Penetapan Kadar Ca Dalam Susu Kedelai Murni dan Kemasan yang beredar di Pasaran Secara Spektrofotometri Serapan Atom.

(1)

PENE

MUR

SE

ETAPAN K

RNI DAN

ECARA S

PROGR

UN

KADAR K

KEMAS

PEKTRO

VE

RAM EKS

FAK

NIVERSIT

KALSIU

SAN YAN

OFOTOM

SKRIP

OLEH ERA NOVIT

NIM 0815

STENSI S

KULTAS F

TAS SUM

MEDA

2011

M DALA

NG BERE

METRI SE

PSI

H:

TAWATI 524010

SARJANA

FARMAS

MATERA

AN

1

AM SUSU

DAR DIP

ERAPAN

A FARM

SI

UTARA

U KEDEL

PASARAN

N ATOM

MASI

AI

N


(2)

PENE

MUR

SE

M

ETAPAN K

RNI DAN

ECARA S

Diajuka Memperole

PROGR

UN

KADAR K

KEMAS

PEKTRO

an untuk M eh Gelar Sa Unive VE

RAM EKS

FAK

NIVERSIT

KALSIU

SAN YAN

OFOTOM

SKRIP Melengkapi arjana Farm ersitas Sum OLEH ERA NOVIT

NIM 0815

STENSI S

KULTAS F

TAS SUM

MEDA

2011

M DALA

NG BERE

METRI SE

PSI Salah Satu masi pada matera Utar H: TAWATI 524010

SARJANA

FARMAS

MATERA

AN

1

AM SUSU

DAR DIP

ERAPAN

u Syarat un Fakultas F ra

A FARM

SI

UTARA

U KEDEL

PASARAN

N ATOM

ntuk Farmasi

MASI

AI

N


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KALSIUM DALAM SUSU KEDELAI

MURNI DAN KEMASAN YANG BEREDAR DIPASARAN

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

VERA NOVITAWATI NIM 081524010

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Februari 2011 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Dra. Masfria, M.S., Apt) NIP 195707231986012001 Disetujui Oleh:

Pembimbing II,

(Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc.,Apt.) NIP 194907061980021001

Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Penetapan Kadar Ca Dalam Susu Kedelai Murni dan Kemasan yang beredar di Pasaran Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Drs. Rafles dan Ibunda Nila Wati yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

2. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt. dan bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan, staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi.

4. Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt. selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.


(5)

5. Ibu Dra. Masfria, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

6. Bapak Baharuddin AR selaku penanggung jawab Laboratorium Balai Pusat Penelitian Kelapa Sawit (BPPKS) Medan dan Bapak Hambali selaku Operator Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

7. Kakanda (Rafika Wati dan Nilna Rafki) serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

8. Spesial untuk sahabat-sahabat ku Tentuwin (Ira, Winda, Anita, Rikha, Desmi, Sri, Emil, Ipit, Vivi Ke, Iezzha), Riza, Congek, Qoyin, Kak Afni, Lisa, Nanda, Nova, Willy, Kak Wina, dkk dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2009 dan 2008, terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

9. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 Penulis, (Vera Novitawati)


(6)

PENETAPAN KADAR KALSIUM DALAM SUSU KEDELAI MURNI DAN KEMASAN YANG BEREDAR DIPASARAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Kalsium merupakan mineral makro yang terdapat paling banyak di dalam tubuh, yaitu 1,5 – 2 % dari berat badan orang dewasa. Kalsium mempunyai berbagai peranan penting di dalam tubuh, terutama dalam pembentukan tulang dan gigi serta mencegah osteoporosis. Kalsium dapat diperoleh dari susu, kacang-kacangan serta hasil olahannya. Salah satu hasil olahan dari kacang kedelai yang digemari oleh masyarakat saat ini yaitu susu kedelai, karena susu kedelai mengandung protein yang tinggi, rendah lemak dan tidak mengandung kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium dalam susu kedelai murni dan kemasan.

Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Hasil penetapan kadar menunjukkan kadar kalsium rata-rata dalam susu KM, KA dan KD berturut-turut adalah 18,8664 ± 0,4000 mg/100g; 8,7770 ± 0,0523mg/100g dan 8,0164 ± 0,0863 mg/100g. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi dengan persen perolehan kembali adalah 92,27%. Batas deteksi adalah 0,0901 mcg/ml dan batas kuantitasi adalah 0,3005 mcg/ml.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu KM mengandung kadar kalsium yang lebih besar dibandingkan susu kedelai KA dan KD.

Kata kunci: susu kedelai, kalsium, spektrofotometri serapan atom


(7)

DETERMINATION OF CALSIUM IN PURE AND PACKAGED SOYBEAN MILK BY ATOMIC ABSORPTION

SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Calcium is the most macro mineral in the body, that is 1.5 - 2% of adult body weight. Calcium has many important roles in the body, especially in the formation of bones and teeth and preventing osteoporosis. Calcium can be obtained from milk, nuts and its processed products. One of the results processed from soybeans by today’s society that is soybean milk, because it contains high protein, low fat and no cholesterol. The purpose of this study was to determine the level of calcium in pure and packaged soybean milk.

The determine was performed by using Atomic Absorption Spectrophotometry at a wavelength of 422.7 nm. The results showed that the levels of calcium in KM, KA and KD milks were 18.8664 ± 0.4000 mg/100g, 8.7770 ± 0.0523 mg/100g and 8.0164 ± 0, 0863 mg/100g respectively. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 92.27%. Limits of detection (LOD) was 0.0901 mcg / ml and limits of quantitation was 0.3005 mcg / ml..

The results showed that KM milk contain greater level of Calsium than KA and KD milk.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mineral... 5

2.1.1 Kalsium... 5

2.1.2 Fungsi Kalsium... 6

2.1.3 Hal Yang Mempengaruhi Absorpsi Kalsium... 6

2.1.4 Sumber Kalsium... 7

2.1.5 Ekskresi Kalsium... 7


(9)

2.2 Susu Kedelai... 9

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom... 14

2.3.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom... 14

2.3.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi... 17

2.4 Validasi Metoe Analisis...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Bahan-bahan ... 22

3.3 Alat-alat ... 22

3.4 Prosedur Penelitian ... 22

3.4.1 Sampel ... 22

3.4.1.1 Pengambilan Sampel... 22

3.4.1.2 Penyiapan Sampel... 23

3.4.1.3 Penentuan Bobot Jenis Sampel... 24

3.4.2 Pembuatan Pereaksi ... 25

2.4.2.1 Larutan Asam Sulfat 10%v/v ... 25

3.4.3 Proses Destruksi ... 25

3.4.4 Pemeriksaan Kualititatif ... 25

3.4.4.1 Uji Nyala dengan kawat Ni/Cr ... 25

3.4.4.2 Reaksi Kristal ... 26

3.4.5 Pemeriksaan Kuantitatif ... 26

3.4.5.1 Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium ... 26

3.4.5.2 Penetapan Kadar Kalsium Dalam Sampel ... 26


(10)

3.4.7 Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi ... 27

3.4.8 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali ... 28

3.4.9 Uji Presisi ... 28

3.4.10 Analisis Data secara Statistik ... 29

3.4.10.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 29

3.4.10.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Pemeriksaan Kualititatif ... 32

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif ... 32

4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium ... 32

4.2.2 Kadar Kalsium Pada Sampel susu KM, susu KA dan susu KD ... 33

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 34

4.4 Uji Perolehan Kembali ... 34

4.5 Uji Presisi ... 34

4.6 Uji Statistik ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Susu Kedelai... 9

Tabel 2.2. Temperatur Nyala... 15

Tabel 3.1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%... 20

Tabel 4.1. Analisis kualitatif kalsium dalam sampel ... 25

Tabel 4.2. Data Kadar Kalsium (mg/100g) ... 30


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Komponen spektrofotomerti serapan atom...12 Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kalsium ... 30


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalsium

(Ca), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan

Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Kalsium. ... 23

Lampiran 2. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalsium ... 25

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Kalsium dalam Sampel ... 26

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Kalium dalam Sampel... ... 30

Lampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Kalium pada Sampel... .... 35

Lampiran 6. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium Antara Susu KM dan Susu KA………... 38

Lampiran 7. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium Antara Susu KM dan Susu KD………... 40

Lampiran 8. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium Antara Susu KA dan Susu KD………... 42

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Kalsium dalam Susu KD untuk Recovery... ... ... 44

Lampiran 10. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Kalsium dalam Susu KD... 46

Lampiran 11. Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... 48

Lampiran 12. Tabel Nilai Kritik Distribusi F ... 49

Lampiran 13. Gambar Kristal Uji Kualitatif Kalsium ... 50


(14)

PENETAPAN KADAR KALSIUM DALAM SUSU KEDELAI MURNI DAN KEMASAN YANG BEREDAR DIPASARAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Kalsium merupakan mineral makro yang terdapat paling banyak di dalam tubuh, yaitu 1,5 – 2 % dari berat badan orang dewasa. Kalsium mempunyai berbagai peranan penting di dalam tubuh, terutama dalam pembentukan tulang dan gigi serta mencegah osteoporosis. Kalsium dapat diperoleh dari susu, kacang-kacangan serta hasil olahannya. Salah satu hasil olahan dari kacang kedelai yang digemari oleh masyarakat saat ini yaitu susu kedelai, karena susu kedelai mengandung protein yang tinggi, rendah lemak dan tidak mengandung kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium dalam susu kedelai murni dan kemasan.

Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Hasil penetapan kadar menunjukkan kadar kalsium rata-rata dalam susu KM, KA dan KD berturut-turut adalah 18,8664 ± 0,4000 mg/100g; 8,7770 ± 0,0523mg/100g dan 8,0164 ± 0,0863 mg/100g. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi dengan persen perolehan kembali adalah 92,27%. Batas deteksi adalah 0,0901 mcg/ml dan batas kuantitasi adalah 0,3005 mcg/ml.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu KM mengandung kadar kalsium yang lebih besar dibandingkan susu kedelai KA dan KD.

Kata kunci: susu kedelai, kalsium, spektrofotometri serapan atom


(15)

DETERMINATION OF CALSIUM IN PURE AND PACKAGED SOYBEAN MILK BY ATOMIC ABSORPTION

SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Calcium is the most macro mineral in the body, that is 1.5 - 2% of adult body weight. Calcium has many important roles in the body, especially in the formation of bones and teeth and preventing osteoporosis. Calcium can be obtained from milk, nuts and its processed products. One of the results processed from soybeans by today’s society that is soybean milk, because it contains high protein, low fat and no cholesterol. The purpose of this study was to determine the level of calcium in pure and packaged soybean milk.

The determine was performed by using Atomic Absorption Spectrophotometry at a wavelength of 422.7 nm. The results showed that the levels of calcium in KM, KA and KD milks were 18.8664 ± 0.4000 mg/100g, 8.7770 ± 0.0523 mg/100g and 8.0164 ± 0, 0863 mg/100g respectively. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 92.27%. Limits of detection (LOD) was 0.0901 mcg / ml and limits of quantitation was 0.3005 mcg / ml..

The results showed that KM milk contain greater level of Calsium than KA and KD milk.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mineral merupakan unsur yang dibutuhan oleh tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Unsur ini digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, misalnya natrium, klor, kalsium, kalium, magnesium, sulfur dan fosfor, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari, misalnya besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt dan fluor (Almatsier, 2009). Selain itu ada sebuah istilah lain yang disebut trace element’s, yaitu mineral yang dalam keadaan alami berjumlah sangat sedikit, misalnya barium, brom, stronsium, emas, perak, nikel, aluminium, timah, bismuth, gallium, silikon dan arsen (Poedjiadi, 2009).

Kalsium merupakan mineral makro yang terdapat paling banyak di dalam tubuh yaitu 1,5 – 2 % dari berat badan orang dewasa, 99 % berada didalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi (Almatsier, 2009). Mineral makro ini mempunyai peranan penting dalam pembentukan tulang dan gigi serta mencegah penyakit osteoporosis. Kebutuhan terbesar mineral ini pada waktu pertumbuhan, tetapi kebutuhannya masih diteruskan meskipun sudah mencapai usia dewasa (Winarno, 1997).

Osteoporosis adalah suatu penyakit dimana kondisi tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah karena kekurangan kalsium. Penyakit ini umumnya lebih


(17)

banyak diderita kaum wanita karena itu jumlah wanita yang terserang osteoporosis lebih banyak daripada pria, terutama mereka yang memasuki masa menopause atau berusia diatas 40 tahun (Anonim, 2009).

Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) yaitu bayi 300-400 mg, anak-anak 500 mg, remaja 600-700 mg, dewasa 500-800 mg , ibu hamil dan menyusui > 400 mg (Almatsier, 2009).

Kalsium dapat diperoleh dari susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya, telur, ikan yang dimakan dengan tulang, sayuran hijau dan buah (Almatsier, 2009). Hasil olahan dari kacang kedelai berupa susu yang sangat digemari saat ini yaitu susu kedelai.

Susu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas. Cairan ini berwarna putih seperti susu. Susu ini merupakan minuman yang bergizi tinggi, karena kandungan proteinnya yang tinggi, tidak mengandung kolesterol, rendah lemak dan tidak mengandung laktosa sehingga susu ini cocok untuk dikonsumsi penderita intoleransi laktosa. Teknologi pembuatan dan biaya produksi susu kedelai relatif mudah dan murah. Kandungan kalsium dalam susu kedelai menurut Direktorat Gizi, Depkes RI (2000) yaitu 15 mg /100 gr bahan (Hartoyo,2005).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan pengujian kadar kalsium dalam susu kedelai yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu susu kedelai buatan sendiri atau yang disebut susu kedelai murni (Susu KM) dan susu kedelai kemasan yang beredar di pasaran yaitu susu kedelai ABC (Susu KA) dan susu kedelai Dena (Susu KD). Kalsium dapat ditetapkan kadarnya antara lain


(18)

dengan metode kompleksometri, gravimetri, spektofotometri visible dan spektrofotometri serapan atom (Khopkar, 1990). Dalam hal ini, penulis memilih menggunakan spektrofotometri serapan atom karena metode ini cepat, dapat mengukur kadar logam dalam jumlah kecil dan spesifik untuk setiap logam tanpa dilakukan pemisahan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat perumusaan masalah sebagai berikut :

1. Berapa kadar kalsium yang terkandung pada susu KM, susu KA dan susu KD

2. Apakah ada perbedaan kadar kalsium antara susu KM, susu KA dan susu KD.

3. Apakah kandungan kalsium yang terdapat pada susu KM, susu KA dan susu KD memenuhi angka kecukupan rata-rata kalsium per hari.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Kadar kalsium yang terkandung dalam susu KM, susu KA dan susu KD berbeda-beda.

2. Kandungan kalsium dalam susu KM, susu KA dan susu KD memenuhi angka kecukupan rata-rata kalsium per hari.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kadar kalsium dalam susu KM, susu KA dan susu KD.


(19)

2. Untuk membandingkan kadar kalsium dalam susu KM, susu KA dan susu KD.

3. Untuk mengetahui apakah kadar kalsium dalam susu KM, susu KA dan susu KD memenuhi angka kecukupan rata-rata kalsium perhari.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar kalsium pada susu KM, susu KA dan susu KD.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mineral

Mineral merupakan unsur yang dibutuhan oleh tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Unsur ini digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, misalnya natrium, klor, kalsium, kalium, magnesium, sulfur dan fosfor, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari, misalnya besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt dan fluor (Almatsier, 2009). Selain itu ada sebuah istilah lain yang disebut trace element’s, yaitu mineral yang dalam keadaan alami berjumlah sangat sedikit, misalnya barium, brom, stronsium, emas, perak, nikel, aluminium, timah, bismuth, gallium, silikon dan arsen (Poedjiadi, 2009).

2.1.1 Kalsium

Kalsium adalah mineral yang paling banyak ditemukan dalam tubuh manusia. Kadar kalsium mencapai jumlah 2% dari berat total tubuh, 99% kalsium tersebut berada dalam jaringa keras, tulang dan gigi yang 1 % nya lagi berada dalam darah. Kalsium merupakan komponen penting dalam pembentukan tulang dan gigi serta mencegah osteoporosis. Selain itu kalsium juga penting dalam kehidupan sel dan cairan jaringan, aktivitas beberapa sistim enzim, membantu dalam proses kontrasi otot dan menjaga normalitas kerja jantung. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia


(21)

pada anak - anak dan dapat mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) (Poedjiadi, 2009).

2.1.2 Fungsi Kalsium

Kalsium adalah komponen penting dari tulang, jadi dapat dipastikan makanan berkalsium rendah berarti tulang yang tidak sehat. Bila kita sering mengatakan bahwa osteoporosis pada wanita diakibatkan oleh kekurangan estrogen, hal yang sama dapat berlaku karena kekurangan kalsium. Pemasukan kalsium yang rendah mengakibatkan berkurangnya masa tulang karena merangsang lepasnya hormone parathyroid, yang menarik kalsium dari tulang. Jika pemasukan kalsium rendah berlangsung lama, tulangnya akan semakin lemah (E. Lane, 2001).

Kalsium juga berfungsi dalam pembentukan gigi, kekurangan kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan kerentanan terhadap kerusakan gigi. Selain itu kalsium juga berperan pada proses fisiologik dan biokimia tubuh seperti eksitabilitas syaraf otot, kerekatan seluler, transmisi impul-impul saraf, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan enzim dan sekresi hormon. Kerangka tulang yang merupakan cadangan besar kalsium kompleks yang tidak larut, berada dalam keseimbangan dinamik dengan kalsium bentuk larut dalam sirkulasi (Suhardjo, 2000).

