Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lembaga perbankan a. Pengertian Perbankan Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank dalam Pratama Raharja 2004:293 adalah sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan 2002: 31 adalah: “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian dalam T.Gilarso 2004:260: “Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan 12 penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”. Menurut Ahmad Rodoni 2006:21 pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan definisi-definisi di atas menurut Iskandar Putong 2008:321 maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu perusahan yang mengelola dana dari masyrakat lembaga yang dipercaya masyarakat untuk mengamankan uangnya dengan memberikan imbalan berupa bagi hasil ataupun bunga untuk setiap periode yang ditentukan. Akan tetapi pada kenyataannya di zaman modern seperti sekarang ini bank ternyata tidak hanya mengelola dana dari masyarakat saja, melainkan juga melakukan aktivitas bisnis seperti sebagai lembaga transfer dana, pembuat uang giral, jasa penitipan barang pentinguang dan lain sebagainya. b. Jenis-jenis perbankan menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 dalam Pratama Raharja 2004:293 dan Ahmad Rodoni 2005:22 Perbankan dibagi menjadi dua yaitu : 13 1 Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdsarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. a. Kegiatan usaha bank umum menurut Pratama Raharja 2004:293 antara lain : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberi kredit. 3. Menerbitkan surat pengakuan utang. 4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. 5. Kegiatan-kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. b. Kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh bank umum adalah : 1. Melakukan penyertaan modal, kecuali dalam hal tertentu seperti yang diatur dalam undang-undang. 2. Melakukan usaha perasuransian. 3. Melakukan usaha lain seperti yang diatur undang-undang. 14 2 Bank Perkreditan Rakyat menurut Pratama Raharja 2004:294 dan Ahmad Rodoni 2005:55 Bank perkreditan rakyat BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi BPR adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. a. Kegiatan-kegiatan usaha yang diperbolehkan dilakukan oleh BPR menurut undang-undang adalah: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. 2. Memberikan kredit. 3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. 4. Menempatkan dana yang dalam bentuk SBI, deposito dan atau tabungan pada bank lain. b. Kegiatan usaha yang tidak diperkenankan dilakukan oleh BPR diantaranya adalah: 1. Menerima simpanan dalam bentuk giro. 2. Melakukan penyertaan modal. 3. Melakukan usaha perasuransian. 15 4. Melakukan usaha lain diluar usaha kegiatan tersebut. c. Instrumen Pasar Keuangan Instrument pasar keuangan dalam bank dan lembaga keuangan lainnya Ahmad Rodoni 2006: 6-7 dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Instrumen pasar uang Mengalami sedikit fluktuasi harga, sehingga resiko lebih kecil dalam investasi. Termasuk dalam instrumen pasar uang adalah: a. United Stated Treasury Bills: instrumen hutang jangka pendek milik pemerintah United States yang diterbitkan dakam 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan waktu maturitasnya karena defisit keuangan pemerintah federal. b. Negotiable Bank Certificates of Deposit CD: merupakan instumen hutang yang dikeluarkan oleh bank bagi penabung depositors yang akan memperolah pembayaran bunga tahunan dalam jumlah tertentu dan pada saat maturitas akan menerima kembali harga pembelian aslinya original. c. Comercial Paper: instumen hutang jangka pendek yang diterbitkan oleh bank besar dan perusahan terkenal, seperti General Motor. ATT, dan sebaginya. d. Banker’s Acceptances: bank draft janji pembayaran hampir sama dengan cek yang diterbitkan oleh perusahaan. 16 e. Repurchase Agreements: efektifnya pinjaman jangka pendek biasanya maturitas kurang dari dua minggu dimana Treasury Bill T-Bills disiapkan sebagi collateral. f. Eudollars: US dollars yang didepositkan di bank asing di luar Amerika serikat atau cabang bank asing di US. 2. Instrumen pasar modal menurut Ahmad Rodoni 2005:8 Merupakan instrumen hutang dan ekuitas dengan maturitas atau jatuh tempo lebih dari satu tahun. Investasi di pasar modal lebih beresiko dibandingkan dengan di pasar uang. Termasuk dalam instumen pasar modal adalah : a Saham adalah ekuitas yang merupakan tuntutan claims terhadap pendapatan bersih dan asset perusahaan. b Mortages adalah pinjaman bagi individu atau perusahaan untuk membeli rumah, tanah atau struktur riil lainnya, kemudian dijadikan sebagai jaminan collateral. c Corporate Bonds Convertible Bonds merupakan hutang jangka panjang yang diterbitkan perusahaan dengan tingkatan rating kredit yang baik. d US Goverment Securities merupakan instrumen hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh pembendaharaan pemerintah Amerika Serikat US akibat defisit keuangan pemerintah federal. 