Riba secara bahasa bermakna ziyadah tambahan.
30
Riba merupakan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil yaitu seperti
praktek bunga pada Asuransi konvensional. Yang berlaku pada asuransi syariah adalah sistem mudharabah dimana keuntungan dan kerugian dalam investasi pada
asuransi syariah dibagi merata berdasarkan kesepakan dalam akad.
F. Pengertian Premi
Dalam bahasa Inggris premi berarti premium yaitu uang angsuran kepada perusahaan asuransi.
31
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia premi adalah uang yang harus dibayarkan pada waktu tertentu oleh yang akan
memperoleh ganti rugi.
32
Seperti yang dikemukakan oleh Afzalur Rahman Premi adalah suatu harga yang ditetapkan perusahaan asuransi untuk mengambil alih risiko dan memikul
beban kemungkinan risiko kerugian sebagaimana disepakati dalam kontrak asuransi.
33
30
Ibid., h. 132
31
Salim’s Ninth Collegiate, English-Indonesian Dictionary, Jakarta: Modern English Press, Edisi ke-1, h.1139
32
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka,1989, cet-2, h.700
33
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1996, jilid 4, h. 108
Muhammad Muslehudin berpendapat bahwa premi adalah upah asuransi atau harga yang dipungut oleh pihak penjamin agar dapat melaksanakan
kewajibannya.
34
Sedangkan Abdul Kadir Muhammad berpendapat premi itu adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung
setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung.
35
Premi dalam pasal 246 KUHD, merupakan kewajiban tertanggung sebagai imbalan dari kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian tertanggung.
Premi ini biasanya dinyatakan dengan presentase dari jumlah pertanggungan, yang
menggambarkan penilaian
penanggung terhadap
risiko yang
ditanggungnya.
36
Premi menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21DSN-MUIX2001 adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada
perusahaan asuransi dengan kesepakatan dalam akad
37
. Dengan perincian bahwa :
1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad
tabarru’. 2.
Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi jiwa dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan
34
Muhammad Muslehudin, Menggugat Asuransi Modern: mengajukan Suatu Alternatif baru dalam perspektif hukum Islam
, Jakarta: Lentera 1999, h. 41
35
Abdul Kadir Muhammad,
Hukum Asuransi Indonesia,
h. 172
36
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, h. 51
37
Tim Penyusun Fatwa Dewan Syariah Nasional,
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional
h. 138
tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan riba dalam penghitungannya.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan
hasil investasinya dibagi hasilkan kepada peserta. 4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat diinvestasikan
Dengan demikian premi dalam asuransi jiwa adalah merupakan imbalan jasa atas jaminan perlindungan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
tertanggung dengan menyediakan sejumlah uang terhadap risiko hari tua atau kematian.
Premi ini merupakan suatu hal yang sangat penting baik bagi perusahaan asuransi maupun pemegang polis, dan bahkan masalah premi pada umumnya
menjadi salah satu pokok utama dalam melakukan penutupan polis. Karena dengan adanya premi perusahaan asuransi dapat membayar klaim yang diajukan
oleh pemegang polis jika terjadi suatu kejadian yang diderita oleh salah satu atau beberapa peserta, maka pembayaran klaim diambil dari dana premi yang telah
dikumpulkan. Apabila uang premi yang harus dibayarkan besar, maka jumlah klaim
yang akan dibayarkan juga besar dan demikian sebaliknya. Tinggi rendahnya premi inilah yang menjadi pertimbangan pokok bagi masyarakat apakah ia akan
mengasuransikan kepentingannya atau tidak. Pertimbangan lainnya adalah peran perusahaan asuransi dalam mengelola dananya dan membayarkan klaim.
Dalam pasal 20 peraturan pemerintah No 73 tahun 1992 ditentukan, premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak
diterapkan secara diskriminatif.
38
Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila: a.
Sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan.
b. Penetapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat
solvabilitas perusahaan. c.
Penetapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim kompetisi yang sehat.
Jadi premi dalam asuransi jiwa syariah adalah dana yang harus dibayarkan oleh pemegang polis kepada perusahaan asuransi jiwa atas jaminan perlindungan
yang diberikan oleh perusahaan kepada peserta dengan menyediakan sejumlah uang terhadap risiko hari tua atau kematian sesuai dengan perjanjian yang
tercantum dalam polis yang didasarkan pada prinsip syariah Islam.
Pengertian Klaim
Klaim dalam bahasa Inggris berasal dari kata claims yang berarti tuntutan, tagihan atau hak
39
. Dalam kamus asuransi, klaim berarti permohonan atau
38
Abdul Kadir Muhammad
, Hukum Asuransi Indonesia
, h. 36
39
Salim’s Ninth Collegiate, English-Indonesian Dictionary, h. 1139
tuntutan seorang pemilik polis
40
terhadap perusahaan asuransi untuk pembayaran santunan sesuai dengan pasal-pasal dari sebuah polis.
Menurut Dewan Syariah Nasional No 21DSN-MUIX2001 Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
41
Dengan perincian bahwa klaim: 1.
Klaim dapat dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan
3. Klaim atas akad tijaroh sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya. 4.
Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan sebatas yang disepakati dalam akad
Jadi Klaim dalam asuransi jiwa syariah adalah suatu tuntutan yang dilakukan oleh pemegang polis untuk mendapatkan haknya, ketika terjadi
peristiwa yang dinyatakan dalam polis sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati antara pemegang polis dan perusahaan asuransi.
