BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan Perbankan menurut Kasmir 2003:15-16 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sejarah dikenalnya asal mula kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Oleh karena itu bank dikenal sebagai tempat menukar
uang atau sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam sejarah para pedagang dari berbagai kerajaan melakukan transaksi dengan menukarkan
uang, dimana penukaran uang dilakukan antara mata uang kerajaan yang satu dengan mata uang kerajaan lain.kegiatan penukaran uang ini sekarang
dikenal dengan perdagangan valuta asing money changer.
Perekembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan bertambah lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang
ini kegiatan simpanan. Kemudian kegiatan perbankan berkembang dengan kegiatan peminjaman uang yaitu dengan cara uang yang semula disimpan
oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya . Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan
makin meningkat dan beragam maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara
maju maupun negara berkembang. Dewasa ini perkembangan dunia
74
perbankan semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, dan teknologi yang dimiliki. Perbankan semakin
mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktifitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu
negara dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu tidak heran apabila perbankan suatu negara hancur maka akan mengakibatkan kehancuran
perekonomian negara yang bersangkutan seperti yang terjadi di Indonesia tahun 1998 dan 1999.
Sejarah perbankan yang dikenal oleh dunia berawal dari daratan Benua Eropa mulai dari zaman Babilonia yang kemudian dilanjutkan
kezaman Yunani kuno dan Romawi. Bank-bank yang sudah terkenal pada saat itu di Benua Eropa adalah Bank Venisia tahun 1171, kemudian
menyusul Bank of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. Perkembangan perbankan didaratan Inggris baru dimulai pada abad
ke 16. Namun, karena Inggris yang begitu aktif mencari daerah penjajahan, maka perkembangan perbankanpun ikut dibawa kenegara
jajahannya seperti Benua Amerika, Afrika dan Asia yang memang sudah dikenal pada saat itu memegang peranan penting dalam bidang
perdagangan . Dalam perjalanan perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pemerintah hindia
belandalah yang memperkenalkan dunia perbankan kepada masyarakat Indonesia.
75
Indikator ekonomi yang menunjukan kondisi perbankan Indonesia yang lebih biak antara lain:
1 Cadangan devisa Menurut Soekarno, Shinta, Anung Ralianto et al.
2008:248 Literatur mengenai cadangan devisa mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Pada tahun 1960-an dan
1970-an, literatur kecukupan cadangan devisa memfokuskan pada posisi current account. Namun sejak akhir 1990-an dimana krisis
keuangan yang terjadi merupakan krisis balance sheet bukan current account, maka sisi neraca transaksi modal menjadi
pertimbangan penting dalam menentukan tingkat cadangan devisa yang optimal.
Sebelum maraknya globalisasi dan integrasi keuangan, negara pada umumnya memupuk cadangan devisa terutama untuk
mengatur permintaan dan penawaran akan valas yang timbul sebagai akibat transaksi di sisi transaksi berjalan current account.
Hal ini sejalan dengan pendapat Triffin yang mengemukakan bahwa kecukupan cadangan devisa ditentukan oleh transaksi luar
negeri, yang sebagian besar meliputi current account. Permintaan terhadap cadangan devisa akan meningkat seiring dengan
pertumbuhan dalam perdagangan dunia dengan demikian, peningkatan dalam cadangan devisa terjadi karena meningkatnya
keterbukaan ekonomi suatu negara. Sementara itu, Machlup dan
76
Heller yang mengemukakan bahwa variabilitas perdagangan merupakan pengukuran yang lebih baik untuk permintaan akan
cadangan devisa. Dengan demikian, menurut Jeane dan Raincers 2005
dalam Soekarno, Shinta, Anung Ralianto et al. 2008:248 pada masa itu banyak negara memupuk cadangan devisa sebagai
penyangga buffer stock untuk mengantisipasi smoothing ketidak seimbangan pembayaran internasional yang tak terduga dan
bersifat sementara. Mempertimbangkan bahwa transaksi di sisi current account merupakan faktor penentu besarnya cadangan
devisa, maka para pembuat kebijakan termasuk bank sentral umumnya mengadopsi rule of thrumb tradisional, yaitu suatu
negara mempertahankan cadangan devisa yang nilainya sama dengan tiga bulan impor.
