52
BAB IV
ANALISIS PERJANJIAN KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Akibat Debitur Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan
Dalam  pelaksanaan  perjanjian  tidak  tertutup  kemungkinan  terjadinya pengingkaran  perjanjian,  yang  lazimnya  dalam  bahasa  hukum  dikenal  dengan
istilah  wanprestasi  diartikan  sebagai  kelalaian  debitur  untuk  memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
76
Dengan demikian akibat hukum bagi pihak yang melakukan wanprestasi dapat berupa gugatan oleh pihak yang dirugikan.Akan tetapi perlu diingat bahwa
wanprestasi  tidak  terjadi  serta  merta  pada  saat  debitur  lalai  memenuhi kewajibannya.Hal  tersebut  baru  dianggap  terjadi,  apabila  sudah  ada  teguran
berupa  somasi  pernyataan  lalai  dari  pihak  kreditur  kepada  debitur.Tenggang waktu  tersebut  berkaitan  dengan  asas  itikad  baik  yang  tertulis  dalam  pasal  1338
ayat 3 yang berbunyi “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Ada empat akibat apabila terjadi wanprestasi
1. Perikatan tetap ada 2. Debitur  harus  membayar  ganti  rugi  kepada  kreditur  pasal  1243  KUH
perdata 3. Beban risiko beralihuntuk kerugian debitur jika halangan itu timbul setelah
debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan besar dari pehak  kreditur,  oleh  karena  itu  debitur  tidak  dibenarkan  untuk  berpegang
pada keadaan memaksa. 4. Jika perikatan lahir dari perikatan timbal balikkreditur dapat membebaskan
diri  dari kewajibannya  memberi  kontra  prestasi  dengan  menggunakan pasal 1266 KUH perdata.
76
Sri  Soesilowati  Mahdi,  Surini Ahlan  Sjarif,  Akhmad  Budi  Cahyono, Hukum  Perdata Suatu Pengantar, Jakarta: Gitama Jaya Jakarta 2005, hal. 151
53
Disamping  debitur  harus  menanggung  hal  tersebut  diatas,  maka  yang  dapat dilakukan  kreditur  dalam  menghadapi  debitur  yang  wanprestasi  ada  lima
kemungkinan sebagai berikut pasal 1276 KUH perdata 1. Memenuhi melaksanakan perjanjian
2. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi 3. Membayar ganti rugi
4. Membatalkan perjanjian, dan 5. Membatalkan perjanjian disertai ganti rugi.
Namun  selain  hal  diatas  perlu  juga  diingat  mengenai ketentuan  pasal 1266  KUHPerdata  yang  berisikan:  “syarat  batal  dianggap  selalu  dicantumkan
dalam  persetujuan  yang  timbal balik  manakala  salah  satu  pihak  tidak  memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi
pembatalannya  harus  dimintakan  kepada  hakim.Permintaan  ini  juga  harus dilakukan  meskipun  syarat  batal  mengenai  tidak  dipenuhinya  perjanjian
dinyatakan  dalam  perjanjian.Jika  syarat  batal  tidak  dimintakan  dalam  perjanjian, hakim  adalah  leluasa  untuk  menurut  keadaan atas  permintaan  sitergugat
memberikan  jangka  waktu  untuk  masih  juga  memenuhi kewajibannya, namun jangka waktu tidak boleh lebih dari satu bulan.”
Ketentuan  dari  pasal  diatas  berkaitan  dengan  perlindungan  konsumen, oleh karena itu dapat dilihat bahwa pembatalan perjanjian tidak boleh dibatalkan
secara  sepihak,  namun  dimintakan  pembatalan  kepengadilan.Dengan  demikian kita  harus  menggugat  untuk  wanprestasi  atau  ingkar  janji. Jadi,mencantumkan
diperjanjian sangatlah penting. Pasal  1234  KUHPerdata  mengisyaratkan  bahwa  obyek  perjanjian  adalah
pemenuhan prestasi berupa :
77
1. Menyerahkan sesuatu 2. Melakukan sesuatu
3. Tidak melakukan sesuatu
77
Indonesia, kitab  Undang –
undang  Hukum  Perdata  Burgerlijk    Wetboek, diindonesiakan oleh: R. Subekti,  Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004, Pasal 1320 – 1337
54
Al-Imam  Abu  Dawud  rahimahullahu  telah  meriwayatkan  hadits  dari shahabat Abdullah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: “Pada suatu hari
ketika  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  duduk  di  tengah-tengah  kami, tiba-tiba  ibuku  memanggilku  dengan  mengatakan:  ‘Hai  kemari,  aku  akan  beri
kamu  sesuatu’  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  mengatakan  kepada ibuku:  ‘Apa  yang  akan  kamu  berikan  kepadanya?’  Ibuku  menjawab:  ‘Kurma.’
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ketahuilah,  seandainya  kamu  tidak  memberinya  sesuatu  maka  ditulis  bagimu kedustaan.” HR. Abu Dawud
dalam hadist lain disebutkan
َى ﱠﻠ
ﱠﻠ ﷲ ﺎ
Dari Abu  Hurairah ia  berkata  bahwa  nabi  bersabda  “  barang  siapa mengambil harta
orang lain
berhutang dengan
tujuan untuk
membayarnyamengembalikannya maka  allah akan  tunaikan  untuknya.  Dan
barangsiapa mengambil untuk menghabiskannya tidak melunasinya,maka  akan membinasakannya”.Allah HR.  Bukhari,  II841  bab  man  akhodza  amwala  an-
naasi yuridu ada’aha, no. 2257
B. Perlakuan Kreditur Bank Permata Terhadap Debitur Wanprestasi