57 dengan menyebarkan kuisioner yang telah diisi oleh 30 responden Wajib
Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati.
2. Dari data yang menjadi objek penelitian sampel dengan menyebar
kuesioner tersebut, maka dibagi menjadi dua jenis data, yaitu: a. Penerapan sistem self assessment, berdasarkan pertanyaan di kuesioner
yaitu tentang penyampaian SPT, pengisian SPT, dan pelaporan SPTketepatan waktu melaporkan SPT mewakili dari Wajib Pajak yang
melaporkan Surat Pemberitahuan SPT dan yang tidak melaporkan Surat Pemberitahuan SPT.
b. Optimalisasi penerimaan pajak, berdasarkan atas pertanyaan di
kuesioner yaitu tentang membayarmenyetor PPh Pasal 25 dan ketepatan waktu dalam membayarmenyetor PPh Pasal 25 Badan serta
apakah Wajib Pajak pernah mendapatkan surat teguran pajak mewakili dari Wajib Pajak yang menyetorkan pembayaran PPh Pasal 25 dan yang
tidak menyetorkan pembayaran PPh Pasal 25.
1. Penerapan Sistem Self Assessment
Dalam mengetahui
tentang adanya pelaksanaan sistem self
assessment di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati, dapat
diketahui dari Wajib Pajak yang menyampaikan SPT dan yang tidak menyampaikan SPT. Dari penerapan sistem tersebut Wajib Pajak yang
58 menyampaikan SPT dan yang tidak menyampaikan SPT mempunyai nilai
skor sebagai berikut: Tabel 4.3
Nilai Skor Penerapan Sistem Self Assessment Sistem Self Assessment
Skor Nilai
Wajib Pajak menyampaikan SPT 2
Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT 1
Berdasarkan nilai skor penerapan sistem self assessment pada tabel 4.3 maka hasil dari Penerapan sistem self assessment adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Skor Hasil Penerapan Sistem Self Assessment.
Wajib Pajak
Tahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Jumlah
A. 1 1 1 1 1 5 B. 2 2 2 2 2 10
C. 1 1 1 1 2 6 D. 1 1 1 1 1 5
E. 2 2 2 2 2 10 F. 1 2 2 2 2 9
G. 2 2 2 2 2 10 H. 1 1 1 1 1 5
I. 1 1 1 1 1 5
59 J. 2 2 2 2 2 10
K. 1 2 2 2 2 9 L. 2 2 2 2 2 10
M. 1 1 1 2 1 6 N. 2 2 2 2 2 10
O. 1 1 2 1 1 6 P. 1 2 2 2 2 9
Q. 1 2 2 2 2 9 R. 1 1 1 1 1 5
S. 1 2 2 2 2 9 T. 1 1 2 2 2 8
U. 1 1 1 1 1 5 V. 1 2 2 2 2 9
W. 1 1 1 1 1 5 X. 1 1 1 1 1 5
Y. 1 1 1 1 2 6 Z. 1 2 2 2 2 9
AA. 1 1 1 1 1 5
AB. 2 1 2 2 2 9
AC. 1 1 1 1 1 5
AD. 2 2 2 2 2 10
Sumber: Data yang diolah penulis dari KPP Pratama Jakarta Kramat Jati.
60 Berdasarkan perhitungan data pada tabel 4.4 penerapan sistem self
assessment tersebut sebagai variabel X memperlihatkan skor nilai
observasi tertingi sebesar 10 dan skor nilai terendah sebesar 5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Penerapan Sistem Self Assessment.
Penerapan sistem self Assessment Frekuensi
5 10 6 4
8 1 9 8
10 7
Jumlah 30
Sumber: Hasil Olahan Data Setelah itu, kemudian dibentuk 2 klasifikasi sistem self assessment
aktif dan pasif. a. Skor nilai 5-7, dikategorikan penerapan sistem self assessment pasif
b. Skor nilai 8-10, dikategorikan penerapan sistem self assessment aktif. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 Wajib Pajak Badan yang
dijadikan sampel tersebut, didapat 16 Wajib Pajak Badan, yang berarti 53,3 dikategorikan menerapkan sistem self assessment secara aktif dan
juga berarti Wajib Pajak Badan tersebut menyampaikan atau melaporkan
61 SPT ke KPP Pratama Jakarta kramat jati secara aktif. Kemudian 14 Wajib
Pajak Badan, yang berarti 46,7 lainnya menerapkan sistem self assessment
secara pasif. Ini berarti Wajib Pajak Badan tersebut tidak menyampaikan atau melaporkan SPT ke KPP Pratama Jakarta Kramat Jati.
Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Daftar Jumlah Sampel Untuk Penerapan Sistem Self Assessment.
No Kategori Jumlah Sampel
Prosentase
1 Aktif 16
53.3 2 Pasif
14 46.7
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olahan Data
2. Optimalisasi Penerimaan Pajak