Disamping itu, kondisi cadangan devisa Indonesia menurut antara news 14 Desember 2007 cadangan devisa Indonesia
mengalami surplus. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel : 4.1 Perkembangan Besaran Moneter dalam Miliar Rupiah
Tahun Edisi
Besarnya Cadangan Devisa 1 2007 28-Dec-07
56,920.00 2 2006 29-Dec-06
42,586.30 07-Dec-05 33,396.00
15-Dec-05 33,537.20 34,069.20
3 2005
23-Dec-05 30-Dec-05
34,723.70 07-Dec-04 35,809.50
15-Dec-04 35,526.90 23-Dec-04 35,897.20
4 2004
31-Dec-04 36,320.50
77
2 Kondisi perbankan yang relatif lebih baik Sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah Pasal 7. Amanat ini memberikan kejelasan peran bank sentral dalam perekonomian,
sehingga dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian single objective-nya. Disamping itu, hal
ini terlihat dari berbagai indikator perbankan juga menunjukkan banyak kemajuan, seperti permodalan yang semakin mantap
dengan CAR yang mencapai 20,29 persen dibanding hanya 9 persen pada tahun 1997. Kualitas kredit juga jauh lebih baik
dengan rasio kredit bermasalah yang lebih rendah. Selain itu pembangunan infrastruktur perbankan menunjukkan banyak
kemajuan seperti adanya jaring pengaman sektor keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan LPS, sistem pembayaran RTGS,
dan Good Corporate Governance GCG. Sindo,5 Desember 2007.
3 Laju inflasi yang semakin rendah Kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan
nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu
78
tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran seperti bencana
alam, musim kemarau, distribusi tidak lancar, dan lain-lain sepenuhnya berada diluar pengendalian BI. Oleh karena itu, untuk
dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku
ekonomi, baik pemerintah maupun swasta. Tanpa dukungan dan komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang sangat tinggi
selama ini akan sulit dikendalikan. Selanjutnya nilai tukar rupiah sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan panawaran
yang terjadi di pasar. Apa yang dapat dilakukan oleh BI adalah menjaga agar nilai rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara tajam.
Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil
memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan
pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang,
terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian uncertainty bagi
pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris
79
menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi dan
produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi
dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga
dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
2. Industri perbankan
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang laporan keuangannya di publikasikan di Bursa Efek Indonesia BEI. Laporan
keuangan yang dijadikan sebagi objek penelitian berasal dari Neraca dan laporan LabaRugi. Adapun nama-nama bank tersebut adalah : PT Bank
International Indonesia,Tbk, PT Bank Danamon,Tbk, PT Bank Niaga,Tbk, PT BNI,Tbk, PT Bank Central Asia,Tbk, PT Bank LIPPO,Tbk, PT Artha
Graha Internasional,Tbk, PT Century, Mayapada Internasional, Mega, Niaga, NISP, Nusantara Parahiyangan, PAN Indonesian Bank, Permata,
Eksekutif Internasional, Victoria Internasional. PT Artha Niaga Kencana,Tbk serta OUB Buana.
B . Kriteria Penentuan Kondisi Perbankan
Penentuan pedoman kondisi financial distress dan non financial distress pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada penelitian ini
adalah untuk perusahaan yang finacial distress tidak sehat memiliki laba
80
negatif selama 2 tahun beturut-turut diproyeksikan dengan kondisi 0 untuk LabaRugi dibawah 5 Triliyun sebelum dan sesudah terpilihnya Susilo
Bambang Yodhoyono 2004-2007, sedangkan untuk non financial distress sehat yang memiliki laba positif selama 2 tahun berturut-turut memiliki
proyeksi kondisi 1 untuk LabaRugi diatas 5 Triliyun sebelum terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2004 serta kondisi 2 untuk LabaRugi diatas 5
Triliyun sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2005-2007. Tabel: 4.2
LabaRugi dari Tahun 2004-2007 dalam Jutaan rupiah.
