembaga Wahid Institut akan berefek pada sisi kelembagaan minimal membatu realisasi aktivitas program lembaga yang boleh dikatakan sebagai pengemban dan agen realisasi pemikirannya. Diantara efek faktor ini pertama, mudah diterimanya keberadaan Wahid Institut sebagai sebuah organisasi sosial agama yang ditangani secara profesional dalam menterjemahkan program maupun aktivitas-aktifitasnya dan efek kedua mudahnya lembaga memperoleh simpati masyarakat yang ingin mengetahui dan membantu program lembaga, hal ini terlihat dari kegiatan banyaknya sowan ke berbagai pesantren dan kyai di berbagai daerah yang di jadikan bentuk program regular lembaga, efek ini juga dapat dilihat dari banyaknya kegiatan ilmiah pada berbagai seminar nasional serta diskusi keagamaan di berbagai kalangan masyarakat mulai dari akademisi hingga santri maupun pelajar. Kekentalan dan keharmonisan hubungan beberapa lembaga ini memperlihatkan simbiosis mutualism antar agen masyarakat untuk membantu pelaksanaan program Wahid Institut. Kedua adalah faktor sarana dan prasarana dan alat pendukung. Lembaga mempunyai keuntungan secara fisik sehubungan berbagai aktivitasasnya berkenaan dengan pembenahan dan pengembangan prasarana lembaga. Dalam beberapa hal, dari adanya kedua faktor ini menjadikan kegiatan lebih efektif berupa dukungan cukupnya media komunikasi, dukungan alat transportasi dan sumber daya yang berkualitas. Meskipun tidak dapat dianggap sempurna, setidaknya dari faktor ini berbagai kegiatan dan aktivitas program dapat dilaksanakan dengan baik Faktor tersebut diatas merupakan nilai positif yang sangat membantu pelaksanaan program lembaga. Singkronisasi situasi dengan program lembaga mempengaruhi kinerja lembaga sebagai basis lembaga riset dan pengembangan kebudayaan Islam yang tercermin dalam penyebaran gagasan Muslim progresif yang mengedepankan toleransi dan saling pengertian di masyarakat dunia Islam dan barat, serta membangun dialog diantara pemimpin agama-agama dan tokoh-tokoh politik di dunia Islam dan barat. Ketiga adalah faktor finansial, di lihat dari sisi ini lembaga memiliki keuntungan dengan cukupnya alur kas lembaga, hal tersebut tidak lepas dari manegement accounting yang baik terhadap input dan output yang harus di lakukan dalam setiap kegiatan. Baiknya situasi ini sehingga tidak mengganggu aktivitas bahkan menjadi faktor pendukung yang cukup urgen meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam pemenuhan ekonomis pada berbagai aktivitas, penulis melihat ini sebagai pendukung karena baiknya alur kas dan manjemen keuangan yang telah penulis sebutkan diatas. Sedang dari faktor eksternal yang mendukung operasional lembaga diantaranya pertama, kondisi sosial budaya baik formal maupun non formal yang mendukung adanya lembaga sejenis. Dengan UUD Negara yang berpancasila, berasas demokrasi dan berketuhanan yang maha esa sebuah lembaga seperti Wahid Institut dapat lebih leluasa dalam menjalankan aktivitasnya. Lembaga Wahid Institut sebagai lembaga sosial agama yang mencoba membangun pemikiran moderat yang mendorong terciptanya demokrasi, pluralisme agama-agama, multikulturlisme dan toleransi dikalangan kaum muslim Indonesia dan seluruh dunia mendapatkan tempat dalam sosiokultur keislaman sedemikian tinggi sehingga memungkinkan lembaga seperti wahid Institut mengembangkan kreatifitas kerjanya dan hal ini berdampak positif bagi kelangsungan program lembaga baik secara moril maupun materil. Keberadaan situasi seperti diatas memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap keberlangsungan suksesnya program dan merupakan bagian kendala penanganan lembaga kepada sebagian orang yang masih belum menyadari isu-isu yang menjadi program Wahid Institut, hal tersebut boleh jadi karena kurangnya pemahaman atas pluralisme dan pemikiran Islam yang di tuangkan dalam keragaman masyarakat atas berbagai variasi budaya dan agama pluralitas. Faktor kedua berupa sistem jaringan komunikasi yang saling mendukung. jaringan komunikasi menjadi hal yang penting bagi lembaga manakala lembaga ingin mengembangkan programnya, disadari dari hal demikian Wahid Institut membangun jaringan komunikasi dengan berbagai kalangan baik lembaga formal maupun non formal dan terbukti dari demikian ini menjadi pendukung yang tidak sedikit nilainya terhadap