Komponen Upah Ketentuan Pembayaran Upah

17 c. Sistem Upah Permufakatan Sistem upah ini pada dasarnya adalah upah potongan, yaitu upah untuk hasil pekerjaan tertentu, misalnya pada pembuatan jalan, pekerjaan memuat, membongkar dan mengangkut barang dan sebagainya, tetapi upah itu bukanlah diberikan kepada buruh masing-masing, melainkan kepada sekumpulan buruh yang bersama-sama melalui pekerjaan itu. d. Sistem Skala Upah Berubah Pada sistem ini terdapat pertalian antara upah dengan harga penjualan dari hasil perusahaan. e. Sistem Pembagian Keuntungan Disamping upah yang diterima buruh pada waktu-waktu tertentu, pada penutupan tahun buku, apabila ternyata majikan mendapatkan keuntungan yang cukup besar, kepada buruh diberikan sebagian dari keuntungan itu. f. Sistem Upah Indeks Sistem upah ini didasarkan atas indeks biaya keuntungan hidup.

5. Komponen Upah

Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak melebihi 25 dari nilai upah yang seharusnya diterima, hal ini termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997. Imbalanpenghasilan yang diterima oleh buruh tidak selamanya disebut upah, karena bisa jadi imbalan tersebut bukan termasuk dalam komponen upah. Dalam Surat Edaran Menteri Tenaga 18 Kerja Nomor 07MEN1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah disebutkan bahwa: a. Upah pokok; merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besanya ditetapkan berdasarkan perjanjian. b. Tunjangan tetap; suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan kehamilan. Tunjangan makan dan tunjangan transport dapat dimasukkan dalam tunjangan pokok asalkan tidak dikaitkan dengan kehadiran buruh, dengan kata lain tunjangan tersebut diberikan tanpa mengindahkan kehadiran buruh dan diberikan bersamaan dengan dibayarnya upah pokok. c. Tunjangan tidak tetap; suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak tetap bagi buruh dan keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.

6. Ketentuan Pembayaran Upah

Pengusaha wajib membayar upah kepada para pekerjanya secara teratur sejak terjadinya hubungan kerja sampai dengan berkhirnya hubungan kerja. Upah yang diberikan oleh pengusaha tidak boleh diskriminasi antar pekerja pria dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya Undang-Undang 19 Nomor 80 Tahun 1975 yang merupakan ratifikasi konvensi ILO Nomor 100 Tahun 1951. Upah tidak dibayar apabila pekerjaanburuh tidak melakukan pekerjaan Pasal 93 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, prinsip ini dikenal dengan asas „no work no pay‟,asas ini tidak berlaku mutlak, maksudnya dapat disimpulkan dalam hal-hal tertentu atau dengan kata lain pekerja tetap mendapatkan upah meskipun tidak dapat melakukan pekerjaan. Adapun penyimpangan terhadap asas „no work no pay‟ ini adalah: 16 a. Pekerjaburuh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan b. Pekerjaburuh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan. c. Pekerjaburuh tidak masuk kerja karena pekerjaburuh menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istrinya melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia. d. Pekerjaburuh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjaklankan kewajiban terhadap negara. 16 J. Ravianto, Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia, Seri Manajemen produktivitas, Jakarta: Lembaga Sarana Informasi dan Produktivitas, 1985, h.65 20 e. Pekerjaburuh tidak dapat menjalankan kewajibannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya. f. Pekerjaburuh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha. g. Pekerjaburuh melaksanakan hak istirahat. h. Pekerjaburuh melaksanakan tugas serikat pekerjaserikat buruh atas persetujuan pengusaha. i. Pekerjaburuh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan pasal 93 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003. Upah yang dibayarkan kepada pekerjaburuh yang sakit adalah sebagai berikut: a. Untuk 4 empat bulan pertama, dibayar 100 seratus persen dari upah. b. Untuk 4 empat bulan kedua, dibayar 75 tujuh puluh lima persen dari upah. c. Untuk 4 empat bulan ketiga, dibayar 50 lima puluh persen dari upah. d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25 dua puluh lima persen dari upah sebelumnya sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan pengusaha. Upah yang dibayarkan kepada pekerjaburuh yang tidak masuk kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 ayat 2 huruf c sebagai berikut: a. Pekerjaburuh menikah, dibayar untuk selama 3 tiga hari. b. Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 dua hari. 21 c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 dua hari. d. Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 dua hari. e. Istri melahirkankeguguran kandungan dibayar untuk selama 2 dua hari. f. Suamiistri, orang tuamertua atau anak atau menantu, meninggal dunia. dibayar untuk selama 2 dua hari. g. Anggota keluarga dalam satu tumah meninggal dunia dibayar untuk selama 1 satu hari pasal 93 ayat 3. Upah mempunyai kedudukan strategis, dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerjaburuh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya. Tuntutan pembayaran upah pekerjaburuh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melalui jangka waktu 2 dua tahun sejak timbulnya hak pasal 96.

7. Upah Lembur