Hak Cipta yang dapat Menjadi Objek Warisan

Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV PEMBAGIAN DAN KEDUDUKAN HAK CIPTA BERDASARKAN HAK

CIPTA UU NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DAN KUH PERDATA

A. Hak Cipta yang dapat Menjadi Objek Warisan

.Dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta mengeni ciptaan yang dilindungi dan dapat menjadi objek warisan ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang terdapat dalam pasal 12 ayat 1 UU No. 19 tahun 2002 sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf 1 yaitu terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, data base, dan karya lain dari hasil pengalih wujudan dilindungi sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan lain. Bilamana ciptaan yang baru itu merupakan suatu bentuk ciptaan yang dapat dipandang berdiri sendiri dan patut diberi perlindungan tersendiri, maka ciptaan baru dilindungi sebagai ciptraan tersenciri, dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan aslinya. Ciptaan baru yang demikian misalnya : terjemahan, tafsir, saduran, perfilman, rekaman, ubahan musik, himpunan beberapa ciptaan dan lain-lain. Terhadap ciptaan lain-lain, yang tidak atau belum diumumkan, akan tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu, juga mendapat perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang- Undang Hak Cipta ini. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 Mengenai masa berlaku hak cipta, maka sesuai dengan ketentuan bahwa hak cipta mempunyai fungsi sosial, maka berlakunya hak cipta ditetapkan untuk ciptaan yang dimiliki oleh 2 dua orang atau lebih, hak ciptanya berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 lima puluh tahun sesudahnya. Menurut pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 menyebutkan bahwa hak cipta atas ciptaan tersebut yaitu : a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain; b. Drama atau drama musikal, tari, koreografi; c. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan terapan; d. Seni baik; e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; f. Arsitektur; g. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; h. Alat peraga; i. Peta; j. Terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai. Sedangkan hak cipta atas ciptaan program komputer, sinematografi, fotografi, database, dan karya hasil pengalih wujudan berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali diumumkan. Kalau suatu hasil ciptaan dijual kepada seorang pembeli, sedangkan hak ciptanya tidak turut serta diserahkan, maka hak cipta masih tetap ada di tangan penciptanya. Begitupun kalau hak cipta sudah dijual untuk seluruh atau sebagiannya, maka penjual yang sama tidak boleh menjual hak cipta untuk kedua kalinya kepada orang lain lagi. Ktentuan ini adalah logis, sebab kalau penjual yang sama menjual hak cipta untuk kedua kalinya, maka penjual itu menjual barang orang lain. Itu adalah Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 perbuatan pidana dan juga perbuatan melanggar hukum dalam artian hukum perdata. Akibat penjualan seperti yang digambarkan di atas, maka dapat menimbulkan sengketa antara beberapa pembeli hak cipta yang sama atas suatu ciptaan. Dalam hal ini perlindungan yang diberikan kepada pembeli yang terdahulu memperoleh hak cipta itu. Mengenai hak cipta yang dapat menjadi objek warisan di antaranya adalah : A.1. Hak Cipta Yang Merupakan Hak Kebendaan Sebelum mengkaji lebih jauh tentang keberadaan hak cipta sebagai hak kebendaan yang juga merupakan hak yang dapat diwarisi, maka ada baiknya jika terlebih dahulu diuraikan dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan hak kebendaan. 44 Dalam bahasa Belanda hak kebendaan ini disebut dengan zakelijk recht, Sri Soedawi Masjchoen Sofwan, memberikan rumusan tentang hak kebendaan yaitu : “hak mutlak atas suatu benda di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas benda dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga”. 45 44 OK. Saidin, Op.Cit, hlm. 48. 45 Ibid, hlm. 50. Rumusan bahwa hak kebendaan itu adalah hak mutlak yang juga berarti hak absolut yang dapat dipertentangkan atau dihadapkan dengan hak relatif, hak nisbi, atau biasanya disebut persoonlijk atau hak perorangan. Hak yang disebut terakhir ini hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu, tidak terhadap semua orang seperti pada hak kebendaan. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 Ada beberapa ciri pokok yang membedakan hak kebendaan ini dengan hak relatif atau hak perorangan yaitu : 46 1. Merupakan hak yang mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. 2. Mempunyai zaakgevolg atau droit de suite hak mengikuti. Artinya hak itu terus mengikuti bendanya di manapun juga dalam tangan siapapun juga benda itu berada. Hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya. 3. Sistem yang dianut dalam hak kebendaan di mana terhadap yang lebih dahulu terjadi mempunyai kedudukan dan tingkatan yang lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian. Misalnya seorang eigenar menghipotikkan tanahnya, kemudian tanah tersebut juga diberikan kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka di sini hak hipotik itu masih ada pada tanah yang dibebani hak memungut hasil itu. Dan mempunyai derajat dan tingkat yang lebih tinggi daripada hak memungut hasil yang baru terjadi kemudian. 4. Mempunyai sifat droit de preference hak yang didahulukan 5. Adanya apa yang dinamakan gugat kebendaan 6. kemungkinan untuk dapat memindahkan hak kebendaan itu dapat secara sepenuhnya dilakukan. Demikian ciri-ciri hak kebendaan itu meskipun dalam praktik ciri-ciri itu kelihatannya tidak tajam lagi jika dihadapkan dengan hak perorangan. Artinya perbedaan yang semacam itu tidak penting lagi dalam praktik. Sebab dalam kenyataannya ada hak perorangan yang mempunyai ciri-ciri sebagaimana ciri-ciri yang terdapat pada hak kebendaan. Hak ini dapat dilihat sifat absolut terhadap hak 46 Ibid. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 sewa, yang dilindungi berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata. Juga hak sewa ini mempunyai sifat mengikuti bendanya droit de suit. Hak sewa ini akan terus mengikuti bendanya meskipun berpindahnya atau dijualnya barang yang disewa, perjanjian sewa tidak akan putus. Demikian juga halnya sifat droit de preference hak yang didahulukan. 47 Hak kebendaan yang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna penuh bagi si pemilik. Selanjutnya untuk hak ang demikian dinamakan hak kemilikan. Sedangkan hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenikmatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik. Artinya kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurna jika dibandingkan dengan hak milik. Oleh Mariam Darus Badrulzaman, mengenai hak kebendaan ini dibaginya atas dua bagian yaitu : 48 Jadi jika disimpulkan pandangan Mariam Darus Badrulzaman di atas, maka yang dimaksud hak yang sempurna itu hanya hak milik, sedangkan selebihnya termasuk dalam kategori hak kebendaan yang terbatas. 49 47 Ibid, hlm. 51. 48 Ibid, hlm. 54. 49 Ibid. Bila kita kaitkan dengan hak cipta, maka dapatlah hak cipta itu sebagia hak kebendaan. Pandangan ini dapat disimpulkan dari rumusan pasal 1 Undang-Undang Hak CIpta Indonesia yang mengatakan bahwa hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkanh atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu tanpa mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 Hal ini menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau sipenerima hak. Hanya namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lainj yang mengganggap atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hukum. Kemudian jika dilihat rumusan tentang ketentuan pidana, di sini ada rumusan mengenai ancaman pidana terhadap pelanggaran hak cipta, dan suatu bukti bahwa hak itu dapat dipertahankan terhadap siapa saja yang mencoba untuk mengganggu keberadaannya. 50 Pandangan Mahadi tersebut jelas menunjukkan bahwa hak cipta itu termasuk dalam ruang lingkup kebendaan. Sebab di samping mempunyai sifat mutlak juga hadirnya sifat droit de suit. Pidana yang diancamkan ialah penjara dan denda. Tindak pidana ini juga digolongkan dalam tindak pidana kejahatan dan masuk dalam kategori delik biasa. Kesemuanya ini memberikan kesan peranda adanya hak absolut. Sifat hak absolut ini lebih jelas lagi jika dilihat rumusan pasal-pasal tentang pemindahan hak cipta, pendaftarannya dan yang berhubungan dengan penyelesaian sengketa menurut Undang-Undang Hak Cipta Indonesia. Dalam hal tersebut Mahadi mengatakan : Hak cipta memberikan hak untuk menyita benda yang diumumkan bertentangan dengan hak cipta itu serta perbanyakan yang tidak diperbolehkan dengan cara dan dengan memperhatikan ketentuan yang ditetapkan untuk penyitaan benda bergerak baik untuk menuntut penyerahan benda tersebut menjadi miliknya ataupun untuk menuntut suatu benda itu dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat dipakai lagi. Hak cipta tersebut juga memberikan hak yang sama untuk penyitaan dan penuntutan terhadap jumlah uang tanda masuk yang dipungut untuk menghadiri ceramah, pertunjukan atau pameran yang melanggar hak cipta. 50 Sanusi Bintang, Hukum Hak CIpta, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm. 78. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 Sifat droit de suit itupun tidak hilang dalam hak cipta itu dibajak di luar negeri, di mana negara si pencipta atau si pemegang hak tidak turut dalam konvensi Internasional. Hal ini dapat dilihat apa yang diungkapkan oleh Mahadi, bahwa sifat droit de suit tidak hilang disebabkan adanya ketentuan tentang perjanjian internasional itu gunanya untuk melindungi, jadi kalau tidak menjadi anggota konvensi internasional, negara lain tidak wajib dilindungi. Ini telah menjadi kebiasaan internasional. 51 51 OK. Saidin, Op.Cit, hlm. 56. Tidak dilindunginya hak cipta di luar negeri bukanlah berarti hilangnya sifat droit de suit, tetapi pencipta atau si pemegang hak, Undang-Undang tidak memberikan jaminan terhadap pelanggaran haknya yang mungkin akan terjadi di negara-negara yang tidak ikut konvensi. Jusru kesulitan yang dihadapi pencipta adalah dalam hal penuntutan haknya. Jadi jelaslah bahwa dengan dinyatakannya hak cipta sebagai hak kebendaan, maka setiap hak cipta yang dibuat atau diciptakan dapat menjadi objek warisan baik itu benda bergerak, tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud. Di samping itu juga hak cipta yang merupakan hak kebendaan, maka di dalam hak kebendaan tersebut, hak cipta juga di samping dapat diwariskan juga dapat dihibahkan oleh pemiliknya, baik diberikan kepada kerabat atau keluarganya maupun orang lain. Sehingga hak cipta tersebut secara mutlak dapat diwariskan dan dihibahkan kepada orang lain dari pemiliknya yang telah meninggal dunia. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 A.2. Hak Cipta Yang Merupakan Hak Kekayaan Immaterial Yang dimaksud dengan hak kekayaan immaterial adalah suatu hak kekayaan yang objek haknya adalah benda tidak berwujud benda tidak bertubuh. Dalam hal ini banyak yang dijadikan objek hak kekayaan yang termasuk dalam cakupan benda tidak bertubuh. Misalnya hak tagihan, hak yang ditimbulkan dari dari penerbitan sura- surat berharga, hak sewa dan lain-lain sebagainya. Hak immaterial secara sederhana dapat dirumuskan bahwa semua benda yang tidak dapat dilihat atau diraba dan dapat dijadikan objek hak kekayaan adalah merupakan hak kekayaan immaterial. 52 52 Ibid, hlm. 58. Jika hendak memastikan tempat atau kedudukan hak cipta itu sebagai hak kekayaan immaterial maka ada baiknya dilihat dulu rumusan pasal 499 KUH Perdata. Pasal ini secara implisit tersirat dan menunjukkan bahwa hak cipta itu dapat digolongkan sebagai benda yang dimaksudkan oleh pasal tersebut. Pasal 499 KUH Perdata memberikan batasan tentang rumusan benda, menurut pasal tersebut bahwa : “tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai menjadi objek kekayaan property atau hak milik”. Rumusan ini menempatkan hak cipta sebagai hak yang merupakan bagian dari benda. Hak cipta menurut rumusan ini dapat dijadikan objek hak milik, oleh karena itu ia memenuhi kriteria pasal 499 KUH Perdata. Si pemegang hak cipta dapat menguasai hak cipta sebagai hak milik”. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 Untuk itu dapat diungkapkan apa yang dikutip oleh Prof. Mahadi dari buku Pitlo yang mengatakan, “serupa dengan hak tagih, hak immaterial tidak mempunyai benda berwujud sebagai objek”. Hak milik immaterial termasuk ke dalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH Perdata. Oleh sebab itu, hak milik immaterial itu sendiri dapat menjadi objek dari sesuatu hak benda. Selanjutnya Mahadi mengatakan bahwa hak benda adalah hak absolut atas suatu benda, tetapi ada hak absolut yang objeknya bukan benda berwujud barang. Itulah yang disebut dengan nama Hak Milik Intelektual Intellectual property rights. Untuk itu dapat dilihat bahwa Undang-Undang Hak Cipta Indonesia memberikan batasan tentang hal apa saja yang dilindungi sebagai hak cipta. Dalam pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta mengenai ciptaan yang dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf 1 dilindungi sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli. Bilamana ciptaan yang baru itu merupakan suatu bentuk ciptaan yang dapat dipandang berdiri sendiri dan patut diberi perlindungan tersendiri, maka ciptaan baru dilindungi sebagai ciptaan tersendiri, dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan aslinya. Ciptaan baru yang demikian misalnya : terjemahan, tafsir, saduran, perfilman, rekaman, gubahan musik, himpunan beberapa citaan dan lain-lain. Terhadap ciptaan lain-lain, yang tidak atau belum diumumkan, akan tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 hasil karya itu, juga mendapat perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang- Undang Hak Cipta ini. Mengenai masa berlaku hak cipta, maka sesuai dengan ketentuan bahwa hak cipta mempunyai fungsi sosial, maka berlakunya hak cipta ditetapkan untuk ciptaan yang dimiliki oleh 2 dua orang atau lebih, hak ciptanya berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 lima puluh tahun sesudahnya. 53 1. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, Prinsip dalam pemberian perlindungan hak cipta ialah pemberian perlindungan kepada semua ciptaan warga negara Indonesia dengan tidak memandang tempat di mana ciptaan diumumkan untuk pertama kalinya. Penciptaan yang diciptakan oleh setiap warga negara Indonesia harus menciptakan sesuatu yang asli dalam arti tidak meniru. Karena memang penciptaan yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan harus memiliki keaslian dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di sisi lain ada beberapa istilah yang harus dipahami mengenai hak cipta tersebut. Di antaranya misalnya istilah pencipta, ciptaan, pemegang hak cipta, pengumuman, perbanyakan, dan potret. Istilah-istilah ini mempunyai kaitan yang sangat erat sekali dengan hak cipta yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Berikut dijelaskan pengertian-pengertian dari istilah di atas, dalam pasal 1 butir 2,3,4,5,6 dan 7 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, yang berbunyi : 53 Ibid, hlm. 62. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009 imajinasi, kecekatan. Keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. 2. Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk khas apapun juga dalam lapangan ilmu, seni dan sastra. 3. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dan pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut ; 4. Pengumuman adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran sesuatu ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang lain; 5. Perbanyakan adalah menambah jumlah sesuatu ciptaan, dengan pembuatan yang sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan bahan-bahan yang sama maupun yang tidak sama, termasuk mengalih wujudkan sesuatu ciptaan. 6. Potret adalah gambaran dengan cara dan alat apapun dari wajah orang yang digambarkan baik bersama bagian tubuh lainnya maupun tidak. Berdasarkan Pasal 1 butir 2,3,4,5,6 dan 7 UU No. 19 Tahun 2002, maka pada dasarnya hak cipta adalah merupakan dasar atau pilar bagi seseorang atau beberapa orang untuk mengembangkan bakat dan dan kemampuannya yang dituangkan dalam bentuk apapun yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan hak cipta atas ciptaan program komputer, sinematografi, fotografi, database, dan karya hasil pengalihwujudan berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali diumumkan. Inilah hak-hak cipta yang dilindungi dan juga merupakan objek dari warisan, sehingga apabila seseorang meninggal dunia yang meninggalkan harta warisan berupa hak cipta maka hak cipta tersebut dapat dialihkan kepada ahli warisnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba : Perbandingan Pengalihan Hak Cipta Kepada Ahli Waris Secara Pewarisan Menurut Kuhperdata Dan Menurut Undang-Undang Hak Cipta, 2007. USU Repository © 2009

B. Pembagian Hak Cipta dalam Warisan