17 e US Goverment Agent Securities merupakan hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh berbagi agenperwakilan pemerintah US. f State and Local Goverment Bonds dikatakan juga municipal bonds merupakan instrumen hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah pusat dan lokal untuk pengeluaran keuangan bagi keperluan sekolah, pembuatan jembatan dan program lainnya. g Consumer and bank Commercial Loans merupakan pinjaman untuk consumer dan bisnis yang prinsip pelaksanannya dilakukan oleh bank. d. Peranan Lembaga Keuangan Dalam Proses Intermediasi dalam buku bank dan lembaga keuangan lainnya Ahmad Rodoni 2005:4 Perantara keuangan financial intermediation adalah proses penyaluran dana yang surplus lender-sever dari unit ekonomi, yaitu sektor rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan orang asing untuk disalurkan kepada yang defisit dana borrower-spender dari unit ekonomi, yaitu sektor rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan orang asing. Proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara pembeli sekuritas primer saham, obligasi, commercial paper dan sebagainya yang diterbitkan oleh unit defisit, dalam waktu yang sama lembaga keuangan mengeluarkan sekuritas sekunder giro, tabungan, deposito berjangka dan sebaginya kepada unit surplus. 18 Lembaga keuangan sebagi lembaga intermediasi dalam Ahmad Rodoni2006:4-5 memiliki peran yang sangat strategis, antara lain: 1. Pengalihan asset asset transmutation: bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka tertentu yang telah disepakati. Pengalihan asset dapat juga terjadi jika bank dan lembaga keuangan bukan bank menerbitkan sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh unit defisit. 2. Likuiditas liquidity: berhubungan dengan kemampuan memperoleh uang tunai pada saat dibutuhkan. 3. Realokasi pendapatan income reallocation: banyak individu menyisihkan dana dan merealokasikan pendapatannya untuk persiapan menghadapi waktu yang akan datang. 4. Transaksi transaction: lembaga keuangan memberikan kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. 5. Efisiensi efficiency: lembaga keuangan dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanaan dan juga memperlancar serta mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. 2. Laporan Keuangan Menurut Mamduh dan Halim 2007:8 laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir 19 dari proses atau kegiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangn dibuat untuk mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan memberikan informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Maksud laporan keuangan di sini adalah suatu alat yang mana informasi dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukan dalam bentuk laporan yang dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainnya. Menurut Harahap dalam Riyan Ariafinanda 2006:9 Ikatan akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan tentang kerangka dasar penyususnan dan penyajian laporan keuangan paragraph 7 mengemukakan pengertian sebagai berikut : laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, selagi laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Dalam bukunya Financial Statement Analysis, Myer dalam Ryan Ariafinanda 2006:10 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah: dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir- 20 akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menabah daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang ditahan. 3. Analisis Laporan Keuangan. a. Pengertian Laporan Keuangan. Menurut Mamduh dan Halim 2007:5 analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya ingin mengetahui tingkat profitabilitas keuntungan dan tingkat sehat atau tingkat tidak sehat suatu perusahaan. b. Tujuan Laporan Keuangan. Salah satu penting tugas setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun. Tujuan laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap 2007:18 adalah sebagai berikut: a. Screening Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. b. Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. c. Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. 21 d. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. e. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Disamping tujuan tersebut diatas analisis laporan keuangan juga untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan dalam Harahap 2007 :18. c. Teknik Laporan Keuangan. Teknik analisis lapoaran keuangan dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Perbandingan laporan keuangan perubahan tahun ke tahun. 2. Seri trend angka indeks. 3. Laporan keuangan common size bentuk awam analisis struktur laporan keuangan. 4. Analisis rasio. 5. Analisis khusus antara lain : a. Ramalan kas. b. Analisis perubahan posisi keuangan. c. Laporan variasi gross margin. d. Analisis break even point. 22 e. Analisis dupont. Menurut Foster dalam Harahap 2007:215 dari sisi lain dia mengemukakan beberapa teknik analisis sebagai berikut: 1. Cross Sectional Technique 1.1. Common Size Statement. 1.2. Analisis Rasio. 2. Time Series Technique 2.1. Trend Statement. 2.2. Analisis Rasio Keuangan. 2.3. Ukuran Variabilitas. 3. Gabungan laporan keuangan dan non keuangan: 3.1. Informasi pasar produk. 