BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi pengumpulan sampel, pemeriksaan golongan saponin, golongan steroidtriterpen,
pembuatan ekstrak, isolasi senyawa sapogenin dari ekstrak, analisis senyawa sapogenin secara KLT, pemisahan senyawa sapogenin dengan cara KLT
preparatif, uji kemurnian senyawa sapogenin hasil isolasi dengan KLT dua arah serta identifikasi isolat secara spektrofotometri UV, IR dan MS.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat-alat gelas laboratorium, elektromantel EM 2000, hair-dryer, lampu UV 366 nm
Dessaga, neraca analitik Vibra AJ, neraca kasar Salter AND, oven listrik Strok, penangas air Yenaco, seperangkat alat kromatografi lapis tipis
Dessaga, spektrofotometer ultraviolet Shimadzu mini 1240, spektrofometer inframerah Shimadzu dan spektrometri massa Shimadzu QP2010S.
3.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah hewan teripang segar
mentimun laut genus Stichopus.
Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain berkualitas pro analisa E. Merck yaitu asam klorida pekat, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, etil
asetat, n-heksan, kalium fosfat monobasa, kloroform, metanol, natrium hidroksida, toluen, plat pra lapis silika gel GF
254
,. Etanol 95 hasil destilasi dan air suling laboratorium.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengumpulan Sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain, sampel yang digunakan adalah hewan
teripang segar yang berasal dari perairan Sabang, Aceh.
3.3.2 Identifikasi Hewan
Identifikasi hewan teripang dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi Puslit Oseanografi Lipi, Jakarta. Hasil identifikasi hewan dapat dilihat
pada lampiran 1 halaman 38. 3.3.3 Pengolahan Sampel
Sampel yang digunakan adalah hewan teripang segar, dimana banyaknya sampel yang diperiksa adalah satu ekor teripang segar dengan berat 1,2 kg.
Cara pengolahan: 1.
Pencucian Hewan teripang dibersihkan dari kotoran dengan cara mencucinya
dibawah air mengalir hingga bersih, ditiriskan kemudian ditimbang beratnya. Beratnya adalah 1,2 kg.
2. Pengeluaran isi perut
Isi perut dan air dalam tubuh hewan teripang segar dikeluarkan dengan cara memijat-mijat hingga isi perut dan air dapat keluar melalui anus
dan tubuh teripang menjadi gepeng. Ditiriskan lalu ditimbang, diperoleh berat 1,18 kg. Kemudian dipotong-potong dengan ukuran ±
5x5 cm, dan dikeringkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengeringan
Setelah isi perut dikeluarkan, kemudian teripang dikeringkan di dalam lemari pengering selama 2 minggu sampai kadar air yang ada dalam
tubuh teripang berkurang.Teripang yang sudah kering disebut simplisia hewan. Simplisia lalu diperkecil potongannya dan ditimbang,
diperoleh berat 48 g. Sebelum digunakan disimpan dalam wadah plastik kedap udara dan terlindung dari cahaya.
3.4 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
3.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik hewan teripang segar, makroskopik simplisia dan penetapan kadar air.
3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap hewan teripang segar dan simplisia dengan cara mengamati warna, bentuk, bau dan ukuran hewan teripang
segar dan simplisia. Gambar teripang segar dan simplisia dapat dilihat pada
lampiran 2 dan 3 halaman 39 dan 40.
3.5.2 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi Destilasi Toluen. Alat-alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung
penyambung, tabung penerima 5ml.
Universitas Sumatera Utara
a Penjenuhan toluen
Sebanayak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan kedalam labu
alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,01 ml.
b Penetapan kadar air simplisia
Cara kerja : Kedalam labu yang berisi toluen jenuh di atas dimasukkan 5 g simplisia
yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian
air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian bagian dalam pendingin dibilas dengan
toluen, destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca
volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang di dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung
dalam persen Depkes, 1979 .
Hasil dapat dilihat dalam pembahasan halaman 32.
3.6 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.6.1 Larutan Asam Klorida 2 N
Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling hingga 100 ml Depkes, 1979.
3.6.2 Larutan Kalium Fosfat Monobasa 0,2 M
Sebanyak 2,72 g kalium fosfat monobasa dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml Depkes, 1979.
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Larutan Natrium Hidroksida 0,2 N
Sebanyak 800 mg natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml Depkes, 1979.
3.6.4 Larutan Dapar Fosfat pH 7,4
Sebanyak 50 ml kalium fosfat monobasa 0,2 M dicampurkan dengan 39,1 ml natrium hidroksida 0,2 N, lalu diencerkan dengan air suling hingga 200 ml
Depkes, 1979.
3.6.5 Larutan Liebermann-Burchard LB
Diambil 20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Larutan penyemprot sebanyak 5 ml asam asetat anhidrat dengan 5 ml asam sulfat
pekat, kemudian campuran dimasukkan kedalam 50 ml etanol 95. Pengerjaan dilakukan dalam kondisis dingin dan pereaksi dibuat baru Depkes RI, 1995.
3.7 Pemeriksaan Senyawa Saponin 3.7.1 Uji Busa
Sebanyak 0,5 g simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 cm sampai 10 cm dan
dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang Depkes RI, 1995.
3.7.2 Uji Hemolisis Darah
Sebanyak 0,5 g simplisia dicampur dengan 50 ml larutan dapar fosfat pH 7,4, dipanaskan sebentar, kira-kira pada suhu 100
C selama 10 menit, didinginkan lalu disaring. Kemudian 1 ml filtrat dicampur dengan 1 ml suspensi darah dan
Universitas Sumatera Utara
didiamkan selama 30 menit. Terjadinya hemolisis total menunjukkan adanya saponin yang ditandai dengan terbentuknya lapisan bening di bagian tengah
larutan Ditjen POM, 1995.
