Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan Perbankan menurut Kasmir 2003:15-16 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sejarah dikenalnya asal mula kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Oleh karena itu bank dikenal sebagai tempat menukar uang atau sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam sejarah para pedagang dari berbagai kerajaan melakukan transaksi dengan menukarkan uang, dimana penukaran uang dilakukan antara mata uang kerajaan yang satu dengan mata uang kerajaan lain.kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan perdagangan valuta asing money changer. Perekembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan bertambah lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Kemudian kegiatan perbankan berkembang dengan kegiatan peminjaman uang yaitu dengan cara uang yang semula disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya . Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan makin meningkat dan beragam maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Dewasa ini perkembangan dunia 74 perbankan semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, dan teknologi yang dimiliki. Perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktifitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu tidak heran apabila perbankan suatu negara hancur maka akan mengakibatkan kehancuran perekonomian negara yang bersangkutan seperti yang terjadi di Indonesia tahun 1998 dan 1999. Sejarah perbankan yang dikenal oleh dunia berawal dari daratan Benua Eropa mulai dari zaman Babilonia yang kemudian dilanjutkan kezaman Yunani kuno dan Romawi. Bank-bank yang sudah terkenal pada saat itu di Benua Eropa adalah Bank Venisia tahun 1171, kemudian menyusul Bank of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. Perkembangan perbankan didaratan Inggris baru dimulai pada abad ke 16. Namun, karena Inggris yang begitu aktif mencari daerah penjajahan, maka perkembangan perbankanpun ikut dibawa kenegara jajahannya seperti Benua Amerika, Afrika dan Asia yang memang sudah dikenal pada saat itu memegang peranan penting dalam bidang perdagangan . Dalam perjalanan perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pemerintah hindia belandalah yang memperkenalkan dunia perbankan kepada masyarakat Indonesia. 75 Indikator ekonomi yang menunjukan kondisi perbankan Indonesia yang lebih biak antara lain: 1 Cadangan devisa Menurut Soekarno, Shinta, Anung Ralianto et al. 2008:248 Literatur mengenai cadangan devisa mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, literatur kecukupan cadangan devisa memfokuskan pada posisi current account. Namun sejak akhir 1990-an dimana krisis keuangan yang terjadi merupakan krisis balance sheet bukan current account, maka sisi neraca transaksi modal menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tingkat cadangan devisa yang optimal. Sebelum maraknya globalisasi dan integrasi keuangan, negara pada umumnya memupuk cadangan devisa terutama untuk mengatur permintaan dan penawaran akan valas yang timbul sebagai akibat transaksi di sisi transaksi berjalan current account. Hal ini sejalan dengan pendapat Triffin yang mengemukakan bahwa kecukupan cadangan devisa ditentukan oleh transaksi luar negeri, yang sebagian besar meliputi current account. Permintaan terhadap cadangan devisa akan meningkat seiring dengan pertumbuhan dalam perdagangan dunia dengan demikian, peningkatan dalam cadangan devisa terjadi karena meningkatnya