25
didalam pasal 1 angka 11 tersebut diatas, dapat mempunyai beberapa maksud sebagai berikut:
37
a. Bahwa pembentuk
undang-undang beraksud
menegaskan bahwahubungan kredit ban adalah hubungan kontraktual antara bank
dan nasabah debitur yang berbentuk pinjam meminjam. dengan demikian mengenai hubungan kredit bank berlakulah ketentuan yan
terdapat di dalam buku ke III tentang perikatan b. Bahwa pembentuk undang-undang bermaksud untuk mengharuskan
hubungan kredit bank dibuat berdasarkan perjanjian tertulis.
Dengan demikian setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara para pihak yakni kreditur dan debitur, maka wajib dituangkan dalam
perjanjian kredit secara tertulis.
2. Unsur-unsur Kredit
Menurut Thomas Suyatno dalam bukunya Dasar-dasar
perkreditan dapat disimpulkan bahwa unsure yang terdapat dalam kredit adalah:
38
a Kepercayaan Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan
akanbenar-benar diterima nya kembalidalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang
b Tenggang waktu Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan dating. c Degree of risk
37
Sutan Remy Sjahdini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang seimbang bagi para pihak badan perjanjian kredit bank di indonesia, Jakarta: Institut banker indonesia, 1991,
hal. 180 - 181
38
Thomas Suyatno ct.al, Dasar – dasar Perkreditan, Cetakan ketiga, Jakarta: Gramedia 1990, hal. 12-13 yang dikutip dari Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 231
26
Yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari d Prestasi
Prestasi atau obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, akan tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.
3. Macam-macam Kredit
Adapun penggolongan yang lazim dalam system bank dapat ditinjau dari: a. Kredit dilihat dari sifatnya
Menurut sifatnya kredit dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Kredit consumer, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai
kebutuhan pokok seperti perumahan, kendaraan, perabotan atau kebutuhan lain yang mendesak.
2. Kredit komersial, yaitu kredit yang diberikan dalam rangka memperluas kegiatan usaha, baik yangbersifat pembiayaan barang
modal maupun modal kerja. b. Kredit dilihat menurut jangka waktu
Menurut jangka waktu kredit dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1. Kredit jangka pendek yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu
yang kurang dari setahun Contoh: kredit modal kerja
2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu satu sampai dengan tiga tahun
3. Kredit jangka panjang yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun dan biasanya dalam bentuk investasi.
27
c. Kredit berdasarkan nilai nominal Penggolongan kredit berdasarkan nominal dibagi dalam 2
kelompok yaitu: a. Kredit ritail, yaitu penggolongan kredit berdasarkan jumlah tertentu
b. Kredit corporate, yaitu kredit yang nilai nominalnya lebih besar dari ritail.
Selain penggolongan diatas, kredit juga dapat dilakukan dengan dilihat dari segi jaminannya, dari segi jaminannya kredit dapat dibedakan
menjadi:
39
1. kredit dengan aguanan secure loan yaitu kredit yang diberikan pihak debitur kepada kreditur sebagai jaminan bahwa debitur dapat melunasi
hutang, kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan
yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut maka diperlukan jaminan dalam pemberian kredit.adapu bentuk jaminan berupa jaminan
kebendaan, maupun jaminan perorangan. 2. Kredit Tanpa agunan atau kredit Blanko unsecured loan
Kredit ini menurut undang-undang perbankan tahun 1992 tidak secara ketat menentukan bahwa pemberian kredit harus memiliki jaminan,
hanya disarankan dalam pemberian kredit bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Dengan kata lain kredit tanpa jaminan adalah kredit yang diberikan tanpa jaminan materil
agunan fisik melainkan berdasarkan kepercayaan pada nasabah kredit yang telah teruji bonatifitas, kejujuran, dan ketaatannya baik dalam usaha
perbankan maupun dalam usaha lain. Kredit tanpa agunan ini memiliki resiko yang besar bagi bank.
40
39
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 237 - 238
40
Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah Solusi Hukum dan Alternatif Penyelesaian Segala Jenis Kredit Bermasalah, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010 ,
hal. 6.
28
4. Prinsip-perinsip Perkreditan