56
pelaksanaan prestasi timbul dari keadaan yang selayaknya ia tidak bertanggung jawab.
Penulis merasa perlu kiranya dituangkan dalam pasal yang lebih spesifik tentang overmacht untuk melindungi debitur, karena Perlindungan hukum pada umumnya
dituangkan dalam suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan akan mengakibatkan sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang
melanggarnya. Oleh karena itu perlindungan hukum dapat didefinisikan sebagai jaminan perlindungan hak yang diberikan oleh hukum kepada mereka yang
berhak secara normatif menurut hukum.
C. Perlindungan Hukum terhadap Debitur Wanprestasi
Jika dihubungkan antara wanprestasi dengan perlindungan konsumen, dapat terlihat dari sisi Undang – Undang Perlindungan Konsumen mengenai
adanya ketentuan yang terdapat dalam pasal 4c Undang – Undang No 8 tahun 1999, yang mana konsumen memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kodisi dan jaminan barang danatau jasa.Hal inilah yang biasanya dilanggar oleh para pelaku usaha dan ditambah lagi karena pemahaman konsumen
yang rendah serta posisi pelaku usaha yang lebih tinggi.Ini menjadi salah satu contoh dari banyak hal yang merugikan debitur selaku konsumen.Yang menjadi
pertanyaan disini adalah apakah pemerintah yang diwakili oleh pihak direktorat perlindungan konsumen dapat memberikan perlindungan kepada para
konsumennya berkaitan dengan hal diatas. Mengenai hal ini, tidaklah saya dapat langsung menjawab dapat atau
tidaknya. Semuanya itu tergantung dari perilaku nasabah, apakah nasabah selaku konsumen tersebut “nakal” atau tidak ?jika selama ini ia dianggap baik dan selalu
tepat waktu melakukan kewajiban – kewajibannya maka debitur tersebut berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum. Akan tetapi dalam hal debitur tidak
memiliki itikad baik untuk melaksanakan kewajibannya maka eksekusi pun dapat dilakkan setelah melewati proses pengadilan dan adanya putusan dari hakim yang
berkekuatan hukum tetap.
57
Mengenai pelaksanaan eksekutif pasal 1131 KUHPerdata apakah hal tersebut dapat dibenarkan? Bukankah itu menyesatkan masyarakat mengingat hal
tersebut tidak tertulis didalam perjanjian KTA Kredit Tanpa Agunan antara pihak bank dengan debitur.
Sekilas memang hal tersebut terlihat sangat menyesatkan dan merugikan masyarakat, oleh karena itu masyarakat tidak mengetahui apa – apa mengenai hal
tersebut. Namun adanya adigium yang berbunyi “semua orang dianggap tahu akan adanya peraturan atau undang – undan yang telah diundangkan”, dengan kata lain
tidak ada alasan bagi pelanggar hukum untuk menyangkal dari tuduhan pelanggaran dengan alasan tidak mengetahui hukum atau peraturannya. Ini yang
dikenal dengan fiksi hukum. Mengenai hal tersebut diataslah yang sampai saat ini menjadi kendala
besar konsumen, yakni bahwa masyarakat Indonesia kurang sekali mengetahui mengenai peraturan – peraturan ataupun ketentuan – ketentuan yang ada,
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat yang menjelaskan isi dari Undang – undang perlindungan konsumen, dan rendahnya pendidikan serta pengetahuan
masyarakat mengenai produk perbankan dan perlindungan konsumenlah yang menjadi penyebab – penyebab utama konsumen selalu menjadi korban dari para
pelaku usaha, sehingga konsumen hanya dapat mengeluh dan tidak berbuat apa- apa.
D. Penyelesaian Sengketa