3.2. Informasi pasar modal. Harahap 2007:222 mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut: Model analisis prediksi atau rating, dalam literatur akuntansi para akademis atau peneliti sering melakukan penelitian dengan tujuan untuk memprediksi suatu keadaan dengan menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka mengamati laporan keuangan beberapa tahun dan mencoba melihat fenomena khusus yang ada didalamnya dan dari sana diambil suatu kesimpulan dalam bentuk model- model prediksi. Beberapa model yang dikenal dalam prediksi adalah : 23 1. Bond Rating Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan di pasar modal. 2. Banckrupty Model Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut. Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 dalam Luciana Spica Amilan Emanuel dalam Rahman Muslim 2008:12 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi : untuk keputusan informasi dan kredit, mengenai aktiva dan kewajiban, mengenai kinerja perusahaan, serta mengenai sumber dan penggunaan kas. Menurut Kasmir 2003:293-240 laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Jadi, secara umum 24 tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagi berikut: memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki, memberikan informasi tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal pada bank tersebut, memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pandapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut, memberikan informasi tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tersebut, memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal satu bank serta memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan menurut Kasmir 2003:241-242 antara lain : a Pemegang saham: berkepentingan untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen selama satu periode. Kemajuan yang dilihat adalah kemampuan dalam meciptakan laba dan pengembangan asset yang dimiliki. Dari laporan ini juga pemilik dapat menilai sampai sejauh mana pengembangan usaha bank tersebut telah dijalankan pihak manajemen sekaligus menghitung jumlah deviden yang akan mereka terima. 25 b Pemerintah: mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan, berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Serta menilai sampai sejauh mana peranan perbankan dalam pengembangan sektor- sektor tertentu. c Manajemen: menilai kinerja manajemen dalam mancapai target- target yang telah ditetapkan, menilai kinerja sumber daya manusia yang dimiliki d Karyawan: kondisi keuangan sebenarnya dapat memperbaiki meningkatkan kesejahteraan jika mengalami keuntungan sebaliknya melakukan perbaikan jika mengalami kerugian. e Masyarakat luas: jaminan terhadap uang yang disimpan di bank 4. Kinerja Keuangan a. Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran dalam Devie 2003:8. 26 Pengertian kinerja keuangn menurut Indra Bastian dalam Dana Siswar sebagai berikut 2003:233 : kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Kasmir 2007:54 yang menyatakan bahwa kinerja bank merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh manajemen bank karena mengindikasi tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari produktivitas asset. Maksud dari pernyataan tersebut sehat atau tidaknya suatu bank dapat diukur dari besarnya laba yang diperoleh bank tersebut. Tingkat kesehatan bank dalam meningkatkan pendapatannya tentunya dengan meningkatkan produktivitas asset. Semakin tinggi tingkat profit dari bank yang menggambarkan tingkat kesehatan yang baik. Tingkat kesehatan bank menggambarkan kondisi keuangan dan seberapa baik bank tersebut melakukan manajemen yang dapat diukur dari profit bank yang dapat dihitung dengan beberapa cara. Return on Asset yang digunakan untuk mengukur kemampuan asset bank dalam memperoleh keuntungan. Return on Equity yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam memperoleh keuntungan bersih. Tobin’s Q untuk mengukur nilai pasar sebagai peluang investasi. Tingginya tingkat dari Return on Asset, Return on Equity dan 27 Tobin’s Q dapat mengidentifikasikan tingkat kesehatan bank yang baik dalam Staikouras 2007:13. b. Penilaian Knierja Dana Siswar 2003:233 memberikan pengertian penilaian kinerja sebagai berikut : penilaian kinerja merupakan proses mencatat, dan mengukur proses pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk atau jasa. Salah satu bentuk mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan integrasi rasio keuangan adalah model Altman. Oleh Altman analisis tersebut ditransformasi menjadi bentuk yang sangat sederhana, yaitu satu dimensi, fungsi diskriminan tersebut berbentuk : dimana : V 1 , V 2……... Vn = Disciminant coefficient X 1 , X 2 ……Xn = Independent variables Jadi dengan kata lain, rasio-rasio keuangan tersebut tidak dapat berpengaruh sendiri-sendiri untuk mengukur kinerja keuangan secara menyeluruh tidak dapat dijadikan indikator yang menyatakan kepailitan perusahan. Altman mengemukakan model kinerja keuangan dalam bentuk rasio keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan Z = V 1 X 1 + V 2 X 2 +…….. + VnXn 28 secara menyeluruh dan digunakan untuk memperediksi kepailitan perusahaan sebagi berikut : dimana: X 1 = Working capital to total asset. X 2 = Retained earning to total asset. X 3 = Earning before interest taxes to total asset EBIT. X 4 = Market value of equity to book value of debt. X 5 = Sales to total asset ratio. Working CapitalTotal Asset WCTA dalam Dana Siswar 2003:231. Altman memilih tiga rasio likuiditas yang akan dimasukan dalam model persamaan diskriminannya untuk memprediksi kebangkrutan yaitu working capital to asset ratio, current ratio, dan quick ratio. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa dari ketiga ratio tersebut Altman memilih working capital to asset ratio. Sedangkan dua ratio likuiditas lainnya tidak dimasukkan karena kurang membantu dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Semakin tinggi tingkat ratio ini artinya perusahaan semakin mampu untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari. Z = 1.2X 1 +1.4 X 2 +3.3 X 3 +0.6X 4 +1X 5 29 Retained Earning Total asset RETA dalam Dana Siswar 2003:232. Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Altman mengatakan rasio ini mengukur profitabilitas kumulatif beberapa waktu dan merupakan suatu rasio yang baru. Umur perusahaan secara implisit ikut dipertimbangkan dalam rasio ini. Suatu peusahaan yang relatif lama yang kemungkinan tingkat RETA rasio rendah tidak mempunyai waktu membentuk profit kumulatifnya. Earning Before Interest and Taxes Total Asset EBITTA dalam Dana Siswar 2003:232. Altman mengatakan rasio ini digunakan untuk mengukur ketepatan produktivitas asset-asset perusahaan, yang bebas dari pajak dan faktor leverage. Semakin tinggi tingkat rasio ini artinya semakin produktif asset-asset perusahaan digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Market Value of Equity Book Value of Total Liabilities MVETL dalam Dana Siswar 2003:232. Rasio keempat yang digunakan adalah equity yang diukur dengan dikombinasikannya nilai pasar dari semua lembar saham, saham preferen dan saham biasa, juga semua yang termasuk dalam kewajiban baik kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. 30 SalesTotal Asset STA dalam Dana Siswar 2003:232. Rasio ini disebut juga dengan capital turn over ratio. Rasio ini merupakan rasio keuangan standar menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari asset- asset yang digunakan oleh perusahaan. Rasio ini merupakan suatu ukuran bagi kapasitas manajemen dalam menghadapi keadaan persaingan. 5. Analisis Rasio a. Pengertian Rasio Keuangan. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan baru dapat memberikan arti dalam pengambilan keputusan oleh berbagai pihak, jika laporan keuangan tersebut dianalisis sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak. Foster dalam Dana Siswar 2003:230 memberikan analisis laporan keuangan sebagai berikut: analisis laporan keuangan merupakan studi hubungan antara sekelompok laporan keuangan pada saat tertentu dan trend yang menghubungkan beberapa waktu. Lebih lanjut Gitman 2000:124 dalam Dana Siswar 2003:230 mengatakan analisis keuangan adalah menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan tersebut sehingga dapat diketahui sampai dimana kinerja perusahaan. Pengelompokan rasio keuangan menyajikan informasi kinerja keuangan untuk kepentingan masing- masing individu kelompok pemakai yang terkait dengan perusahaan. 31 Menurut Ilya 2000:5 dalam Dana Siswar 2003:231 “kesulitan dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan adalah rasio-rasio tersebut cukup banyak dan bervariasi, disamping hasil perhitungan yang dapat bersifat individu, dan tidak dapat langsung digunakan untuk mengambil keputusan ekonomi”. Analisis rasio keuangan ini banyak digunakan dalam berbagai tunjuan penelitian khususnya dalam menilai kinerja perusahaan, walaupun sebenarnya masih banyak kegunaan lain yang dapat diambil dari analisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi pasar kreditor dan investor memberikan pandangan kedalam tentang bagiaman kira-kira dana dapat diperoleh. Analisis rasio keuangan tidak hanya menggunakan rumus terhadap data keuangan untuk menghitung rasio tertentu, tetapi yang lebih penting yaitu menginterpretasikan nilai rasio tersebut. Dalam Ryan Ariafinanda 2006:18 membagi analisis rasio keuangan meliputi dua jenis perbandingan yaitu : 32 1 Pebandingan internal. Analisis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analisis dapat mempelajari komposisi perubahan- perubahan dan menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaiknya di dalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut. 2 Perbandingan eksternal. Metode perbandingan ini meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata pada satu titik yang sama. Analisis rasio keuangan dalam Ryan Ariafinanda 2006:19 juga dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang dugunakan dalam analisa yaitu : 1 Univariate ratio analysis. Merupakan analisis rasio keuangan yang menggunakan suatu variate dalam melakukan analisa. Contohnya seperti profit margin ratio, return on assets ROA, return on equity ROE dan sebagainya. 