perjuangan lembaga selanjutnya.. Secara non formal salah satu dukungan adalah dari pesantren dan kiyai, dukungan ini menjadi salah satu pondasi kekuatan Wahid Institut yang lahir dari visi dan misi tokoh PBNU, jaringan komunikasi antara lembaga dengan pesantren dan kiyai yang dibangun ini merupakan media utama sebagai tempat bernaung dan berkonsultasi. Sistem komunikasi yang intensif antara lembaga dengan pesantren maupun kiyai memberikan nilai plus dalam pengembangan misi lembaga, walaupun dengan perjuangan yang berwawasan pluralisme demokratis yang oleh sebagian masyarakat masih sulit diterima namun dalam operasiolisasi program masih lekat dasar religiusitasnya dengan kaidah-kaidah fikih ala NU yang dikenal toleran dan inklusif. Selain membangun jaringan komunikasi dengan kaum nahdliyin lembaga akrab dengan dewan gereja Indonesia. Dari berbagai kerjasama dalam berbagai hal, nilai lebih dari kerjasama ini terutama terdapat pada program pluralisme. Masyarakat melihat, dari kerjasaama ini aplikasi terhadap program benar-benar kompleks dan berefek pada dukungan yang lebih luas pada masyarakat Indonesia, bukan lagi dari satu agama saja, namun dari berbagai agama setidaknya anggapan tersebut keluar dari kaum kristiani dan para agamawan dan cendikiawan muslim yang berhaluan nasionalis, pluralis, liberalis dan akademisi yang berwawasan inklusif b. Faktor penghambat Faktor penghambat bagi Wahid Institut dalam mengampanyekan programnya pun dapat dilihat dari dua sisi yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Diantara faktor intern tersebut adalah; pertama, masih kurangnya sosialisasi keberadaan lembaga Wahid Institut sendiri. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan keberadaan lembaga berakibat pada kurang maksimalnya realisasi program yang sedang di jalankan mengingat program pluralisme, demokrasi dan pemikiran islam merupakan problem sosial, dalam artian masalah ini bukanlah tanggung jawab seseorang atau sekelompok orang, lembaga atau oleh satu komunitas saja namun perlu difahami, disadari dan dilakukan bersama seluruh komponen masyarakat yang ada. Usaha yang dilakukan lembaga dalam sosialisai atas lembaga diantaranya dengan melakukan louncing Wahid Institut di hotel season kuningan Jakarta yang mengundang tokoh dalam maupun luar negeri, meluncurkan website yaitu www. www.wahidinstitut.org dan www.gudur.net, juga melakukan event-event diskusi, seminar dan penggunaan media cetak seperti menerbitkan bulletin maupun suplemen sehingga dari adanya media-media ini akan bertambah pengetahuan masyarakat tentang keberadaan Wahid Institut. Usaha yang lain yang dilakukan dalam mensosialisasikan lembaga ini sebenarnya telah terbantu atas keberadaan Gus Dur sendiri minimal apabila ada seseorang yang ingin lebih jauh mengetahui tentang tokoh ini akan mengetahui keberadaan Wahid Institut seperti halnya posisi penulis sekarang ini, untuk mengetahui bagaimana wahid Institut maka penulis harus mengetahui bagaimana Gus Dur, begitu pula sebaliknya siapa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Gus Dur maka Perlu menggalinya dari Wahid Institut karena pada lembaga inilah peneliti maupun siapa yang ingin mengetahui Gus Dur mendapatkan data dan berbagai kegiatannya. Kedua adalah faktor penerimaan masyarakat terhadap lembaga berkaitan dengan programnya yang mengedepankan pemikiran Islam, pluralisme dan demokrasi. Hal ini menjadi penghambat karena mengakibatkan kurangnya respon terhadap apa yang akan menjadi realisasi semua program Wahid Institut sendiri. Faktor ini bisa dilihat dari dua hal : 1. Kekontroversialan tokoh dan pemikiran Gus Dur yang kadang-kadang dianggap sering nggampangin masalah, membuat hal-hal nyleneh dan ngawur. Hal ini tentunya berimbas pada sinisme masyarakat yang kurang setuju terhadap pemikiran dan tindakan tokoh ini dengan begitu mengganggu stabilitas program kerja lembaga. 2. Belum diterimanya secara penuh program yang diusung dalam lembaga seperti pluralisme dan pemikiran Islam bahkan asas demokrasi negara oleh sebagian kelompok masyarakat yang menginginkan ideologi lain. Hal ini menjadi kendala tersendiri mengingat pemahaman masyarakat terhadap beberapa program tersebut masih sangat kurang bahkan dari hal tersebut ada sebagian masyarakat cenderung menolak dan melawannya.

C. ANALISA