keterbukaan ekonomi suatu negara. Sementara itu, Machlup dan 76 Heller yang mengemukakan bahwa variabilitas perdagangan merupakan pengukuran yang lebih baik untuk permintaan akan cadangan devisa. Dengan demikian, menurut Jeane dan Raincers 2005 dalam Soekarno, Shinta, Anung Ralianto et al. 2008:248 pada masa itu banyak negara memupuk cadangan devisa sebagai penyangga buffer stock untuk mengantisipasi smoothing ketidak seimbangan pembayaran internasional yang tak terduga dan bersifat sementara. Mempertimbangkan bahwa transaksi di sisi current account merupakan faktor penentu besarnya cadangan devisa, maka para pembuat kebijakan termasuk bank sentral umumnya mengadopsi rule of thrumb tradisional, yaitu suatu negara mempertahankan cadangan devisa yang nilainya sama dengan tiga bulan impor. Disamping itu, kondisi cadangan devisa Indonesia menurut antara news 14 Desember 2007 cadangan devisa Indonesia mengalami surplus. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel : 4.1 Perkembangan Besaran Moneter dalam Miliar Rupiah Tahun Edisi Besarnya Cadangan Devisa 1 2007 28-Dec-07 56,920.00 2 2006 29-Dec-06 42,586.30 07-Dec-05 33,396.00 15-Dec-05 33,537.20 34,069.20 3 2005 23-Dec-05 30-Dec-05 34,723.70 07-Dec-04 35,809.50 15-Dec-04 35,526.90 23-Dec-04 35,897.20 4 2004 31-Dec-04 36,320.50 77 2 Kondisi perbankan yang relatif lebih baik Sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah Pasal 7. Amanat ini memberikan kejelasan peran bank sentral dalam perekonomian, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian single objective-nya. Disamping itu, hal ini terlihat dari berbagai indikator perbankan juga menunjukkan banyak kemajuan, seperti permodalan yang semakin mantap dengan CAR yang mencapai 20,29 persen dibanding hanya 9 persen pada tahun 1997. Kualitas kredit juga jauh lebih baik dengan rasio kredit bermasalah yang lebih rendah. Selain itu pembangunan infrastruktur perbankan menunjukkan banyak kemajuan seperti adanya jaring pengaman sektor keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan LPS, sistem pembayaran RTGS, dan Good Corporate Governance GCG. Sindo,5 Desember 2007. 3 Laju inflasi yang semakin rendah Kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu 78 tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran seperti bencana alam, musim kemarau, distribusi tidak lancar, dan lain-lain sepenuhnya berada diluar pengendalian BI. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta. Tanpa dukungan dan komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang sangat tinggi selama ini akan sulit dikendalikan. Selanjutnya nilai tukar rupiah sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan panawaran yang terjadi di pasar. Apa yang dapat dilakukan oleh BI adalah menjaga agar nilai rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara tajam. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian uncertainty bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris 79 menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah. 2. Industri perbankan Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang laporan keuangannya di publikasikan di Bursa Efek Indonesia BEI. Laporan keuangan yang dijadikan sebagi objek penelitian berasal dari Neraca dan laporan LabaRugi. Adapun nama-nama bank tersebut adalah : PT Bank International Indonesia,Tbk, PT Bank Danamon,Tbk, PT Bank Niaga,Tbk, PT BNI,Tbk, PT Bank Central Asia,Tbk, PT Bank LIPPO,Tbk, PT Artha Graha Internasional,Tbk, PT Century, Mayapada