Desi Irawani Hasibuan : Tinjauan Yuridis Eksekusi Benda Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Menurut UU No. 42 Tahun 1999, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG EKSEKUSI
A. Pengertian dan Sumber Eksekusi
Kalau kita perhatikan ketentuan H.I.R R.Bg., pengertian eksekusi sama
dengan pengertian “menjalankan putusan”.
Sedangkan Prof. R. Subekti, S.H, mengartikan eksekusi dengan istilah
“pelaksanaan” putusan.
53
Dan begitu juga dengan Retnowulan Sutantio, S.H, mengartikan eksekusi ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah “pelaksanaan putusan”.
54
Berbeda dengan M. Yahya Harahap, S.H, lebih menegaskan “secara paksa” putusan Pengadilan dengan bantuan kekuatan umum apabila pihak yang
kalah tereksekusi atau pihak Tergugat tidak mau menjalankan secara suka rela.
55
Penulis dalam hal ini sependapat dengan M. Yahya Harahap dimana eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan kepada pihak
yang kalah dalam suatu perkara yang juga merupakan aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara, yang melaksanakan secara paksa putusan
Pengadilan dengan bantuan kekuatan umum apabila pihak yang kalah tidak mau menjalankannya secara suka rela. Hal ini dilakukan karena tidak jarang pihak
53
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Bandung, 1982, Hal 130.
54
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oripkartawinato, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Alumni, Bandung, 1980, Hal 111.
55
M. Yahya Harahap,Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Sinar Grafika,
Jakarta, 2005, Hal 5.
Desi Irawani Hasibuan : Tinjauan Yuridis Eksekusi Benda Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Menurut UU No. 42 Tahun 1999, 2008.
USU Repository © 2009
yang tereksekusi pihak yang kalah atau Tergugat meninggalkan begitu saja benda atau barang yang akan dieksekusi dan menyerahkan secara suka rela kepada
pihak yang menang atau Penggugat, tetapi dengan bantuan kekuatan umum Polisi dan ABRI agar pihak yang tereksekusi itu mau meninggalkan dan menyerahkan
secara suka rela benda atau barang yang akan dieksekusi tersebut. Prinsip yang perlu diperhatikan sehubungan dengan menjalankan eksekusi
itu agar dapat dilakukan apabila telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan bersifat “kondemnator”, atau dengan perkataan lain putusan yang bersifat
kondemnator yang dapat dieksekusi. Menurut M. Yahya Harahap, SH, Putusan yang bersifat kondemnator
maksudnya adalah putusan yang amar atau diktumnya mengandung unsur penghukuman tidak dapat dieksekusi atau “non-eksekutabel”.
56
1. menghukum atau memerintah “menyerahkan” suatu barang;
Adapun ciri-ciri yang dapat dijadikan indikator menentukan suatu putusan yang bersifat kondemnator dalam amar atau diktum putusan terdapat perintah
yang menghukum pihak yang kalah, yang dirumuskan dalam kalimat:
2. menghukum atau memerintahkan “pengosongan” sebidang tanah atau
rumah; 3.
melakukan suatu perbuatan tertentu; 4.
menghentikan suatu perbuatan atau keadaan;
56
M. Yahya Harahap, Ibid, Hal 11