Gambar 2. Udang vannamei L.vannamei
2.4 Pengembangan lokasi budidaya tambak di pesisir
Upaya pembukaan lahan budidaya tambak beserta pengembangannya seharusnya memperhatikan peraturan seperti tertuang dalam UU no. 51990 Bab
I Pasal 5 yaitu : a. perlindungan sistem penyangga kehidupan
b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pertimbangan bagi lahan pesisir untuk usaha pertambakan ditentukan oleh
kualitas dan karakteristik tanah kolam, kualitas dan kuantitas sumber air asin dan tawar, kemudahan pengisian dan pembuangan air khususnya dengan
memanfaatkan pasang surut, topografi, kondisi klimatologi daerah pesisir dan hulu Pillay dan Kutty 2005.
Wilayah Pantai Utara Jawa adalah contoh pesisir yang telah mengalami tingkat pemanfaatan lahan untuk budidaya air payau sebesar lebih dari 90,
namun kerusakan ekosistem mangrove yang parah telah menyebabkan kegagalan dalam pengembangannya. Kegagalan budidaya udang cukup tinggi
karena kegiatan tersebut tidak mempertimbangkan daya dukung tambak dan hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Pola budidaya tambak udang
yang berorientasi pada optimalisasi produksi menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kegagalan akibat terjangkit virus dan penyakit atau kualitas
udangnya terus menurun Nurdjana 2005.
2.5 Kesesuaian lokasi usaha tambak Kesesuaian lahan land suitability merupakan kecocokan adaptability suatu
lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai kelas lahan serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya,
sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya Hardjowigeno 2001. Kapetsky dan Travaglia
1995 menekankan bahwa investor yang tertarik dalam bidang pengembangan budidaya juga membutuhkan informasi spasial khususnya pada saat pemilihan
lokasi dari beberapa alternatif pilihan lokasi yang memiliki perbedaan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi. Penilaian kesesuaian lahan merupakan
suatu penilaian secara sistematik dari lahan dan menggolongkannya ke dalam kategori berdasarkan persamaan sifat atau kualitas lahan yang mempengaruhi
kesesuaian lahan bagi suatu usaha tertentu Bakosurtanal 1996. Menurut Rossiter 1996, evaluasi kesesuaian lahan sangat penting dilakukan
karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi dan geografi yang bervariasi atau dengan kata lain lahan diciptakan tidak sama. Adanya variasi sifat tersebut
dapat mempengaruhi penggunaan lahan yang sesuai, diantaranya untuk budidaya tambak.
Lokasi budidaya tambak di pesisir harus memperhatikan keberadaan dan kelestarian mangrove, karena kawasan mangrove memiliki peranan yang sangat
penting, maka diperlukan pengelolaan yang pada dasarnya memberikan legitimasi agar dapat tetap lestari. Penetapan jalur hijau mangrove sebagai
pelindung daerah pesisir dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri