57
Mengenai pelaksanaan eksekutif pasal 1131 KUHPerdata apakah hal tersebut dapat dibenarkan? Bukankah itu menyesatkan masyarakat mengingat hal
tersebut tidak tertulis didalam perjanjian KTA Kredit Tanpa Agunan antara pihak bank dengan debitur.
Sekilas memang hal tersebut terlihat sangat menyesatkan dan merugikan masyarakat, oleh karena itu masyarakat tidak mengetahui apa – apa mengenai hal
tersebut. Namun adanya adigium yang berbunyi “semua orang dianggap tahu akan adanya peraturan atau undang – undan yang telah diundangkan”, dengan kata lain
tidak ada alasan bagi pelanggar hukum untuk menyangkal dari tuduhan pelanggaran dengan alasan tidak mengetahui hukum atau peraturannya. Ini yang
dikenal dengan fiksi hukum. Mengenai hal tersebut diataslah yang sampai saat ini menjadi kendala
besar konsumen, yakni bahwa masyarakat Indonesia kurang sekali mengetahui mengenai peraturan – peraturan ataupun ketentuan – ketentuan yang ada,
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat yang menjelaskan isi dari Undang – undang perlindungan konsumen, dan rendahnya pendidikan serta pengetahuan
masyarakat mengenai produk perbankan dan perlindungan konsumenlah yang menjadi penyebab – penyebab utama konsumen selalu menjadi korban dari para
pelaku usaha, sehingga konsumen hanya dapat mengeluh dan tidak berbuat apa- apa.
D. Penyelesaian Sengketa
Allah berfirman dalam alqur’an suratAl-baqarah [2]: 188
“dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, Padahal kamu mengetahui”.
58
Setiap sengketa konsumen pada umumnya dapat diselesaikan setidak – tidaknya melalui dua cara penyelesaian :
78
1. Penyelesaian sengketa melalui damai Seperti diketahui bersama bahwa semua perkara perdata wajib
mediasi, kecuali untuk perkara niaga dan pengadilan hubungan industrial seperti keberatan atas putusan BPSK dan KPPU. Dengan
cara penyelsaian sengketa secara damai ini, sesungguhnya ingin diusahakan bentuk penyelesaian sengketa secara damai ini,
sesungguhnya ingin diusahakan bentuk penyelesaian yang “mudah, murah, dan relative lebih cepat”. Dasar hukum penyelesaian tersebut
terdapat pula dalam KUHPerdata buku ke III, Bab 18, Pasal 1851- 1854 tentang perdamaian dan dalam undang – undang perlindungan
onsumen No 8 Tahun 1999, pasal 45 ayat 2 jo pasal 47. Dalam kaitannya dengan perjanjian KTA Kredit Tanpa Agunan, peraturan
B. I. No 85PBI2006 bagi pembentukan lembaga mediasi perbankan juga termasuk dalam perundang – undangan yang mengatur mengenai
mediasi. 2. Penyelesaian melalui lembaga atau instansi yang berwenang
Penyelesaian sengketa ini adalah penyelesaian sengketa melalui peradilan umum atau melalui lembaga yang khusus dibentuk undang –
undang yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.Tugas dan wewenang BPSK diatur dalam pasal 52 Undang – Undang No 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam hal terjadi hubungan sebelum jatuh tempo, biasanya akan
diawali dengan mediasi, dimana semuanya itu akan ditangani oleh badan mediasi perbankan, yakni direktorat investigasi dan mediasi bank Indonesia,
dan ini lebih cepat jika dibandingkan harus kepengadilan. Namun apbila tidak dapat diselesaikan melalui mediasi dengan demikian biasanya akan dibawa
kepengadilan. Akan tetapi yang masih disayangkan disini adalah sampai saat
78
Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta; Penerbit Diadit Media 2002, hal 236.
59
ini tidak jarang konsumen akan tetap dirugikan, karena posisi yang lemah tersebut.
Sungguh Al-Qur`an telah memerhatikan permasalahan janji ini dan memberi dorongan serta
memerintahkan untuk menepatinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ًﻻْﻮُﺌْﺴَﻤَﻧﺎَﻛَﺪْﮭَﻌْﻟﺎﱠﻧِإِﺪْﮭَﻌْﻟﺎِﺑاﻮُﻓْوَأَو
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya….” An-
Nahl: 91
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan