Pembagian Hak Cipta dalam Warisan

Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009

B. Pembagian Hak Cipta dalam Warisan

Jika dicermati bahwa perlindungan hak cipta sebagai hak kebendaan yang immaterial, maka akan teringat kepada hak milik. Hak milik ini menjamin kepada pemilik untuk menikmati dengan bebas terhadap miliknya itu. 54 Oleh karenanya menyangkut dengan pembagian warisan menurut UHC Indonesia hanya mengatur tentang pengalihan hak cipta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya atau yang menerima wasiat dan menyangkut pembagiannya maka Undang-Undang hak cipta tidak menjelaskan secara terperinci. Objek hak milik itu dapat berupa hak cipta sebagai hak kekayaan immaterial. Terhadap hak cipta, si pencipta atau si pemegang hak dapat mengalihkan untuk seluruhnya atau sebagian hak cipta kepada orang lain, dengan jalan pewarisan, hibah atau wasiat atau dengan cara lain yang sesuai dalam pasal 3 UHC Indonesia yang menyatakan bahwa hak cipta dapat dialihkan atau beralih, baik seluruhnya maupun sebagian. Hal ini membuktikan bahwa hak cipta itu merupakan hak yang dapat dimiliki, dan juga dapat menjadi objek pemilikan atau hak milik dan oleh karenanya terhadap hak cipta itu berlaku syarat-syarat pemilikan, baik mengenai cara penggunaannya maupun cara pengalihan haknya. Mengenai pembagian hak cipta dalam warisan pada pasal 4 UHC Indonesia menyatakan “Hak cipta yang dimiliki oleh pencita, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum”. 54 Wirjono Projodikoro, Asas-asas dalam Hukum Perjanjiian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm. 102. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 Namun di dalam KUH Perdata dijelaskan tentang bagian mutlak atau legitime portie dan tentang pengurangan dari tiap-tiap pemberian yang kiranya akan mengurangkan bagian mutlak itu. Menurut Pasal 913 KUH Perdata menyatakan bahwa : “Bagian mutlak atau legitime portie adalah suatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada para waris dalam garis lurus menurut Undang-Undang, terhadap bagian mana si yang meninggal tak diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pemberian antara yang masih hidup maupun selaku wasiat”. Dalam garis lurus ke bawah, apabila si yang mewariskan hanya meninggalkan anak yang sah satu-satunya saja, maka terdirilah bagian mutlak itu atas setengah dari harta peninggalan, yang mana oleh si anak itu dalam pewarisan harus dperoleh. Selanjutnya apabil ada dua orang anak yang ditinggalkan oleh si meninggal dunia maka bagian mutlak itu adalah masing-masing dua pertiga dari apa yang sedianya harus diwarisi oleh mereka masing-masing dalam pewarisan. Dan apabila tiga orang atau lebihpun anak yang ditinggalkannya, maka tiga perempatlah bagian mutlak itu dari apa yang sedianya masing-masing mereka harus mewarisinya dalam pewarisan. Dengan sebutan anak, termasuk juga di dalamnya sekalian keturunannya dalam derajat keberapapun juga, akan tetapi mereka terakhir ini hanya dihitung sebagai pengganti si anak yang mereka wakili dalam mewarisi warisan si yang mewariskannya. Kemudian dalam garis lurus ke atas bagian mutlak itu adalah selamnya setengah dari apa yang menurut Undang-Undang menjadi bagian tiap-tiap mereka Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 dalam garis lurus itu dalam perwarisan karena kematian. Bagian mutlak seorang anak luar kawin yang telah diakui dengan sah adalah setengah dari bagian yang menurut Undang-Undang sedianya harus diwarisinya dalam pewarisan karena kematian. Dalam hal-hal bilamana guna menentukan besarnya bagian mutlak harus diperhatikan adanya beberapa waris yang kendati menjadi warisan karena kematian, namun bukan warisan mutlak maka apabila kepada orang-orang selain ahli warisan mutlak tadi baik dengan suatu perbuatan perdata antara yang masih hidup, maupun dengan surat wasiat, telah dihibahkan barang-barang sedemikin banyak, sehingga melebihi jumlah yang mana, andaikata ahli warisan mutlak tadi tidak ada, sedianya adalah jumlah terbesar yang diperbolehkan, dalam hal-hal yang demikian pun haruslah hibah-hibah tadi mengalami pemotongan-pemotongan yang demikian sehingga menjadi sama dengan jumlah yang diperbolehkan tadi, sedangkan tuntutan untuk itu harus dilancarkan oleh untuk kepentingan para waris mutlak beserta ahli waris dan pengganti mereka. Ini adalah merupakan pembagian dalam hal warisan yang sama belaku terhadap hak cipta yang diwariskan apabila si meninggal mempunyai hak cipta yang selanjutnya hak ciptanya diberikan kepada ahli warisnya baik berupa royalti ataupun sebagainya.

C. Kedudukan Hak Cipta Selanjutnya Setelah Pembagian Warisan