No Nama Bank
Kode Emiten Tahun
Nilai LabaRugi Kondisi
1 BNI Persero Tbk BBNI
2004 147,108,315
1 2
Artha Graha Internasional, Tbk
AGIB 2004 10,852,396
1 3 BCA,
Tbk BBCA
2004 149,663,350
1 4 Century,Tbk
BCIC 2004
13,273,540 1
5 Danamon Indonesia,
Tbk BDMN 2004
66,763,707 1
6 Internasional Indonesia,
Tbk BNII 2004
47,332,844 1
7 Lippo, Tbk
LPBN 2004
29,116,215 1
8 Mega, Tbk
MEGA 2004
25,109,428 1
9 Niaga, Tbk
BNGA 2004
41,362,277 1
10 NISP, Tbk
NISP 2004
20,006,870 1
11 PAN Indobesia bank,
Tbk PNBN 2004
35,757,786 1
12 Permata, Tbk
BBBA 2004
34,594,193 1
13 Mayapada Internasional MAYA
2004 3,155,554
14 Nusantara Prahiyangan,
Tbk BBNP 2004
2,839,666 15 Artha
Niaga Kencana
ANKB 2004
1,199,758 16
Eksekutif Internasional, Tbk BEKS
2004 1,492,008
17 Victoria Internasional
BVIC 2004
2,112,005 18 Agro
Niaga, Tbk
BAAO 2004
19 UOB Buana, Tbk BBIA
2004 20 BNI Persero Tbk
BBNI 2005
136,066,651 2
21 Artha Graha
Internasional, Tbk AGIB 2005
8,337,425 2
22 BCA, Tbk
BBCA 2005
148,750,288 2
81
Lanjutan Tabel: 4.2 LabaRugi dari Tahun 2004-2007 dalam Jutaan rupiah.
No Nama Bank
Kode Emiten
Tahun Nilai
LabaRugi Kondisi
23 Century,Tbk BCIC
2005 7,856,931
2 24 Danamon Indonesia, Tbk
BDMN 2005
57,537,257 2
25 Internasional Indonesia, Tbk BNII
2005 35,794,487
2 26 Lippo,
Tbk LPBN
2005 27,832,108
2 27 Mega,
Tbk MEGA
2005 18,642,817
2 28 Niaga,
Tbk BNGA
2005 30,637,555
2 29 NISP,
Tbk NISP
2005 17,801,215
2 30 PAN Indobesia bank, Tbk
PNBN 2005
22,963,061 2
31 Permata, Tbk
BBBA 2005
31,597,908 2
32 Mayapada Internasional MAYA 2005
2,556,260 0 33 Nusantara Prahiyangan, Tbk
BBNP 2005
2,322,727 34 Artha
Niaga Kencana
ANKB 2005
1,092,242 35 Eksekutif
Internasional, Tbk BEKS
2005 1,493,537
36 Victoria Internasional
BVIC 2005
2,004,900 37 Agro
Niaga, Tbk
BAAO 2005
38 UOB Buana, Tbk BBIA
2005 39 BNI Persero Tbk
BBNI 2006
182,007,749 2
40 Artha Graha Internasional,
Tbk AGIB 2006
11,286,853 2 41 BCA,
Tbk BBCA
2006 217,180,173
2 42 Century,Tbk
BCIC 2006
14,509,631 2
43 Danamon Indonesia, Tbk BDMN
2006 86,617,017
2 44 Internasional Indonesia, Tbk
BNII 2006
50,611,605 2
45 Lippo, Tbk
LPBN 2006
38,541,421 2
46 Mega, Tbk
MEGA 2006
34,907,728 2
47 Niaga, Tbk
BNGA 2006
54,766,466 2
48 NISP, Tbk
NISP 2006
28,969,069 2
49 PAN Indobesia bank, Tbk PNBN
2006 51,192,502
2 50 Permata,
Tbk BBBA
2006 39,183,704
2 51 Mayapada
Internasional MAYA 2006 4,474,878 0
52 Nusantara Prahiyangan, Tbk BBNP
2006 3,772,770
53 Artha Niaga
Kencana ANKB
2006 54 Eksekutif
Internasional, Tbk BEKS
2006 1,349,719
55 Victoria Internasional
BVIC 2006
5,183,742 56 Agro
Niaga, Tbk
BAAO 2006
2,983,769
82
Lanjutan Tabel: 4.2 LabaRugi dari Tahun 2004-2007 dalam Jutaan rupiah.
