Pengertian Hukum Waris PEWARISAN MENURUT KUH PERDATA

Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009

BAB II PEWARISAN MENURUT KUH PERDATA

A. Pengertian Hukum Waris

Hukum waris merupakan salah satu hal yang terpenting dalam tatanan kehidupan sehari-hari. Di dalam kenyataannya hukum waris mendapat tempat di lingkungan Hukum Indonesia, karena hukum waris adalah separangkat aturan hukum yang mengatur tentang harta peninggalan dari pewaris kepada ahli waris. Dalam hukum perdata pada Pasal 830 menjelaskan bahwa pewarisan hanya berlangsung karena kematian, hal tersebut memberi pengertian bahwa dalam kehidupan setiap orang hanya wajib mendapat warisan ketika si pewaris telah meninggal dunia atau menghadapi kematian. Secara hukum, pewarisan juga merupakan satu dari yang terpenting di mana harta warisan harus dibagi kepada ahli warisnya dengan jatah dan porsinya masing- masing sesuai dengan ketentuan hukum pewarisan. Menurut KUH Perdata Burgerlijk Wetboek, terutama pasal 528 tentang hak mewaris diidentikkan dengan hak kebendaan, sedangkan ketentuan dari pasal 584 KUH Perdata menyangkut hak waris sebagai salah satu cara untuk memperoleh kebendaan. Oleh karenanya ditempatkan dalam buku ke-2 KUH Perdata tentang Benda. 4 Penempatan hukum kewarisan dalam buku ke-2 KUH Perdata ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan ahli hukum, karena mereka berpendapat 4 Djumhana Muhammad Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah dan Prakteknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 45. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 bahwa dalam hukum kewarisan tidak hanya tempat sebagai hukum benda saja, tetapi terkait beberapa aspek hukum lainnya, misalnya hukum perorangan dan kekeluargaan. Menurut Staatsblad 1925 Nomor 145 jo. 447 yang telah diubah, ditambah, dan sebagainya, terakhir dengan S.1929 No. 221 Pasal 131 jo. Pasal 163, hukum kewarisan yang diatur dalam KUH Perdata tersebut diberlakukan bagi orang- orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang-orang Eropa tersebut. Dengan Staatsblad 1917 Nomor 129 jo. Staatsblad 1924 Nomor 557, hukum kewarisan dalam KUH Perdata diberlakukan bagi orang-orang Timur Asing Tionghoa. Dan berdasarkan Staatsblad 1917 Nomor 12, tentang penundukan diri terhadap hukum Eropa, maka bagi orang-orang Indonesia dimungkinkan pula menggunakan kewarisan yang tertuang dalam KUH Perdata Burgerlijk Wetboek, yang diberlakukan kepada : 1. Orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang Eropa, misalnya Inggris, Jerman, Prancis, Amerika, dan termasuk orang-orang Jepang; 2. Orang-orang Timur Asing Tionghoa dan; 3. Orang Timur Asing lainnya dan orang-orang pribumi yang menundukkan diri terhadap hukum. 5 Bagi orang Indonesia yang beragama Islam, maka penetapan hukum kewarisan diatur menurut hukum Islam dan proses pembagiannya dilakukan dengan mekanisme hukum faraid. 6 5 H.M. Idris Ramulyo, Perbandingan hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Edisi Revisi, Sinar Grafika, 2004, hlm. 67. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 Selanjutnya menurut KUH Perdata, ada 2 dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu : a. Ahli waris menurut ketentuan Undang-Undang dan; b. Karena ditunjuk dalam surat wasiat testament Mengenai pengertian hukum waris atau hukum kewarisan di sini dapat dijelaskan bahwa hukum kewarisan adalah “Himpunan aturan-aturan hukum yang mengatuir tentang siapa ahli waris yang berhak mewarisi harta peninggalan dari orang yang meninggal dunia, bagaimana kedudukan ahli waris, berapa perolehan masing-masing secara adil dan sempurna”. 7 Sedangkan menurut KUH Perdata Burgerlijk Wetboek sebagaimana yang diungkapkan oleh Wirjono Projodikoro, mantan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, menyatakan bahwa “hukum waris adalah hukum-hukum atau peraturan- peraturan yang mengatur apakah dan bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup”. 8 Dalam hukum waris Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan. Oleh karena itu hak- hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekeluargaan pada umumnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban kepribadian misalnya hak-hak Kemudian menurut Subekti dalam Pokok-Pokok Hukum Perdata tidak menyebutkan definisi hukum kewarisan, beliau mengatakan asas hukum waris sebagai berikut : 6 Asrori Zain, Pembagian Dalam Islam, Tintamas, Jakarta, 1981, hlm. 56. 7 Ibid, hlm. 57. 8 Ibid, hlm. 58. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 dan kewajiban sebagai seorang suami atau sebagai seorang ayah tidak dapat diwariskan, begitu pula hak-hak dan kewajiban-kewajiban seorang sebagai anggota suatu perkumpulan. 9 Dengan demikian maka sangat jelas bahwa hukum waris merupakan salah satu seperangkat hukum yang mengatur tentang proses pembagian warisan baik Akan tetapi, menurut Subekti ada juga satu atau dua pengecualian, misalnya hak seorang bapak untuk menyangkal sah anaknya dan di pihak lain hak seorang anak untuk menuntut supaya ia dinyatakan sebagai anak yang sah dari bapak atau ibunya, menurut Undang-Undang beralih pada diwarisi oleh ahli waris masing-masing yang mempunyai hak-hak itu. Sebaliknya ada juga hak dan kewajiban yang terletak dalam lapangan hukum kebendaan atau perjanjian tetapi tidak beralih kepada ahli waris orang yang meninggal, misalnya hak vruchtgebruik atau suatu perjanjian poerburuhan di mana seorang akan melakukan suatu pekerjaan dengan tenaganya sendiri. Atau juga suatu perjanjian perkongsian dagang, baik yang berbentuk maatschap perseroan menurut KUH Perdata BW, maupun yang berbentuk firma menurut WvK yang menurut Undang-Undang diakhiri dengan meninggalnya salah satu persero. Dari pengertian hukum waris yang disampaikan oleh para ahli waris di atas, dapat memberikan penjelasan bahwa hukum kewarisan atau hukum waris adalah merupakan seperangkat hukum yang memberikan pengaturan mengenai pewaris dan ahli waris yang menerima harta warisan baik berbentuk benda dan perseorangan. 9 Ibid, hlm. 78. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 menurut menurut porsi atau bagian dari masing-masing ahli waris yang ditinggalkan oleh si pemberi waris atau yang meninggal dunia.

B. Pengertian dan Unsur Pewarisan