Identifikasi isolat dengan spektrofotometer ultra violet Karakterisasi isolat dengan spektrometri massa MS

dan dikembangkan kembali dengan larutan pengembang II sampai jarak 1 cm dari tepi atas plat. Plat dikeluarkan, dikeringkan kemudian disemprot dengan pereaksi LB. Lalu plat dipanaskan pada suhu 110 C selama 10 menit Gritter, 1991. Kromatogram hasil KLT dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 48. 3.15 Identifikasi Isolat

3.15.1 Identifikasi isolat dengan spektrofotometer ultra violet

Cara kerja: Isolat hasil isolasi dilarutkan dalam pelarut metanol, kemudian dimasukkan kedalam kuvet yang telah dibilas dengan larutan sampel. Selanjutnya absorbansi larutan sampel diukur pada panjang gelombang 200-400 nm Noerdin, 1985. Spektrum ultraviolet dari isolat dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 49. 3.15.2 Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometer Inframerah Cara kerja: Isolat hasil isolasi digerus halus kemudian ditambahkan KBr, dihaluskan. Campuran dimasukkan kedalam alat pellet die dihubungkan dengan alat pompa vakum dan penekan hidrolik 10 menit tekanan 10000 – 15000 pound per inci. Pompa vakum dimatikan, pellet die dilepaskan dari pompa hidrolik, kemudian pellet KBr dikeluarkan. Pellet KBr ditempatkan pada pemegang cuplikan sell holder Noerdin, 1985. Spektrum inframerah dari isolat dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 50. Universitas Sumatera Utara

3.15.3 Karakterisasi isolat dengan spektrometri massa MS

Cara kerja: Identifikasi isolat secara kromatografi gas-spektrofotometri massa dilakukan dengan cara melarutkan isolat dengan pelarut n-hexan kemudian dimasukkan melalui tempat penyuntikan kedalam suatu aliran gas pembawa pada pangkal kolom dalam bentuk uap dan mengalami proses pembagian antara fase gas dan fase tidak bergerak. Hasil pemisahan kromatografi gas difragmentasi oleh detektor MS sehingga diperoleh fragmen-fragmen pada spektrum. Spektrum massa dapat dilihat pada lampiran 14 dan 15 halaman 51 dan 52. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI Jakarta terhadap teripang yang diteliti adalah filum Echinodermata, kelas Holothuroidea, ordo Aspidochirotida, famili Stichopodidae, genus Stichopus. Hasil uji pendahuluan senyawa kimia menunjukkan adanya senyawa golongan saponin dan steroidtriterpenoid. Uji pendahuluan senyawa kimia golongan saponin terdiri dari uji busa dan uji hemolisis darah, sedangkan untuk golongan steroidtriterpenoid yaitu uji warna dengan pereaksi Liebermann- Burchard LB. Pada karakterisasi simplisia dilakukan pemeriksaan makroskopik teripang segar Stichopus sp. dan simplisia dapat dilihat dari bentuk, warna, bau, ukuran, dan pemeriksaan kadar air dengan metode azeotropi destilasi toluen. Teripang segar Stichopus sp.yang diteliti mempunyai bentuk bulat panjang berwarna coklat kekuningan dengan bercak-bercak yang tidak teratur, dan pada bagian bawah tubuhnya ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan duri berwarna coklat muda kekuningan, mempunyai panjang 35 cm, lebar 6 cm, tebal 2 cm, berat 1,2 kg, mempunyai bau yang khas. Sedangkan simplisia mempunyai warna kuning kecoklatan, berkerut dan mempunyai lipatan lipatan, sedikit berbau. Dan hasil dari penetapan kadar air diperoleh kadar air 16. Hasil ini masih sesuai dengan standar mutu teripang kering SPI-kan02291987 sesuai dengan surat Keputusan Universitas Sumatera Utara