2.1.3 Hal Yang Mempengaruhi Absorpsi Kalsium

Penyerapan kalsium dipengaruhi umur dan kondisi tubuh. Pada usia kanak-kanak atau masa pertumbuhan, sekitar 50-70% kalsium yang dicerna diserap. Tetapi pada usia dewasa, hanya sekitar 10-40% yang mampu diserap tubuh. Penyerapan kalsium terjadi pada usus kecil bagian atas, tepat setelah


(22)

lambung. Penyerapan kalsium dapat dihambat apabila ada zat organik yang dapat bergabung dengan kalsium dan membentuk garam yang tidak larut. Contoh senyawa organik tersebut adalah asam oksalat dan asam fitat (Winarno, 2004).

Kalsium dan asam oksalat akan membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut. Asam oksalat banyak ditemukan dalam bit yang masih hijau, bayam rhubarb dan coklat. Asam fitat banyak terkandung dalam bekatul gandum merah (Winarno, 2004).

Serat dapat menurunkan absorpsi kalsium, karena serat menurunkan waktu transit makanan dalam saluran cerna, sehingga menurunkan kesempatan untuk absorpsi. Keadaan stres mental juga dapat menurunkan absorpsi dan meningkatkan ekskresi kalsium. Dalam suasana basa dengan fosfor, kalsium membentuk kalsium fosfat yang tidak larut air yang dapat menyebabkan absorpsi kalsium (Winarno, 2004).

2.1.4 Sumber Kalsium

Susu dan produk olahan susu seperti keju dan es krim merupakan sumber kalsium yang utama. Sayuran tertentu seperti brokoli, kacang-kacangan dan buah-buahan juga merupakan sumber kalsium, selain itu ikan yang dimakan dengan tulangnya termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serelia, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga. Tetapi bahan ini mengandung banyak zat-zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2004).

2.1.5 Ekskresi Kalsium


(23)

2.1.6 Akibat Kekurangan Kalsium

Pada masa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat mengganggu pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Setelah dewasa, terutama setelah usia 50 tahun, terjadi kehilangan kalsium dari tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Keadaan ini dikenal sebagai osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari. Selain itu, kekurangan kalsium juga dapat mnyebabkan osteomalasia yang biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Terganggunya mineralisasi matriks tulang yang menyebabkan menurunnya kandungan kalsium dalam tulang (Almatsier, 2004).

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan terjadinya perubahan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis diistilahkan juga penyakit

silent disease karena sering tidak memberikan gejala hingga pada akhirnya terjadi fraktur (patah). Proses osteoporosis sebenarnya sudah dimulai sejak usia 40-45 tahun. Pada usia tersebut, baik laki-laki maupun perempuan akan mengalami proses penyusutan massa tulang yang menyebabkan kerapuhan tulang. Hanya saja pada perempuan proses kerapuhan tulang menjadi lebih cepat setelah menopause karena kadar estrogen yang mempengaruhi kepadatan tulang sangat menurun (Dalimartha, 2002).

Osteoporosis dapat didiagnosis melalui suatu jenis pemeriksaan yang disebut DXA (dual X-ray absorptiometry) scan. DXA secara langsung mengukur kepadatan tualng pada panggul, punggung dan biasanya dilakukan dirumah sakit. Kepadatan tulang hasil pengukuran akan dibandingkan dengan pengukuran


(24)

rata-rata untuk dewasa muda yang sehat sesuai jenis kelamin (Fox specer & Brown, 2007).

2.2 Susu Kedelai

Didunia terdapat lebih dari 12.000 jenis kacang-kacangan, diantaranya adalah kacang tanah, hijau, merah, jogo, kapri, koro, tolo, kedelai, dan masih banyak lagi. Diantara kacang-kacangan tersebut kacang kedelai merupakan jenis kacang yang paling populer.

Tiap daerah di Indonesia punya potensi hasil kacang-kacangan yang berbeda. Namun, untuk jenis kacang kedelai hampir seluruh daerah di Indonesia mengenalnya dengan baik. Berbagai olahan kedelai juga bervariasi desebabkan kreativitas yang timbul di masyarakat karena citarasa kedelai yang enak juga bergizi tinggi. Olahan yang paling terkenal adalah tempe.

Namun demikian, potensi kedelai sebagai bahan dasar susu kedelai pun sangat tinggi dan perlu dikembangkan. Banyak alasan yang mendasarinya. Pertama kedelai mudah didapat, murah, sudah dikenal oleh semua oarang dan citarasanya enak.

Susu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu. Susu kedelai memiliki beberapa keunggulan yakni tidak mengandung kolesterol, proteinnya tidak menimbulkan alergi sehingga cocok untuk bayi dan anak – anak yang alergi susu sapi, rendah lemak, bergizi tinggi, teknologi pembuatan susu kedelai relative mudah dan biaya produksi relative murah dan tidak mengandung laktosa sehingga susu ini cocok untuk dikonsumsi penderita intolerasi laktosa, yaitu seseorang yang


(25)

tidak mempunyai enzim laktase dalam tubuhnya sehingga orang tersebut tidak dapat mencerna makanan yang berlemak (Hartoyo,2005).

Protein merupakan komponen utama kedelai kering. Kedelai utuh mengandung 35-40% protein, paling tinggi dari segala jenis kacang-kacangan. Ditinjau dari segi proteinnya, kedelai lah yang paling baik mutu gizinya. Protein kedelai merupakan satu-satunya dari jenis kacang yang mempunyai susunan asam amino paling lengkap (Hartoyo,2005)

Komposisi susu kedelai secara lengkap dapat pada table 1 dibawah ini : Menurut (Direktorat Gizi, Depkes RI 2000)

Tabel 1

Kandungan Susu Kedelai

Kalori (%) Air (%) Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)

Kalsium (mg) Fosfor (mg) Natrium (mg) Besi (mg) Thiamine (B1) Riboflavine (B2) Niacine

As.Lemak Jenuh(%) As.Lemak tak Jenuh(%) Kolesterol (mg)

44 90.8 3.6 2.0 2.9 0.5 15 49 2 1.2 0.03 0.02 0.50 40-48 52-60 0

Susu kedelai mempunyai kekurangan pada kandungan vitamin dan mineral, maka untuk meningkatkan kandungan gizinya susu kedelai dapat diperkaya dengan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh kita. Secara umum susu kedelai tidak kalah dengan susu sapi maupun susu ibu (Hartoyo,2005).


(26)

Ada beberapa metode yang dikenal yang dapat digunakan untuk membuat susu kedelai cair dengan hasil yang baik, yaitu:

1. Metode Sederhana

Metode ini sangat tepat untuk digunakan pada pembuatan skala kecil dengan peralatan yang sederhana. Cocok untuk rumah tangga dan industri kecil.

 Kedelai yang telah disortasi (dipisahkan dari kotoran dan biji rusak) direndam selama 15 menit. Perendaman dilakukan pada suhu ruang, dengan perbandingan larutan perendaman dan kedelai 3:1.

 Didihkan rendaman kedelai, setelah mendidih tiriskan dan bilas dengan dengan air segar, pisahkan kulitnya untuk dibuang. Bau dan rasa langu dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim lipsigenase dengan suhu panas. Cara yang dapat dilakukan antara lain menggunakan air panas (suhu 80-100oC) pada pengilingan kedelai, atau merendam dalam air panas selama 10-15 menit sebelum digiling.

 Kedelai digiling dengan penggiling logam, penggiling batu, atau blender.  Bubur yang diperoleh ditambahkan air mendidih sehingga jumlah air

secara keseluruhan mencapai 10 kali lipat bobot kedelai kering.

 Bubur encer disaring dengan kain kasa dan filtratnya merupakan susu kedelai mentah.

 Untuk meningkatkan citarasa, ke dalam susu kedelai mentah ditambahkan gula pasir sebanyak 5-7%, kemudian dipanaskan sampai mendidih.


(27)

 Setelah mendidih, api dikecilkan dan dibiarkan dalam api kecil selama 20 menit, jaga jangan sampai susu pecah karena suhu kopor telalu panas.  Penyimapana susu kedelai sebaiknya dalam suhu dingin sekitar 5oC (suhu

lemari es).

2. Metode Modifikasi Illionis

Metode menggunkan cara sederhana akan menghasilkan susu kedelai yang sudah sangat baik. Tanpa rasa langu dan pahit. Meskidemikian kadangkala rasa langu dan pahit juga muncul, Modifikasi ini terutama untuk menekan rasa langu dan pahit yang muncul. Metode ini dikembangkan oleh Nelson dkk, dari universitas Illiones,AS pada tahun 1979.

3. Metode Pusbangtepa-IPB

Dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

2.3.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel (Bender, 1987).

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak


(28)

tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam bentuk gas (Rohman, 2007).

Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan spektrofotometri atom dengan cara absorbsi yaitu penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai contoh plumbum menyerap radiasi pada panjang gelombang 283,3 nm, kalsium menyerap radiasi pada panjang gelombang 422,7 nm, natrium pada 589 nm, sementara kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi (Rohman, 2007).

Secara eksperimental akan diperoleh puncak-puncak serapan sinar oleh atom-atom yang dianalisis. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaaan azas ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (Resonance line). Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman, 2007).


(29)

Kelemahan spektrofotometri serapan atom adalah sampel harus dalam bentuk larutan dan tidak mudah menguap dan satu lampu katoda hanya digunakan untuk satu unsur saja (Fifield, 1983).

Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hallow

cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang

mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu (Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007).


(30)

Pengtoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan system elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohamn, 2007).

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spectrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang

diterima dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan


(31)

ku 20 Gambar 1 2.3.2 Bah Umu propan, se (1982), te

Tabel 2.

Baha As As As Hid Hid Sia Ga spektrofot a. Gangg Ga bukan ber

urva yang m 007).

1. Kompone

an Bakar d

umnya bah edangkan ok emperatur d Temperatur pengoksida an Bakar setilen setilen setilen drogen drogen anogen angguan-gan tometer sera guan oleh pe angguan ini rasal dari at

menggamba

en Spektrof

dan Bahan

han bakar y ksidatornya ari berbagai r nyala den asi Ok U Nitroge Ok U Ok Ok ngguan dap apan atom, g enyerapan n i terjadi ak om-atom ya

arkan absor

fotometer S

Pengoksid

yang digun a adalah uda i nyala dapa ngan berbag ksidasi Udara en Oksida ksigen Udara ksigen ksigen pat terjadi p

gangguan it non-atomik kibat penye ang akan di

rbansi atau

erapan Atom

dasi

nakan adala ara, oksigen at dilihat pa gai kombin

Temp

ada saat dil tu antara lai

rapan caha ianalisis. Pe

intensitas

m

ah hidroge n, dan NO2 ada tabel ber

asi bahan b

peratur Mak 2400-27 2900-31 3300-34 2300-24 2800-30 4800 lakukan ana in adalah:

ya dari sum enyerapan n

emisi (Roh

en, asetilen . Menurut H rikut ini: bakar dan b

ksimum (oK 700 100 400 400 000 0 alisis denga mber sinar non-atomik hman, , dan Harris bahan K) n alat yang dapat


(32)

berada di dalam nyala. Cara mengatasi penyerapan non-atomik ini adalah bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar (Rohman, 2007).

b. Gangguan spektrum

Gangguan spektrum dalam spektrofotometer serapan atom timbul akibat terjadinya tumpang tindih antara frekuensi-frekuensi garis resonansi unsur yang dianalisis dengan garis-garis yang dipancarkan oleh unsur lain. Hal ini disebabkan karena rendahnya resolusi monokromator (Mulja, 1995).

c. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom di dalam nyala.

Pembentukan atom-atom netral dalam keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu:

 Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna disebabkan terbentuknya senyawa refraktorik (sukar diuraikan dalam api), sehingga akan mengurangi jumlah atom netral yang ada di dalam nyala.

 Ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu yang digunakan terlalu tinggi. Prinsip analisis dengan spektrofotometer serapan atom adalah mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan azas. Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuran absorbansi atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama dengan spektrum atom-atom dalam keadaan netral (Rohman, 2007).

2.4Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa


(33)

parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

 Metode Simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

 Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

Menurut Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai

recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan


(34)

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Persyaratan simpangan baku relative tergantung dengan konsentrasi analit yang diperiksa. Pada kadar 1 % atau lebih standart devasi relatif adalah sekitar 2,5 %, pada kadar satu perseribu adalah 5%, pada adar satu persejuta adalah 16% dan pada kadar satu per miliar adalah 32% (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).


(35)

BAB III METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium dalam susu kedelai.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 – Maret 2011.

3.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan kecuali disebutkan lain adalah pro analisis keluaran E. Merck yaitu Asam Nitrat 65% b/v, larutan baku kalsium 1000 mcg/ml, H2SO4 96% b/v, etanol 96% v/v dan aquabidest (PT. Ikapharmindo Putramas).

3.3 Alat-alat

Spektrofotometer Serapan Atom (GBC Avanta Σ, Australia) lengkap dengan Lampu Katoda Ca 10 mA (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 15 Halaman ), Neraca Analitik (AND GF-200), Hot Plate (Fisons), Lemari Asam, Spatula, pH Indikator Universal (E.Merck), Kertas saring Whatman no. 42 dan alat-alat gelas (Pyrex).

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Sampel

3.4.1.1 Pengambilan Sampel

Sampel diambil secara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen (Sudjana, 2005).


(36)

Sampel yang digunakan yaitu susu kedelai yang biasa diminum oleh masyarakat, yaitu susu kedelai yang dibuat sendiri yang disebut susu KM dan susu kedelai yang beredar dipasaran yaitu susu KA dan susu KD.

Berdasarkan hasil survei terhadap sampel yang dilakukan pada bulan januari 2011 susu kedelai kemasan yang banyak beredar dipasaran adalah susu KA yang merupakan merk nasional dan susu KD merupakan merk lokal yang diproduksi oleh Pabrik Dena di Tj. Morawa.

Kacang kedelai yang digunakan dalam pembuatan susu kedelai murni yaitu kacang kedelai yang dibeli dari super market, karena kacang kedelainya berukuran lebih besar dan lebih bersih dari pada kacang kedelai yang berada di pasar tradisional.

3.4.1.2 Penyiapan Sampel

Pembuatan Susu kedelai murni menggunakan Metode Sederhana, Yaitu :

 Kedelai yang telah disortasi (dipisahkan dari kotoran dan biji rusak) direndam selama 15 menit. Perendaman dilakukan pada suhu ruang, dengan perbandingan larutan perendaman dan kedelai 3:1.

 Didihkan rendaman kedelai, setelah mendidih tiriskan dan bilas dengan dengan air segar, pisahkan kulitnya untuk dibuang. Bau dan rasa langu dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim lipsigenase dengan suhu panas. Cara yang dapat dilakukan antara lain menggunakan air panas (suhu 80-100oC) pada pengilingan kedelai, atau merendam dalam air panas selama 10-15 menit sebelum digiling.


(37)

 Bubur yang diperoleh ditambahkan air mendidih sehingga jumlah air secara keseluruhan mencapai 10 kali lipat bobot kedelai kering.

 Bubur encer disaring dengan kain kasa dan filtratnya merupakan susu kedelai mentah.

 Untuk meningkatkan citarasa, ke dalam susu kedelai mentah ditambahkan gula pasir sebanyak 5%, kemudian dipanaskan sampai mendidih.

 Setelah mendidih, api dikecilkan dan dibiarkan dalam api kecil selama 20 menit, jaga jangan sampai susu pecah karena suhu kopor telalu panas.

 Penyimapana susu kedelai sebaiknya dalam suhu dingin sekitar 5oC (suhu lemari es).

3.4.1.3 Penetuan Bobot Jenis Sampel

Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25oC.

Prosedur : Piknometer bersih dan kering dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan, pada suhu 25o C. Piknometer dikeringkan, diatur hingga suhu zat uji lebih kurang 20o C, masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25oC, buang kelebihan zat uji dan ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi (Ditjen POM, 1995). (Data dan hasil penmbangan dapat dilihat pada Lampiran 1 Halaman )


(38)

3.4.2 Pembuatan Pereaksi 3.4.2.1 Asam Sulfat 10 % v/v

Ditambahkan secara hati-hati 57 ml As. Sulfat 96% b/v kedalam lebih kurang 100 ml air, dinginkan hingga suhu kamar dan encerkan dengan air hingga 1000 ml (Ditjen POM,1995).

3.4.3 Proses Dekstruksi Basah

Ditimbang sebanyak 50 g sampel susu kedelai dimasukkan dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 50 ml HNO3 65 % b/v, direndam sampel selama 24 jam selanjutnya didekstruksi diatas hot plate hingga larutan sampel berwarna kuning muda jernih. Hasil dekstruksi yang diperoleh dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan aquabidest, dan dihomogenkan. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No 42, dan dibuang ±10 % filtrat pertama dan filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol (Haswell,1991). Larutan ini digunakan untuk uji kualitatif dan uji kuantitatif.

3.4.4 Pemeriksaan Kualitatif

3.4.4.1 Uji Nyala dengan kawat Ni/Cr

Kawat Ni/Cr dibersihkan dengan cara dicelupkan pada HCl 37% b/v lalu dipijarkan pada api bunsen sampai tidak memberikan warna pada nyala api bunsen kemudian dimasukkan ke sampel lalu dipijar pada api bunsen. Diamati warna yang terjadi pada nyala api bunsen. Dihasilkan warna merah bata pada nyala api bunsen.


(39)

Di atas objek glas teteskan 2-3 tetes larutan filtrat lalu ditambahkan beberapa tetes H2SO4 10 % v/v dan beberapa tetes Etanol 96 %, lalu dipanaskan. Dilihat di bawah mikroskop. Terbentuk kristal jarum (Lampiran 13 Halaman ).

3.4.5. Pemeriksaan Kuantitatif

3.4.5.1 Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

Larutan standar kalsium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Lalu ditambahkan 10 ml HNO3 5 N (berguna untuk menghindari pembentukan logam hidroksida yang relatif tidak mudah diuapkan dan menekan pembacaan dengan spektrofotometer serapan atom (Rohman, 2007)), dicukupkan dengan aquabidest hingga garis tanda (konsentrasi 100 ppm). Larutan baku 100 ppm dipipet masing-masing 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 3 ml; 4 ml. Dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml ditambahkan 10 ml HNO3 5 N, dicukupkan dengan aquabidest sampai garis tanda (larutan kerja mempunyai konsentrasi 0,5 mcg/ml; 1,0 mcg/ml; 2,0 mcg/ml; 3,0 mcg/ml; 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm.

3.4.5.2 Penetapan Kadar Kalsium dalam Sampel

Larutan hasil dekstruksi susu KM sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dandiencerkan dengan aquabidest hingga garis tanda (Faktor Pengenceran = 100ml/2ml = 50 kali). Dan untuk larutan uji susu KA dan KD sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam lab tentukur 100 ml dan diencerkan dengan aquabidest hingga garis tanda (Faktor Pengenceran = 100ml/5ml = 20 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 422,7 nm.


(40)

3.4.6 Perhitungan Kadar Kalsium

Perhitungan Kadar Ca dalam larutan sampel dapat ditentukan dengan rumus :

Kadar Logam (mcg/ml) = C x V x Fp BS

Keterngan : C = Konsentrasi (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp= Faktor Pengenceran

BS= Berat Sampel (g)

3.4.7 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation (LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Simpangan Baku =

2 )

( 2

 

n Yi Y

LOD =

slope Sy x

3

LOQ =

slope Sy x

10


(41)

Sy = Simpangan Baku

(Harmita, 2004)

2.4.8 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (% Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode adisi karena matriks sampel tidak diketahui sehingga tidak memungkinkan untuk membuat sampel plasebo. Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan standar dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat diperoleh kembali (Harmita, 2004). Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 3 ml larutan baku Ca dengan konsentrasi 100 mcg/ml kedalam susu KD. Masing-masing dilakukan sebanyak 6 kali replikasi kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel.

Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus dibawah ini (Harmita, 2004):

100% x n

ditambahka yang

baku logam Kadar

awal sampel dalam logam Kadar -sampel dalam

logam l Kadar tota Recovery

% 

2.4.9 Uji Presisi

Presisi atau keseksamaan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit enam replikan sampel. Presisi diukur sebagai standar deviasi (SD) dan standar deviasi relatif (RSD). Nilai standar deviasi relatif yang


(42)

memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Adapun rumus untuk menghitung Standar deviasi relative (RSD) adalah (Rohman,2007) :

RSD = 100%

X SD

Keterangan : X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

RSD = Relative Standard Deviation

2.4.10 Analisis Data Secara Statistik 2.4.10.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar kalsium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6 larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.

Q =

terendah Nilai

tertinggi Nilai

terdekat yang

Nilai dicurigai

yang Nilai



Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada

Tabel 2.1, apabila Q>Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 2.1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak data Nilai Qkritis

4 0,831 5 0,717 6 0,621 7 0,570 8 0,524


(43)

Untuk menentukan kadar kalsium di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

μ = X ± t ½ α s/√n Keterangan : µ = interval kepercayaan

X = kadar rata-rata sampel

t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = tingkat kepercayaan

s = standar deviasi

n = jumlah perlakuan (Wibisono, 2005)

2.4.10.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2) atau berbeda (σ1 ≠σ2) dengan menggunakan rumus:

Fo = 2

2 2 1 S S

Keterangan : Fo = Beda nilai yang dihitung S1 = Standar deviasi sampel 1 S2 = Standar deviasi sampel 2

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus:

(X1 – X2) to =


(44)

Sp =

2 1 1

2 1

2 2 2 2 1 1

  

n + n

)S (n + )S (n

Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel 1 X2 = kadar rata-rata sampel 2 Sp = Simpangan baku

n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1 n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2 S1 = Standar deviasi sampel 1 S2 = Standar deviasi sampel 2

dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus :

(X1 – X2) to =

S12/n1 + S22/n2 Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel 1

X2 = kadar rata-rata sampel 2 S1 = Standar deviasi sampel 1 S2 = Standar deviasi sampel 2 n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1 n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya (Sabri dan Hastono, 2006).


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui adanya kalsium dalam larutan sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Hasil analisis kualitatif kalsium dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Analisis kualitatif kalsium dalam sampel yang dianalisis

No Sampel Uji Nyala Reaksi kristal Keterangan 1 Larutan Hasil dekstruksi

Susu KM Merah bata Kristal jarum + 2 Larutan Hasil dekstruksi

Susu KA Merah bata Kristal jarum + 3 Larutan Hasil dekstruksi

Susu KD Merah bata Kristal jarum + Keterangan :

+ = mengandung kalsium

Tabel diatas menunjukkan bahwa sampel susu KM, susu KA dan susu KD mengandung kalsium (Lampiran 14 Halaman ).

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium

Dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar kalsium yang berada dalam konsentrasi rentang kerja 1-4 mcg/ml pada panjang gelombang 422,7 nm (Rohman, 2007). Diperoleh persamaan garis regresi y = 0,0789x + 0,0045 dengan koefisien korelasi r = 0,9995.


(46)

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan standar Kalisum yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 :

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Ca  

 

Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9995.

Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan bukti adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y (absorbansi) (Shargel dan Andrew, 1999) (Data hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 2 Halaman ).

4.2.2 Kadar Kalsium pada Sampel Susu KM, Susu KA, dan Susu KD

Analisis kadar kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Kadar kalsium dalam susu KM, susu KA dan susu KD diperoleh dari persamaan garis regresi larutan standarnya. (Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada

Lampiran 4 Halaman dan Lampiran 5 Halaman ). Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6 Halaman ). Hasil analisis kuantitatif kalsium dalam susu KM, susu KA dan susu KD dapat dilihat pada Tabel 4.2

Kurva Kalibrasi C a

y = 0.0789x + 0.0045 R2 = 0.9995

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

0 1 2 3 4 5

Konsentrasi (mcg/ml)

Ab

s

o

rb

a

n

S eries1


(47)

Tabel. 4.2 Kadar kalsium (mg/100g) dalam sampel yang dianalisis No

Sampel Kadar kalsium (mg/100g) 1

Susu KM 18,8664 ± 0,4000

2

Susu KA 8,7770 ± 0,0523

3

Susu KD 8,0164 ± 0,0863

Keterangan : Hasil yang diperoleh merupakan rata-rata dari 6 kali ulangan

Berdasarkan data yang diperoleh diatas dapat dilihat bahwa kadar kalsium yang terdapat pada susu KM, susu KA dan susu KD mempunyai perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimulai dari kacang kedelai yang digunakan sebagai bahan baku susu kedelai itu sendiri sampai pada proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai.

Kandungan kalsium dalam kacang kedelai dipengaruhi oleh lingkungan dan pupuk organik yang digunakan. Kandungan mineral dalam tanah berbeda-beda dari setiap daerah, dan pupuk organik yang digunakan juga mengandung mineral yang berbeda-beda sehingga dalam kacang kedelai mengandung kalsium yang berbeda pula (AKK, 2002). Susu KM yang merupakan susu kedelai buatan sendiri mengandung kalsium yang jauh lebih besar dibandingkan susu KA dan KD yang merupakan buatan industri ini dapat disebabkan oleh perbedaan dalam proses pembuatan susu kedelai. Menurut Hartoyo (2005), perbandingan antara air dan kedelai pada tahap penggilingan kacang kedelai sangat mempengaruhi kandungan zat dari susu kedelai. Selain itu susu KA dan susu KD mengandung zat tambahan pangan lain yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu dan citarasa dari produk susu kedelai ini sehingga bobot jenis dari sampel susu KA dan susu KD berbeda dengan Susu KM yang hanya terdiri dari kedelai, air dan gula saja tanpa zat


(48)

tambahan pangan sehingga mempengaruhi kadar kalsium yang diperiksa dalam sampel. Perbedaan bobot jenis sampel dapat dilihat pada Tabel4.3

Tabel 4.3 Bobot jenis sampel yang dianalisis NO Bobot jenis (g/ml) Susu KM 1,0505

Susu KA 1.0597 Susu KD 1,0571

Dari hasil diatas juga menunjukkan bahwa kadar kalsium dalam susu kedelai baik susu KM, susu KA dan susu KD tidak memenuhi angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) yaitu bayi 300-400 mg, anak-anak 500 mg, remaja 600-700 mg, dewasa 500-800 mg , dan ibu hamil dan menyusui > 400 mg (Almatsier, 2009).

Sedangkan menurut informasi yang didapat, saat ini susu kedelai sangat digemari oleh masyarakat, karena kandungan protein yang cukup tinggi atau hampir sama dengan susu sapi, tidak mengandung kolesterol, rendah lemak, harganya yang relatif murah, proses pembuatannya mudah dan tidak mengandung laktosa sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita inteloran laktosa yang banyak diderita orang pada umur diatas 40 tahun (Hartoyo,2005). Hal ini membuat masyarakat mengkonsumsi susu kedelai setiap hari sebagai pengganti susu sapi, sedangkan pada kenyataannya dari segi mineral kalsium yang terkandung dalam susu kedelai yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar kalsium dalam susu ini sangat sedikit dan sangat tidak memenuhi angka kecukupan rata-rata kalsium


(49)

perhari yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu masyarakat harus memenuhi kebutuhan kalsium dari sumber-sumber yang lain.

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi sebesar 0,0901 mcg/ml dan batas kuantitasi sebesar 0,3005 mcg/ml. (Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 3 Halaman ).

Hasil pengukuran konsentrasi larutan sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi, dimana konsentrasi hasil pengukuran larutan sampel yang terkecil adalah 1,9810 mcg/ml. Oleh karena itu data yang diperoleh dari hasil pengukuran masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama

4.4 Uji Perolehan Kembali

Hasil yang didapat dari uji perolehan kembali untuk kalsium pada susu KD adalah 92,27%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah antara 80-120% (Ermer dan miller, 2005).

Dengan demikian metode spektrofotometri serapan atom yang dilakukan pada penelitian ini mempunyai akurasi yang baik untuk penetapan kadar kalsium pada sampel (Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10 Halaman dan Lampiran 11 Halaman ).


(50)

Uji presisi atau uji keseksamaan dilakukan terhadap sampel susu KM, susu KA dan susu KD dengan perulangan sebanyak 6 kali. Diperoleh nilai simpangan Baku dan % Relatif Standar Deviasi dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.4. Nilai SD dan Persen RSD pada susu KM, susu KA dan susu KD No. Jenis Sampel Kadar rata-rata

(mg/100g) SD RSD

1. Susu KM

18,8664 ± 0,4000 0,3812 2,02%

2. Susu KA

8,7770 ± 0,0523 0,0498 0,57%

3. Susu KD

8,0164 ± 0,0863 0,0822 1,02%

Menurut Harmita (2004) kriteria seksama diberikan jika memberikan nilai standar deviasi relatif untuk analit dengan kadar satu per seribu RSDnya adalah tidak lebih dari 5% dan untuk analit dengan kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah tidak lebih dari 16%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan memberikan hasil yang seksama (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6 Halaman ).

4.6 Uji Statistik

Uji statistik yang digunakan yaitu uji beda nilai rata-rata kadar kalsium antara 2 sampel dengan menggunakan distribusi t pada taraf kepercayaan 95%, jika diperoleh nilai to atau thitung lebih tinggi atau lebih rendah dari range t tabel maka menunjukkan perbedaan kadar yang signifikan antara 2 sampel tersebut. Dari hasil uji statistik beda nilai rata-rata kadar kalsium antara susu KM dan susu KA diperoleh nilai to atau thitung = 64,3046 yang lebih tinggi dari nilai ttabel = 2,2281, antara susu KM dan susu KD diperoleh nilai to atau thitung = 68,1961 yang lebih tinggi dari nilai ttabel = 2,2281 dan antara susu KA dan susu KD diperoleh


(51)

nilai to atau thitung = 19,4031 yang lebih tinggi dari nilai ttabel = 2,2281 (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7 Halaman , Lampiran 8 Halaman dan Lampiran 9 Halaman ). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar kalsium dari ketiga sampel tersebut.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil penetapan kadar dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa kadar kalsium pada susu KM adalah 18,9 mg/100g, susu KA adalah 8,8 mg/100g, dan susu KD adalah 8,0 mg/100g. 2. Hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata kadar kalsium antara susu kedelai, disimpulkan bahwa kadar kalsium yang terkandung dalam susu KM lebih tinggi dari susu KA dan kadar kalsium yang terkandung dalam keduanya lebih tinggi daripada kadar kalsium yang terkandung dalam susu KD. 3. Dari hasil penetapan kadar menunjukkan bahwa kalsium dalam susu KM,

susu KA dan susu KD tidak memenuhi angka kecukupan rata-rata kalsium perhari.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti susu kedelai dalam bentuk lain misalnya dalam bentuk bubuk serta disarankan kepada masyarakat agar mengkonsumsi susu kedelai murni dan bahan pangan lain yang mengandung kalsium untuk mencukupi kebutuhan kalsium dalam kehidupan sehari-hari.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

AKK. (2002). Kedelai. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 15-17.

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan V. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 246.

Anonim. (2009). Konsumsi Kalsium Untuk Cegah Osteoporosis. http:www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&art.i d=161&itemed=3. Diakses 20 Desember 2010. Pk. 21.00.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal.1135.

Ermer, J dan Miller, JHM. (2005). Method Validation in Pharmaceutical

Analysis. A Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH, Page. 89.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara

Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.1(3):

119, 130,131.

Hartoyo, T. (2005). Susu Kedelai dan Aplikasi Olahannya. Surabaya: Trubus Agrisarana. Hal .1-17.

Haswell. S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam: Elsevier. Pages. 202, 207-208

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo, A. Jakarta: UI-Press. Hal. 283.

Rohman, A., Ibnu Gholib Gandjar. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298.

Sabri, L. dan Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 112-118.

Shargel, L., and Andrew, B. C. (1999). Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. USA: Prentice-hall international, INC. Page. 15. Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi Ke-6. Bandung: Tarsito. Hal.168-169 Winarno, F. G. (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. Hal. 154-155.

Wibisono,Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 451-452


(54)

Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel 1. Kalibrasi Piknometer

Piknometer Kosong = 15,302 g Piknometer berisi Aquadest Panas

NO Aquadest Panas 1 25,330 2 25,327 3 25,328 4 25,325 5 25,329 6 25,322 Jumlah Rata-rata 151,961 25,327 2. Sampel Susu KM

NO Susu KM (g) 1 25,831 2 25,829 3 25,835 4 25,837 5 25,832 6 25,835 Jumlah Rata-rata 154,999 25,833 d = kosong piknometer Massa -Air berisi piknometer Massa kosong piknometer Massa -sampel berisi piknometer Massa d = 15,302 -25,327 15,302 -25,833 d = 1,0505 g/ml


(55)

3. Susu KA

NO Susu KA (g) 1 25,920 2 25,926 3 25,929 4 25,927 5 25,930 6 25,922 Jumlah Rata-rata 155,554 25,926 d = kosong piknometer Massa -Air berisi piknometer Massa kosong piknometer Massa -sampel berisi piknometer Massa d = 15,302 -25,327 15,302 -25,926 d = 1,0597 g/ml 4. Susu KD

NO Susu KD (g) 1 25,898 2 25,893 3 25,905 4 25,902 5 25,899 6 25,897 Jumlah Rata-rata 155,394 25,899 d = kosong piknometer Massa -Air berisi piknometer Massa kosong piknometer Massa -sampel berisi piknometer Massa d = 15,302 -25,327 15,302 -25,899 d = 1,0571 g/ml


(56)

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalsium (Ca), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Kalsium.

1. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar Kalsium

No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi

1 0,000 0,0000

2 0,500 0,0469

3 1,000 0,0858

4 2,000 0,1636

5 3,000 0,2392

6 4,000 0,3202

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

No X Y X2 Y2 XY

1 0,000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2 0,500 0,0469 0,2500 0,002199 0,0234

3 1,000 0,0858 1,0000 0,007362 0,0858

4 2,000 0,1636 4,0000 0,026765 0,3272

5 3,000 0,2392 9,0000 0,057216 0,7176

6 4,000 0,3202 16,0000 0,102528 1,2808

∑X = 10,5 ∑Y = 0,8557 ∑X2 = 30,25 ∑Y2=0,19607 XY = 2,4348

X = 1,75 Y = 0,1426

a =

  

 

n x x n y x -xy 2 2

 a = 6 10,5 25 , 30 6 ) 8557 , 0 )( 5 , 10 ( 2,4348 2  

a = 0,0789 b = y- ax

= 0,1426 – (0,0789)(1,75) = 0,0045


(57)

r =

  

       

                 

n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2

  



 

     6 8557 , 0 19607 , 0 6 5 , 10 25 , 30 6 ) 8557 , 0 )( 5 , 10 ( 4348 , 2 r 2 2 r = 9376 , 0 9373 , 0


(58)

Lampiran 3. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalsium Persamaan garis regresi : Y = 0,0789x + 0,0045

No Konsentrasi (X) mcg/ml

Absorbansi

(Y) Yi Y – Yi (Y – Yi)

2

x 10-6

1 0,0000 0,0000 0,0045 -0,0045 2,025

2 0,5000 0,0469 0,0439 0,0030 9,000

3 1,0000 0,0858 0,0834 0,0024 5,760

4 2,0000 0,1636 0,1623 0,0013 1,690

5 3,0000 0,2392 0,2412 -0,0020 4,000

6 4,0000 0,3202 0,3201 0,0001 0,010

N = 6 ∑(Y – Yi)2 = 22,485 x 10-6

SB =

2 -n

Yi 2

Y

=

4 5 0,00002248

= 0,002371

LOD = Slope

SB x 3

LOD =

0,0789 mcg/ml 0,002371

x 3

= 0,0901 mcg/ml

LOQ =

Slope SB x 10

LOQ =

0,0789

g/ml 0,002371mc x

10


(59)

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar kalsium dalam sampel

1.Susu KM

Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi kalsium dalam sampel yang beratnya 50,018 g dan absorbansi 0,1561.

X = Konsentrasi sampel (mcg/ml) Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah Y = 0,0789X + 0,0045

X =

0789 , 0

0045 , 0 1561 ,

0 

X = 1,9214 mcg/ml

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 1,9214 mcg/ml Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat Sampel (g)

Kadar =

g x x

018 , 50

50 ml 100 mcg/ml 9214

, 1

= 192,0708 mcg/g

= 0,1920708 mg/g

= 19,2071 mg/100g


(60)

Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar kalsium pada susu KM dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat

Sampel (g) Absorbansi

Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g)

1 Susu KM 50,018 0,1561 1,9214 19,2071

50,017 0,1558 1,9176 19,1695 50,029 0,1536 1,8897 18,8860 50,002 0,1478 1,8162 18,1613 50,027 0,1544 1,8998 18,9877 50,025 0,1528 1,8796 18,7866

2. Susu KA

Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi kalsium dalam sampel yang beratnya 50,004 g dan absorbansi 0,1760.

X = Konsentrasi sampel (mcg/ml) Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah Y = 0,0789X + 0,0045

X =

0789 , 0

0045 , 0 1760 ,

0 

X = 2,1736 mcg/ml

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 2,1736 mcg/ml Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat Sampel (g)


(61)

Kadar = g x x 004 , 50 20 ml 100 mcg/ml 1736 , 2

= 86,9370 mcg/g

= 0,086937 mg/g = 8,6937 mg/100g

Maka kadar kalsium yang terkandung dalam sampel adalah 8,6937 mg/100g. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar kalsium pada susu KA dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat

Sampel (g) Absorbansi

Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g)

1 Susu KA 50,004 0,1760 2,1736 8,6937

50,072 0,1780 2,1989 8,7829 50,094 0,1784 2,2040 8,7995 50,090 0,1784 2,2040 8,8002 50,141 0,1793 2,2155 8,8371 50,066 0,1773 2,1901 8,7488

3. Susu KD

Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi kalsium dalam sampel yang beratnya 50,038 g dan absorbansi 0,1610.

X = Konsentrasi sampel (mcg/ml) Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah Y = 0,0789X + 0,0045

X =

0789 , 0 0045 , 0 1610 , 0  X = 1,9835 mcg/ml


(62)

Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat Sampel (g)

Kadar =

g x x

038 , 50

20 ml 100 mcg/ml 9835

, 1

= 79,2797 mcg/g

= 0,0792797 mg/g

= 7,9280 mg/100g

Maka kadar kalsium yang terkandung dalam sampel adalah 7,9280 mg/100g. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar kalsium pada susu KD dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat

Sampel (g) Absorbansi

Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g)

1 Susu KD 50,038 0,1610 1,9835 7,9280

50,150 0,1647 2,0304 8,0973 50,122 0,1642 2,0241 8,0767 50,141 0,1645 2,0279 8,0888 50,092 0,1624 2,0013 7,9905 50,044 0,1608 1,9810 7,9170


(63)

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Kalsium dalam sampel

1. Susu KM A. Konsentrasi

y = 0,0789x + 0,0045

y = absorbansi, x = konsentrasi (mcg/ml) 1) 0,1561= 0,0789x + 0,0045

x = 1,9214 mcg/ml 2) 0,1558 = 0,0789x + 0,0045 x = 1,9176 mcg/ml 3) 0,1536 = 0,0789x + 0,0045

x = 1,8897 mcg/ml 4) 0,1478 = 0,0789x + 0,0045

x = 1,8162 mcg/ml 5) 0,1544 = 0,0789x + 0,0045

x = 1,8998 mcg/ml 6) 0,1528 = 0,0789x + 0,0045

x = 1,8796 mcg/ml

B. Kadar

Kadar (mcg/ml) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)

V = Volume labu kerja (ml) Fp = Faktor pengenceran


(64)

1) Kadar 1 = g 50,018 50 x ml 100 x ml 1,9214mcg/

= 192,0708 mcg/g = 19,2071mg/100g 2) Kadar 2 =

g 50,017 50 x ml 100 x ml 1,9176mcg/

= 191,6948 mcg/g = 19,1695 mg/100g 3) Kadar 3 =

50,029g 50 x ml 100 x ml 1,8897mcg/

= 188,8605 mcg/g = 18,8861 mg/100g 4) Kadar 4 =

g 50,002 50 x ml 100 x ml 1,8162mcg/

= 181,6127 mcg/g = 18,1613 mg/100g 5) Kadar 5 =

g 50,027 50 x ml 100 x ml 1,8998mcg/

= 189,8775 mcg/g = 18,9877 mg/100g

6) Kadar 6 =

g 50,025 50 x ml 100 x ml 1,8796mcg/

= 187,8661 mcg/g = 18,7866 mg/100g

2. Susu KA

A. Konsentrasi

y = 0,0789x + 0,0045

y = absorbansi, x = konsentrasi (mcg/ml) 1) 0,1760= 0,0789x + 0,0045

x = 2,1736 mcg/ml 2) 0,1780 = 0,0789x + 0,0045 x = 2,1989 mcg/ml 3) 0,1784 = 0,0789x + 0,0045


(65)

4) 0,1784 = 0,0789x + 0,0045 x = 2,2040 mcg/ml 5) 0,1793 = 0,0789x + 0,0045

x = 2,2155 mcg/ml 6) 0,1773 = 0,0789x + 0,0045

x = 2,1901 mcg/ml

B. Kadar

Kadar (mcg/ml) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)

V = Volume labu kerja (ml) Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g) 1) Kadar 1 =

g 50,004 20 x ml 100 x ml 2,1736mcg/

= 86,9370 mcg/g = 8,6937 mg/100g 2) Kadar 2 =

g 50,072 20 x ml 100 x ml 2,1989mcg/

= 87,8295 mcg/g = 8,7829 mg/100g 3) Kadar 3 =

50,094g 20 x ml 100 x ml 2,2040mcg/

= 87,9946 mcg/g = 8,7995 mg/100g 4) Kadar 4 =

g 50,090 20 x ml 100 x ml 2,2040mcg/

= 88,0016 mcg/g = 8,8002 mg/100g


(66)

5) Kadar 5 = g 50,141 20 x ml 100 x ml 2,2155mcg/

= 88,3708 mcg/g = 8,8371 mg/100g

6) Kadar 6 =

g 50,066 20 x ml 100 x ml 2,1901mcg/

= 87,4885 mcg/g = 8,7488 mg/100g

3. Susu KD

A. Konsentrasi

y = 0,0789x + 0,0045

y = absorbansi, x = konsentrasi (mcg/ml) 1) 0,1610= 0,0789x + 0,0045

x = 1,9835 mcg/ml 2) 0,1647 = 0,0789x + 0,0045

x = 2,0304 mcg/ml 3) 0,1642 = 0,0789x + 0,0045

x = 2,0241 mcg/ml 4) 0,1645 = 0,0789x + 0,0045

x = 2,0279 mcg/ml 5) 0,1624 = 0,0789x + 0,0045

x = 2,0013 mcg/ml 6) 0,1608 = 0,0789x + 0,0045

x = 1,9810 mcg/ml

B. Kadar

Kadar (mcg/ml) =

W Fp x V x C


(67)

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)

V = Volume labu kerja (ml) Fp = Faktor pengenceran

W = Berat penimbangan sampel (g) 1) Kadar 1 =

g 50,038 20 x ml 100 x ml 1,9835mcg/

= 79,2797 mcg/g = 7,9280 mg/100g 2) Kadar 2 =

g 50,150 20 x ml 100 x ml 2,0304mcg/

= 80,9731 mcg/g = 8,0973 mg/100g 3) Kadar 3 =

50,122g 20 x ml 100 x ml 2,0241mcg/

= 80,7669 mcg/g = 8,0767 mg/100g 4) Kadar 4 =

g 50,141 20 x ml 100 x ml 2,0279mcg/

= 80,8879 mcg/g = 8,0888 mg/100g 5) Kadar 5 =

g 50,092 20 x ml 100 x ml 2,0013mcg/

= 79,9050 mcg/g = 7,9905 mg/100g 6) Kadar 6 =

g 50,044 20 x ml 100 x ml 1,9810mcg/

= 79,1703 mcg/g = 7,9170 mg/100g


(68)

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Kalsium pada sampel

1. Susu KM

No. X

(Kadar (mg/100g) ) X - X (X – X)

2

1 19,2071 -0,3407 0,11607649

2 19,1695 -0,3031 0,09186961

3 18,8860 -0,0196 0,00038416

4 18,1613 0,7051 0,49716601

5 18,9877 -0,1213 0,01471369

6 18,7866 0,0789 0,00636804

∑X = 113,1982

X = 18,8664 ∑(X – X)

2

= 0,726578

Dari 6 data yang diperoleh, data ke 6 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.

18,1613 – 18,7866

Q = = 0,5979 19,2071 – 18,1613

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

 

1 -n

X -Xi 2

      

=

 

0,3812

5 726578 ,

0

 

RSD =

X

SD

X 100% = 100%

18,8664 0,3812

x = 2,0205%

Rata-rata kadar Ca dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6, dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 11


(69)

μ = X mg/100g ± (t ½ α s/√n) mg/100g

μ = 18,8664 mg/100g ± 2,5706 . 0,3812/√6 mg/100g

μ = 18,8664 mg/100g ± 0,4000 mg/100g

μ = (18,8664 ± 0,4000) mg/100g

2. Susu KA

No. X (Kadar (mg/100g))

X – X (X – X)2

1 8,6937 0,0833 0,00693889 2 8,7829 0,0059 0,00003481 3 8,7995 -0,0225 0,00050625 4 8,8002 -0,0232 0,00053824 5 8,8371 -0,0601 0,00361201 6 8,7488 0,0282 0,00079524

∑X = 52,6622 X = 8,7770

∑(X – X)2 = 0,01242544

Dari 6 data yang diperoleh, data ke 2 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.

8,6937 – 8,7488

Q = = 0,3842 8,8371 – 8,6937

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

 

1 -n

X -Xi 2

      

=

 

0,0498

5 01242544 ,

0

 

RSD =

X

SD

X 100% = 100% 8,7770

0,0498

x = 0,57%

Rata-rata kadar Ca dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6, dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 11


(70)

μ = X mg/100g ± (t ½ α s/√n) mg/100g

μ = 8,7770 mg/100g ± 2,5706 . 0,0498/√6 mg/100g

μ = 8,7770 mg/100g ± 0,1282 mg/100g

μ = (8,7770 ± 0,1282) mg/100g

3. Susu KD

No. X (Kadar (mg/100g) )

X – X (X – X)2

1 7,9280 0,0884 0,00781456 2 8,0973 -0,0809 0,00654481 3 8,0767 -0,0603 0,00363609 4 8,0888 -0,0723 0,00522729 5 7,9905 0,0259 0,00067081 6 7,9170 0,0994 0,00988036

∑X = 48,0983 X = 8,0164 

∑(X – X)2 =0,03377392

Dari 6 data yang diperoleh, data ke 3 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.

7,9170 – 7,9280

Q = = 0,0610 8,0973 – 7,9170

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

 

1 -n

X -Xi 2

      

=

 

0,0822

5 03377392 ,

0

 

RSD =

X

SD

X 100% = 100% 8,0164

0,0822

x = 1,02%

Rata-rata kadar Ca dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6, dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 11 Halaman 48).


(71)

μ = X mg/100g ± (t ½ α s/√n) mg/100g

μ = 8,0164 mg/100g ± 2,5706 . 0,0822/√6 mg/100g

μ = 8,0164 mg/100g ± 0,0863 mg/100g

μ = (8,0164 ± 0,0863) mg/100g

Lampiran 7. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium Antara Susu KM Dan Susu KA

No Kadar Kalsium Pada Susu KM (mg/100g)

Kadar Kalsium Pada Susu KA mg/100g)

1, 19,2071 8,6937

2, 19,1695 8,7829

3, 18,8860 8,7995

4, 18,1613 8,8002

5, 18,9877 8,8371

6, 18,7866 8,7488

X = 18,8664 X = 8,7770

S1 = 0,3812 S2 = 0,0498

Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠σ2 ).

1. Ho : σ1 = σ2 H1 : σ1 ≠σ2

2. Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (5,5))adalah = 7,1464 (Lampiran 12 Halaman 49).

Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo ≤ 7,1464

Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 dan Fo > 7,1464 3. Fo =

2 2

2 1 S S

= 2

2

0,0498 0,3812

= 58,5932

4. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima sehingga disimpulkan bahwa (σ1 ≠σ2 ).


(72)

1. Ho = μ1 = μ2 H1 = μ1 ≠μ2

2. Dengan menggunakan taraf kepercayaan α = 5% → t0,05/2 = ± 2,2281 untuk df = 6+6-2 = 10

3. Daerah kritis penerimaan : -2,2281 ≤ to ≤ 2,2281 Daerah kritis penolakan : to < -2,2281dan to > 2,2281

4. Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan pengujian statistik uji t dengan rumus :

(X1 – X2) to =

S12/n1 + S22/n2

(18,8664 – 8,7770) to = (0,38122/6) + (0,04982/6) to = 64,3046

5. Karena to = 64,3046 > 2,2281, maka hipotesa ditolak, Berarti terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar kalsium antara susu KM dan susu KA.


(73)

Lampiran 8. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium Antara Susu KM Dan Susu KD

No Kadar Kalsium Pada Susu KM (mg/100g)

Kadar Kalsium Pada Susu KD (mg/100g)

1, 19,2071 7,9280

2, 19,1695 8,0973

3, 18,8860 8,0767

4, 18,1613 8,0888

5, 18,9877 7,9905

6, 18,7866 7,9170

X = 18,8664 X = 8,0164 S1 = 0,3812 S2 = 0,0822

Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠σ2 ).

1. Ho : σ1 = σ2 H1 : σ1 ≠ σ2

2. Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F 0,05/2 (5,5)) adalah 7,1464

(Lampiran 12 Halaman 49)

Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo ≤ 7,1464

Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 atau Fo > 7,1464 3. Fo = 2

2 2 1 S S

= 2

2

0,0822 0,3812

= 21,5061

4. Dari hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima sehingga disimpulkan bahwa σ1 ≠ σ2 . 


(1)

Lampiran 11. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kalsium dalam Susu KD

Konsentrasi larutan baku yang ditambahkan = kur labu tentu Volume baku larutan i Konsentras n x ditambahka yang baku larutan Volume = 100ml mcg/ml 100 x ml 3

= 3 mcg/ml

Mengalami pengenceran 20 kali maka konsentrasi larutan baku menjadi =

20 mcg/ml 3

= 0,15 mcg/ml

Kadar logam standar yang ditambahkan Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat Sampel (g) 0,15 mcg/ml x 100ml x 20

=

50,060 g


(2)

= 0,5993 mg/100g

% Recovery = x 100%

mg/100g 0,5993 mg/100g 8,0164) -(8,5694

= 92,27 %

Data % Recovery Kalsium No Berat Sampel (g) Absorbansi Konsentasi (mcg/ml) Kadar Total (KT) (mg/100g) Kadar Awal (KA) (mg/100g) % Recovery 1 50,048 0,1734 2,1407 8,5546 7,9280

92,27 % 2 50,053 0,1742 2,1496 8,5893 8,0973

3 50,050 0,1744 2,1534 8,6050 8,0767 4 50,052 0,1699 2,0963 8,3765 8,0888 5 50,085 0,1759 2,1724 8,6748 7,9905 6 50,073 0,1747 2,1572 8,6162 7,9170

X = 50,061 KT=

8,5694

KA= 8,0164


(3)

(4)

(5)

Lampiran Reaksi K

n 14. Uji K ristal

Kualitatif Ka

Kristal

Krista

Kristal

alsium

l jarum Sus

l Jarum Su

l Jarum Su

su Kedelai

usu kedelai

usu Kedelai M

A


(6)