BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup dan mati seperti dua sisi mata uang. Ia tak dapat dipisahkan, karena setiap yang hidup pasti akan mati. Dan kematian merupakan suatu kepastian yang
tidak pasti, tidak ada seorang pun yang bisa memprediksinya. Pada umumnya setiap manusia berkeinginan untuk mendapatkan
kepastian dalam hidupnya atau terhindar dari risiko. Akan tetapi banyak risiko yang menghadang manusia seperti sakit, kebakaran, kecelakaan, kematian dan
risiko-risiko lainnya. Bagi kebanyakan orang, sakit dan meninggal dunia merupakan kepastian yang tidak pasti. Namun, ketika peristiwa tersebut benar-
benar terjadi, implikasi biaya yang dikeluarkan dapat sedemikian besar dan membebani kehidupan ekonomi rumah tangga. Salah satu cara mengatasi risiko
dari ketidak pastian tersebut adalah dengan berasuransi. Sesuai dengan maksud dari asuransi itu sendiri adalah suatu persetujuan
dimana penanggung berjanji kepada tertanggung untuk membayar sejumlah kerugian yang telah disepakati bila terjadi kerusakan, kerugian, atau kehilangan
keuntungan itu, disebabkan oleh sesuatu peristiwa yang belum terjadi.
1
1
C.S.T Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia
, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, cet-1, h.178
Asuransi itu sendiri merupakan lembaga keuangan bukan bank yang memiliki tujuan untuk menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan uang
yang disebut dengan premi, dalam usaha perasuransian faktor yang paling dominan adalah kepercayaan dan kepuasan. Masyarakat akan mendapatkan
manfaat atas dana yang telah disetor kepada perusahaan asuransi dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Dalam asuransi jiwa selain bersifat membagi risiko juga bersifat menabung. Hal ini karena apabila kematian lebih lama dari yang ditentukan
dalam penutupan asuransi, berarti penanggung akan memberikan sejumlah uang sebagaimana sudah ditetapkan sebelumnya.
2
Oleh sebab itu, setiap calon peserta asuransi jiwa yang berkeinginan membeli polis asuransi ada yang dipersyaratkan melalui pemeriksaan dokter
medical check up, dan jujur dalam memberikan informasi mengenai catatan medisnya. Agar perusahaan asuransi bisa lebih mudah untuk memproses klaim
yang diajukan, tanpa adanya ketidakjujuran dalam catatan medis yang diberikan. Karena perusahaan asuransi bisa menolak klaim yang diajukan dengan alasan
ragu atas keabsahan catatan medis tertanggung.
3
Kepuasan nasabah dalam berasuransi lebih banyak ditentukan oleh bagaimana perusahaan asuransi memproses secara baik dan cepat klaim yang
2
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian
, Bandung: PT Alumni, 2004, cet-3, h. 65
3
Hartono Widjaja, “Pusing Ngurus Klaim”, Proteksi XXVIII, No 192 Januari 2007, h. 30
diajukan pesertanya, maka kemudahan dalam proses penyelesaian klaim merupakan tindakan yang paling penting didalam perusahaan asuransi untuk
dapat menanamkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi tersebut.
Perusahaan asuransi tidak dengan mudah mengeluarkan dan atau membayarkan klaim yang telah diajukan oleh Ahli waris walaupun klaim
merupakan kewajiban yang harus diberikan kepada ahli waris pada saat mengalami kerugian financial. Meskipun, klaim itu adalah hak peserta asuransi
yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4
Akan tetapi perusahaan asuransi harus dengan teliti memproses, menghitung apakah klaim tersebut memang layak dibayarkan atau tidak.
Meskipun sebuah perusahaan Asuransi telah memberikan pelayanan klaim secara maksimal ada satu masalah yang cukup berdampak pada penyelesaian
klaim yaitu keterlambatan kewajiban membayar premi yang harus dibayar oleh peserta atau pemegang polis kepada perusahaan asuransi. Banyak para peserta
lebih banyak menuntut haknya yaitu pembayaran klaim dengan secepatnya tanpa terlebih dahulu melaksanakan kewajibanya dengan membayar premi. Artinya,
pembayaran premi sering dilalaikan oleh peserta. Dalam perusahaan asuransi, premi merupakan kewajiban pemegang polis untuk mendapatkan sejumlah
manfaat. Sedangkan klaim merupakan salah satu manfaat yang disediakan
4
Tim Penulis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional
, Jakarta: Intermasa, 2003, Ed-2, h.136
perusahaan asuransi sebagai bentuk pembayaran santunan apabila tertanggung meninggal dunia.
Dengan adanya hak dan kewajiban yang timbul dalam sebuah perjanjian asuransi maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian apakah
hubungan antara hak dan kewajiban antara tertanggung dan penanggung, yaitu dalam pembayaran premi dan penyelesaian klaim.
Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk menjelaskan besarnya pengaruh keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap penyelesaian klaim
meninggal dunia di AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1. Pembayaran premi merupakan hal pokok yang sangat penting dalam kegiatan
operasional perusahaan asuransi, yang bisa mempengaruhi kinerja keuangan. Dan kinerja keuangan yang baik berdampak pada proses pembayaran klaim yang
lancar. Sedangkan penyelesaian klaim mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepuasan nasabah, yang pada akhirnya berdampak pada reputasi sebuah
perusahaan asuransi. Kedua pokok masalah tersebutlah yang kiranya ingin dijelaskan dalam
penelitian ini untuk menganalisa dan mengkaji dengan permasalahan-
permasalahan yang ada. Maka skripsi ini diberi judul “PENGARUH KETERLAMBATAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PREMI TERHADAP
PENYELESAIAN KLAIM MENINGGAL DI AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR WILAYAH SYARIAH JAKARTA 1”. Semoga penulisan skripsi ini
bisa menambah wawasan dan bermanfaat bagi yang membacanya.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah