Perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada dan akan dilakukan individu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan.
3. Evaluation Evaluasi Evaluasi merupakan dimensi akhir dari hasil proses pembentukan orientasi
masa depan. Tahap evaluasi ini adalah derajat dimana minat dan tujuan diharapkan dapat terealisir. Nurmi 1989 memandang evaluasi sebagai proses yang melibatkan
pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan penguat bagi diri sendiri. Jadi, meskipun tujuan dan perencanaan
orientasi masa depan belum diwujudkan, tetapi pada tahap ini individu telah harus melakukan evaluasi terhadap kemungkinan-kemungkinan terwujudnya tujuan dan
rencana tersebut Desmita, 2005. Dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan, proses
evaluasi melibatkan causal attributions; yang didasari oleh evaluasi kognitif individu mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depannya,
dan affects; berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa disadari Nurmi, 1989. Menurut Weiner dalam Nurmi, 1989 atribusi
terhadap kegagalan dan kesuksesan dengan penyebab tertentu akan diikuti oleh emosi tertentu.
Model Weiner ini pada dasarnya digunakan untuk mengevaluasi hasil dari kejadian dimasa lalu. Namun pada kenyataannya model ini juga dapat dimanfatkan
untuk mengevaluasi tujuan dan rencana yang dibuat individu akan masa depannya Nurmi, 1989.
2.2.4 Orientasi Masa Depan Sebagai Sistem
Orientasi masa depan merupakan sebuah kesatuan yang terkait dalam satu sistem dimana tahapan-tahapan orientasi masa depan saling berkaitan. Bandura
dalam Nurmi, 1991 menjelaskan bahwa suatu pencapaian tujuan dalam membangun konsep diri yang positif dapat meningkatkan kepercayaan diri,
sehingga berhasil memunculkan sebuah gagasan yang dapat mempengaruhi pandangannya terhadap orientasi masa depan.
Bandura dalam Nurmi, 1991 selanjutnya menjelaskan dengan teorinya bahwa tujuan dan standar pribadi menjadi dasar bagi individu dalam mengevaluasi
kinerja mereka dalam pencapaian tujuan membangun konsep diri yang positif dan atribusi internal. Selain itu, efektivitas dari rencana yang dibuat mempengaruhi hasil
pencapaian rencana dan pada akhirnya akan mempengaruhi evaluasi diri. Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi masa
depan sebagai sistem adalah bentuk dasar pemikiran manusia yang terkait dengan sebuah kesatuan tahapan-tahapan orientasi masa depan.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan. Menurut Nurmi 1989 terdapat dua faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor Internal Individu
Beberapa faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu internal. Faktor-faktor tersebut adalah :
1 Konsep diri
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmi 1989 menemukan bahwa konsep diri memberikan pengaruh terhadap orientasi masa depan. Individu dengan
konsep diri yang positif dan percaya dengan kemampuan mereka cenderung untuk lebih internal dalam pemikiran mereka mengenai masa depan dibandingkan
individu dengan konsep diri yang rendah. Konsep diri juga dapat mempengaruhi penetapan tujuan. Salah satu bentuk
dari konsep diri yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan adalah diri ideal. Diri ideal terdiri atas konsep individu mengenai diri ideal mereka yang berhubungan
dengan lingkungannya dapat berfungsi sebagai motivator untuk dapat mencapai tujuan jangka panjang.
Bagian dari konsep diri yang cukup sering diteliti adalah self esteem. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa individu dengan self esteem
yang tinggi memiliki belief mengenai masa depannya yang lebih internal dan memiliki perencanaan yang lebih panjang dibandingkan individu dengan self esteem
yang rendah Nurmi, 1989. 2
Trait Kecemasan Penelitian yang dilakukan oleh Zelenski dan Larsen dalam Palupi, 2007
menunjukkan hubungan antara nilai skor trait neuroticism dengan skor judgement terhadap kejadian yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan penelitian, individu
yang memiliki trait neuroticism berkorelasi tinggi dengan trait kecemasan
cenderung untuk mempersepsikan bahwa akan terjadi kejadian yang buruk di masa yang akan datang.
2. Faktor Kontekstual
Berikut ini adalah faktor-faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan :
1 Gender
Berdasarkan tinjauan literatur ditemukan adanya perbedaan gender yang signifikan antara domain-domain pada orientasi masa depan, tetapi pola perbedaan
yang muncul akan berubah seiring berjalannya waktu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmi 1991 ditemukan bahwa perempuan lebih berorientasi ke
arah masa depan keluarga sedangkan laki-laki lebih berorientasi ke arah masa depan karir. \
2 Status Sosial ekonomi
Kemiskinan dan status sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan perkembangan orientasi masa depan yang menyebabkannya menjadi terbatas
Nurmi dalam McCabe Barnet, 2000. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi 1991dalam McCabe Barnet, 2000 menunjukkan
bahwa individu yang memiliki latar belakang status sosial ekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih jauh
dibandingkan individu dengan latar belakang sosial ekonomi rendah. 3
Teman Sebaya
Dalam konteks ini, teman sebaya dapat mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara yang bervariasi. Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan
jenjang usia yang sama dan berada pada tingkat perkembangan yang sama, dimana teman sebaya dapat saling bertukar informasi pada pemikiran mengenai tugas
perkembangannya. Kelompok teman sebaya peer group juga memberikan individu kesempatan untuk membandingkan tingkah lakunya dengan temannya
yang lain Nurmi, 1991.
2.2.6 Orientasi Masa Depan Dalam Perspektif Islam