Internasional, Mega, Niaga, NISP, Nusantara Parahiyangan, PAN Indonesian Bank, Permata, Eksekutif Internasional, Victoria Internasional. PT Artha Niaga Kencana,Tbk serta OUB Buana. B . Kriteria Penentuan Kondisi Perbankan Penentuan pedoman kondisi financial distress dan non financial distress pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada penelitian ini adalah untuk perusahaan yang finacial distress tidak sehat memiliki laba 80 negatif selama 2 tahun beturut-turut diproyeksikan dengan kondisi 0 untuk LabaRugi dibawah 5 Triliyun sebelum dan sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2004-2007, sedangkan untuk non financial distress sehat yang memiliki laba positif selama 2 tahun berturut-turut memiliki proyeksi kondisi 1 untuk LabaRugi diatas 5 Triliyun sebelum terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2004 serta kondisi 2 untuk LabaRugi diatas 5 Triliyun sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2005-2007. Tabel: 4.2 LabaRugi dari Tahun 2004-2007 dalam Jutaan rupiah. No Nama Bank Kode Emiten Tahun Nilai LabaRugi Kondisi 1 BNI Persero Tbk BBNI 2004 147,108,315 1 2 Artha Graha Internasional, Tbk AGIB 2004 10,852,396 1 3 BCA, Tbk BBCA 2004 149,663,350 1 4 Century,Tbk BCIC 2004 13,273,540 1 5 Danamon Indonesia, Tbk BDMN 2004 66,763,707 1 6 Internasional Indonesia, Tbk BNII 2004 47,332,844 1 7 Lippo, Tbk LPBN 2004 29,116,215 1 8 Mega, Tbk MEGA 2004 25,109,428 1 9 Niaga, Tbk BNGA 2004 41,362,277 1 10 NISP, Tbk NISP 2004 20,006,870 1 11 PAN Indobesia bank, Tbk PNBN 2004 35,757,786 1 12 Permata, Tbk BBBA 2004 34,594,193 1 13 Mayapada Internasional MAYA 2004 3,155,554 14 Nusantara Prahiyangan, Tbk BBNP 2004 2,839,666 15 Artha Niaga Kencana ANKB 2004 1,199,758 16 Eksekutif Internasional, Tbk BEKS 2004 1,492,008 17 Victoria Internasional BVIC 2004 2,112,005 18 Agro Niaga, Tbk BAAO 2004 19 UOB Buana, Tbk BBIA 2004 20 BNI Persero Tbk BBNI 2005 136,066,651 2 21 Artha Graha Internasional, Tbk AGIB 2005 8,337,425 2 22 BCA, Tbk BBCA 2005 148,750,288 2 81 Lanjutan Tabel: 4.2 LabaRugi dari Tahun 2004-2007 dalam Jutaan rupiah. No Nama Bank Kode Emiten Tahun Nilai LabaRugi Kondisi 23 Century,Tbk BCIC 2005 7,856,931 2 24 Danamon Indonesia, Tbk BDMN 2005 57,537,257 2 25 Internasional Indonesia, Tbk BNII 2005 35,794,487 2 26 Lippo, Tbk LPBN 2005 27,832,108 2 27 Mega, Tbk MEGA 2005 18,642,817 2 28 Niaga, Tbk BNGA 2005 30,637,555 2 29 NISP, Tbk NISP 2005 17,801,215 2 30 PAN Indobesia bank, Tbk PNBN 2005 22,963,061 2 31 Permata, Tbk BBBA 2005 31,597,908 2 32 Mayapada Internasional MAYA 2005 2,556,260 0 33 Nusantara Prahiyangan, Tbk BBNP 2005 2,322,727 34 Artha Niaga Kencana ANKB 2005 1,092,242 35 Eksekutif Internasional, Tbk BEKS 2005 1,493,537 36 Victoria Internasional BVIC 2005 2,004,900 37 Agro Niaga, Tbk BAAO 2005 38 UOB Buana, Tbk BBIA 2005 39 BNI Persero Tbk BBNI 2006 182,007,749 2 40 Artha Graha Internasional, Tbk AGIB 2006 11,286,853 2 41 BCA, Tbk BBCA 2006 217,180,173 2 42 Century,Tbk BCIC 2006 14,509,631 2 43 Danamon Indonesia, Tbk BDMN 2006 86,617,017 2 44 Internasional Indonesia, Tbk BNII 2006 50,611,605 2 45 Lippo, Tbk LPBN 2006 38,541,421 2 46 Mega, Tbk MEGA 2006 34,907,728 2 47 Niaga, Tbk BNGA 2006 54,766,466 2 48 NISP, Tbk NISP 2006 28,969,069 2 49 PAN Indobesia bank, Tbk PNBN 2006 51,192,502 2 50 Permata, Tbk BBBA 2006 39,183,704 2 51 Mayapada Internasional MAYA 2006 4,474,878 0 52 Nusantara Prahiyangan, Tbk BBNP 2006 3,772,770 53 Artha Niaga Kencana ANKB 2006 54 Eksekutif