Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional Penerapan Sekolah Keterampilan Khusus

Bagan Kerangka Pemikiran

II.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional Penerapan

Fungsi-Fungsi Kesejahteraan Sosial Oleh YAPENTRA

1. Fungsi Penyembuhan Curative : Tersedia klinik mata dan kesehatan.

2. Fungsi Pengembangan Development a.

Pendidikan Formal : - SDLB - SMPLB - SMU - Perguruan Tinggi

b. Sekolah Keterampilan Khusus

Vocational School Center VSC : - Massage Pijat - Pertanian - Budidaya bunga - Kerajinan tangan Tujuan Yang Ingin Dicapai 1. Peningkatan kesehatan dan gizi warga binaan 2. Warga binaan yang mandiri.

3. Warga binaan yang berpendidikan. 4. Warga binaan yang terampil.

Fungsi-Fungsi Kesejahteraan Sosial 1. Fungsi Penyembuhan Curative

2. Fungsi Pencegahan Preventif 3. Fungsi Pengembangan Development

4. Fungsi Penunjang Supportive

Universitas Sumatera Utara

II.9.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian. Konsep penelitian sangat dibutuhkan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang dapat menggambarkan tujuan penelitian Singarimbun, 1989 : 33. Adapun konsep-konsep yang digunakan meliputi : 1. Fungsi adalah sekelompok kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha yang satu dan yang lain mempunyai hubungan yang erat untuk menyelenggarakan segi-segi tugas pokok. 2. Kesejahteraan Sosial adalah suatu sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha pelayanan sosial yang bertujuan membantu individu, kelompok, ataupun masyarakat unuk mencapai taraf hidup yang lebih baik dan mampu berfungsi sosial. 3. Fungsi Kesejahteraan Sosial adalah mengorganisasi dari adanya disorganisasi system. Dimana fungsi-fungsi kesejahteraan sosial tersebut meliputi fungsi penyembuhan curative, fungsi pencegahan preventif, fungsi pengembangan development dan fungsi penunjang supportif. 4. Warga binaan Warga binaan adalah sekumpulan orang-orang yang memperoleh kegiatan pembinaan berupa pendidikan formal maupun keterampilan khusus yang diadakan oleh organisasi sosial yang bertujuan untuk membantu orang-orang yang bermasalah sosial menjadi berfungsi sosial kembali.

II.9.2. Defenisi Operasional

Universitas Sumatera Utara Defenisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberikan bagaimana mengukur suatu variable Singarimbun, 1991 : 49. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Oleh karena itu diperlukan operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan menggambarkan pelaksanaan atau jalannya kegiatan dari fungsi-fungsi kesejahteraan sosial di YAPENTRA. Penerapan konsep Fungsi-fungsi Kesejahteraan Sosial yang dilakukan oleh YAPENTRA pada warga binaan, dapat dilihat melalui : 1. Fungsi Penyembuhan Curative 1. Penyediaan klinik mata dan kesehatan - Pemeriksaan mata rutin sekali tiga bulan. - Operasi mata - Memberikan pengobatan kesehatan b. Peningkatan gizi warga binaan - Penyusunan draft menu makanan sehari-hari warga binaan 2. Fungsi Pengembangan Development a. Pendidikan Formal menyelenggarakan pendidikan inklusi bagi warga binaan, yakni : SDLB, SMPLB, SMU, Perguruan Tinggi. b. Sekolah Keterampilan KhususVocational School Centre VSC - Warga binaan yang mandiri - Warga binaan yang terampil BAB III Universitas Sumatera Utara METODE PENELITIAN III.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian deskiptif, dimana metode ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan secara mendalam terhadap objek yang akan diteliti melalui pencarian data dan suimber-sumber informasi yang berkenaan dengan objek yang akan diteliti, menganalisa data serta menginterpretasikan kondisi- kondisi yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan analisa data yang ada. III.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di YAPENTRA, yang beralamat di Jl. Medan Km. 21,5 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan penulis untuk memilih melakukan penelitian di YAPENTRA Tanjung Morawa adalah karena YAPENTRA dipromosikan sebagai organisasi sosial bergerak dalam bidang pengasuhan dan pemberdayaan institusi terbaik untuk tahun ajaran 20062007 dan mendapat peringkat pertama I untuk akreditasi PLB Pendidikan Luar Biasa. III.3. Populasi dan Sampel III.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang dimiliki karakter tertentu dalan suatu penelitian Nawawi, 1998:141. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan warga binaan yang ada di YAPENTRA Tanjung Morawa yaitu sebanyak 82 orang, yang terdiri dari SDLB = 24 orang, SMPLB = 19 orang, SMU = 12 orang, Perguruan Tinggi = 9 orang, VSC = 14 orang, dan Rehabilitasi = 4 orang. Universitas Sumatera Utara III.3.2. Sampel Menurut Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto,1997:109. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dalam Teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan – pertimbangan pengumpul data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian Soehartono, 2004:63 Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki peneliti terhadap kondisi warga binaan yang tidak sama, adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebanyak 51 orang. Dimana warga binaan yang berpendidikan SMPLB = 13 orang, SLTP integrasi = 6 orang, SMU integrasi = 12 orang, Perguruan Tinggi = 4 orang, VSC = 14 orang, dan Rehabilitasi = 2 orang. Mereka inilah yang menurut peneliti dapat dijadikan sampel penelitian untuk mencapai tujuan penelitian karena mereka dianggap mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang akan diajukan peneliti. Untuk warga binaan yang berpendidikan SDLB dan 2 orang pada tahap rehabilitasi tidak diikutsertakan dalam pengambilan sampel penelitian, dikarenakan kondisi psikologis mereka yang belum mampu untuk berkomunikasi dengan baik dan tingkat pemahaman yang masih kurang. Sedangkan 5 orang dari perguruan tinggi sudah ada yang tamat kuliah, keluar dari perkuliahan dan berada di luar kota. III.4. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang dilakukan ialah : Universitas Sumatera Utara a. Studi kepustakaan, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data- data yang diperlukan melalui buku-buku, majalah-majalah, serta tulisan-tulisan lain yang ada hubungannya dengan penelitian. b. Studi lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data-data langsung dari objek yang diteliti melalui : 1. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan angket yang ditujukan kepada responden dalam hal ini warga binaan. 2. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang segala hal yang dapat dijadikan bahan penelitian dan dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian. III.5. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini teknik analisa yang digunakan ialah teknik analisa dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dimana teknik analisa dengan pendekatan kualitatif adalah metode analisa yang dilakukan dengan mengolah, menyajikan dan menginterpretasikan data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti, kemudian data tersebut diberi komentar sesuai dengan data, fakta dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pemahaman empiris. Sugiono, 1993 : 62. Dengan kata lain analisis yang akan disajikan adalah berupa kata-kata dan bukan berupa angka-angka. Sedangkan teknik analisa dengan pendekatan kuantitatif adalah metode analisa yang dilakukan dengan menganalisis variabel-variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

