Keanekaragaman Makanan Tradisional di Medan

pasukannya yang bernama “ Kempetai “ Polisi Militer Jepang. Dengan masuknya Jepang di kota Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut “Gemeente Bestuur “ oleh Jepang dirubah menjadi “Medan Sico“ Pemerintahan Kotapraja. Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen disebut dengan Gunseibu. Penguasaan Jepang semakin merajalela di kota Medan. Mereka membuat masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh nusantara. Semboyan saudara tua hanyalah semboyan saja. Di sebelah timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Di kawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang.

4.2. Keanekaragaman Makanan Tradisional di Medan

Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat - istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka open- minded. Keanekaragaman ini dapat kita rasakan dan lihat dengan beragamnya bahasa yang digunakan masyarakat di Medan apabila mereka berbincang-bincang dengan orang yang satu suku ataupun mereka yang tahu bahasa dari lawan bicaranya. Keberagaman budaya dan dan etnis masyarakatnya itu tercermin dari sajian makanan yang beranekaragam. Kelebihan ini memberikan dampak positif karena citarasa makanan yang khasnya dapat dinikmati oleh lidah setiap orang, sekalipun mereka adalah masyarakat pendatang. Anugerah ini dimanfaatkan betul oleh masyarakat kota Medan. Hampir di setiap sudut kota ditemui tempat-tempat jajanan yang dengan konsep-konsep yang menarik dan istimewa, serta telah dijadikan suatu ajang usaha yang begitu menggiurkan. Istilah multikulturalisme menjadi perbincangan yang hangat akhir-akhir ini. Bagi sebagian orang, konsep ini diharapkan menjadi oase di tengah hubungan antar komponen masyarakat Indonesia yang kurang harmonis. Bahkan ada yang menjadikannya obat mujarab dalam menyembuhkan penyakit disintegrasi yang sedang menggerogoti batang tubuh bangsa. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas, meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan. Berikut adalah komposisi dari etnis suku yang ada di Medan sekalipun tidak up-to-date terkini lagi, yaitu : Komposisi Etnis Kota Medan N o. Et n is Ta h u n 1 9 3 0 Ta h u n 1 9 8 0 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Jawa Bat ak Toba Cina Mandailing Sipirok Minangkabau Melayu K a r o Aceh Sunda Sim alungun Dairi Nias Lain- lain 24, 90 10, 70 35, 63 6, 43 7, 30 7, 06 0, 19 - 1, 58 - 2, 34 - 14,28 29, 41 14, 11 12, 80 11, 91 10, 93 8, 57 3, 99 2, 19 1, 90 0, 67 0, 24 0, 18 3,04 Jum lah 100, 00 100, 00 Sum ber : Pelly, 1983 Berdasarkan keterangan tabel di atas, kita sudah tahu bahwa ada beragam suku yang menetap di kota Medan dalam segala profesi yang digambarkan dalam persentase. Namun, apabila kita memperhatikan dengan seksama bahwa suku Melayu yang merupakan suku asli kota Medan selalu berada diurutan keenam dalam jumlah. Padahal kita semua tahu bahwa orang-orang Melayulah yang pertama kalinya menginjakkan kakinya di tanah Deli sekarang Medan. Suku Melayu sangat memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan suku lainnya. Mengapa? Karena dulunya sesuai dengan peninggalan sejarah bahwa bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu tua Proto-Malay. Menyinggung dari suku-suku lainnya seperti :Minangkabau, Manado, dan Bugis hanyalah sebagian saja mereka menetap di kota Medan. Kebanyakan mereka hanya menanamkan modalnya di berbagai perusahaan. Sudah lama diberitakan bahwa makanan di kota Medan enak-enak. Tergantung selera, tinggal sebut kita bisa dapatkan segala jenis makanan di berbagai tempat di Medan. Hebatnya lagi kota Medan memang seolah menegaskan kekuatannya di wisata kulinernya, yang tampak pada banyakanya ragam makanan tradisional yang ada di kota terbesar ketiga Indonesia ini. Berikut adalah sebagian dari contoh makanan khas daerah ataupun makanan tradisional yang banyak sekali dijual di Medan dengan harga yang terjangkau, yaitu : • Suku Jawa nasi uduk, pecel lele, es dawet, pecel sayur, ayam penyet, sate Madura, dan sebagainya. • Suku Batak ikan arsik, babisapi panggang, ikan mas diasaminaniura, dsb.. • Suku Aceh mie goreng Aceh. • Suku Padang sate padang. Semua jenis makanan tersebut dapat ditemui di sepanjang jalan kota Medan. Banyak tempat makan yang tersebar di pelosok kota mulai dari kelas café, restoran, maupun yang kelas kaki lima, namun terjamin kebersihannya. Beberapa diantaranya sangat mirip dengan negara Singapura dan Malaysia. Tidak heran mengingat posisi mereka sangat berdekatan yang mana apabila ditempuh dengan pesawat hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 jam saja. Nah, bagi Anda yang beragama Muslim tidak perlu khawatir karena ada banyak sekali makanan tradisional Indonesia tersedia secara halal dan bersih. Bagi yang Kristiani, dapat menikmati semua jenis makanan tradisional dari setiap suku karena tidak adanya pantangan.

4.3. Keunggulan dan Potensi Pariwisata Kota Medan