Perlakuan Kreditur Bank Permata Terhadap Debitur Wanprestasi

54 Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu telah meriwayatkan hadits dari shahabat Abdullah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: “Pada suatu hari ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di tengah-tengah kami, tiba-tiba ibuku memanggilku dengan mengatakan: ‘Hai kemari, aku akan beri kamu sesuatu’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ibuku: ‘Apa yang akan kamu berikan kepadanya?’ Ibuku menjawab: ‘Kurma.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketahuilah, seandainya kamu tidak memberinya sesuatu maka ditulis bagimu kedustaan.” HR. Abu Dawud dalam hadist lain disebutkan َى ﱠﻠ ﱠﻠ ﷲ ﺎ Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa nabi bersabda “ barang siapa mengambil harta orang lain berhutang dengan tujuan untuk membayarnyamengembalikannya maka allah akan tunaikan untuknya. Dan barangsiapa mengambil untuk menghabiskannya tidak melunasinya,maka akan membinasakannya”.Allah HR. Bukhari, II841 bab man akhodza amwala an- naasi yuridu ada’aha, no. 2257

B. Perlakuan Kreditur Bank Permata Terhadap Debitur Wanprestasi

Dalam hal terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur, dalam hal ini penulis meneliti tentang bagaimana perlakuan pihak bank kreditur terhadap debitur wanprestasi yang tertuang dalam perjanjanjian baku dalam aplikasi perjanjian KTA bank permata sebagai berikut; Dalam klausula perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh Bank permata yang penulis teliti yaitu, klausula wanprestasi disebutkan dalam perjanjian tentang wanprestasi pasal 2 menyebutkan 55 a. kewajiban bank untuk memberikan permata KTA kepada nasabah berdasarkan perjanjian kredit akan berakhir atau berhenti dengan sketika, b. semua dan setiap jumlah uang yang terhutang oleh nasabah menjadi dapat ditagih pembayarannya dengan seketika dan sekaligus oleh bank. c. bank berhak dan dengan seketika menjalankan hak-hak dan wewenangnya yang timbul dari atau berdasarkan perjanjiankredit atau dokumen-dokumen lain termasuk untuk meminta tunai dan atau mendebet atau memotong rekening-rekening nasabah yang ada pada bank, baik dikantor pos maupun dikantor cabangbank dimanapun juga, baik uang rupiah, maupun mata uang lain. Berdasar perjanjian baku diatas, dapat dengan jelas terlihat bahwa pasal-pasal yang ada dalam perjanjian tersebut tidak memenuhi unsur perlakuan yang sama. Pasal yang ada penulis rasa amat sangat mencemaskan dan memberatkan pihak debitur sebagi pihak yang lemah dihadapan pihak kreditur.Pihak kreditur sebagai pihak yang lebih kuat seakan tidak perduli dan tidak mau tahu bagaimana keadaan debitur, kreditur hanya merasa bahwa perjanjian harus dilaksanakan sebagaimana mestinya, dan pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya berhak untuk dihukum. Untuk membahas resiko yang terjadi dalam overmacht terdapat beberapa teori yang mencoba memberikan argumentasi masing-masing meliputi:11 a Teori Objektif. Teori ini bertitik tolak bahwa prestasi tidak mungkin bagi setiap orang, artinya terkait dengan ketidakmungkinan mutlak bagi setiap orang, b Teori Subjektif. Titik tolak teori ini adalah prestasi tidak mungkin bagi debitur yang bersangkutan, artinya terkait dengan ketidakmungkinan relatif dengan mengingat keadaan pribadi atau subjek debitur,c Teori Resiko. Teori ini beranjak dari pemikiran bahwa overmacht mulai dimana resiko berhenti, yang mana artinya debitur harus dihukum membayar ganti rugi apabila tidak dapat membuktikan bahwa terhalangnya 56 pelaksanaan prestasi timbul dari keadaan yang selayaknya ia tidak bertanggung jawab. Penulis merasa perlu kiranya dituangkan dalam pasal yang lebih spesifik tentang overmacht untuk melindungi debitur, karena Perlindungan hukum pada umumnya dituangkan dalam suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan akan mengakibatkan sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang melanggarnya. Oleh karena itu perlindungan hukum dapat didefinisikan sebagai jaminan perlindungan hak yang diberikan oleh hukum kepada mereka yang berhak secara normatif menurut hukum.

C. Perlindungan Hukum terhadap Debitur Wanprestasi

Dokumen yang terkait

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 53 70

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENITIPAN HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 9 50

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 2 21

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 3 13

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Produk Kosmetik Import Tanpa Izin Edar Dari Badan POM ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMBELIAN PERUMAHAN BERSUBSIDI DI PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 16