Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap PSAK No.16 dan Penyusutan Aktiva Tetap PSAK No.17 pada PT.Mara Jaya, Medan.

(1)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap PSAK No.16 dan Penyusutan Aktiva Tetap PSAK No.17 pada PT.Mara Jaya, Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 11 Januari 2008 Yang membuat pernyataan,

Lily Karlina Nst Nim. 020503073


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillaahirabbil aalamin. Berkat rahmat dan ridho Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi merupakan suatu tulisan atau karya ilmiah yang harus diselesaikan melalui serangkaian penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai syarat memperoleh gelar sarjana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan maka dengan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution SE., M.Acc Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(3)

3. Bapak Drs. Ramly Nasution, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku Dosen pembanding dan penguji I

5. Bapak Drs. Zainal A.T. Silangit, Ak. selaku Dosen pembanding dan penguji II

6. Ibu Dr. Erlina MSi Ak. selaku Dosen Wali dan seluruh staf pengajar serta administrasi dan perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. PT. Mara Jaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dalam rangka penulisan skripsi ini beserta Bapak H. Abumiarto selaku KTU dan seluruh staf yang telah turut mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Drs. Ramly Nst dan Kartini (Alm) dan juga kepada kedua mertua yang sangat saya hormati Bapak Noman dan Ibu Miatun yang telah memberikan segenap kasih sayang, dorongan semangat dan doa kapada penulis.

9. Suami yang sangat aku cintai, Saptono dan anak-anakku yang sangat ku sayangi, Azka Alif Rizky dan adik, selalu memberikan doa, kasih sayang dan dorongan semangat yang tiada henti-hentinya.


(4)

11. Sahabat-sahabatku, Eva Lumban Toruan, Gapri Bona, Fajri Srg, Al-Manar, Zuwina M, Elvira, Mia yang selalu ada untuk bercanda, bercerita, berdiskusi, berbagi kesedihan, kekesalan, dan setiap rasa yang telah kita alami bersama.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Medan, 27 Maret 2008 Penulis,

Lily Karlina Nst NIM: 020503073


(5)

ABSTRAK

Aktiva tetap merupakan bagian dari aktiva perusahaan yang penting dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dan mempunyai nilai yang cukup material dalam laporan keuangan sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Karena itu diperlukan kebijakan pencatatan dan pelaporan aktiva tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16 Tentang Aktiva Tetap dan PSAK No. 17 Tentang Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap.

PT. Mara Jaya bergerak dalam bidang Perkebunan Kelapa Sawit dan perkebunan karet. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT. Mara Jaya menggunakan aktiva tetap yang terdiri dari tanah, tanaman, bangunan, mesin, dan inventaris.Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebijakan Akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16 & PSAK No. 17.

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis dengan memahami kenyataan yang ada dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan sepenuhnya menerapkan PSAK No. 16 & PSAK No. 17,perusahaan sudah menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, melakukan telaah umur manfaat aktiva dan penyajian aktiva tetap di neraca juga sudah sesuai.

Kata Kunci: Kebijakan akuntansi, aktiva tetap, perolehan, penilaian, penilaian kembali, pengeluaran, penyusutan, pelepasan, penyajian.


(6)

ABSTRACT

Fixed assets are element of assets of the company, which are significant to support operational activity of the company and have enough material value in financial statement thus can influence the decision making of the financial statement users. Therefore, the fixed assets and its depreciation recording and reporting policy, which is accorded to PSAK No. 16 concern about Fixed Assets and PSAK No. !7 explained about depreciation of Fixed Assets Accounting, is needed.

PT. Mara Jaya, make a move in the field of Plantation of palm and plantation of rubber. In running operational activity, PT. Mara Jaya use plant assets which consist of lands, plants, building, machineries, and factories and other fixed assets.The objective of the research is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and compare it to PSAK No. 16 and PSAK No. 17.

According to the writer’s analysis through studying the existing facts and comparing it to the theory studied, can be concluded that the company hasn’t totally applied PSAK No. 16 and No. 17, such as, company hasn’t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life, and fixed assets presentation in balance sheet is not exactly accurate.

Keywords: accounting policy, fixed assets, acquiring, valuation, revaluation, expenditure, depreciation, discarding, presentation.


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus ……….. 36

2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun ……….. 37

2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun ……… 38

2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda ……… 38

2.5 Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa ……….. 39

2.6 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi ………. 40

2.7 Penyusutan Menurut Metode Kelompok ………... 41

2.8 Penyusutan Menurut Metode Jenis ……… 42

2.9 Present Value Of Rp. 1,- ……… 43

2.10 Present Value Of An Annuity Of Rp.1,- ……… 43

2.11 Penyusutan Menurut Metode Anuitas ………... 44

2.12 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca 1………... 51

2.13 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca 2 ……….. 52


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Struktur Organisasi PT. Mara Jaya Medan.

2.a Jadwal Pemupukan Bibit Kelapa Sawit di Pre-Nursery dan di Main-Nursery.

2.b Jadwal Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. 3 Daftar Aktiva Tetap PT. Mara Jaya Medan Tahun 2004

4 Daftar Aktiva Tetap PT. Mara Jaya Medan Tahun 2005 5 Daftar Aktiva Tetap PT. Mara Jaya Medan Tahun 2006 6 Neraca PT. Mara Jaya Medan Tahun 2005 dan 2006


(10)

ABSTRAK

Aktiva tetap merupakan bagian dari aktiva perusahaan yang penting dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dan mempunyai nilai yang cukup material dalam laporan keuangan sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Karena itu diperlukan kebijakan pencatatan dan pelaporan aktiva tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16 Tentang Aktiva Tetap dan PSAK No. 17 Tentang Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap.

PT. Mara Jaya bergerak dalam bidang Perkebunan Kelapa Sawit dan perkebunan karet. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT. Mara Jaya menggunakan aktiva tetap yang terdiri dari tanah, tanaman, bangunan, mesin, dan inventaris.Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebijakan Akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16 & PSAK No. 17.

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis dengan memahami kenyataan yang ada dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan sepenuhnya menerapkan PSAK No. 16 & PSAK No. 17,perusahaan sudah menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, melakukan telaah umur manfaat aktiva dan penyajian aktiva tetap di neraca juga sudah sesuai.

Kata Kunci: Kebijakan akuntansi, aktiva tetap, perolehan, penilaian, penilaian kembali, pengeluaran, penyusutan, pelepasan, penyajian.


(11)

ABSTRACT

Fixed assets are element of assets of the company, which are significant to support operational activity of the company and have enough material value in financial statement thus can influence the decision making of the financial statement users. Therefore, the fixed assets and its depreciation recording and reporting policy, which is accorded to PSAK No. 16 concern about Fixed Assets and PSAK No. !7 explained about depreciation of Fixed Assets Accounting, is needed.

PT. Mara Jaya, make a move in the field of Plantation of palm and plantation of rubber. In running operational activity, PT. Mara Jaya use plant assets which consist of lands, plants, building, machineries, and factories and other fixed assets.The objective of the research is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and compare it to PSAK No. 16 and PSAK No. 17.

According to the writer’s analysis through studying the existing facts and comparing it to the theory studied, can be concluded that the company hasn’t totally applied PSAK No. 16 and No. 17, such as, company hasn’t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life, and fixed assets presentation in balance sheet is not exactly accurate.

Keywords: accounting policy, fixed assets, acquiring, valuation, revaluation, expenditure, depreciation, discarding, presentation.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu untuk pencapaian tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan perusahaan mencakup pertumbuhan yang semakin baik (growth), kelangsungan hidup (survival), kesan positif di mata publik (image). Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan memerlukan pengelolaan faktor-faktor produksi yang baik sebagai sarana untuk memfasilitasi dan mendukung kelancaran aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk baik barang maupun jasa. Salah satu diantara faktor-faktor produksi tersebut adalah faktor modal berupa aktiva tetap.

Aktiva tetap merupakan harta berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang dimaksudkan bukan untuk dijual, melainkan membantu aktivitas operasi perusahaan serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Di dalam laporan keuangan, perkiraan aktiva tetap biasanya cukup material, sehingga sangat mempengaruhi besar kecilnya jumlah aktiva yang tercantum di neraca yang akan mempengaruhi para pemakai laporan untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16 dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.17 agar diperoleh laporan keuangan yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkan kepada para pemakai laporan keuangan.


(13)

Untuk memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan pembelian tunai, dengan pembelian kredit jangka panjang, pembelian dengan surat berharga, diterima sebagai sumbangan, dibangun sendiri dan tukar tambah yang selanjutnya harus disusutkan setiap periodenya menurut metode penyusutan yang dipilih oleh perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetap tersebut kedalam periode-periode dimana perusahaan menerima manfaat dari aktiva tetap tersebut. Kemudian dalam masa pemakaian aktiva tetap tentu ada pengeluaran-pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan pemakaian aktiva tetap tersebut baik yang menambah umur maupun kegunaannya seperti penambahan, perbaikan dan reparasi luar biasa dan lain-lain. Hal tersebut harus dipertimbangkan dengan hati-hati, apakah layak untuk dikapitalisir sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau dicatat sebagai beban (revenue expenditure).

Aktiva tetap yang diperoleh dan dipergunakan dalam operasional perusahaan terdiri dari berbagai jenis yang memiliki umur ekonomis yang berbeda-beda, dalam hal tersebut menentukan perhitungan beban penyusutannya, dan selanjutnya beban penyusutan tersebut mempunyai pengaruh terhadap penentuan laba perusahaan.

Melihat begitu besarnya peranan aktiva tetap dalam membantu kelancaran aktivitas operasi perusahaan dan dana yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva tetap relatif besar, biaya pengawasan, pemeliharaan, reperasi, penyisipan tanaman, pemupukan, pergantian bagian-bagian tertentu dari aktiva tetap yang bersangkutan dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan aktiva tetap tersebut, sehingga


(14)

dibutuhkan suatu penerapan akuntansi yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan khususnya PSAK No. 16 agar menyajikan jumlah wajar yang sesungguhnya tentang aktiva tetap tersebut dan tidak memberikan informasi yang menyesatkan.

PT.Mara Jaya merupakan suatu perusahaan yang mengolah perkebunan karet dan kelapa sawit. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT.Mara Jaya menggunakan fasilitas-fasilitas yang aktiva tetapnya terdiri dari:

1. Bangunan, sebagai kantor perusahaan

2. Rumah, sebagai tempat tinggal assisten dan karyawan 3. Tanah, sebagai tempat pengolahan tanaman

4. Peralatan dan kenderaan, berupa alat-alat yang digunakan untuk membantu operasional perusahaan.

5. Inventaris, berupa peralatan yang mendukung keperluan dikantor misalnya mesin ketik, meja, kursi,dll

Aktiva tetap berupa tanaman sawit, bangunan, yang dimiliki oleh PT.Mara Jaya diperoleh dengan cara membangun sendiri sedangkan peralatan, kenderaan dan inventaris diperoleh dengan cara pembelian kemudian Tanah di peroleh dengan cara HGU (hak guna usaha).

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin memahami lebih jauh mengenai kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari dalam hal ini PSAK No.16 dan PSAK No. 17 maka penulis melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap PSAK No.16 dan


(15)

Penyusutan Aktiva Tetap PSAK No.17 Pada PT.Mara Jaya, Medan”. Dengan demikian, penulis dapat membandingkan dan menilai sampai sejauh mana perusahaan menerapkan kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16 dan PSAK No.17 dalam aktivitas perusahaannya.

B. Perumusan Masalah

Guna memperjelas dan mengarahkan permasalahan yang mendasari penulisan skripsi ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan oleh PT.Mara Jaya telah sesuai dengan PSAK No.16?

2. Apakah kebijakan akuntansi penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh PT.Mara Jaya telah sesuai dengan PSAK No.17?

C. Batasan Masalah

Masalah yang dibahas oleh penulis dalam penelitian ini terbatas pada satu jenis kebun saja yaitu kebun kelapa sawit terfokus hanya pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisa kebijakan akuntansi aktiva tetap pada PT. Mara Jaya Medan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, dalam hal ini PSAK No.16


(16)

2. Untuk menganalisa kebijakan akuntansi penyusutan aktiva tetap pada PT. Mara Jaya Medan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, dalam hal ini PSAK No.17

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan mengenai aktiva tetap secara teoritis maupun aplikatif.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan mengenai kelebihan dan kelemahan kebijakan aktiva tetap yang diaplikasikan serta diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menghadapi permasalahan aktiva tetap nantinya.

3. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian sejenis lebih lanjut.

F. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka konseptual untuk membantu melakukan pemahaman dan pembahasan masalah seperti berikut ini:


(17)

Gambar 1.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Data Olahan Penulis, 2007

PT.MARA JAYA MEDAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP

Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap yang diterapkan perusahaan Kebijakan Akuntansi

Aktiva tetap menurut PSAK No.16 &17

HASIL PENELITIAN


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aktiva Tetap

Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap perusahaan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan perusahaan adalah aktiva tetap. Dalam pelaporan keuangan perusahaan, aktiva tetap dapat mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca perusahaan, aktiva tetap mempunyai jumlah yang signifikan sehingga dapat secara material mempengaruhi total aktiva pada neraca perusahaan. Sedangkan dalam laporan laba rugi aktiva tetap menentukan hasil kegiatan perusahaan selama periode tertentu, sebab nilai aktiva tetap yang dialokasikan selama beberapa periode sebagai beban penyusutan merupakan faktor pengurang pendpatan perusahaan sehingga pada akhirnya akan berpengaruh kepada laba rugi yang diperoleh untuk periode tersebut.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman yang harus diacu dalam penyusunan laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sebagai pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan agar lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat dibandingkan serta tidak menyesatkan bagi sipemakai sesuai dengan prinsipnya.

Ruang lingkup PSAK No. 16 diterapkan dalam akuntansi aktiva tetap dan aktiva lain-lain, kecuali bila standar akuntansi keuangan lainnya mensyaratkan suatu perlakuan akuntansi yang berbeda. Aktiva tetap merupakan harta


(19)

perusahaan yang dipergunakan untuk membantu aktivitas operasi perusahaan sehingga tujuan perusahaan tercapai.

Aktiva tetap didefinisikan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.2) sebagai “aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

Sementara Soemarso (2005:20) mengartikan “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang: (1) masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan; (4) nilainya cukup besar.

Berdasarkan kriteria yang ada di atas maka akan mudah untuk membedakan aktiva tetap diantara aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. misalnya, mobil pada perusahaan dealer mobil adalah persediaan yang dikelompokkan sebagai aktiva lancar, sedangkan mobil yang dipergunakan dalam operasi perusahaan adalah merupakan aktiva tetap perusahaan.

B. Penggolongan dan Klasifikasi Aktiva Tetap

Untuk tujuan akuntansi, Machfoedz (1999:54) menggolongkan aktiva tetap menjadi dua yaitu: “ (1) aktiva tetap dengan umur terbatas (depreciable assets); (2) aktiva tetap dengan umur tak terbatas (underpreciable assets)”.

1. Aktiva tetap dengan umur terbatas (depreciable assets), yaitu aktiva tetap yang memberikan manfaat ekonomi pada perusahaan dalam jangka waktu


(20)

tertentu dan harga perolehannya harus dialokasikan melalui penyusutan. Contoh: mesin, gedung, alat angkut, komputer dan sejenisnya.

2. Aktiva tetap dengan umur tak terbatas (underpreciable assets), yaitu aktiva tetap yang tidak akan habis digunakan atau tidak diketahui kapan manfaat ekonominya akan habis sehingga harga perolehannya tidak perlu dialokasikan atau disusutkan, Contohnya tanah.

Harahap (2002:20) juga melakukan pengelompokan aktiva tetap dalam berbagai sudut antara lain:

1. Sudut substansinya yaitu:

Tangible assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung dan peralatan.

Intangible assets atau aktiva tidak berwujud seperti goodwill, patents, copyright, hak cipta, franchise,dll.

2. Sudut disusutkan atau tidak yaitu:

a. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinery (mesin), inventaris, jalan, dan lain-lain.

b. Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva yang tidak disusutkan seperti land (tanah).

3. Berdasarkan jenis yaitu: Lahan

a. Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan dan lain-lain maka dapat digabungkan dalam nilai lahan.

b. Bangunan Gedung

Bangunan adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu.

c. Mesin

Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.


(21)

Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk grader, tractor, mobil, dua, dan lain-lain.

e. Perabot

Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

f. Inventaris/Peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain.

g. Prasarana

Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar dan lain-lain

Umumnya Setiap perusahaan memiliki aktiva tetap, namun jenis aktiva tetap yang dimiliki mungkin satu sama lainnya dapat berbeda seperti perusahaan jasa, aktiva tetapnya berbeda dengan aktiva tetap perusahaan perkebunan, perkapalan, perminyakan, perdagangan dan lain sebagainya. Namun yang jelas masing-masing perusahaan umumnya memiliki aktiva tetap.

C. Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut PSAK No.16 & PSAK No. 17 1. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap

Perolehan aktiva tetap perusahaan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, yang menjadi permasalahan akuntansinya adalah dengan cara bagaimana aktiva tetap itu diperoleh perusahaan sehingga menjadi miliknya. Proses perolehan disini dimaksudkan mulai sejak pembelian aktiva tetap, pengangkutan aktiva tetap itu, pemasangan dan sampai aktiva tetap itu siap dipergunakan dalam proses produksi atau kegiatan perusahaan.

Harga perolehan didefinisikan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.2) sebagai “jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau dinilai wajar imbalan


(22)

lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”.

Aktiva tetap dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya: a. Pembelian kontan atau tunai

b. Pembelian secara angsuran atau kredit c. Pembelian dengan surat berharga d. Pertukaran atau tukar tambah (trade in) e. Sumbangan pihak lain (donation) f. Dibangun sendiri

ad. a. Pembelian dengan tunai atau kontan

Aktiva yang dibeli dengan uang kontan atau tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan.

Standar Akuntansi Keuangan (2004,16.14) bahwa :

Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non refundable), dan setiap biaya yang diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membawa aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan ; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.

Berdasarkan definisi di atas harga perolehan terdiri dari harga faktur dikurangi dengan potongan tunai serta ditambah biaya-biaya lainnya yang


(23)

berhubungan dengan aktiva tetap tersebut. Berikut ini dijelaskan cara perhitungan aktiva tetap secara tunai.

Misal dibeli bangunan seharga Rp. 300.000.000,- dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan adalah : biaya akte notaries sebesar Rp. 200.000,- biaya perantara Rp. 500.000,- biaya pembersihan Rp. 100.000,-.

Transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut ;

Bangunan Rp. 300.800.000,-

Kas Rp. 300.800.000,-

Angka ini diperoleh dari penjumlahan sebagai berikut :

Harga beli Rp. 300.000.000,-

Akte notaris Rp. 200.000,-

Biaya perantara Rp. 500.000,-

Biaya pembersihan Rp. 100.000,-

Total Rp. 300.800.000,-

Jika ada potongan harga (discount) harus dikurangi dari nilai costnya. Jika potongan harga ini tidak dimanfaatkan perusahaan maka dilaporkan sebagai discount lost atau interest expense .

Contoh :

Sebuah peralatan dibeli seharga Rp. 2.000.000,-. Jika dibeli tunai harganya Rp. 1.900.000,-. Maka transaksi ini akan dijurnal :


(24)

Peralatan Rp. 1.900.000,-

Kas Rp. 1.900.000,- b. Jika potongan harga tidak dimanfaatkan, maka jurnalnya :

Peralatan Rp. 1.900.000,-

Discount loss Rp. 100.000,-

Kas Rp. 2.000.000,-

Ada kalanya suatu perusahaan membeli aktiva secara borongan. Jika beberapa aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (basket purchase) maka basket purchase harus dipisahkan nilai masing-masing aktiva tersebut. Angka perbandingan yang dapat dipakai dalam menentukan nilai masing-masing aktiva tetap tersebut adalah:

1. Harga pasar yang wajar, jika harga ini tidak ada maka,

2. Harga penilaian menurut lembaga penilai yang objektif (independent appraisal company).

Contoh :

Dibeli lahan, bangunan dan peralatan sekaligus dengan harga Rp. 750.000.000,. Berdasarkan informasi yang diketahui adalah harga pasar masing-masing aktiva ini berbanding 3 : 2 : 1. Maka transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut :

Lahan Rp. 375.000.000,-

Bangunan Rp. 250.000.000,-

Peralatan Rp. 125.000.000,-

Kas Rp. 750.000.000,- Angka ini dari perhitungan sebagai berikut :


(25)

Lahan (3/6 x Rp. 750.000.000,-) Rp. 375.000.000,- Bangunan (2/6 x Rp. 750.000.000,-) Rp. 250.000.000,- Peralatan (1/6) x Rp. 750.000.000,-) Rp. 125.000.000,-

Total Rp. 750.000.000,-

ad. b. Pembelian dengan kredit jangka panjang

Saat ini kebanyakan transaksi pembelian aktiva tetap dilakukan dengan kredit jangka panjang. Sisa utang itu biasanya dibuktikan surat berharga, bukti hutang hipotik dan lain-lain. Utang ini biasanya dibayar dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Pembebanan bunga dapat berdasarkan metode bunga flat dan sisa utang.

Contoh :

Dibeli sebidang tanah seharga Rp. 400.000.000,- , pembayaran pertama adalah sebesar Rp. 100.000.000,- sisanya dibayar dalam 10 kali angsuran per semester, bunga 18 % per tahun.

Jurnal saat pembelian :

Tanah Rp. 400.000.000,-

Kas Rp. 100.000.000,-

Utang kontrak

pembelian aktiva tetap Rp. 300.000.000,- Jurnal pembayaran angsuran:

a. Secara flat Utang Kontrak


(26)

pembelian aktiva tetap Rp. 30.000.000 Beban bunga Rp. 27.000.000

Kas Rp. 57.000.000,-

Jurnal yang sama dicatat sampai angsuran kesepuluh. b. Secara sisa utang

Pada saat pembayaran angsuran semester pertama akan dijurnal sebagai berikut : Utang kontrak

pembelian aktiva tetap Rp. 30.000.000,- Beban bunga Rp. 27.000.000,-

Kas Rp. 57.000.000,- Angka ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

Tanah Rp. 400.000.000,-

Pembayaran pertama (Rp. 100.000.000) Utang kontrak

pembelian aktiva tetap Rp. 300.000.000,-

Angsuran per semester (Rp. 300.000.000 : 10) Rp. 30.000.000,- Beban bunga (6/12 x 18 % x Rp. 300.000.000) Rp. 27.000.000,- Jumlah yang harus dibayar Rp. 57.000.000,-

Pada saat pembayaran angsuran semester kedua akan dijurnal sebagai berikut: Utang kontrak


(27)

Beban bunga Rp. 2.430.000,-

Kas Rp. 32.430.000,-

Beban bunga diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

Utang kontrak pembelian aktiva tetap Rp. 300.000.000,- Angsuran semester pertama (Rp. 30.000.000)

Sisa utang kontrak Rp. 270.000.000,-

Beban bunga (6/12 x 18 x Rp. 270.000.000,-) = Rp. 24.300.000,- Selanjutnya beban bunga dihitung berdasarkan sisa utang kontrak dikalikan dengan tarif bunga.

ad. c. Pembelian dengan surat berharga

Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham atau obligasi, maka aktiva tetap itu harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham atau obligasi dicatat sebesar nilai nominal atau seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan jika harga pasar lebih kecil dari harga pari selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham).

Contoh :

Dibeli lahan dengan mengeluarkan 10.000 lembar saham @ Rp. 10.000 dengan asumsi sebagai berikut :

a. Jika harga pasar @ Rp. 9.500,- per lembar saham, maka transaksi ini akan dijurnal:


(28)

Disagio saham Rp. 50.000

Modal saham Rp. 1.000.000,- b. Jika harga pasar @ Rp. 11.000,- per lembar saham, maka transaksi ini akan

dijurnal :

Tanah Rp. 1.100.000,- Modal saham Rp. 1.000.000,-

Agio saham Rp. 100.000,-

ad. d. Tukar tambah (trade in)

Perolehan aktiva tetap dengan cara ini, yaitu aktiva tetap perusahaan ditukar dengan aktiva tetap lain, baik yang sejenis maupun yang berlainan jenis. Cara pencatatannya, aktiva tetap yang baru, dicatat berdasarkan nilai pasar, jika nilai pasar aktiva tetap tersebut diketahui. Apabila penukaran yang dilakukan ditambah dengan uang kas maka harga perolehannya adalah harga pasar barang yang diserahkan ditambah dengan uang tunai yang diserahkan. Perbedaan antara nilai pasar yang baru dengan buku aktiva tetap yang lama dicatat sebagai keuntungan atau kerugian atas pertukaran. Berikut ini akan penulis jelaskan beberapa transaksi pertukaran aktiva tetap :

1. Harga pasar aktiva tetap yang ditukarkan tidak diketahui

Apabila harga pasar tidak diketahui sedangkan jenis barang yang ditukarkan sejenis ataupun berbeda aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan. Nilai aktiva tetap yang diserahkan bersama nilai akumulasi pernyusutannya dapat dihapuskan melalui jurnal.


(29)

Contoh :

Sebuah peralatan milik PT. X dengan harga Rp. 200.000,- dan nilai buku Rp. 60.000,- ditukar dengan mesin PT. Y, dimana mesin tersebut mempunyai harga Rp. 300.000,- dan nilai bukunya Rp. 100.000,- harga pasar tidak diketahui.

Maka transaksi ini akan dijurnal PT. X :

Mesin Rp. 60.000,-

Akumulasi penyusutan Rp. 140.000,-

Peralatan Rp. 200.000,-

2. Bila harga pasar diketahui maka pencatatan harganya adalah sebagai berikut : a. Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar dari aktiva yang

diberikan

b. Tetapi jika harga pasar yang diterima lebih wajar, dalam arti lebih kuat nilai objektifitasnya dan buktinya, maka catatlah sebesar nilai aktiva tetap yang diterima itu.

c. Jika aktiva yang baru harga pasarnya lebih akurat dibandingkan dengan harga pasar aktiva tetap bekas pakai, dalam hal ini yang dipakai sebagai harganya adalah harga aktiva tetap yang baru itu. Perlu diingat bahwa harga yang dimaksud adalah harga kontan (kas) bukan harga faktur dan harga lainnya. d. Jika ternyata ada perbedaan antara harga pasar yang dicatat tadi dengan nilai

buku aktiva tetap yang diserahkan maka catatlah laba atau rugi. Laba berarti nilai buku ditambah uang kas (jika ada) lebih kecil dari harga pasar yang dicatat. Rugi berarti nilai buku ditambah uang kas (jika ada) lebih besar dari harga pasar.


(30)

Contoh :

Sebuah mesin dengan harga pasar Rp. 4.000.000,- ditukarkan dengan sebuah peralatan dengan menyerahkan uang kas Rp. 600.000,- peralatan itu mempunyai harga sebesar Rp. 5.000.000,- dan nilai buku Rp. 3.800.000,-

Maka transaksi ini akan dijurnal :

Mesin Rp. 4.000.000,-

Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 1.200.000,- Rugi pertukaran Rp. 400.000,-

Peralatan Rp. 5.000.000,-

Kas Rp. 600.000,-

Rugi pertukaran peralatan dihitung sebagai berikut :

Nilai buku peralatan Rp. 3.800.000,-

Kas yang diserahkan Rp. 600.000,-

Total Rp. 4.400.000,-

Harga mesin yang diterima Rp. 4.000.000,-

Rugi pertukaran Rp. 400.000,-

ad. e. Diterima dari sumbangan

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau diterima dari sumbangan maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik.


(31)

PT. Piala Bakti menerima bantuan sebuah mesin dan peralatan dari pemerintah. Nilai mesin dan peralatan itu menurut harga pasar yang wajar masing-masing Rp. 3.000.000,- dan Rp. 1.000.000,-.

Transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut :

Tanah Rp. 3.000.000,-

Bagunan Rp. 1.000.000,-

Modal donasi (donated capital) Rp. 4.000.000,-

ad. f. Dibangun sendiri

Perolehan aktiva tetap dengan membuat sendiri dicatat sebesar biaya yang dikorbankan, yaitu meliputi biaya langsung dan biaya tak langsung. Untuk biaya bahan dan upah yang berhubungan dengan kegiatan tersebut tidak menjadi masalah karena umumnya dapat dibebankan secara langsung, tetapi untuk menentukan biaya tidak langsung cukup sulit, karena biasanya ada biaya yang dibebankan untuk semua atau beberapa kegiatan.