3.7.3 Uji Warna dengan Pereaksi Liebermann-Burchard LB
Sebanyak 0,5 g simplisia ditambahkan 10 ml etanol, kemudian dimasukkan asam klorida 2 N, selanjutnya larutan direfluks selama 10 menit dan
disaring dalam keadaan panas. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling, setelah dingin ditambahkan 10 ml n-heksan, dikocok hati-hati dan dibiarkan memisah.
Lapisan n-heksan diambil dan diuapkan pada cawan penguap. Pada sisa ditetesi 20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi LB. Hasil
positif adanya saponin bila memberikan warna hijau, biru, merah, merah muda atau ungu Farnsworth, 1966.
3.8 Pembuatan Ekstrak
Cara kerja : Sebanyak 40 g teripang kering yang telah dipotong - potong kecil, dimasukkan
ke dalam wadah gelas, lalu sebanyak 400 ml etanol 95 dituang ke dalam wadah gelas maserator, sesekali diaduk-aduk selama 6 jam, ditutup dan didiamkan
selama 24 jam. Setelah 24 jam, disaring, filtrat ditampung kemudian perlakuan yang sama diulangi kembali sampai tiga kali perlakuan. Filtrat yang sudah
ditampung digabung dijadikan satu. Hasil terakhir di evaporasi dengan menggunakan rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak kental Badan POM,
2004 .
Bagan pembuatan ekstrak dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 41.
Universitas Sumatera Utara
3.9 Analisis ekstrak etanol dengan cara KLT
Terhadap ekstrak etanol teripang dilakukan analisis dengan KLT menggunakan fase diam: plat pra lapis silika gel GF
254
, fase gerak: n-heksan – etil asetat dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50 dengan
penampak bercak pereaksi LB. Cara kerja:
Ekstrak etanol teripang ditotolkan pada plat pra lapis silika gel GF
254
, setelah kering plat dimasukkan ke dalam masing-masing bejana yang telah jenuh
dengan uap pengembang, kemudian dikembangkan sampai jarak 1 cm dari tepi atas plat. Plat dikeluarkan, dikeringkan kemudian disemprot dengan pereaksi LB.
Lalu plat dipanaskan pada suhu 110 C selama 10 menit Gritter, 1991.
Perubahan warna yang terjadi diamati dan harga Rf dihitung. Kromatogram
hasil KLT dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 43. 3.10 Isolasi senyawa sapogenin dari ekstrak etanol
Cara kerja: Sebanyak 10 g ekstrak etanol teripang ditambahkan asam klorida 2 N.
Kemudian ekstrak dihidrolisis dengan cara merefluksnya selama ± 6 jam, selanjutnya filtrat diekstraksi dengan kloroform sebanyak 3 kali. Aglikon
sapogenin berada dalam lapisan kloroform. Ekstrak kloroform hasil hidrolisis digabung dan dipekatkan Harbone, 1987. Bagan isolasi senyawa sapogenin
dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 41 3.11 Analisis ekstrak kloroform dengan cara KLT
Terhadap ekstrak kloroform teripang dilakukan analisis dengan KLT menggunakan fase diam: plat pra lapis silika gel GF
254,
fase gerak: kloroform -
Universitas Sumatera Utara
toluen dengan perbadingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50 dan fase gerak n-heksan – etil asetat dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30,
60:40, 50:50 dengan penampak bercak pereaksi LB. Cara kerja:
Ekstrak kloroform teripang ditotolkan pada plat pra lapis silika gel GF
254
, setelah kering plat dimasukkan ke dalam masing-masing bejana yang telah jenuh
dengan uap pengembang, kemudian dikembangkan sampai jarak 1 cm dari tepi atas plat. Plat dikeluarkan, dikeringkan kemudian disemprot dengan pereaksi LB.
Lalu plat dipanaskan pada suhu 110 C selama 10 menit Gritter, 1991.
Perubahan warna yang terjadi diamati dan harga Rf dihitung. Kromatogram
hasil KLT dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 halaman 44 dan 45. 3.12 Pemisahan Senyawa Sapogenin teripang dengan KLT preparatif
Terhadap ekstrak kloroform dilakukan pemisahan dengan KLT preparatif
menggunakan fase diam: silika gel GF
254,
fase gerak: kloroform - toluen 70:30 dan penampak bercak pereaksi LB.
Cara Kerja: Ekstrak kloroform teripang ditotolkan berupa pita pada plat KLT
berukuran 20 x 20 cm, setelah kering, plat dimasukkan ke dalam bejana yang telah jenuh dengan uap pengembang. Kemudian dikembangkan sampai jarak 1 cm dari
tepi atas plat, plat dikeluarkan dan dikeringkan. Pada sisi kiri dan kanan plat disemprot dengan pereaksi LB dan dipanaskan dengan bantuan hair-dryer hingga
diperoleh bercak yang jelas. Bagian plat silika yang sejajar dengan bercak yang memberikan reaksi positif dengan pereaksi LB dikerok kemudian dilarutkan
dengan pelarut metanol Hostettmann, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Filtrat disaring, diuapkan pelarut metanolnya kemudian disimpan ke dalam
lemari pendingin. Kromatogram hasil KLT preparatif dapat dilihat pada lampiran 9
halaman 46.
3.13 Analisis senyawa hasil isolasi dengan KLT