No Nama Bank
Kode Emiten
Tahun LabaRugi Kondisi 57
UOB Buana, Tbk BBIA
2006 18,260,086
58 BNI Persero Tbk
BBNI 2007
168,803,456 2
59 Artha Graha
Internasional, Tbk AGIB 2007
11,050,963 2 60 BCA,
Tbk BBCA 2007
176,183,585 2
61 Century,Tbk BCIC 2007
14,547,470 2
62 Danamon Indonesia, Tbk
BDMN 2007
79,598,490 2
63 Internasional Indonesia,
Tbk BNII 2007
48,253,624 2 64 Lippo,
Tbk LPBN 2007
33,357,782 2
65 Mega, Tbk MEGA
2007 30,972,910
2 66 Niaga,
Tbk BNGA 2007
46,452,272 2
67 NISP, Tbk NISP
2007 24,205,990
2 68
PAN Indobesia bank, Tbk PNBN
2007 39,098,477
2 69 Permata,
Tbk BBBA 2007
37,772,730 2
70 Mayapada Internasional MAYA 2007 3,699,865 0
71 Nusantara Prahiyangan,
Tbk BBNP 2007
3,351,474 72 Artha
Niaga Kencana ANKB 2007
73 Eksekutif Internasional,
Tbk BEKS 2007 1,339,267 0
74 Victoria Internasional BVIC 2007 2,897,471 0
75 Agro Niaga,
Tbk BAAO 2007
3,010,606 0 76
UOB Buana, Tbk BBIA
2007 16,856,118
Sumber: Financial Report. Penentuan pedoman kondisi financial distress dan non financial
distress pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI untuk perhitungan model Altman pada penelitian ini sama dengan penentuan kondisi yang
dilihat dari laporan LabaRugi seperti diatas untuk perusahaan yang finacial distress tidak sehat memiliki laba negatif selama 2 tahun beturut-turut
diproyeksikan dengan kondisi 0 untuk LabaRugi dibawah 5 Triliyun sebelum dan sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2004-2007, sedangkan
untuk non financial distress sehat yang memiliki laba positif selama 2 tahun
83
berturut-turut memiliki proyeksi kondisi 1 untuk LabaRugi diatas 5 Triliyun sebelum terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2004 serta kondisi 2 untuk
LabaRugi diatas 5 Triliyun sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2005-2007.
Tabel 4.3 Penentuan Kondisi Model Altman.
No Emiten Tahun WCTA
RETA EBITTA
MVETL STA
KONDISI 1 BBNI
2004 -0,028710 0,000592 0,022712 0,000000
0,106000 1
2 AGIB 2004 -0,017641 -0,000707 0,010632 0,000000
0,108000 1
3 BBCA 2004
0,079347 0,000309 0,030293 7,000,000 0,088000
1 4 BCIC
2004 -0,133180 -0,009540 -0,088290 -2,000,000 0,078000 1
5 BDMN 2004 0,148330 0,013861 0,054974 1,000,000 0,116000
1 6 BNII
2004 0,105122 -0,000090 0,022953 0,000000
0,111000 1
7 LPBN 2004
0,010441 -0,000398 0,032505 89,000,000 0,100000 1
8 MEGA 2004 0,042419
0,000000 0,024146 2,000,000 0,094000 1
9 BNGA 2004 -0,813040 -0,001598 0,024458 1,000,000 0,102000 1
10 NISP 2004
0,092227 0,000000 0,021927 1,000,000 0,093000
1 11 PNBN 2004
0,173911 0,002352 0,051384 4,000,000 0,118000
1 12 BBBA
2004 0,038154
0,000000 0,021848 16,000,000 0,107000 1
13 MAYA 2004 0,070338
0,000000 0,000545 0,000000 0,094000
14 BBNP 2004 -0,292684
0,000233 0,000000 0,000000 0,062000
15 ANKB 2004
0,072183 0,000000 0,000000 0,000000
0,086000 16 BEKS
2004 0,014944
0,000000 0,000877 0,000000 0,195000
17 BVIC 2004
0,102988 0,000653 0,000000 0,000000
0,135000 18 BAAO 2004
0,000000 0,000000 0,000000 0,000000
0,000000 19 BBIA
2004 0,000000
0,000000 0,000000 0,000000 0,000000
1 20 BBNI
2005 0,039367 -0,002587 0,015608 0,000000
0,099000 2
21 AGIB 2005 -0,022798 -0,000543 0,002891 0,000000
0,095000 2
22 BBCA 2005
0,094457 -0,000095 0,034049 8,000,000 0,102000 2
23 BCIC 2005 -0,118337 -0,000036 0,001771 0,000000
0,074000 2
24 BDMN 2005 0,112421 -0,002742 0,040137 1,000,000 0,121000
2 25 BNII
2005 0,080988 -0,001542 0,015320 0,000000
0,099000 2
26 LPBN 2005 -0,085243 -0,004109 0,017940 40,000,000 0,092000
2 27 MEGA 2005
0,028637 0,000000 0,010502 2,000,000 0,094000
2 28 BNGA 2005
0,100130 -0,002872 0,017902 3,000,000 0,098000 2
29 NISP 2005
0,082535 -0,010684 0,014484 2,000,000 0,108000 2
30 PNBN 2005 0,106982 -0,003509 0,018835 1,000,000 0,087000
2
84
Lanjutan Tabel 4.3 Penentuan Kondisi Model Altman.
