22
Kandungan yang lain adalah asam cinnamat yang berperan sebagai insulin secretagog dan peningkatan ekspresi dari GLUT4.
28
Asam cinnamat juga dilaporkan mampu menghambat enzim HMG-CoA reduktase hepar dan menurunkan
peroksidasi lipid di hepar.
10
Selain itu, kandungan polifenol dalam Cinnamomum cassia bekerja dalam regulasi tiga protein, yaitu GLUT4,
insulin receptor β IRβ dan tristetrapolin. Polifenol insulin mengaktifkan reseptor insulin dengan meningkatkan
aktifitas fosforilasi insulin dan menghambat Protein Tyrosine Phosphatase-1 PTP-1 yang menurunkan aktifitas reseptor insulin di jaringan adiposa .
19,25
Salah satu komponen polifenol yang banyak dilaporkan MHCP yang bersifat insulin mimetik. Sangal 2011 melaporkan MHCP memiliki beberapa efek antara
lain : 1 merangsang autofosforilasi reseptor insulin, 2 meningkatkan uptake glukosa, 3 meningkatkan sintesis glikogen dan aktifitas glikogen sintase di sel
adiposit, dan 4 menurunkan aktifitas glikogen sintase kinase- 3β.
23,25
Selain itu pada penelitian yang lain dilaporkan juga bahwa MHCP dapat meningkatkan sensitifitas
insulin melalui penambahan ekspresi dari PPAR α.
9
Kandungan polifenol tidak hanya memiliki mekanisme kerja menyerupai insulin insulin mimetic, namun juga sebagai antioksidan. Dilaporkan bahwa ekstrak
ethanol dari kulit kayu tanaman Cinnamomum cassia memiliki aktifitas antioksidan tertinggi dibandingkan bagian lain dari tanaman ini. Tingginya aktifitas antioksidan
berbanding lurus dengan kandungan polifenol dan flavonoid, Khususnya polifenol yang dilaporkan mampu menghambat enzim 5-lipooksigenase.
43
Kandungan polifenol dan flavonoid yang tinggi pada kulit kayu Cinnamomum cassia memiliki aktifitas antioksidan tinggi yang didasarkan pada atau kemampuan
menangkap radikal bebas terutama pada sel β pankreas. Mekanisme ini sangat baik dalam menangkal radikal bebas yang timbul akibat reaksi siklus redoks aloksan yang
menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas.
40
23
2.3 Aloksan
Aloksan 2,4,5,6-tetraoxypyrimidine; 2,4,5,6-pyrymidinetetrone merupakan agen diabetogenik yang secara luas telah digunakan dalam induksi hewan diabetes
pada banyak penelitian. Aloksan tergolong senyawa hidrofilik yang tidak stabil. Waktu paruh aloksan hanya 1,5 menit pada suhu 37ºC dan pH netral, waktu paruhnya
lebih panjang pada suhu yang lebih rendah.
30
Aloksan dapat menginduksi tikus diabetes jika diberikan secara intravena, intraperitoneal atau subkutan. Dosis yang sering digunakan pada tikus adalah
65mgkgbb iv. Ketika diberikan intraperitoneal dosis yang digunakan 2-3 kali lipat lebih besar dari dosis iv. Pemilihan tikus strain Sparague dawley ini didasarkan pada
tikus ini lebih susceptible untuk menjadi DM melalui induksi intraperitoneal dibandingkan dengan tikus strain Nude.
36
. Sedangkan tikus strain Wistar menunjukkan peningkatan glukosa darah yang belum terlalu signifikan setelah 38
hari induksi dengan dosis rendah.
38
Penggunaan dosis kurang dari 150mgkgbb intraperitoneal dikhawatirkan belum adekuat untuk menginduksi tikus menjadi diabetes.
30.
Dosis aloksan berkisar antara 100-200mgkgbb. Dosis 130 mgkgbb tergolong dosis sedang, sedangkan dosis
160mgkgbb tergolong dosis tinggi.
39
Pemberian dosis ringan hingga sedang belum bisa menginduksi DM tipe 1 pada tikus. Sementara itu, pemilihan dosis 150mgkgbb
dilaporkan mampu menginduksi DM tipe 2 pada tikus.
37
Aloksan dapat langsung bekerja dalam menit pertama setelah pemberian. aloksan memiliki bentuk molekul yang menyerupai glukosa, sehingga secara cepat
dapat di uptake secara selektif oleh sel β pankreas melalui reseptor GLUT2.
31
Aloksan bersifat hidrofilik sehingga tidak dapat menembus lapisan lipid ganda pada
membrane plasma. Aloksan bekerja setelah terakumulasi di sitosol dengan menghambat enzim glukokinase yang berfungsi sebagai sensor untuk pelepasan
24
insulin-dependen glukosa sehinga akan menurunkan p elepasan insulin dari sel β
pankreas.
10
Gambar 2.10 Reaksi siklus redoks antara aloksan dan asam dialurik
Lenzen, 2007
Selain menghambat enzim glukokinase , aloksan juga dapat merusak sel β
pankreas melalui proses lain. Aloksan dan produk hasil reduksinya, asam dialurik akan mengalami siklus redoks yang dapat menghasilkan reactive oxygen species
ROS diantaranya H
2
O
2
, OH
-
, dan O
2 -
. target utama ROS ini adalah sel β pankreas,
dimana ROS ini akan menyebabkan influx Ca
2+
besar-besaran kedalam sitosol akibat peroksidasi lipid pada membrane sel, mitokondria, dan retikulum endoplasma.
10
Keadaan ini akan memicu berbagai enzim yang akan menyebabkan menurunnya fosfolipid, kerusakan DNA dan protein membran maupun sitoskeleton.
Hal inilah yang dapat menyebabkan nekrosis pada sel β pankreas, sehingga dapat terjadi penurunan fungsi sintesis maupun sekresi insulin.
10