Ada dua cara yang biasanya dipergunakan untuk menetapkan berapa besar biaya tidak langsung yang akan dibebankan terhadap aktiva tetap yang dibangun sendiri, yaitu :

1. Metode incremental cost

Pada metode ini overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut.


(32)

Menurut metode ini biaya yang dibebankan bukan hanya kenaikan overhead itu tetapi dibebankan overhead tetap secara merata untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.

Bila aktiva tetap yang dibangun sendiri itu dengan modal pinjaman maka selama pengerjaan, bunga pinjaman dianggap sebagai cost aktiva atau dikapitalisasikan. Perhitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi menurut Harnanto (2002:336) antara lain:

1. Hanya biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dapat dikapitalisasi. Bunga atas modal sendiri tidak untuk dikapitalisasi.

2. Jumlah maksimum biaya bunga yang dapat dikapitalisasi meliputi seluruh bunga yang dibayar dan terhutang dalam tahun berjalan. 3. Biaya bunga dihitung dari sejak terjadinya pengeluaran untuk

kegiatan konstruksi sampai dengan tarif kegiatan konstruksi berakhir dan aktiva siap untuk dipakai.

4. Jumlah rata-rata pengeluaran akumulatif dipakai sebagai dasar penghitungan biaya bunga. Biaya bunga dapat dihitung pada setiap kali terjadi pengeluaran atau dapat diestimasi berdasar asumsi pengeluaran terjadi secara merata dalam masa berlangsungnya kegiatan konstruksi. Pengeluaran adalah pembayaran kas bukan akrual.

5. Dalam hal kegiatan konstruksi meliputi jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, jumlah pengeluaran akumulatif meliputi pengeluaran yang terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya.

6. Suku bunga yang dipakai sebagai dasar penghitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah: (a) suku bunga pinjaman khusus untuk kegiatan konstruksi aktiva tetap untuk pengeluaran akumulatif sampai dengan jumlah pinjaman khusus dan (b) suku bunga rata-rata tertimbang pinjaman lain untuk pengeluaran akumulatif diatas pinjaman khusus.

7. Jika dana yang berasal dari pinjaman khusus di investasikan untuk sementara waktu sambil menunggu tanggal jatuh temponya pembayaran, pendapatan dari investasi tidak dikurangkan dari biaya bunga untuk menentukan biaya bunga yang sesungguhnya terjadi kecuali dana berasal dari pinjaman dengan fasilitas bunga bebas pajak.

8. Total biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dan bagian dari biaya bunga yang dapat dikapitalisasi dalam tahun berjalan harus diungkapkan didalam laporan keuangan.


(33)

Contoh :

Perusahaan membangun sendiri gedung pabrik yang baru. Di perkirakan kegiatan konstruksi akan berlangsung selama dua tahun dan memerlukan biaya Rp. 800.000.000,- Untuk keperluan itu telah dipinjam kredit investasi sebesar Rp. 200.000.000,- dengan bunga 12 %. Disamping kredit investasi tersebut, perusahaan mempunyai pinjaman dari bank sebagai berikut.

Hutang obligasi berjangka waktu 5 tahun Rp. 100.000.000,- Dengan bunga 11 %

Hutang hipotik dengan bunga 9% Rp. 140.000.000,- Rp. 240.000.000,- Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi pabrik yang baru terjadi secara merata dimulai tanggal 1 Januari 2002 sampai dengan tanggal 31 Desember 2003. Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi dalam tahun buku tahun 2002 berjumlah Rp. 400.000.000,-. Biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2002 adalah Rp. 47.600.000,- yang dihitung sebagai berikut:

Deskripsi Pokok Pinjaman Suku Bunga Biaya Bunga Kredit investasi pabrik baru Rp. 200.000.000,- 12 % Rp. 24.000.000,- Hutang obligasi 100.000.000,- 11 % 11.000.000,- Hutang hipotik 140.000.000,- 9 % 12.600.000,- Jumlah Rp. 440.000.000,- Rp. 47.600.000,-

Suku bunga rata-rata tertimbang untuk pinjaman lain yaitu 7.9% yang dihitung sebagai berikut:

Deskripsi Pokok pinjaman Suku bunga Biaya bunga

Hutang obligasi Rp. 100.000.000,- 11 % Rp. 7.150.000,- Hutang hipotik

140.000.000,-Jumlah Rp. 240.000.000,- 7.9 % Rp. 19.100.000,- 9 % 8.100.000,-


(34)

*) Suku bunga rata-rata tertimbang = Rp. 19.100.000 / Rp. 240.000.000 x 100% = 7.9%

Rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif – tahun 2002 adalah sebesar Rp.200.000.000,- sedangkan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar Rp. 24.000.000,- yang dihitung sebagai berikut:

Akumulasi pengeluaran s/d 1 Januari 2002 Rp. 0 Pengeluaran dalam tahun 2002

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp.424.000.000,- (termasuk biaya bunga)

Rp. 400.000.000,- Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp. 400.000.000,-

Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2002 Rp. 200.000.000,- [(Rp 0 + Rp.400.000.000) / 2]

Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi Rp. 24.000.000,- [12% x Rp. 200.000.000]

Selanjutnya pengeluaran yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2003 adalah Rp. 300.000.000,- sehingga membuat total biaya konstruksi menjadi Rp. 700.000.000,-. Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2003 adalah sebesar Rp. 53.546.000,-

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp.400.000.000,- Biaya bunga di kapitalisasi tahun 2002 24.000.000,-

Pengeluaran dalam tahun 2003 Rp.300.000.000,- Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2003

Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2003 Rp.574.000.000,- Rp.724.000.000,-


(35)

[(Rp. 424.000.000 + 724.000.000) / 2]

Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi – tahun 2003:

Pengeluaran s/d jumlah kredit investasi Rp. 24.000.000,- [12% x Rp. 200.000.000]

Pengeluaran di atas kredit investasi Rp. 29.546.000,- [9.8% x Rp. 374.000.000]

Total biaya bunga yang dapat dikapitalisasi

dalam tahun 2003 Rp. 53.546.000,-

Dalam tahun 2002, biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 47.600.000) lebih besar dari pada biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatifnya (Rp.24.000.000). Oleh karena itu seluruh biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik. Sebaliknya dalam tahun 2003 lebih banyak dana internal perusahaan digunakan untuk kegiatan konstruksi pabrik, sehingga perhitungan biaya bunga yang sebenarnya dapat dikapitalisasi (Rp. 53.546.000) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 47.600.000). Oleh karena itu, hanya biaya yang sesungguhnya dibayar dalam tahun 2003 dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik.

2. Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Adakalanya aktiva tetap yang dimiliki perusaha tidak lagi menunjukkan nilai yang layak yaitu terlalu rendah atau tingginya nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva tersebut dipasaran yang disebabkan perkembangan moneter atas alasan lainnya, sehingga perlu


(36)

dilakukan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi). Revaluasi ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih agar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai peruahaan yang sebenarnya.

Penarikan atau pelepasan aktiva tetap dilakukan apabila aktiva tetap tersebut tidak lagi bermanfaat bagi perusahaan, dapat disebabkan karena faktor keusangan, tersedia aktiva baru yang lebih produktif, kejadian tidak menyenangkan, misalnya bencana alam, dicuri, dll.

Dalam penyajian dineraca, aktiva tetap disajikan sebesar nilai cost atau perolehannya dengan akumulasi penyusutan sebagai pengurang dari cost aktiva tetap tersebut.

Penilaian kembali aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan oleh PSAK karena akuntansi menganut sistem pencatatan nilai historis. Namun bila diperkenankan, hal itu merupakan pengecualian. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.8) menjelaskan tentang penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap sebagai berikut:

Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenaan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut sistem penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh dari pada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.13), untuk aktiva tetap yang dinilai kembali harus mengungkapkan:


(37)

a. dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva b. tanggal ekfektif penilaian kembali

c. nama penilaian indenpenden, bila ada

d. hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti

e. jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap f. surplus penilaian kembali aktiva tetap contoh 1:

perusahaan mempunyai sebidang tanah dengan harga perolehan Rp. 300.000.000,-di nilai kembali berdasarkan nilai sekarang sebesar Rp. 400.000.000,- maka dijurnal:

Tanah Rp. 100.000.000,-

Modal penilaian kembali Rp. 100.000.000,-Bila tanah dijual dengan harga Rp. 350.000.000,- maka dijurnal:

Kas Rp. 350.000.000

Modal-Penilaian kembali Rp. 100.000.000

Tanah Rp. 400.000.000

Laba penjualan tanah Rp. 50.000.000 contoh 2:

Peralatan yang harga perolehaannya sebesar Rp. 12.000.000,-, umur ekonomis 8 tahun, sudah disusutkan 4 tahun, kemudian diturunkan nilainya menjadi Rp. 5.000.000,-. Penyusutan tahunan untuk peralatan itu sebelum penurunan nilai adalah Rp. 1.500.000,- dihitungkan sebagai berikut:

penyusutan per tahun = Rp.12.000.000. =Rp. 1.500.000


(38)

kerugian atas penurunan nilai peralatan adalah Rp. 1.000.000,- dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan peralatan Rp. 12.000.000. Akumulasi penyusutan peralatan

Nilai buku peralatan setelah penurunan (Rp. 5.000.000) (Rp. 6.000.000) (4 x Rp. 1.500.000)

Nilai buku peralatan Rp. 6.000.000

Kerugian penurunan nilai Rp. 1.000.000 Kerugiaan penurunaan nilai peralatan ini dijurnal sebagai berikut:

Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 6.000.000 Kerugian penurunan nilai Rp. 1.000.000

Peralatan Rp. 7.000.000*) *) Harga perolehan pralatan setelah penurunaan nilai yaitu sebesar Rp. 5.000.000 (Rp. 12.000.000 – Rp. 7.000.000)

3. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap

Setelah aktiva tetap diperoleh, terdapat pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tersebut selama masa penggunaannya agar aktiva tetap tersebut dapat terus digunakan. Istilah pengeluaran (expenditure) mengacu kepada suatu pembayaran atau suatu kewajiban untuk melakukan pembayaran pada masa mendatang atas suatu aktiva.