40
Hasymi Ali, dkk, Kamus Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet ke-2, h. 55
41
Tim Penyusun Fatwa Dewan Syariah Nasional
, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional
, h. 138
Prinsip Dasar Asuransi Jiwa Syariah
Penutupan asuransi yang dilakukan oleh Perusahaan asuransi berpedoman pada ketentuan prinsip dasar, yaitu:
4. Prinsip Kepentingan Yang Diasuransikan insurable Interest
Prinsip kepentingan menegaskan bahwa orang yang menutup asuransinya mempunyai kepentingan interest dengan ahli waris yang
ditunjuk dalam polis insurable. Pasal 250 KUHD “ Apabila seseorang yang telah mengadakan
pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila untuk orang lain, jika pada saat diadakan suatu pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap
barang yang dipertanggungkan itu maka penanggung tidaklah diwajibkan untuk memberikan ganti rugi”.
42
Apabila disimpulkan, maka ketentuan diatas mensyaratkan adanya kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi. Menurut ketentuan pasal
268 KUHD kriteria kepentingan itu harus: a.
Ada pada setiap asuransi pasal 250 KUHD b.
Dapat dinilai dengan uang c.
Dapat diancam oleh bahaya
42
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransia,
h. 55
d. Tidak dikecualikan oleh Undang-Undang artinya, tidak
dilarang Undang-Undang dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum
43
. Pada pasal 268 KUHD tentang kriteria kepentingan yang dapat
diasuransikan mempunyai pengertian yang sangat sempit karena harus dapat dinilai dengan uang, sedangkan ada kepentingan yang tidak dapat dinilai
dengan uang. Kepentingan yang tidak dapat dinilai dengan uang misalnya hubungan keluarga, jiwa, anak, istri, dan lain-lain.
44
Kepentingan dalam asuransi jiwa tidak dapat dinilai dengan uang tetapi sejumlah uang dapat dijadikan ukuran pembayaran santunan jika terjadi
peristiwa yang menjadi sebab kematian.
45
2. Prinsip I’tikad Baik Utmos Good Faith
Yaitu prinsip percaya mempercayai antara perusahaan asuransi jiwa dengan nasabah dalam melaksanakan kontrak perjanjian dalam penutupan
asuransi. Dalam perjanjian asuransi unsur saling percaya antara perusahaan dan
nasabah itu sangat penting. Perusahaan percaya bahwa nasabah akan memberikan segala keterangannya dengan benar. Sedangkan nasabah juga
43
Abdul Kadir Muhammad,
Hukum Asuransi Indonesia
h. 86
44
Man suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian
, h.56
45
Abdul Kadir Muhammad,
Hukum Asuransi Indonesia
, h. 87
percaya bahwa kalau terjadi peristiwa yang diperjanjikan dalam polis maka perusahaan akan membayar ganti rugi.
Prinsip ini mempunyai arti dan maksud yang lebih luas dari pada I’tikad baik saja, yang terpenting disini adalah bahwa pemegang polis harus
memberi segala keterangan yang berhubungan dalam risiko agar perusahaan asuransi tidak membuat kesalahan dalam penerimaan risiko tersebut, jika
pemegang polis secara sengaja memberi keterangan yang tidak sesuai dengan faktanya maka hal ini dinilai sebagai pelanggaran.
3. Prinsip Ganti Rugi Idemnity
Asuransi adalah suatu kontrak “idemnitas” yaitu perjanjian penggantian kerugian, dimana ganti rugi yang diberikan tidak boleh melebihi
kerugian yang sebenarnya. Prinsip idemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kematian.
Karena pihak penanggung tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau anggota tubuh yang cacat atau hilang, karena idemnity berkaitan dengan ganti
rugi finansial. Perusahaan menyediakan penggantian kerugian untuk kerugian yang
nyata diderita nasabah, dan tidak lebih besar daripada kerugian ini. Batas tertinggi kewajiban perusahaan berdasarkan prinsip ini adalah memulihkan
kondisi nasabah pada ekonomi yang sama dengan posisinya sebelum terjadi kerugian.
46
4. Prinsip Subrogasi Subrogation Principle
Prinsip ini bertujuan untuk mencegah nasabah memperoleh ganti kerugian melebihi hak yang sesungguhnya dan mencegah pihak ketiga
membebaskan diri dari kewajibannya membayar ganti rugi.
47
Pasal 284 KUHD “Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung maka penanggung akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian kepada tertanggung”.
Jadi prinsip subrogasi ini hanya dapat diberlakukan apabila ada dua faktor, yakni :
a. Apabila tertanggung disamping mempunyai hak-hak terhadap
penanggung, juga mempunyai hak terhadap pihak ketiga.
b.
Hak-hak itu muncul karena adanya kerugian.
48
Dengan kata lain apabila tertanggung mengalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga maka penanggung setelah memberikan
46
AM. Hasan Ali Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analis Historis, Teoritis dan Praktis
, h.80
47
Abdul Kadir Muhammad,
Hukum Asuransi Indonesia
, h. 122
48
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian
, h. 61
ganti rugi kepada tertanggung, akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga tersebut.
49
49
AM. Hasan Ali,
Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analis Historis, Teoritis dan Praktis
h. 81
BAB III GAMBARAN UMUM AJB BUMIPUTERA 1912 SYARIAH