Internasional, Tbk BEKS 2006 1,349,719 55 Victoria Internasional BVIC 2006 5,183,742 56 Agro Niaga, Tbk BAAO 2006 2,983,769 82 Lanjutan Tabel: 4.2 LabaRugi dari Tahun 2004-2007 dalam Jutaan rupiah. No Nama Bank Kode Emiten Tahun LabaRugi Kondisi 57 UOB Buana, Tbk BBIA 2006 18,260,086 58 BNI Persero Tbk BBNI 2007 168,803,456 2 59 Artha Graha Internasional, Tbk AGIB 2007 11,050,963 2 60 BCA, Tbk BBCA 2007 176,183,585 2 61 Century,Tbk BCIC 2007 14,547,470 2 62 Danamon Indonesia, Tbk BDMN 2007 79,598,490 2 63 Internasional Indonesia, Tbk BNII 2007 48,253,624 2 64 Lippo, Tbk LPBN 2007 33,357,782 2 65 Mega, Tbk MEGA 2007 30,972,910 2 66 Niaga, Tbk BNGA 2007 46,452,272 2 67 NISP, Tbk NISP 2007 24,205,990 2 68 PAN Indobesia bank, Tbk PNBN 2007 39,098,477 2 69 Permata, Tbk BBBA 2007 37,772,730 2 70 Mayapada Internasional MAYA 2007 3,699,865 0 71 Nusantara Prahiyangan, Tbk BBNP 2007 3,351,474 72 Artha Niaga Kencana ANKB 2007 73 Eksekutif Internasional, Tbk BEKS 2007 1,339,267 0 74 Victoria Internasional BVIC 2007 2,897,471 0 75 Agro Niaga, Tbk BAAO 2007 3,010,606 0 76 UOB Buana, Tbk BBIA 2007 16,856,118 Sumber: Financial Report. Penentuan pedoman kondisi financial distress dan non financial distress pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI untuk perhitungan model Altman pada penelitian ini sama dengan penentuan kondisi yang dilihat dari laporan LabaRugi seperti diatas untuk perusahaan yang finacial distress tidak sehat memiliki laba negatif selama 2 tahun beturut-turut diproyeksikan dengan kondisi 0 untuk LabaRugi dibawah 5 Triliyun sebelum dan sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2004-2007, sedangkan untuk non financial distress sehat yang memiliki laba positif selama 2 tahun 83 berturut-turut memiliki proyeksi kondisi 1 untuk LabaRugi diatas 5 Triliyun sebelum terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2004 serta kondisi 2 untuk LabaRugi diatas 5 Triliyun sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono 2005-2007. Tabel 4.3 Penentuan Kondisi Model Altman. No Emiten Tahun WCTA RETA EBITTA MVETL STA KONDISI 1 BBNI 2004 -0,028710 0,000592 0,022712 0,000000 0,106000 1 2 AGIB 2004 -0,017641 -0,000707 0,010632 0,000000 0,108000 1 3 BBCA 2004 0,079347 0,000309 0,030293 7,000,000 0,088000 1 4 BCIC 2004 -0,133180 -0,009540 -0,088290 -2,000,000 0,078000 1 5 BDMN 2004 0,148330 0,013861 0,054974 1,000,000 0,116000 1 6 BNII 2004 0,105122 -0,000090 0,022953 0,000000 0,111000 1 7 LPBN 2004 0,010441 -0,000398 0,032505 89,000,000 0,100000 1 8 MEGA 2004 0,042419 0,000000 0,024146 2,000,000 0,094000 1 9 BNGA 2004 -0,813040 -0,001598 0,024458 1,000,000 0,102000 1 10 NISP 2004 0,092227 0,000000 0,021927 1,000,000 0,093000 1 11 PNBN 2004 0,173911 0,002352 0,051384 4,000,000 0,118000 1 12 BBBA 2004 0,038154 0,000000 0,021848 16,000,000 0,107000 1 13 MAYA 2004 0,070338 0,000000 0,000545 0,000000 0,094000 14 BBNP 2004 -0,292684 0,000233 0,000000 0,000000 0,062000 15 ANKB 2004 0,072183 0,000000 0,000000 0,000000 0,086000 16 BEKS 2004 0,014944 0,000000 0,000877 0,000000 0,195000 17 BVIC 2004 0,102988 0,000653 0,000000 0,000000 0,135000 18 BAAO 2004 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 19 BBIA 2004 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 1 20 BBNI 2005 0,039367 -0,002587 0,015608 0,000000 0,099000 2 21 AGIB 2005 -0,022798 -0,000543 0,002891 0,000000 0,095000 2 22 BBCA 2005 0,094457 -0,000095 0,034049 8,000,000 0,102000 2 23 BCIC 2005 -0,118337 -0,000036 0,001771 0,000000 0,074000 2 24 BDMN 2005 0,112421 -0,002742 0,040137 1,000,000 0,121000 2 25 BNII 2005 0,080988 -0,001542 0,015320 0,000000 0,099000 2 26 LPBN 2005 -0,085243 -0,004109 0,017940 40,000,000 0,092000 2 27 MEGA 2005 0,028637 0,000000 0,010502 2,000,000 0,094000 2 28 BNGA 2005 0,100130 -0,002872 0,017902 3,000,000 0,098000 2 29 NISP 2005 0,082535 -0,010684 0,014484 2,000,000 0,108000 2 30 PNBN 2005 0,106982 -0,003509 0,018835 1,000,000 0,087000 2 84 Lanjutan Tabel 4.3 Penentuan Kondisi Model Altman. No Emiten Tahun WCTA RETA EBITTA MVETL STA KONDISI 31 BBBA 2005 0,044532 0,000000 0,011273 7,000,000 0,106000 2 32 MAYA 2005 0,069163 0,000000 0,000000 0,000000 0,105000 33 BBNP 2005 0,878345 -0,000585 -0,000585 0,000000 0,103000 34 ANKB 2005 0,057381 0,000000 0,000000 0,000000 0,092000 35 BEKS 2005 -0,052796 0,000000 0,000000 0,000000 0,141000 36 BVIC 2005 0,098106 -0,016408 -0,016408 0,000000 0,116000 37 BAAO 2005 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 38 BBIA 2005 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 2 39 BBNI 2006 0,091678 0,008006 0,017364 0,000000 0,104000 2 40 AGIB 2006 -0,038967 0,000600 0,003988 0,000000 0,126000 2 41 BBCA 2006 0,097539 0,000069 0,034237 0,000000 0,109000 2 42 BCIC 2006 -0,055166 -0,000038 0,003475 0,000000 0,107000 2 43 BDMN 2006 0,115978 0,002807 0,022135 3,000,000 0,134000 2 44 BNII 2006 0,098761 0,000508 0,013581 0,000000 0,127000 2 45 LPBN 2006 0,061855 0,003408 0,017378 54,000,000 0,109000 2 46 MEGA 2006 0,037826 0,000150 0,005697 8,000,000 0,081000 2 47 BNGA 2006 0,107067 0,001472 0,020513 2,000,000 0,126000 2 48 NISP 2006 0,083222 0,000734 0,013752 2,000,000 0,114000 2 49 PNBN 2006 0,104509 0,001432 0,024165 0,000000 0,110000 2 50 BBBA 2006 0,174555 0,009479 0,011798 13,000,000 0,135000 2 51 MAYA 2006 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 52 BBNP 2006 -0,046828 0,000278 0,000278 3,000,000 0,133000 53 ANKB 2006 0,078674 0,000000 0,000000 0,000000 0,110000 54 BEKS 2006 -0,104481 0,000000 0,000000 0,000000 0,152000 55 BVIC 2006 0,111894 0,001686 0,001686 0,000000 0,105000 56 BAAO 2006 0,070346 0,000000 0,000000 0,000000 0,122000 57 BBIA 2006 0,184774 0,000270 0,000270 4,000,000 0,137000 2 58 BBNI 2007 -0,567673 -0,000493 0,010209 0,000000 0,099000 2 59 AGIB 2007 -0,004041 0,000097 0,002772 0,000000 0,106000 2 60 BBCA 2007 0,091525 0,000103 0,029209 0,000000 0,087000 2 61 BCIC 2007 0,409547 0,000003 0,003925 0,000000 0,089000 2 62 BDMN 2007 0,122381 -0,001013 0,033408 1,000,000 0,137000 2 63 BNII 2007 0,101840 -0,002842 0,011758 0,000000 0,107000 2 64 LPBN 2007 0,073624 -0,002530 0,027345 43,000,000 0,106000 2 65 MEGA 2007 0,060228 0,014036 0,021371 3,000,000 0,103000 2 66 BNGA 2007 0,109798 -0,000049 0,018746 2,000,000 0,105000 2 67 NISP 2007 0,093089 -0,000697 0,012147 1,000,000 0,102000 2 68 PNBN 2007 0,119287 0,000797 0,025939 0,000000 0,092000 2 69 BBBA 2007 0,216306 -0,000010 0,018418 8,000,000 0,130000 2 85 Lanjutan Tabel 4.3 Penentuan Kondisi Model Altman. No Emiten Tahun WCTA RETA EBITTA MVETL STA KONDISI 70 MAYA 2007 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71 BBNP 2007 0,121601 -0,000414 -0,000406 0,000000 0,114000 72 ANKB 2007 0,080266 0,000000 0,000000 0,000000 0,093000 73 BEKS 2007 -0,067821 0,000000 0,000000 0,000000 0,135000 74 BVIC 2007 0,065989 0,000188 0,000188 0,000000 0,078000 75 BAAO 2007 0,116812 0,000000 0,000000 0,000000 0,117000 76 BBIA 2007 0,181979 -0,000199 -0,000199 4,000,000 0,109000 2 Sumber: Data diolah

C. Hasil dan Pembahasan