Zaki Baridwan (2004:272) menyatakan pengeluaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(39)

“2. Pengeluaran Pendapatan

ad. 1. Pengeluaran Modal

Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran yang meningkatkan manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari sebuah aktiva dan dikapitalisasi. Kapitalisasi adalah pencatatan biaya sebagai suatu kenaikan nilai buku aktiva.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.23) bahwa :

Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan.

Contoh pengeluaran yang meningkatkan manfaat ekonomi masa mendatang menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.7):

1. Modifikasi suatu pos sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya, termasuk suatu peningkatan kapasitasnya;

2. Peningkatan kemampuan mesin (upgrading machine parts) untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas output.

3. Penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi.

Contoh pengeluaran yang diakui sebagai beban saat terjadi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.7) yaitu “biaya pemeliharaan dan reparasi (servicing) atau turun mesin (overhauling) mesin pabrik dan peralatan”.


(40)

Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang manfaatnya hanya untuk periode sekarang atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan efisiensi kegiatan usaha normal. Mulyadi (2001:225) mengemukakan “pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut”.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(2004:16.25) menyatakan : “Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang yang dapat diharapkan perusahaan, biasanya diakui sebagai beban saat terjadinya”.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pemeliharaan dan reparasi biasa yang bersifat berulang harus digolongkan sebagai pengeluaran pendapatan dan didebit ke perkiraan beban. Sebagai contoh, biaya mengganti busi mobil atau biaya mengecet kembali gedung harus didebit ke perkiraan beban yang sesuai.

Selama suatu aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penambahan.

Penambahan (additions) adalah perluasan tata letak fisik sebuah aktiva tetap. Penambahan akan memberikan manfaat-manfaat di masa yang akan datang dan ditambahkan atau dibubuhkan kepada aktiva yang ada. Apabila sebuah sayap bangunan baru ditambahkan kepada sebuah bangunan, maka manfaat-manfaat dari pengeluaran untuk gedung sayap tadi akan diterima selama beberapa tahun.


(41)

Pengeluaran untuk penambahan atas aktiva tetap mesti didebit ke rekening aktiva bersangkutan. Biaya penambahan itu harus disusutkan selama taksiran masa manfaatnya.

2. Perbaikan.

Perbaikan berbeda dari pemeliharaan dan reparasi. Pemeliharaan dan reparasi (repair and maintenance) adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menjadikan sebuah aktiva dalam kondisi operasi yang baik atau menjadikannya kembali kedalam kondisi baik setelah rusak. Biaya pemeliharaan dan reparasi biasanya merupakan biaya periode, biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kapitalisasi aktiva, berbeda halnya dengan perbaikan. Perbaikan (betterment) terjadi manakala suatu aktiva tetap dimodifikasi agar membuatnya lebih efisien atau produktif. Perbaikan kerapkali melibatkan penambahan sebuah komponen kepada sebuah aset atau mengganti suatu komponen lama dengan yang lebih unggul.

Perbaikan merupakan pengeluaran modal karena meningkatkan mutu jasa yang diperoleh dari aktiva. Pengeluaran untuk perbaikan haruslah di debit kepada rekening aktiva yang tersebut kemudian nilai buku yang baru (dikurangi nilai sisa) harus disusutkan selama sisa manfaat aset tadi. Perbedaan antara pemeliharaan dan perbaikan adalah bahwa pemeliharaan mempertahankan aktiva dalam kondisi baik tetapi tidak lebih baik daripada kondisi pada saat dibeli, sedangkan perbaikan membuat kondisi aktiva menjadi lebih baik daripada saat dibeli atau memperpanjang masa manfaatnya melampaui taksiran masa manfaatnya pertama kali.


(42)

3. Reparasi luar biasa atau penambahan nilai

Reparasi luar biasa (extraordinary repair) adalah pengeluaran yang memperpanjang taksiran masa manfaat aktiva melebihi taksiran masa manfaat sebelumnya. Pengeluaran seperti ini haruslah didebit ke rekening akumulasi penyusutan (yang meningkatkan nilai buku aktiva). Rekening akumulasi penyusutan didebit karena dianggap bahwa penyusutan tahun-tahun sebelumnya ditutupi oleh pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat aktiva.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dan tetap dalam kondisi yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam operasi perusahaan. Pengeluaran tersebut dibukukan sebagai biaya seperti pemupukan dan pemberantasan hama & penyakit untuk tanaman.

5. Penggantian

Penggantian adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti bagian yang rusak dari aktiva tetap. Biaya dari penggantian ini dapat dibebankan ke expenses atau dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva tetap. Hal ini tergantung pada besar kecilnya penggantian tersebut.

4. Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva yang dimiliki oleh perusahaan di dalam proses produksi mempunyai umur dan manfaat yang terbatas, sehingga pada suatu waktu aktiva


(43)

tetap ini dapat aus karena faktor fisik dan fungsinya. Keterbatasan ini semakin lama dapat menyebabkan semakin berkurangnya jasa yang diberikan. Untuk itu perlu diambil kebijaksanaan mengalokasikan biaya aktiva tetap selama manfaat yang diberikannya. Pengalokasian biaya aktiva tetap ini disebut penyusutan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.2) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi”.

Untuk menentukan besarnya beban penyusutan setiap tahunnya, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yang akan mempengaruhi suatu penyusutan. Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:497) bahwa : “Empat faktor yang harus dikenal untuk mendapatkan beban periodik : (1) biaya atau harga perolehan aktiva, (2) nilai residual atau nilai sisa, (3) masa manfaat, dan (4) pola penggunaan”.

ad.1 Harga perolehan

Harga perolehan adalah semua jenis pengeluaran ataupun pengorbanan yang terjadi untuk memperoleh aktiva tetap sampai pada kondisi dan tempat siap digunakan dalam operasi perusahaan.

ad.2 Nilai residual atau nilai sisa

Nilai residu adalah suatu jumlah yang diharapkan dapat diwujudkan bila aktiva tersebut tidak dapat digunakan lagi, tetapi dalam menghitung beban penyusutan nilai ini dikurangkan dari harga perolehan. Nilai residu merupakan suatu taksiran.


(44)

Menurut Zaki Baridwan (2004:309) bahwa: ”Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya”.

Dalam perhitungan beban penyusutan, nilai residu ini merupakan taksiran sisa nilai aktiva tetap apabila sudah habis disusutkan. Namun pada kenyataannya ada juga perusahaan yang tidak menerapkan nilai sisa pada aktiva tetapnya, sehingga dalam perhitungan beban penyusutan faktor ini tidak diperhatikan.

ad.3 Masa manfaat

Masa manfaat disebut juga umur ekonomis, yaitu taksiran waktu suatu aktiva tetap mulai dioperasikan sampai aktiva tetap tersebut secara ekonomis tidak menguntungkan lagi bila dipergunakan. Penetapan umur pemakaian ini didasarkan atas taksiran tersebut dipengaruhi oleh pemeliharaan, perbaikan-perbaikan dan juga harus diperhitungkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.

ad.4 Pola penggunaan

Pola penggunaan berhubungan erat dengan umur pemakaian. Apabila penyusutan ditaksir menurut umur, maka digunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Bila ditaksir menurut hasil produk atau jam kerja, maka digunakan metode jam kerja atau jumlah produk.

Pemilihan metode penyusutan oleh suatu perusahaan tergantung pada keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tetap tersebut. Suatu perusahaan dapat memilih salah satu diantaranya yang dianggap paling tepat asalkan dilaksanakan


(45)

secara konsisten dari tahun ke tahun. Perhitungan besarnya beban penyusutan untuk satu periode dihitung dengan menggunakan metode tertentu.

Metode penyusutan yang dapat digunakan perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetapnya menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.1) dapat dikelompokkan dalam kriteria sebagai berikut:

a. Berdasarkan waktu:

(i) metode garis lurus (straight-line method) (ii) metode pembebanan yang menurun:

- metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-years-digit method); - metode saldo-menurun dan saldo-menurun-ganda

(declining/double-declining balance method). b. Berdasarkan penggunaan:

(i) metode jam-jasa (service-hours method);

(ii) metode jumlah unit produksi (productive-output method). c. berdasarkan kriteria lainnya:

(i) metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method);

(ii) metode anuitas (annuity method); (iii) metode persediaan (inventory systems).