1. Sejarah Berdirinya YAPENTRA

Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera YAPENTRA didirikan dengan akta pada tanggal 20 April 1977 di bawah No 44, yang dibuat dihadapan Tuan Walter Sigerar,S.H bertempat di Medan dan diresmikan pada tanggal 30 Oktober 1978. Adapun yang menjadi pendiri atau perintis pada waktu itu adalah : 1. Tuan DR. Dominus Andar Lumbantobing sebagai perwakilan dari Gereja Kristen Protestan Indonesia 2. Tuan Dominus Karel Sianturi sebagai perwakilan dari Gereja Pentakosta di Indonesia yang berkedudukan di Pematang Siantar. 3. Mr. J. Wohlt dari badan zending HBM sebagai perwakilan dari H ILDESHEIMER B LINDEN M ISSION E .V yang berkedudukan di Hildesheim, Jerman. Dalam perjalanan yayasan ini selanjutnya, tentu mengalami berbagai perubahan terutama mengenai pengurusnya. Dimana hal tersebut diawali dengan pengunduran diri Marojahan Silalahi, S.H selaku sekretaris pengurus yayasan dan kemudian digantikan oleh Ir. J. A. Situmorang pada tahun 1983, yang pindah ke Lampung sehingga posisi sekretaris yang dipegang tidak menetap. Kemudian pada tahun 1987, Dominus Karel Sianturi melepaskan diri dari lembaga tersebut dan pada tahun 1988 meninggal dunia. Oleh karena tidak ada pengganti yang mau ditunjuk, sehingga secara stuktural Gereja Pentakosta menarik diri dari YAPENTRA sesuai dengan surat yang disampaikan pada tanggal 5 April 1990. Pada tahun 1991, Drs. Bisok Sirait, M. Sc yang telah melayani selama kurang lebih 14 tahun juga mengundurkan diri secara manajemen. Akhirnya, tinggallah DR. Andar Lumbantobing yang memegang YAPENTRA namun bukan berarti yayasan ini menjadi milik pribadi melainkan milik bersama. Berdasarkan kondisi yang terjadi tersebut, maka DR. Andar Lumbantobing menetapkan diri sebagai pendiri yayasan. Dimana hal tersebut ditetapkan dengan surat keputusan tertanggal 31 Maret 1994 No. 23, dengan demikian maka yayasan ini didirikan oleh orang-orang yang terdiri dari : 1. Dominus DR. Andar Lumbantobing 2. Dominus R. M. G. Marbun, S. Th Bishop Gereja Kristen Protestan Indonesia 3. Rev. G. E. Schulte Perwakilan dari H ILDESHEIMER B LINDEN M ISSION E .V. Universitas Sumatera Utara Disamping itu, H ILDESHEIMER B LINDEN M ISSION E .V HBM juga menunjuk Dra. Saulan Siahaan sebagai perwakilan di YAPENTRA. Kemudian tahun 1994, kembali lagi terjadi instrukturisasi kepengurusan dari periode 1994-1999 yaitu : 1. Ketua : Dominus M. S. E. Simorangkir, S. Th 2. Wakil Ketua : Poltak Panggabean, S. H 3. Sekretaris : Drs. M. Manullang 4. Wakil Sekretaris : Dominus R. F. Simamora, S. Th 5. Bendahara : Ir. R. Pohan 6. Wakil Bendahara : Mayor B. L. Siagian 7. Pengurus : M. B. P. Sibarani Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan yayasan ini sebagai salah satu bentuk organisasi sosial di Indonesia tentulah berazaskan dan berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945. Sebagai