Desi Irawani Hasibuan : Tinjauan Yuridis Eksekusi Benda Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Menurut UU No. 42 Tahun 1999, 2008.
USU Repository © 2009
seketika, meskipun harga belum dibayar lunas. Pembeli menguasai barang-barang selaku pemilik.
1. Proses Pelaksanaan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia.
Eksekusi benda sebagai objek jaminan fidusia dilakukan apabila debitor wanprestasi. Eksekusi benda sebagai objek jaminan fidusia menurut UU No. 42
Tahun 1999 dapat dilakukan dengan tiga 3 cara yaitu dengan title eksekutorial, dengan pelelangan umum, dan dengan penjualan di bawah tangan. Walaupun
tidak diatur dalam Undang-Undang No. 42 tahun 1999, eksekusi benda sebagai objek jaminan fidusia juga dapat dilakukan melalui gugatan biasa atau proses
pengadilan.
Dalam perbankan, debitor dikatakan wanprestasi apabila:
1. Debitor pemberi jaminan fidusia dikatakan wanprestasi apabila tidak
membayar jumlah hutang kepada bank berdasarkan perjanjian kredit sesuai waktu yang ditentukan.
2. Debitor pemberi jaminan fidusia dikatakan wanprestasi apabila lalai dalam
memenuhi kewajibannya untuk membayar hutang kepada bank dan cukup dibuktikan dengan lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian
kredit tanpa perlu adanya surat teguran dari juru sita atau surat sejenis lainnya.
Desi Irawani Hasibuan : Tinjauan Yuridis Eksekusi Benda Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Menurut UU No. 42 Tahun 1999, 2008.
USU Repository © 2009
3. Masalah wanprestasi tidak ada diatur sama sekali dalam akta perjanjian
jaminan fidusia tetapi cukup diatur dalam perjanjian pokoknya.
68
Apabila debitor wanprestasi seperti yang disebutkan diatas no.1, maka debitor akan diberi sanksi berupa penambahan bunga bank pada kredit yang
diambilnya. Dan apabila debitor tidak memenuhi untuk membayar kreditnya maka pihak bank biasanya terlebih dahulu memberikan surat peringatan. Selanjutnya
apabila debitor tidak menghiraukan juga maka pihak Bank akan melakukan eksekusi terhadap benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tersebut.
Dasar alasan eksekusi objek jaminan fidusia, diatur dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-undang No. 42 Tahun 1999. Menurut Pasal ini lahirnya hak eksekusi
adalah: 1.
Didasarkan pada cidera janji. a.
Pemberi Fidusia berada dalam keadaan cidera janji; b.Ketentuan umum cidera janji diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata.
lalai memenuhi perjanjian, atau
tidak memenuhi prestasi dalam jangka waktu yang
ditantukan. 2.
Tetapi secara khusus dan rinci dapat diatur dalam kontrak oleh para pihak mengenai hal-hal yang berkenaan dengan cidera janji.
68
Tan Kamello, Hukum jaminan fidusia suatu kebutuhan yang didambakan, Alumni, Bandung,
2006, hal 198
Desi Irawani Hasibuan : Tinjauan Yuridis Eksekusi Benda Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Menurut UU No. 42 Tahun 1999, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam rangka pelaksanaan eksekusi atas objek jaminan fidusia, pemberi jaminan fidusia atau debitor berkewajiban untuk menyerahkannya kepada kreditor
penerima jaminan fidusia. Apabila barang jaminan tidak diserahkan oleh debitor sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, kreditor dapat meminta bantuan dari
pihak yang berwajib seperti kepolisian baik barang tersebut berada dalam penguasaan debitor ataupun pihak ketiga.
Setelah benda objek jaminan fidusia sudah berada pada pihak bank, maka bank akan melakukan eksekusi dengan pelelangan umum ataupun penjualan
dibawah tangan tanpa melaui pengadilan. Namun dengan syarat, penjualan harus melalui pelelangan umum oleh Kantor Lelang Pejabat Lelang. Berdasarkan
Undang-undang No 10 tahun 1998 pada Pasal 6 huruf k menyebutkan:
“ Bank umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan kuasa
untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitor tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya”.
Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 secara tegas dikatakan bahwa bank tidak diperbolehkan memiliki barang agunan yang dibelinya.
69
Prinsip pelarangan pemilikan barang agunan sejalan dengan hukum jaminan fidusia.
Bahkan, pemilikan benda jaminan fidusia yang dibuat dengan kesepakatan antara kreditor penerima jaminan fidusia dengan debitor pemberi jaminan fidusia tidak
dibenarkan. Janji yang demikian adalah batal demi hukum.
70
69
Penjelasan Pasal 12 A ayat 1 UU No 10 Tahun 1998
70
Pasal 33 UU No 42 Tahun 1999
Berdasarkan prinsip
Desi Irawani Hasibuan : Tinjauan Yuridis Eksekusi Benda Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Menurut UU No. 42 Tahun 1999, 2008.
USU Repository © 2009
larangan pemilikan benda jaminan fidusia walaupun debitor pemberi jaminan fidusia sudah wanprestasi, yang berarti syarat menangguhkan sudah terjadi, tidak
juga dapat merealisir kemilikan hak yang telah diserahkan secara kepercayaan kepada kreditor jaminan fidusia. Hal ini membuktikan bahwa penyerahan hak
milik secara fidusia bukanlah sesuatu peralihan hak milik secara sempurna.
71
1. Membuat pernyataan pembelian dilakukan untuk pihak lain.
Bank sebagai Kreditor dapat menjadi pembeli agunannya melalui lelang dengan ketentuan sebagai berikut:
Syarat pertama, bank membuat: a.
pernyataan yang menyatakan pembelian itu dilakukan untuk pihak lain yang akan ditunjuk kemudian dalam jangka waktu 1 satu
tahun; b.
pernyataan itu, harus berbentuk akta notaris; dan c.
pernyataan diserahkan kepada Pejabat Lelang sebelum dilaksanakan lelang;
d. Kepala Kantor Lelang setelah menerima pernyataan dari bank
mencatatnya dalam Risalah lelang. 2.
Selambat-lambatnya 1 satu Tahun, Bank harus menyampaikan pernyataan tertulis nama pembeli.
72
71
Tan Kamello,Op.cit hal 202
72
J. Satrio,Op.cit, hal 154