Untuk menguraikan metode penyusutan di atas maka diberikan simbol sebagai berikut :

C = harga perolehan aktiva tetap S = nilai residu (sisa)

n = estimasi masa manfaat (angka tahun, jumlah produksi, jam kerja) r = Tarif penyusutan per periode, per jam pemakaian, per unit output. D = Beban penyusutan periodik

Contoh :

Sebuah mesin dengan data sebagai berikut :

Harga perolehan Rp.10.000.000,-


(46)

Taksiran masa manfaat :

Dalam tahun 5 tahun

Dalam jam kerja 60.000 jam

Dalam jumlah produksi 90.000 unit

ad. a. Berdasarkan Waktu

Dalam metode penyusutan berdasarkan waktu, pencatatan biaya penyusutan sejalan dengan umur aktiva tetap tanpa dipengaruhi oleh produktivitas atau efisiensi.

a. Metode garis lurus

Cara penyusutan dengan metode ini sangat sederhana dan paling mudah sehingga dalam praktek sering digunakan. Besarnya jumlah penyusutan setiap periode adalah sama sampai akhir masa manfaat aktiva tersebut. Berdasarkan contoh di atas maka besarnya beban penyusutan dapat dihitung dengan rumus:

C - S

D = n

D = ( C – S) x Tarif garis lurus 100%

Tarif garis lurus = Taksiran masa manfaat

Rp. 10.000.000 – Rp. 500.000

D = = Rp. 1.900.000,- 5


(47)

Tabel 2.1

Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

10.000.000 1 9.500.000 20% Rp. 1.900.000 1.900.000 8.100.000 2 9.500.000 20% 1.900.000 3.800.000 6.200.000 3 9.500.000 20% 1.900.000 5.700.000 4.300.000 4 9.500.000 20% 1.900.000 7.600.000 2.400.000 5 9.500.000 20% 1.900.000 9.500.000 500.000

Rp. 9.500.000

b. Metode pembebanan menurun

Menurut metode ini, besarnya biaya penyusutan untuk tahun-tahun pertama akan lebih besar dari pada beban penyusutan untuk tahun-tahun berikutnya. Hal berdasarkan anggapan bahwa penggunaan aktiva yang baru lebih efisien bila dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua, karena biaya aktiva yang baru memerlukan biaya pemeliharaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva yang lama. Metode ini terdiri dari :

(i) Metode jumlah-angka-tahun

Pada metode ini, beban penyusutan dihitung dengan mengalikan suatu pecahan, yang jumlah penyebutnya adalah jumlah urutan tahun masa manfaat dan sebagai pembilang adalah kebalikan dari urutan tahunnya. Pembilang dari pecahan itu, yang setiap tahunnya berubah adalah jumlah sisa umur aktiva.

Beban penyusutan = Biaya perolehan x Periode manfaat yang tersisa yang tersusutkan Jumlah angka - tahun


(48)

2

Berdasarkan data dari contoh sebelumnya, aktiva tersebut mempunyai umur 5 tahun, maka beban penyusutan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Penyusutan Menurut Metode Jumlah angka Tahun

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

10.000.000 1 9.500.000 5/15 Rp. 3.166.700 3.166.700 6.833.300 2 9.500.000 4/15 2.533.300 5.700.000 4.300.000 3 9.500.000 3/15 1.900.000 7.600.000 2.400.000 4 9.500.000 2/15 1.266.600 8.866.700 1.133.300 5 9.500.000 1/15 633.400 9.500.000 500.000

Rp. 9.500.000

(ii) Metode saldo-menurun dan saldo-menurun-ganda Metode saldo menurun

Pada metode ini, besarnya jumlah beban penyusutan setiap tahun dihitung dengan menggunakan persentase tetap dikalikan dengan nilai buku. Persentase tertentu tersebut dihitung dengan rumus :

n

S

C

r

=

1

:

Berdasarkan data dari contoh sebelumnya, maka persentase beban penyusutannya adalah :

Tarif penyusutan = r=1− 5 Rp.500.000:Rp.10.000.000 = 30%

Tabel 2.3

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun


(49)

Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku 10.000.000 1 9.500.000 30% Rp. 2.850.000 2.850.000 7.150.000 2 9.500.000 30% 2.145.000 4.995.000 5.005.000 3 9.500.000 30% 1.501.500 6.496.500 3.503.500 4 9.500.000 30% 1.051.050 7.547.550 2.452.450 5 9.500.000 30% 735.735 8.283.285 1.716.715

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai Metode saldo menurun ganda

Dalam metode ini, beban penyusutan dihitung dengan persentase yang tetap, yaitu dua kali persentase metode garis lurus dan mengalikannya dengan nilai buku aktiva tetap, dengan mengabaikan nilai sisa. Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka persentasenya dapat dihitung : 2 x 20 % = 40 %

Besar beban penyusutannya adalah

Tabel 2.4

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda

Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku 10.000.000 1 9.500.000 40% Rp. 3.800.000 3.800.000 6.200.000 2 9.500.000 40% 2.480.000 6.280.000 3.720.000 3 9.500.000 40% 1.488.000 7.768.000 2.232.000 4 9.500.000 40% 892.800 8.660.800 1.339.200 5 9.500.000 40% 535.680 9.196.480 803.520

ad. b. Berdasarkan penggunaan

Dalam metode ini, biaya penyusutan dihitung sesuai dengan tingkat penggunaanya dengan alasan bahwa aktiva tetap akan berkurang nilainya terutama


(50)

disebabkan karena penggunaanya. Metode penyusutan berdasarkan penggunaan ini terdiri dari :

a. Metode jam jasa

Besarnya biaya penyusutan pada setiap periode tergantung pada jumlah jam kerja aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan, sehingga beban penyusutan setiap periode akan berbeda didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan dari aktiva tersebut.

Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka perhitungan beban penyusutannya adalah :

Biaya perolehan - Nilai Residu Penyusutan per jam =

Taksiran total jam kerja produktif

Beban Penyusutan = Jumlah jam kerja x Penyusutan per jam

Rp.10.000.000 – Rp.500.000 r =

20.000 r = Rp. 475,- per jam

Tabel 2.5

Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa

Tahun Jam Tarif Beban Akumulasi Nilai Kerja Penyusutan Penyusutan Buku

10.000.000

1 3.000 475 1.425.000 1.425.000 8.575.000 2 5.000 475 2.375.000 3.800.000 6.200.000 3 5.000 475 2.375.000 6.175.000 3.825.000 4 4.000 475 1.900.000 8.075.000 1.925.000 5 3.000 475 1.425.000 9.500.000 500.000


(51)

Seandainya pada tahun pertama digunakan 20.000 jam kerja, maka beban penyusutannya adalah : 20.000 x Rp. 475,- = Rp. 9.500.000,-

b. Metode jumlah unit produksi

Dasar perhitungan menurut metode ini hampir sama halnya dengan metode jam jasa. Perbedaannya hanya terletak pada satuan ukurannya, yaitu jumlah unit produksi.

Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka perhitungan beban penyusutannya adalah :

Biaya perolehan - Nilai Residu Penyusutan per jam =

Taksiran total produk

Rp. 10.000.000 – Rp. 500.000

r = = Rp. 38,- per unit 250.000

Tabel 2.6

Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi

Tahun Unit Tarif Beban Akumulasi Nilai Produksi Penyusutan Penyusutan Buku

10.000.000

1 70.000 38 2.660.000 2.660.000 7.340.000 2 50.000 38 1.900.000 4.560.000 5.440.000 3 40.000 38 1.520.000 6.080.000 3.920.000 4 50.000 38 1.900.000 7.980.000 2.020.000 5 40.000 38 1.520.000 9.500.000 500.000


(52)

Seandainya pada tahun pertama diproduksi 250.000 unit, maka beban penyusutannya adalah : 250.000 x Rp. 38,- = Rp. 9.500.000,-

ad. c. Berdasarkan kriteria lain

Metode ini merupakan kumpulan dari beberapa metode sebelumnya, dimana metode ini terdiri dari :

a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok

Perusahaan biasanya mempunyai berbagai jenis aktiva tetap dengan berbagai ragam bentuk, harga perolehan, lokasi, masa manfaat, nilai residu dan sebagainya, sehingga bila dihitung satu persatu akan mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan metode penyusutan :

1. Metode kelompok

Aktiva yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokkan atas kesamaan jenis, sifat dan manfaatnya. Untuk menentukan besarnya penyusutan tiap periode terlebih dahulu ditentukan tarif penyusutannya. Tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata aktiva tetap dalam kelompok itu dan dikaitkan dengan harga perolehannya.

Contoh penyusutan metode kelompok:

Dibeli 100 mesin yang serupa dengan masa manfaat yang ditaksir 5 tahun dibeli pada tahun 2003 dengan total harga perolehan Rp.200.000.000,-. Dari kelompok ini 30 mesin dihentikan penggunaannya pada akhir tahun ke empat (2006), 40 pada akhir tahun kelima (2007) dan 30 sisanya pada akhir tahun keenam (2008). Beban penyusutan 20%, beban penyusutannya Rp.400.000 per mesin per tahun,


(53)

dalam empat tahun pertama digunakan 100 tahun-mesin, dan beban penyusutan tahunannya adalah Rp. 40.000.000,- pada tahun kelima ketika hanya 70 mesin yang beroperasi bebannya adalah:

Tabel 2.7

Penyusutan Menurut Metode Kelompok

(Rp) (000) Tahun penyusutan Biaya Perolehan Akumulasi penyusutan

Nilai Buku

20% Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo Aktiva

200.000 200.000 200.000

1 40.000 200.000 40.000 40.000 160.000

2 40.000 200.000 40.000 80.000 120.000

3 40.000 200.000 40.000 120.000 80.000

4 40.000 60.000 140.000 60.000 40.000 100.000 40.000

5 28.000 80.000 60.000 80.000 28.000 48.000 1.200

6 12.000 60.000 60.000 12.000

200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

2. Metode jenis dan kelompok

Metode ini digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva-aktiva yang tidak sejenis, berbeda sifat dan masa manfaatnya. Aktiva-aktiva tersebut kemudian digabungkan untuk mencari umur rata-rata.

Contoh penyusutan dengan metode jenis:

Tiga aktiva A, B, C, mempunyai perolehan, nilai sisa dan umur ekonomis yang berbeda-beda sbb:


(54)

Aktiva Harga Nilai

H.