sebuah organisasi sosial yang juga bergerak dalam bidang pendidikan maka tentulah harus terus bergerak, berbenah dan maju dalam menjalankan semua program-program lembaga, maka hal yang sangat mendasar dalam sebuah organisasi yaitu harus ada pengurusnya. Dengan demikian hal yang sama juga berlaku bagi YAPENTRA demi menunjang keberhasilan yang ingin dicapai. Adapun pengurus YAPENTRA yang sekarang ini adalah : 1. Ketua : Pdt. Maurids. Simamora, S. Th 2. Wakil Ketua : Ragisten Sitorus , S. H, MM 3. Sekretaris : Ir. A. K. Hutabarat 4. Wakil Sekrearis :Pdt. S. A. Gurning, S. Th 5. Bendahara : Paimaon Sitompul 6. Wakil Bendahara : dr. Hotasi Pasaribu 7.Anggota : - dr.S. br.Simorangkir - Cyrus Sinaga, S. H - dr. L. Hutabarat, Sp. OG Adapun yang termasuk dalam keanggotaan badan pendiri yayasan adalah : 1. Orangbadan yang mendirikan yayasan. Universitas Sumatera Utara 2. Orangbadan yang atas usul seseorang badan pendiri yang hendak mengundurkan diri, telah ditunjuk oleh rapat anggotabadan pendiri unuk menjadi penggantinya. 3. Orangbadan lain yang diminta oleh badan pendiri tanpa mempunyai hak suara. Sedangkan dalam kepengurusan adalah : 1. Yayasan ini diurus oleh suatu badan pengurus yang anggotanya berjumlah ganjil, minimal 7 orang dan maximal 11 orang yang berasal dari anggota jemaat Gereja Kristen Protestan Indonesia GKPI yang dipilih atas mufakat anggota badan pendiri yayasan. 2. Direktur sedapat mungkin adalah Pendeta Gereja Kristen Protestan Indonesia GKPI yang telah mengikuti pendidikan khusus tunanetra yang diangkat oleh pimpinan Gereja Kristen Protestan Indonesia GKPI dan ditunjuk oleh badan pendiri. Dalam pelaksanaan sehari-harinya maka akan dilakukan oleh direktur yang nantinya bertanggung jawab kepada badan pengurus. Direktur dapat diundang untuk menghadiri rapat badan pengurus namun tidak memiliki hak suara. 3. Badan pengurus terdiri dari : - Ketua - Wakil Ketua - Sekretaris - Wakil Sekretaris - Bendahara - Wakil Bendahara - Anggota Dalam hal pengangkatan dan pemberhentian anggota badan pengurus maka yang berwenang adalah pendiri yaayasan. Dimana masa jabatan pengurus ditetapkan unuk jangka waktu 5 lima tahun dan dapat diangkat kembali sesuai dengan kebutuhan yang dianggap perlu oleh badan pendiri yayasan. Adapun ketentuan dalam keanggotaan badan pengurus, antara lain :  Keanggotaan badan pengurus berakhir karena : Universitas Sumatera Utara - meninggal dunia atau berhalangan tetap - atas permintaan sendiri - pemberhentian atas putusan badan pendiri yayasan  Jika ada terjadi kekosongan dalam posisi kepengurusan maka anggota badan pengurus dapat mengusulkan calon-calon unuk mengisi lowongan tersebut kepada badan pendiri yayasan yang dapat menguatkan usul itu, akan tetapi badan pendiri tidak terikat pada usul yang diajukan tesebut. 2. Visi Dan Misi YAPENTRA 2.1. Visi