33 2 Multivariate ratio analysis. Merupakan analisis rasio keuangan yang menggunakan lebih dari satu variate dalam melakukan analisa. contohnya seperti Altman Z-score. Analisis internal dilakukan melalui antara lain: analisis strategi perusahaan dimana strategi ini memfokuskan pada persaingan yang dihadapi perusahaan, struktur biaya relatif terhadap pesaing kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya, kualitas manajemen lainnya. Pada umumnya analisis internal yang banyak digunakan adalah analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yaitu melalui analisis trend untuk beberapa tahun bukuperiode dan analisis rasio finansial. Dengan mempelajari trend beberapa periode dan kegiatan-kegiatan usaha perusahaan untuk beberapa tahun terakhir diharapkan ada gambaran perkembangan, fluktuasikemunduran. Informasi berharga tersebut dapat menyangkut posisi keuangan dan kegiatan operasional perusahaan labarugi dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan diramalkan menuju kebangkrutan bila hasil analisis trend terhadap posisi keuangan menunjukkan kecenderungan menurunnya posisi kas pada bank, modal kerja dan overinvestment pada aktiva lancar. 34 Melakukan interpretasi serta analisis terhadap lapoaran keuangan yang lazimnaya diterbitkan pada setiap periode memiliki manfaat yang cukup penting bagi para analis untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai keadaan dan perkembangan suatu perusahaan. Dalam menginterpretasikan dan menganalisis laporan keuangan, seseorang analisis memerlukan adanya ukuran. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Menurut Munawir 1999:64 dalam Ryan Ariafinanda 2006:17, rasio keuangan dapat didefinisikan sebagai berikut: rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Definisi diatas dapat diartikan bahwa melakukan analisis hubungan dari berbagi pos dalam laporan keuangan pada jumlah tertentu merupakan dasar agar dapat menginterpertasikan kondisi keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan. 35 b. Macam-macam Rasio Keuangan menurut Andriani Kusumaningrum 2003:70. Jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Rasio neraca. Yaitu rasio yang berisi tentang aspek kondisi keuangan perusahaan. Terdiri dari aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. Aktiva lancar perusahaan perbankan terdiri dari Cash on Hand and in Banks, Placemenent in other Banks, Notes and securities dan Loands. Sedangkan kewajiban lancar perusahaan perbankan terdiri dari Demand deposit, Time deposit dan Saving deposit 2. Rasio laporan labarugi. Yaitu rasio yang berisi tentang aspek kinerja perusahaan. Terdiri dari pendapatan, yang termasuk dalam pendapatan ini antara lain pendapatan bunga dan pendapatan opersional. LabaRugi sebelum pajak penghasilan serta laba bersih persahaan. Laporan laba Rugi merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan yaitu: menjual produk atau jasa, beban produksi atau untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual, beban yang timbul dari memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrasi 36 operasional serta beban keuangan dalam menjalankan bisnis dalam Arthur J. Keown, David F. Scott et al 2001:80 c. Analisis rasio keuangan bank akan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio-rasio yang terdapat dalam formula Z-score Altman menurut Ryan Ariafinanda 2006:19-22, yaitu sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas. Rasio modal kerja dibandingakn dengan total aktiva Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto. Dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahan adalah indikator-indikator internal seperti, ketidak cukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal harta kekayaan menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat dari pada modal aktiva yang menyebabkan rasio ini turun. 2. Rasio profitabilitas Rasio prifitabilitas dalam model Altman Z-score ada dua yaitu : X 1 = Working capital total assets a Rasio laba ditahan dibandingkan dengan total aktiva 37 Rasio ini mengukur kemampuan laba kumulatif dari perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. Bias yang menguntungkan perusahaan-perusahaan yang lebih berumur ini tidak mengherankan, karena pemberian tingkat kegagalan yang tinggi kepada perusahaan yang lebih muda merupakan hal yang wajar. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan mulai turun. Bagi banyk perusahaan, nilai laba ditahan dan radio X 2 akan menjadi negatif. X 2 = retarned earning total assets. b. Rasio laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva Rasio ini mengukur kemampuan laba, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak EBIT tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti X 3 = earning before interest and tax total Assets. 38 perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman. 3. Rasio aktivitas Rasio aktivitas yang digunakan dalam model Altaman ada dua yaitu: a. Nilai pasar ekuitas dibandingkan dengan total hutang Rasio ini sering juga digunakan dalam bentuk persamaan net worthtotal debt untuk perusahaan yang tidak terdaftar di Burasa Efek Indonesia. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio utang permodal sendiri DER. Nilai pasar ekuitas yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga perlembar sahamnya. Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal mengakumulasi lebih banyak utang dibandingkan modal sendiri. b. Penjualan dibandingkan dengan total aktiva Rasio ini disebut juga rasio perputaran total aktiva. Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat X 4 = market value of equitybook value of debts X 5 = Salestotal assets. 39 dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan perusahaan untuk menjual. 6. Kebangkrutan. a. Pengertian Kebangkrutan. Menurut Mamduh dan Halim 2007:263 analisis kebangangkrutan dilakukan untuk memperolah peringatan awal kebangkrutan tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda- tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan- persiapan untuk mengatasi berbagi kemungkinan yang buruk. Tanda- tanda kebangkrutan tersebut dalam hal ini dapat dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi. Cara yang dapat ditempuh manajemen untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan setelah menangkap sinyal-sinyal kebangkrutan adalah analisis evaluasi kebangkrutan baik melalui metode internal maupun eksternal. Analisis eksternal dilakukan atas data yang bersumber dari luar perusahaan seperti laporan perdagangan, statistik maupun indikator ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun swasta. 40 Dalam praktik, dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas jangka pendek, yang merupakan kesulitan yang paling berat Kebangkrutan telah digunakan sebagi istilah umum menurut Rahman Muslim 2008:35 adalah menerangkan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Para peneliti telah menggunakan istilah failure kegagalan dan bangkrupty kebangkrutan secara bergantian : Tabel : 2.1. Definisi kebangkrutan kegagalan. Nama Istilah Definisi Altman 1973 Bangkrupty Perusahaan yang secara hukum bangkrut, baik ditempatkan dibawah perwaliantelah dijamin haknya untuk direorganisai dibawah National Bankrupty Act Beaver 1967 Failure Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya saat jatuh temposecara operasional diartikan sebagai perusahaan yang mengalami kebanhgkrutan, kegagalan membayar bunga dan pokok obligasi., saldo negatif perkiraan bank, deviden saham preperen yang tidak dibayar Blum 1974 Failure Kejadian-kejadian yang menunjukkan ketidakmampuan untuk membayar utangnya saat jatuh tempo yang menggambrakan perusahan mengalami kebangkrutan menyebabkan terjadinya perjanjian eksplisit dengan kreditor untuk mengurangi hutang Deakin 1972 Failure Perusahaan yang mengalami kebangkrutan, insolvensilikuidasi untuk kepentingan kreditor Foster 1986 Bangkrupty Suatu kejadian hukum yang sangat dipengaruhi oleh tindakan para bankir dan kreditor 41 Lanjutan Tabel : 2.1. Definisi kebangkrutan kegagalan. Nama Istilah Definisi Kunt 1989 De jure failureclosure of ficia de hure insolvency Dimerjer Kunt 1989 De facto failure Penghentian otonomi operasi yang diperintahkan oleh regulator Sumber : Karel prakash dalam Eni Listeyatai dalam Rahman Muslim 2008:35. Kebangkrutan sebagai kegagalan perusahaan didefinisikan dalam beberapa arti, menurut Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasaih 2000:137 dalam Rahman Muslim 2006:33 antara lain: 1. Economic failure kegagalan ekonomi Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajibananya. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapakan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil dari biaya modal perusahaan. 42 2. Financial failure kegagalan keuangan dalam Rahman Muslim 2008:33. Insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham insolvensi teknis dan insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibanya pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total hutang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan adalah kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapakan lebih kecil dari kewajibannya. b. Tahap- tahap berbagai indikator kebangkrutan Kesulitan keuangan yang menuju kearah terjadinya kebangkrutan dapat dianalisa dan dapat diidentifikasi melalui tahap- tahap yang tercakup di dalam proses, perjalanan yang berakhir pada keadaan kebangkrutan tersebut. Adapun tahap-tahap itu adalah Hernanto dalam Sarwanih 2006:54: 1 tahap permulaan awal, 2 43 tahap dimana perusahaan mengalami kekurangan kas dan alat-alat liquid lainnya atau tahap kesulitan likuiditas, 3 tahap dimana perusahaan tidak solvabel dalam kegiatan komersial dan keuangan,serta 4 bangkrut secara total. c. Analisis Prediksi Kebangkrutan. Analisis diskriminan menurut Supranto 2004:77 merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas disebut: criterion merupakan kategori non metric, nominal atau ordinal, bersifat kualitatif sedangkan varibel bebas sebagai predictor merupakan metrik interval atau rasio, bersifat kuantitatif. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat penyimpangan univariate yang artinya setiap rasio di uji secara terpisah.Untuk mengatasi kelemahan- kelemahan analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dan teknik statistik. Yaitu analisis diskriminasi yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori. Dalam penelitiannya Altman mengambil satu sampel yang terdiri dari 66 perusahaan manufaktur setengah diantaranya mengalami kebangkrutan. Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 diantaranya ditemukan paling berkontribusi pada model prediksi. 44 Fungsi diskriminan yang ditemukan Altman pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut: menurut Weston dan Copeland dalam Dana Siswar 2003:231 dimana: X 1 = Modal kerjatotal aktiva . X 2 = Laba yang ditahantotal aktiva. X 3 = Laba sebelum bunga dan pajaktotal aktiva. X 4 = Nilai pasar modal sahamNilai buku total hutang. X 5 = Penjualantotal aset . Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak dalam Mamduh dan Halim 2007:261 seperti berikut ini: 1 Pemberi pinjaman seperti pihak bank. Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang ada. 2 Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda- tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3 Pihak Pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk Z = 1,2X 1 + 1,4X 2 + 3,3X 3 + 0,6X 4 + 1.0X 5 45 mengawasi jalannya usaha tersebut misalnya sektor perbankan. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda- tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. 4 Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatau perusahaan. 5 Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya perusahaan yang tidak Go public, dengan demikian tidak mempunyai nilai dasar. Altman kemudian mengembangkan Model alternatif dengan menggantikan nilai pasar menjadi nilai buku. Dengan demikian Model tersebut dapat dipakai untuk perusahaan yang Go public dan tidak Go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam ini adalah sebagai berikut: Dari rumus menurut Dana Siswar 2003:231-232 di atas dapat diketahui bahwa analisis diskriminan memuat 5 unsur yaitu X 1 sampai X 5 , dimana: X 1 = Menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai berkurang investasinya untuk aktiva lancar. Jadi bila dalam beberapa tahun investasi terhadap aktiva lancarnya Z = 1.2X 1 +1.4 X 2 +3.3 X 3 +0.6X 4 +1X 5 46 mengalami penurunan terus menerus maka perlu diwaspadai mengenai X 1 yang merupakan unsur kebangkrutan. X 2 = Indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap penyusunan waktu, maka ini mengisyaratkannya bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinannya untuk bangkrut, tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan yang besarpun mengalami kebangkrutan. X 3 = Mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan pendapatan, melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung juga pada laba yang diperoleh perusahaan. X 4 = Mengembangkan solvabilitaskemampuan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan. X 5 = Menunjukkan rasio perputaran modal yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan manajemen untuk menjual asset- asset perusahaan atau bisa dikatakan seberapa jauh kemampuan aktiva menciptakan penjualan. d. Masalah dalam kebangkrutan Menurut Mamduh dan Halim 2007:262 kesehatan suatu perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrem sampai kepada titik tidak sehat yang paling ekstrem sebagai berikut : 47 Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak solvabel. Kalau tidak solvabel perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar daripada nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi dipilih kalau perusahaan masih menunjukkan prospek dan dengan demikian nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau dilikuidasi. Tabel : 2.2 Alternatif perbaikan kesulitan keuangan Pemecahan secara informal 1. Dilakukan apabila maslah belum begitu parah 2. Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus dengan cara : a. Perpanjangan Extention: dilakukan dengan cara memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang b. Komposisi Composition: dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan. Pemecahan secara formal Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan dengan cara : a. Apabila nilai perusahan diteruskan nilai perusahaan dilikuidasi Reorganisasi : dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak b. Apabila nilai perusahan diteruskan nilai perusahaan dilikuidasi Likuidasi : dengan menjual asset-aset perusahaan Sumber : Analisis laporan keuangan Mamduh M. Hanafi Abdul Halim 2007:262. 48 7. Analisis Diskriminan. a. Pengertian Diskriminan Analisis Diskriminan menurut Supranto 2004:77 adalah teknik multivariate yang termasuk dependence method, yakni adanya variabel dependen dan independent. Dengan demikian ada variabel yang hasilnya tergantung dari data variabel independent. Ciri khusus adalah data variabel dependen yang harus berupa data kategori, sedangkan data independent justru berupa data non kategorik. Analisis dikriminan pada prinsipnya merupakan tehnik untuk menganalisis data dimana variabel tergantungnya merupakan variabel katagori, tergantung bersifat setara dan mutually exclusive. Analisis diskriminan, disamping berfungsi untuk menemukan besarnya nilai perbedaan antara beberapa kelompok atau kategori yang diukur dari beberapa variabel penentu atau diskriminator juga berfungsi untuk menentukan besarnya nilai peranan alokasi tiap diskriminator pada tiap kategori. Secara teknik analisis diskriminan mirip dengan