Perolehan Taksiran Penyusutan Perolehan Sisa di susutkan Umur Per Tahun

A 200.000 12.000 188.000 400 47.000 B 600.000 30.000 570.000 600 95.000 C 1.200.000 120.000 1.080.000 1.000 108.000 2.000.000 162.000 1.838.000 250.000

Rp. 250.000

Penyusutan per tahun = x 100% = 12,5 % Rp. 2.000.000

b. Metode anuitas

Menurut metode ini nilai uang pada saat sekarang lebih besar dari pada masa yang akan datang sehingga aktiva tetap tersebut akan bertambah nilainya berdasarkan tingkat bunga tertentu.

Metode ini biasanya dipakai untuk analisa, investasi atau proyek untuk kepentingan manajemen. Beban penyusutannya dihitung dengan memakai label bunga majemuk. Metode ini jarang dipakai dalam praktek.

Biaya Perolehan – PV Nilai Residu Beban penyusutan =

PVIFni

PVIFni : Present value dari anuitas selama taksiran umur pada tingkat bunga tertentu

Contoh:

Perelatan dibeli seharga Rp.800.000.- dengan nilai residu Rp.67.338.- tingkat bunga 10%. Taksiran umur manfaat 5 tahun, maka :


(55)

= 800.000-(67.388 x 0.620921*) = 200.000.-

*) Present value nilai selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 0.62092.

**) Present value dari anuitas selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 3.7908.

Tabel 2.9

Tabel Present Value of Rp. 1,-

1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

1 0.99010 0.98039 0.97007 0.96154 0.95238 0.94340 0.93458 0.92593 0.91743 0.90909

2 0.98030 0.96117 0.94260 0.92456 0.90703 0.89000 0.87344 0.85734 0.84168 0.82645

3 0.97059 0.94232 0.91514 0.88900 0.86384 0.83962 0.81630 0.79383 0.77218 0.75131

4 0.96098 0.92385 0.88849 0.85480 0.82270 0.79209 0.76290 0.73503 0.70843 0.68301

5 0.95147 0.90573 0.86261 0.82193 0.78353 0.74726 0.71299 0.68058 0.64993 0.62092

6 0.94204 0.88797 0.83748 0.79031 0.74622 0.70496 0.66634 0.63017 0.59627 0.56447

7 0.93272 0.87506 0.81309 0.75992 0.71068 0.66506 0.62275 0.58349 0.54703 0.51316

8 0.92348 0.85349 0.78941 0.73069 0.67684 0.62741 0.58301 0.54027 0.50187 0.46651

9 0.91434 0.83675 0.76642 0.70259 0.64461 0.59190 0.54393 0.50025 0.46043 0.42410

10 0.90529 0.82035 0.74409 0.67556 0.61391 0.55839 0.50835 0.46319 0.42241 0.38554

Tabel 2.10

Tabel Present Value of An Annuity of Rp. 1,-

1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

1 0.99010 0.9804 0.9709 0.9615 0.9524 0.9434 0.9346 0.9259 0.7174 0.9091

2 1.9704 1.9416 1.9135 1.8861 1.8594 1.8334 1.8080 1.7833 1.7591 1.7355

3 2.9410 2.8839 2.8286 2.7751 2.7232 2.6730 2.6243 2.5771 2.5313 2.4868


(56)

5 4.8535 4.7134 4.5797 4.4518 4.3295 4.2123 4.1002 4.9927 3.8896 3.7908

6 5.7955 5.6014 5.4172 5.2421 5.0757 4.9173 4.7665 4.6229 4.4859 4.3553

7 6.7282 6.4720 6.2302 6.0020 5.7863 5.5824 5.3893 5.2064 5.0329 4.8684

8 7.6517 7.3254 7.0196 6.7327 6.4632 6.2098 5.9713 5.7466 5.5348 5.3349

9 8.5661 8.1622 7.7861 7.4353 7.1078 6.8017 6.5152 6.2459 5.9852 5.7590

10 9.4714 8.9825 8.5302 8.1109 7.7217 7.3601 7.0236 6.7101 6.4176 6.1446

Tabel 2.11

Penyusutan Menurut Metode Annuitas

Tahun Penyusutan Interest Akumulasi Akumulasi Nilai Revenue Penyusutan Penyusutan Buku

10% Per tahun

800.000

1 200.000 80.000 120.000 120.000 680.000

2 200.000 68.000 132.000 252.000 548.000

3 200.000 54.800 145.200 397.200 402.800

4 200.000 40.280 159.720 556.920 243.800.

5 200.000 24.308 175.692 732.612 67.388

c. Metode Persediaan

Metode persediaan digunakan untuk menilai aktiva tetap yang bernilai kecil. Aktiva tetap akan dinilai pada setiap akhir periode akuntasi pada kondisinya yang sekarang, melalui persentase keusangan dari aktiva yang digunakan atau melalui penilaian pihak luar. Metode ini dinilai tidak sistematis dan rasiomal karena tidak ada seperangkat formula yang dipakai dan juga sulit untuk menentukan nilai sesungguhnya aktiva tetap pada akhir periode.


(57)

Contoh :

Pembelian aktiva tetap pada awal tahun 1999 adalah sebesar Rp. 2.500.000,- dan taksiran nilai aktiva tetap itu pada akhir tahun adalah Rp. 1.400.000,- maka penyusutannya adalah sebesar Rp. 1.100.000,- dan dijurnal:

Beban Penyusutan Rp. 1.100.000

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp.1.100.000

5. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat dihentikan penggunaannya dengan menjual, menukarkan, atau karena terpaksa menghentikannya. Pada waktu aktiva dilepaskan, penyusutan aktiva tetap tersebut dicatat sampai tanggal pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan dapat dihitung berdasarkan selisih antara harga perolehan aktiva tetap dan akumulasi penyusutannya.

Perusahaan memakai suatu aktiva tetap selama masa manfaatnya. Tapi pada suatu saat aktiva tetap tersebut bisa rusak, usang dan lain-lain sehingga aktiva tetap tersebut tidak dipakai lagi. Oleh karena perusahaan akan menarik aktiva tetap tersebut dari pemakaian.

Menurut Mulyadi (2001:596) bahwa : “Jika berdasarkan pertimbangan teknis atau ekonomis suatu aktiva tetap tidak layak diteruskan pemakaiannya, manajemen dapat memutuskan untuk menghentikan pemakaian aktiva tetap yang bersangkutan”.


(58)

Selanjutnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.12) menyatakan : “Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomisan masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya”.

Dalam pelepasan aktiva tetap ada beberapa cara yaitu : a. Pembesituaan aktiva tetap.

Manakala aktiva tetap tidak lagi berharga dan mesti dibesituakan maka biaya perolehan dan saldo akumulasi penyusutan mesti dihilangkan dari catatan-catatan akuntansi. Apabila semua biaya perolehan aktiva sudah disusutkan, tidak ada kerugian dalam pelepasan aktiva tersebut. Sebaliknya bilamana biaya perolehannya belum disusutkan sepenuhny, maka biaya perolehan yang belum sempat disusutkan merupakan kerugian atas pelepasan aktiva.

b. Penghancuran Aktiva Tetap.

Kadangkala kecelakaan, kebakaran, banjir, petir dan bencana alam menghancurkan aktiva tetap sehingga menyebabkan perusahaan menanggung rugi.

c. Penjualan Aktiva tetap.

Perusahaan kerapkali melepas aktiva tetapnya dengan menjual aktiva tetap tersebut. Dengan membandingkan nilai buku aktiva (biaya prolehan dikurangi akumulasi penyusutan) dengan harga jualnya (nilai realisasi bersih bilamana terdapat beban penjualan), perusahaan bisa mendapat untung atau menanggung rugi. Apabila harga jual lebih besar dari nilai buku aktiva, maka


(59)

perusahaan menanggung untung. Sebaliknya jika harga jual dibawah nilai buku, maka perusahaan menderita kerugian.

Contoh:

Di asumsikan pada tanggal 1 April 2005, PT. Serba Huta Jaya menjual peralatan pabrik seharga Rp.43.600.000,- dengan harga perolehan Rp.83.600.000,- dan akumulasi penyusutan per 1 Januari 2005 sebesar Rp.50.600.000. Perusahaan menyusutkan peralatan pabriknya dengan menggunakan tarif garis lurus 10%. Perusahaan ini mengikuti kebijakan untuk menyusutkan aktivanya kebulan terdekat. Untuk mencatat transaksi dibuat jurnal sebagai berikut:

Untuk mencatat penyusutan selama tiga bulan pada tahun 2005

Beban penyusutan Mesin Rp.2.090.000

Akumulasi penyusutan Mesin Rp.2.090.000

Untuk mencatat penjualan mesin dengan memperoleh untung

Kas Rp. 43.600.000

Akumulasi penyusutan Mesin Rp. 52.690.000

Mesin Rp. 83.600.000

Keuntungan atas penjualan mesin Rp. 12.690.000 Perhitungan keuntungan

Harga jual………. Rp.43.600.000,- Nilai buku (Rp.83.600.000 – Rp. 52.690.000)……… Rp.30.910.000,- Keuntungan atas penjualan………... Rp.12.690.000,- Ayat jurnal diatas dapat dikombinasikan dalam bentuk gabungan sebagai berikut:


(60)

Kas Rp. 43.600.000,- Beban penyusutan Rp. 2.090.000,- Akumulasi penyusutan Mesin Rp. 50.600.000,-

Mesin Rp. 83.600.000,-

Keuntungan atas penjualan Mesin Rp. 12.690.000,- Sementara untuk aktiva tetap yang sudah disusutkan penuh namun masih tetap digunakan dalam kegiatan perusahaan, maka menurut Warren, Reev dan fess (2005:507) bahwa:

Aktiva tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aktiva tetap tersebut telah disusutkan secara penuh. Jika aktiva tetap masih digunakan oleh perusahaan, maka biaya dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat dalam buku besar. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan pertanggung jawaban bagi aktiva tersebut dalam buku besar. Jika nilai buku dalam aktiva dihapuskan dari buku besar, tidak akan ada lagi bukti mengenai keberadaan dari aktiva. 6. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan

Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dan pengambilan keputsan ekonomi. Laporan keuangan yang disajikan manajemen haruslah dapat menggambarkan secara wajar posisi keuangan dan tidak menyesatkan.