No Emiten Tahun WCTA
RETA EBITTA
MVETL STA
KONDISI 31 BBBA
2005 0,044532 0,000000 0,011273 7,000,000 0,106000
2 32 MAYA 2005
0,069163 0,000000 0,000000 0,000000 0,105000
33 BBNP 2005
0,878345 -0,000585 -0,000585 0,000000 0,103000
34 ANKB 2005
0,057381 0,000000 0,000000 0,000000 0,092000
35 BEKS 2005 -0,052796 0,000000 0,000000 0,000000
0,141000 36 BVIC
2005 0,098106 -0,016408 -0,016408 0,000000
0,116000 37
BAAO 2005 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000
38 BBIA 2005
0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000
2 39 BBNI
2006 0,091678 0,008006 0,017364 0,000000
0,104000 2
40 AGIB 2006 -0,038967 0,000600 0,003988 0,000000
0,126000 2
41 BBCA 2006
0,097539 0,000069 0,034237 0,000000 0,109000
2 42 BCIC
2006 -0,055166 -0,000038 0,003475 0,000000 0,107000
2 43 BDMN 2006
0,115978 0,002807 0,022135 3,000,000 0,134000 2
44 BNII 2006
0,098761 0,000508 0,013581 0,000000 0,127000
2 45 LPBN
2006 0,061855 0,003408 0,017378 54,000,000 0,109000
2 46 MEGA 2006
0,037826 0,000150 0,005697 8,000,000 0,081000
2 47 BNGA 2006
0,107067 0,001472 0,020513 2,000,000 0,126000 2
48 NISP 2006
0,083222 0,000734 0,013752 2,000,000 0,114000 2
49 PNBN 2006 0,104509 0,001432 0,024165 0,000000
0,110000 2
50 BBBA 2006
0,174555 0,009479 0,011798 13,000,000 0,135000 2
51 MAYA 2006 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000
0,000000 52 BBNP
2006 -0,046828 0,000278 0,000278 3,000,000 0,133000 53 ANKB
2006 0,078674 0,000000 0,000000 0,000000
0,110000 54 BEKS
2006 -0,104481 0,000000 0,000000 0,000000 0,152000
55 BVIC 2006
0,111894 0,001686 0,001686 0,000000 0,105000
56 BAAO 2006 0,070346 0,000000 0,000000 0,000000
0,122000 57 BBIA
2006 0,184774 0,000270 0,000270 4,000,000 0,137000
2 58 BBNI
2007 -0,567673 -0,000493 0,010209 0,000000 0,099000
2 59 AGIB
2007 -0,004041 0,000097 0,002772 0,000000 0,106000
2 60 BBCA
2007 0,091525 0,000103 0,029209 0,000000
0,087000 2
61 BCIC 2007
0,409547 0,000003 0,003925 0,000000 0,089000
2 62 BDMN 2007
0,122381 -0,001013 0,033408 1,000,000 0,137000 2
63 BNII 2007
0,101840 -0,002842 0,011758 0,000000 0,107000
2 64 LPBN
2007 0,073624 -0,002530 0,027345 43,000,000 0,106000
2 65 MEGA 2007
0,060228 0,014036 0,021371 3,000,000 0,103000
2 66 BNGA 2007
0,109798 -0,000049 0,018746 2,000,000 0,105000 2
67 NISP 2007
0,093089 -0,000697 0,012147 1,000,000 0,102000 2
68 PNBN 2007 0,119287 0,000797 0,025939 0,000000
0,092000 2
69 BBBA 2007
0,216306 -0,000010 0,018418 8,000,000 0,130000 2
85
Lanjutan Tabel 4.3 Penentuan Kondisi Model Altman.
No Emiten Tahun WCTA
RETA EBITTA
MVETL STA
KONDISI 70 MAYA 2007
0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000
71 BBNP 2007
0,121601 -0,000414 -0,000406 0,000000 0,114000
72 ANKB 2007
0,080266 0,000000 0,000000 0,000000 0,093000
73 BEKS 2007 -0,067821 0,000000 0,000000 0,000000
0,135000 74 BVIC
2007 0,065989 0,000188 0,000188 0,000000
0,078000 75
BAAO 2007 0,116812 0,000000 0,000000 0,000000 0,117000
76 BBIA 2007
0,181979 -0,000199 -0,000199 4,000,000 0,109000 2
Sumber: Data diolah
C. Hasil dan Pembahasan