analisis regresi, hanya pada metode regresi maupun regresi berganda, variabel dependen justru harus data rasio. Sedang jenis data untuk variabel independent bisa rasio atau kategori. Perbedaan antara analisis diskriminan dan analisis multidiskriminan adalah pada jumlah variabel tergantungnya, jika variabel tergantungnya hanya terdiri atas dua kriteria saja ,disebut dengan analisis diskriminan, namun jika variabel 49 tergantungnya lebih dari dua katagori, disebut dengan analisis multidiskriminan. Tabel 2.3 Persamaan dan Perbedaan antara Analisis Varian Anova, Analisis Regresi dan Analisis Diskriminan Keterengan Anova Regresi Diskriminan Kesamaan Jumlah variabel tak bebas Jumlah variabel bebas Satu Banyak 1 Satu Banyak 1 Satu Banyak 1 Perbedaan Jumlah variabel tak bebas Jumlah variabel bebas Matriks kuantitatif Kategorik kualitatif Matriks kuantitatif Matriks kuantitatif Kategorik kualitatif Matriks kuantitatif Sumber : J. Supranto Analisis multivariat : Arti dan interpretasi 2004:80. b. Langkah-langkah Analisis Diskriminan menurut Suliyanto 2005:95 adalah sebagai berikut: 1 Merumuskan masalah. 2 Mengestimasi koefisien fungsi diskriminan. 3 Menentukan signifikansi fungsi diskriminan. 4 Menginterpretasikan hasil. 5 Mengukur validitas analisis diskriminan. c. Tujuan analisis diskriminan menurut Supranto 2004:77-78 adalah sebagai berikut: 1 Membuat suatu fungsi diskriminan atau kombinasi linear, dari predictor atau varibel bebas yang bisa mendiskriminasi atau membedakan kategori variabel tak bebas atau kelompok, artinya 50 mampu membedakan suatu objek masuk kelompokkategori yang mana. 2 Menguji apakah ada perbedaan signifikan antara kategori kelompok yang dikaitakan dengan variabel bebas atau predictor. 3 Menentukan variabel bebas yang mana yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya perbedan antar kelompok. 4 Mengklarifikasikanmengelompokan objek kedalam suatu kategori didasarkan pada variabel bebas. 5 Mengevaluasi keakuratan klasifikasi. d. Asumsi penting yang harus dipenuhi agar model diskriminan menurut Bambang Ruswandi 2006:32 bisa digunakan adalah sebagai berikut: 1 Multivariate normality atau variabel independent seharusnya berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, hal ini akan menyebabkan masalah pada ketepatan fungsi model diskriminan. 2 Matriks kovarians dari semua variabel independen seharusnya sama equal. 3 Tidak ada korelasi antar variabel independent. Jika dua variabel independent mempunyai korelasi yang kuat, maka dikatakan multikolinertitas. 4 Tidak ada data yang ekstrim outlier pada variabel independent. Jika data ouitlier yang tetap diproses, hal ini bisa berakibat bekurangnya ketapatan klasifikasi dari fungsi diskriminan. 51 e. Analisis Z score Analisis Z skor dapat digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan menurut Silvia Anggraini 2004:115. Analisis ini pertama kali di kemukakan oleh Edward I. Altman pada pertengahan ta-hun 1960 di New York City. Dalam studinya setelah menyeleksi 22 rasio keuangan ditemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Kemudian Altman melakukan perbaikan dengan membuatnya dalam versi lima variabel, yaitu : dimana : Z = 1.2X 1 +1.4 X 2 +3.3 X 3 +0.6X 4 +1X 5 X 1 = Modal KerjaTotal Aktiva X 2 = Laba DitahanTotal Aktiva X 3 =Laba Sebelum Bunga dan PajakTotal Aktiva X 4 =Nilai Pasar Modal SendiriTotal Kewajiban X 5 = Penjualantotal asset. Hasil penghitungan Z skor dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan atau dapat pula dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Jika skor lebih besar dari 0.031 berarti perusahaan berada dalam kondisi sehat. Bila lebih kecil dari 0.031 mengindikasikan kebangkrutan mungkin akan terjadi. 52 Kondisi yang mungkin terjadi adalah banyak perusahaan dengan skor yang lebih tinggi mengalami kebangkrutan sedangkan ada perusahaan dengan skor yang lebih rendah dapat terus bertahan. Apabila dari tahun ke tahun Z skor mengalami penurunan ini mengindentifikasikan terjadinya gejala kesulitan keuangan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan. Dari keempat variabel yang digunakan perusahaan semuanya berasal dari berbagai kelompok rasio yang dapat dilihat keterkaitannya dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Variabel X 1 memperlihatkan likuiditas perusahaan. Variabel X 2 memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kumulatif. Variabel X 3 mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba setiap tahunnya dengan penggunaan aktiva yang dimiliki. Variabel X 4 memperlihatkan solvabilitas perusahaan. Kebaikan analisis Z skor menurut Sawir 2001:22 dalam Silvia Anggraini 2004:116 adalah dapat mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat dipergunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, pribadi, manufaktur, ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil z skor diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak 53 digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda jika kita menggunakan model yang berbeda. Meski demikian kita dapat tetap menggunakannya untuk memberikan peringatan yang berharga sehingga kesulitan dapat diatasi segera.

B. Penelitian Sebelumnya