Dalam laporan keuangan, penyajian aktiva tetap akan terlihat dalam neraca. Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan komposisi harta, hutang dan modal pada suatu tanggal tertentu. Aktiva tetap yang disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aktiva tetap seperti : tanah, bangunan, inventaris


(61)

kantor dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau dirinci dalam catatan atas laporan keuangan.

Menurut Mulyadi (2001:539) perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian aktiva tetap dalam neraca berikut ini :

1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca. 2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan.

3. Jumlah akumulasi depresiasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus ditunjukkan di dalam laporan keuangan.

4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 5. Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika

jumlahnya material.

6. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumlahnya material harus dijelaskan.

7. Aktiva tetap harus dipecah kedalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material.

8. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumlahnya material harus dijelaskan.

Namun banyak juga perusahaan menyajikan aktiva tetap sebesar jumlah bersihnya, dikarenakan pengurangan beban penyusutan. Akibat adanya bebarapa alternatif untuk menghitung beban penyusutan, maka metode penyusutan yang digunakan dalam menghitung beban penyusutan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tanpa informasi ini, pemakai laporan dapat keliru dalam usahanya membandingkan hasil-hasil keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Metode penyusutan yang dianut suatu perusahaan biasanya dilaporkan dalam penjelasan laporan keuangan sebagai kebijakan akuntansi perusahaan.

Aktiva tetap sering masih digunakan walaupun harga perolehannya sudah habis disusutkan. Keadaan ini bisa timbul dari dua sebab, yaitu keliru dalam


(62)

membuat taksiran umur, dan umurnya tidak ditaksir keliru tetapi perusahaan tidak mampu untuk mengganti aktiva tetap tersebut dengan aktiva yang baru. Aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya tetapi masih digunakan perusahaan harus direvaluasi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.17) menyatakan bahwa: Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva tetap:

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah catatan bruto. Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus diungkapkan;

b. Metode penyusutan yang digunakan;

c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir priode;

e. Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir priode memperlihatkan: penambahan, pelepasan, akuisisi melalui penggabungan usaha, revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah, penurunan nilai dicatat, penyusutan beda nilai tukar neto yang timbul pada laporan keuangan suatu entitas asing dan setiap pengklasikan kembali.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa, penilaian kembali aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya diperbolehkan, apabila penilaian itu dianggap signifikan dengan kondisi perusahaan pada saat sekarang.


(63)

Tabel 2.12

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

PT. XYZ NERACA

Per 31 Desember 20xx (Rp)

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban

Aktiva Tetap

Tanah Rp.xxxx Gedung Rp.xxxx

Ak. Penyusutan (Rp.xxxx) Rp.xxxx Peralatan Rp.xxxx

Ak. Penyusutan (Rp.xxxx) Rp.xxxx Modal Mesin Rp.xxxx

Ak. Penyusutan (Rp.xxxx) Rp.xxxx Total Aktiva Tetap Rp.xxxx


(64)

Tabel 2.13

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

PT. XYZ NERACA

Per 31 Desember 20xx (Rp)

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban

Aktiva Tetap

Tanah Rp.xxxx Gedung Rp.xxxx Peralatan Rp.xxxx Mesin Rp.xxxx Total Aktiva Tetap Rp.xxxx Ak. Penyusutan (Rp.xxxx)


(1)

Kebijakan perusahaan untuk tidak menetapkan suatu nilai sisa dalam perhitungan penyusutan untuk semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan juga tidak melanggar kebijakan PSAK (2004:17.3) yang menyatakan “bahwa nilai sisa suatu aktiva seringkali tidak signifikan dan dapat diabaikan”.

5. Pelepasan Aktiva Tetap

Kebijakan pelepasan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan, di antaranya dengan cara menjual dan menonaktifkan aktiva tetap tersebut dan mengiliminasi aktiva tetap itu dari neraca perusahaan telah sesuai dengan kebijakan PSAK. Tetapi PT. Mara Jaya belum ada melakukan pelepasan tanaman sawitnya untuk periode ini.

6. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca

Perkiraan aktiva tetap yang disajikan perusahaan dalam neraca adalah dari harga perolehan semua jenis aktiva tetap dengan merinci satu persatu aktiva tetap itu maupun merinci secara per golongannya. Penyajian aktiva tetap dengan cara ini telah sesuai dengan PSAK, perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih jelas untuk pemakai laporan. Sementara untuk penyajian akumulasi penyusutan aktiva tetapnya sudah sesuai dengan PSAK, dimana perusahaan menyajikannya sebesar total akumulasi penyusutan keseluruhan jenis aktiva tetap.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan penguraian secara umum mengenai aktiva tetap dan akuntansi penyusutannya pada Bab II, kemudian membandingkannya dengan pembahasan terhadap perusahaan tempat penulis mengadakan penelitian pada Bab IV berdasarkan metodologi penelitian yang diungkapkan pada Bab III, maka pada bagian terakhir dari skripsi ini penulis mencoba mengambil ringkasan berupa kesimpulan dan memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang berkepentinagan.

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. PT. Mara Jaya merupakan salah satu perusahan yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet dalam kegiatan operasionalnya menggunakan aktiva tetap yang digolongkan, antara lain, tanaman, bangunaan, mesin ,dan inventaris.

2. PT. Mara Jaya mempunyai kebijakannya tersendiri untuk mengelola aktiva tetapnya, mulai dari kebijakan perolehan, penilaian, penilaian kembali, pengeluaran selama penggunaan, penyusutan, pelepasan dan penyajian aktiva tetap tersebut dalam neraca perusahan. Kebijakan ini sepenuhnya


(3)

telah sesuai dengan kebijakan aktiva tetap dan akuntansi penyusutan menurut PSAK No. 16 dan PSAK No 17.

3. Kebijakan perolehan dan penilaian aktiva tetap PT.Mara Jaya telah sesuai dengan kebijakan PSAK dimana perusahaan menilai aktiva tetap yang diperolehnya sebesar biaya perolehannya

4. Kebijakan penilaian kembali aktiva tetap PT. Mara Jaya telah sesuai dengan kebijakan PSAK yang menganut historical cots dimana sampai saat ini perusahaan belum melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya seiring perkembangan moneter.

5. Kebijakan pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap PT. Mara Jaya telah sesuai dengan kebijakan PSAK karena perusahaan telah membedakan pencatatan untuk pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

6. Kebijakan penyusutan aktiva tetap PT. Mara Jaya telah sesuai dengan kebijakan PSAK dimana perusahaan memilih metode penyusutan garis lurus untuk mengalokasikan biaya perolehan berdasarkan tarif penyusutan tertentu yang telah disesuaikan dengan kebijaksanaan perusahaan serta telah menerapkannya secara konsisten.

7. Kebijakan penyajian aktiva tetap PT. Mara Jaya di neraca telah sesuai dengan kebijakan PSAK dimana perkiraan aktiva tetap perusahaan telah disajikan dari seluruh golongan atau jenis aktiva tetap perusahaan dan sudah merinci harga perolehan aktiva tetap itu berdasarkan golongan atau jenisnya.


(4)

B. Saran

Berdasarkan hasil penilitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Mengenai kebijakan pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan, sebaiknya perusahaan membedakan antara pencatatan pengeluaran pendapatan dan pengeluaran modal, dengan mempertimbangkan kemapuan pengeluaran itu untuk menambah umur manfaat aktiva tetapnya.

2. perusahaan sebaiknya melakukan telaah ulang umur manfaat aktiva tetap setelah terjadi penguluaran modal yang menambah umur manfaat aktiva tetap tersebut.

3. mengenai penyajian aktiva tetap dineraca, sebaiknya perusahaan merinci harga perolehan aktiva tetap berdasarkan golongan atau jenisnya agar memberi informasi yang lebih jelas bagi pemakai laporan keuangan.

4. Dalam penelitian, penulis mengamati bahwa perusahaan tidak membuat kode untuk aktiva tetapnya. Ada baiknya perusahaan mencantumkan label atau nomor kode untuk masing-masing aktiva tetapnya, kecuali tanaman sawit agar mempermudah perusahaan dalam memverifikasi dan mengidentifikasi kesesuaian fisik aktiva tetap dengan pencatatan tidak didaftar aktiva tetap.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta.

Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen. 2004. Akuntansi Intermediate, Edisi Lima Belas, Buku 1, Alih Bahasa oleh Salemba Empat, Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Safri, 2002. Akuntansi Aktiva Tetap, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harnanto, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Buku 1, Cetakan Pertama, BPFE –

Yogyakarta, Yogyakarta.

Niswonger, Warren dkk. 2004. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Erlangga, Jakarta.

Simamora, Henry. 2000 Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Soemarso S.R, 2005. Akuntansi:Suatu Pengantar, Salemba Empat, Jakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice dan K. Fred Skousen, 2005. Akuntansi Intermediate, Edisi Kelima Belas, Terjemahan Safrida R. Parulian dan Ahmad Maulana, Salemba Empat, Buku 1, Jakarta.

Warren, Carl S., James M. Reeve dan Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi Dua Puluh Satu, Buku 1, Alih Bahasa oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 1999. Metode Penelitian, CV Alfabeta, Bandung.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan penulisan Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.


(6)

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan (per 1 September 2007), Salemba Empat, Jakarta.