PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, BUMN dan BUMD

Sebagai contoh, misalnya PT A yang bergerak di bidang produksi makanan dalam tahun 2001 membayar angsuran bulanan sebesar Rp. 45.000.000, dalam bulan juli 2001 pabrik milik PT A terbakar, oleh karena itu berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal pajak mulai bulan agustus 2001 angsuran PT A dapat disesuaikan menjadi lebih kecil dari Rp 45.000.000 sebaliknya apabila PT A mengalami peningkatan usaha, misalnya dikarenakan adanya peningkatan penjualan dan diperkirakan penghasilan kena pajaknya akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka kewajiban angsuran bulanan PT A dapat disesuaikan oleh Direktorat JENDERAL pajak.

5. PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, BUMN dan BUMD

Sesuai dengan Pasal 25 ayat 1 undang-undang nomor 17 Tahun 2000, penghitungan PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak, bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, BUMN dan BUMD ditetapkan oleh Menteri Keuangan. a. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak baru. Wajib Pajak baru adalah Wajib Pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebasnya dalam tahun pajak berjalan. Bagi Wajib Pajak baru yang mulai menjalankan atau melakukan kegiatannya dalam tahun pajak berjalan, perlu diatur mengenai besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan karena Wajib Pajak baru belum memasukkan Surat Pemberitahuan pajak penghasilan. 32 Penentuan besarnya angsuran pajak didasarkan pada kenyataan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. Besarnya angsuran pajak panghasilan dalam tahun pajak berjalan untuk setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak baru dihitung berdasarkan jumlah pajak yang diperoleh dari penetapan tarif 10 atas penghasilan neto sebulan yang diserahkan, lalu dibagi 12. Besarnya PPh Pasal 25 dihitung untuk setiap bulan dalam tahun pajak yang bersangkutan. b. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi. Besarnya angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan untuk setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan atau sewa guna usaha dengan hak opsi adalah jumlah pajak penghasilan terutang berdasarkan laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dibagi 12. Contoh perhitungan, Bank X berdiri dan terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kramat Jati sejak tanggal 1 April 2001, dalam perkiran laporan keuangan triwulan April-Juni 2001 menunjukan penghasilan neto sebesar Rp. 80.000.000. besarnya PPh Pasal 25 masing-masing untuk bulan April, Mei, dan Juni 2001 sebagai berikut : 1 Perkiraan penghasilan neto triwulan yang disetahunkan 3 x Rp. 80.000.000 = Rp. 240.000.000 33 2 PPh terutang berdasarkan tarif Pasal 17 UU PPh 10 x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000 15 x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000 30 x Rp. 140.000.000 = Rp. 42.000.000 + Rp. 54.000.000 3 Besarnya PPh Pasal 25 masing-masing bulan April, Mei, dan Juni 2001 = Rp. 4.541.666 Rp. 54.500.000 : 12. c. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak BUMN dan BUMD. 1 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi BUMN dan BUMD selain Bank dengan nama dan bentuk apapun, adalah jumlah pajak penghasilan kena pajak berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RKAP tahun pajak yang bersangkutan telah disahkan, dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak sebagai dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 23 serta pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri sebagai dimaksud dalam Pasal 24 tahun pajak. 2 Dalam hal RKAP belum disahkan maka besarnya angsuran pajak penghasilan Pasal 25 adalah sama dengan angsuran pajak penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya. Setiap RKAP disahkan maka besarnya PPh Pasal 25 dihitung dengan cara sebagaimana dimaksud pada butir 1, mulai awal tahun pajak yang bersangkutan. 34 3 Apabila dalam tahun pajak yang bersangkutan terdapat sisa kerugian yang dapat dikompensasikan, maka dasar penghitungan pajak penghasilan Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan kena pajak yang dihitung dari penghasilan neto menurut RKAP setelah dikurangi dengan jumlah sisa kerugian yang belum dikompensasikan tersebut. 4 Dalam hal Wajib Pajak BUMN dan BUMD tersebut adalah Wajib Pajak baru, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 tidak dapat dihitung sebagaimana halnya Wajib Pajak baru, tetapi dihitung berdasarkan RKAP sebagaimana dimaksud pada butir 1. 5 Dalam hal Wajib Pajak BUMN dan BUMD tersebut adalah Bank atau Wajib Pajak sewa guna usaha dengan hak opsi, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan laporan triwulan sebagaimana berlaku untuk Wajib Pajak Bank atau sewa guna usaha dengan hak opsi.

C. Sistem Self Assessment dalam Perpajakan di Indonesia.

Dokumen yang terkait

Beberapa Kendala Dalam Pemungutan Dan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota)

2 85 64

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Sistem Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011

2 67 78

Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Medan Petisah

19 91 96

Sistem Pemotongan dan Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji PNS Pada KPP Pratama Medan Polonia

4 86 87

Pengaruh Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

3 82 72

PENGARUH JUMLAH WAJIB PAJAK, KEPATUHAN WAJIB PAJAK, DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPH PASAL 25 BADAN PADA KPP PRATAMA MALANG SELATAN TAHUN 2011- 2013

1 29 21

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PPH 25 WAJIB PAJAK BADAN (Studi Pada KPP Pratama BUkittinggi).

1 2 6

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPH PASAL 25/29 WAJIB PAJAK BADAN PADA KPP PRATAMA DENPASAR TIMUR.

0 0 24

PENGARUH PENERAPAN SISTEM SELF ASSESSMENT TERHADAP OPTIMALISASI PENERIMAAN PPH PASAL 25 WAJIB PAJAK BADAN PADA KPP PRATAMA MANADO | Misman | JURNAL BERKALA ILMIAH EFISIENSI 14189 28333 1 SM

0 1 13