memenuhi kualifikasi untuk diketahui sebagai suatu aktiva dan dikelompokan sebagai aktiva tetap harus diukur berdasarkan biaya perolehan”.
Pada perolehan aktiva tetap dengan cara dibangun sendiri, salah satu contoh di antaranya pembangunan kebun kelapa sawit. Disini perusahaan telah mencatat
dengan benar biaya perolehan kebun tersebut, yaitu memasukkan semua biaya- biaya yang berhubungan dengan perolehan kebun tersebut. Ini telah sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2004:16.5 yang menyatakan
Bahwa biaya perolehan aktiva yang dibangun sendiri di tentukan dengan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh, serta
untuk perusahaan yang membuat aktiva serupa untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, maka biaya perolehan aktiva adalah sebesar
biaya memproduksi aktiva untuk dijual tanpa menyertakan laba internal dalam menetapkan biaya tersebut.
2. Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Kebijakan perusahan untuk tetap menilai aktiva tetap berdasarkan harga perolehan dan belum pernah melakukan penilaian kembali aktiva tetap telah
sesuai dengan kebijakan PSAK yang menganut pencatatan historis. Menurut prinsip Akuntansi, nilai aktiva yang tercatat adalah berdasarkan
historical cost, yang berarti bahwa seluruh aktiva yang ada di catat sebesar cost yang dikeluarkan untuk itu. Namun demikian karena tujuan akuntasi adalah
menyajikan informasi yang lebih akurat dan dipercaya, maka seandainya suatu saat perusahaan melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya menurut harga
penilaian pada saat itu, sikap itu seharusnya menunjukan nilai yang semakin tinggi akibat inflasi. Dengan adanya penilaian ini, perusahaan perlu membuat
informasi tambahan untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap
Kebijakan perusahaan mengalokasikan seluruh pengeluaran yang terjadi selama penggunaan aktiva tetap kedalam biaya operasi perusahaan dengan
mempertimbangkan apakah pengeluaran yang terjadi dapat menambah masa manfaat aktiva tetap yang diterapkan perusahaan ini telah sesuai dengan kebijakan
PSAK, dimana menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2004:16.7 yang menyatakan “bahwa pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap
yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ke ekonomian di masa yang akan datang harus ditambahkan pada jumlah
tercatat aktiva yang bersangkutan”.
4. Penyusutan Aktiva Tetap
Kebijakan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan kebijakan PSAK, dimana perusahaan menyusutkan semua aktiva
tetapnya kecuali tanah, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2004:17.4 yang menyatakan
Bahwa tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak dianggap sebagai suatu aktiva yang dapat
disusutkan serta memilih metode penyusutan garis lurus straight line method untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetapnya
berdasarkan tarif penyusutan yang telah disesuaikan dengan kebijakan perusahaan dan menerapkan metode ini secara konsisten.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2004:17.3 yang menyatakan “bahwa konsisten dalam penggunaan metode penyusutan penting agar dapat menyediakan
daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode”.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan perusahaan untuk tidak menetapkan suatu nilai sisa dalam perhitungan penyusutan untuk semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan juga
tidak melanggar kebijakan PSAK 2004:17.3 yang menyatakan “bahwa nilai sisa suatu aktiva seringkali tidak signifikan dan dapat diabaikan”.
5. Pelepasan Aktiva Tetap