Mortalitas M. plana di laboratorium

karamel atau coklat tua, tubuh serangga menjadi lunak dan apabila dibedah jaringan tubuh menjadi cair tetapi tidak berbau busuk. Penetrasi nematoda diawali dengan penemuan inang yang sesuai. Pada saat mendapatkan inang yang sesuai nematoda akan memasuki saluran pencernaan dari larva serangga kemudian melakukan penetrasi kedalam hemosel inang Brown dkk, 2006. Nematoda juga dapat masuk melalui lubang-lubang alami seperti spirakel, mulut, anus dan kutikula Shapiro dan Lewis, 1999. Nematoda juga dapat masuk ke dalam hemosel dengan melakukan penetrasi langsung melalui kutikula larva serangga. Tanada dan Kaya 1993 mengemukakan pada saat nematoda masuk ke dalam hemosel, nematoda melepaskan bakteri ke dalam hemolimfa. Secara bersama-sama nematoda dan bakteri simbionnya secara cepat membunuh larva serangga Gaugler, 2001; Poinar, 1983. Selanjutnya Boemare dkk. 1996 mengemukakan bahwa bakteri simbion pada nematoda menghasilkan enzim dan toksin yang menyebabkan kematian pada serangga.

2. Mortalitas M. plana di laboratorium

Perlakuan aplikasi Steinernema sp. di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan kerapatan nematoda yang mampu mematikan larva M. plana 100 dalam waktu 2 hari setelah aplikasi HSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas larva M. plana yang mencapai 100 dalam waktu 2 hari dijumpai pada kerapatan nematoda 180 dan 270 ji. Data pengamatan mortalitas M. plana dan hasil analisis ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 1-3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi nematoda Steinernema berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva M. plana pada semua pengamatan. Data pengamatan 24 Universitas Sumatera Utara mortalitas larva M. plana setelah aplikasi Steinernema sp. dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Mortalitas larva M. plana setelah aplikasi Steinernema sp. pada kerapatan 0, 90, 180 dan 270 ji. Perlakuan tase mortalitas HSA 1 2 3 ……........ N0M1 0 ji instar 1 0,0 0,71 d 0,0 0,71 d 0,0 0,71 d N0M2 0 ji instar 2 0,0 0,71d 0,0 0,71d 0,0 0,71d N0M3 0 ji instar 3 0,0 0,71d 0,0 0,71d 0,0 0,71d N1M1 90 ji instar 1 67,5 8,23b 92.5 9,62a 100 10,02a N1M2 90 ji instar 2 62,5 7,92bc 92.5 9,62a 100 10,02a N1M3 90 ji instar 3 60,0 7,77c 90,0 9,46a 100 10,02a N2M1 180 ji instar 1 100 10,02a 100 10,02a 100 10,02a N2M2 180 ji instar 2 100 10,02a 100 10,02a 100 10,02a N2M3 180 ji instar 3 100 10,02a 100 10,02a 100 10,02a N3M1 270 ji instar 1 100 10,02a 100 10,02a 100 10,02a N3M2 270 ji instar 2 100 10,02a 100 10,02a 100 10,02a N3M3 270 ji instar 3 100 10,02a 100 10,02a 100 10,02a Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata terkecil BNT pada α=5. Angka yang di dalam kurung adalah hasil transformasi x + 0,5 Tabel 1 menggunakan data transformasi karena data mempunyai angka antara 0 dan 100. Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara perlakuan kontrol, 90 ji dan dengan yang diaplikasikan Steinernema pada perlakuan 180 dan 270 ji. Pada pengamatan 1 HSA terlihat perbedaan antara perlakuan 90 ji dengan perlakuan 180 ji dan 270 ji. Pada perlakuan 90 ji mortalitas larva yang tertinggi baru mencapai 67,5 sedangkan pada perlakuan 180 ji dan 270 ji telah mencapai 100. Pada pengamatan 2 HSA juga masih terlihat perbedaan antara perlakuan 90 ji dengan perlakuan 180 ji dan 270 ji walaupun perbedaan tersebut tidak nyata secara statistik. Pada perlakuan 90 ji mortalitas ½ 25 Universitas Sumatera Utara larva yang tertinggi baru mencapai 92,5 sedangkan pada perlakuan 180 ji dan 270 ji telah mencapai 100. Pada pengamatan 3 HSA persentase mortalitas telah mencapai 100 pada semua perlakuan aplikasi nematoda sedangkan perlakuan kontrol masih belum menunjukkan adanya kematian. Hasil ini menunjukkan bahwa kematian larva akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya kerapatan dari nematoda Steinernema sp sehingga nematoda secara cepat membunuh larva tersebut. Kematian 100 dalam 2 hari dijumpai pada kerapatan mulai dari 180 ji, hasil inilah yang dijadikan dasar dalam menentukan kerapatan yang dipakai untuk aplikasi di lapangan.

3. Mortalitas M. plana di lapangan

Dokumen yang terkait

Seleksi Beberapa Tanaman Inang Parasitoid Dan Predator Untuk Pengendalian Hayati Ulat Kantong (Metisa Plana) Di Perkebunan Kelapa Sawit

10 107 115

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 10 59

UJI TOKSISITAS NEMATODA Steinernema sp. (ISOLAT TULUNGAGUNG) PADA HAMA TANAMAN SAWI (Brassica juncea) DI LABORATORIUM.

0 0 6

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 15

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 2

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 5

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 18

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

1 1 5

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 32

Uji Efektifitas Nematoda Steinernema sp. Isolat Lokal Untuk Mengendalikan Ulat kantong (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 14