I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Usaha budidaya udang di Indonesia diawali dengan budidaya udang windu
Penaeus monodon dan udang putih Penaeus merguiensis. Introduksi udang vannamei dilakukan pertama kali pada tahun 2001. Introduksi udang vannamei
dilakukan dengan maksud membangkitkan kembali usaha pertambakan udang karena budidaya udang windu masih banyak menemui kendala. Udang vannamei
dipilih sebagai komoditi budidaya salah satunya adalah karena sifat Spesific Patogen Free SPF. Hasil produksi budidaya udang vannamei menurut data
statistik perikanan tahun 2009 dalam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2009 mencapai 170.969 ton dan merupakan jenis udang dengan tingkat
produksi tertinggi dibandingkan dengan jenis udang lainnya. Usaha budidaya tambak tersebar hampir diseluruh daerah pesisir dengan
tingkat pemanfaatan yang berbeda. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan 2005, tingkat pemanfaatan lahan di Jawa Barat untuk budidaya air
payau mencapai taraf 91,11. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2009 hingga tahun 2009 tingkat pemanfaatan lahan untuk tambak di Indonesia
mencapai 606.680 ha atau 57,91 dari seluruh lahan budidaya. Budidaya tambak memiliki komponen keruangan serta perbedaan
karakteristik biofisik dan sosial ekonomi dari setiap lokasi. Banyak usaha budidaya tambak intensif belum memanfaatkan kelebihan sistem informasi
geografis dalam melakukan pemilihan lokasi dan pengelolaan budidaya, dimana hal tersebut penting dilakukan untuk menghindari kegagalan usaha. Kebutuhan
informasi spasial bagi pengambil keputusan untuk mengevaluasi karakteristik biofisik dan sosial ekonomi sebagai bagian dari perencanaan pengelolaan
budidaya, dilayani dengan baik oleh Sistem Informasi Geografis Kapetsky dan
Travaglia 1995. Kelebihan SIG sebagai sistem informasi berbasis keruangan pun dapat digunakan sebagai dasar dalam membangun sistem informasi
pengelolaan budidaya. Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak udang dapat memudahkan proses manajemen dan evaluasi budidaya untuk
pengambilan keputusan. 1.2
Perumusan masalah
Keberadaan usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita PT.IYP di pesisir kecamatan Patrol, menimbulkan pertanyaan mengenai kesesuaian
lahan dan proses pengelolaan data kegiatan budidaya dalam usaha tambak yang masih berproduksi. Hal tersebut didasarkan pada kondisi tambak di Pantai Utara
Jawa yang sebagian besar telah mengalami kegagalan dan menyebabkan kerusakan lingkungan, khususnya di pesisir Indramayu yang terkena abrasi
Bapeda Indramayu 2007. Evaluasi kesesuaian lahan terhadap tambak yang masih berproduksi berkaitan dengan pernyataan Pillay dan Kutty 2005 yakni
untuk keberhasilan usaha budidaya, maka pemilihan lokasi menjadi suatu kepentingan yang mendasar. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pengaruh
kesesuaian lokasi terhadap keberhasilan produksi yang telah dicapai. Proses evaluasi dilakukan dengan memanfaatkan kelebihan Sistem Informasi Geografis
SIG. Sistem Informasi Geografis telah banyak digunakan dalam proses pemilihan lokasi budidaya tambak Salam dan Ross 2000; Nath et al. 2000;
Salam et al. 2003. Fungsi SIG adalah sebagai uji dasar dalam mempelajari lingkungan dan memungkinkan manajer menguji konsekuensi dari berbagai
langkah sebelum terjadi kesalahan pengambilan keputusan Kapetsky dan Travaglia 1995. Pengetahuan yang kurang memadai tentang area potensial
sering menjadi hambatan pembangunan akuakultur yang rasional dan berjangka waktu panjang Aguilar-Manjarrez dan Ross 1993.
Manajemen budidaya mencakup semua aspek teknis, seperti penggunaan air dan kualitasnya, komoditi budidaya, proses produksi, hingga identifikasi dan
pemecahan masalah produksi. Penanganan data budidaya secara konvensional menyebabkan proses evaluasi data membutuhkan waktu lama. Hal tersebut
tentunya cukup menghambat, mengingat evaluasi bukanlah hal utama yang sangat diperlukan, namun merupakan suatu langkah sehat yang sangat
membantu dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas Meade 1989. Proses evaluasi terhadap kegiatan budidaya akan dipermudah dengan adanya
suatu sistem informasi. Sistem informasi berperan sebagai pengaman data dari setiap kolam tambak, dan sebagai alat pemroses data budidaya menjadi suatu
informasi yang mendukung proses pengambilan keputusan. Penggunaan SIG untuk mengevaluasi kembali suatu lokasi budidaya tambak,
sekaligus sebagai acuan dalam pengelolaan data budidaya belum banyak dilakukan, sehingga perlu dicoba untuk diterapkan pada tambak yang masih
berproduksi. Selama menjalankan proses produksi, PT. IYP belum memiliki informasi mengenai kesesuaian lahan untuk lokasi tambaknya, selain itu, metode
pengelolaan data budidaya pun masih dilakukan secara manual. Perumusan masalah dituangkan dalam diagram alir pada Gambar 1.
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: -
Mengevaluasi kesesuaian lokasi budidaya tambak udang PT. IYP -
Mengembangkan sistem pengelolaan data budidaya tambak PT. IYP -
Menggunakan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dan keberhasilan operasional budidaya tambak PT. IYP
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh adalah : -
Informasi kesesuaian lokasi budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita -
Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai tool dalam manajemen, evaluasi, serta early warning
system usaha budidaya tambak.
Gambar 1. Diagram alir perumusan masalah Hubungan kesesuaian
lokasi terhadap hasil produksi sebagai
ukuran keberhasilan operasional
Tambak PT. IYP
Hasil evaluasi kesesuaian
lahan? Manajemen data
budidaya dilakukan secara konvensional
Sesuai Tidak
sesuai
Output dapat digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan operasional tambak
Kendala dalam proses evaluasi kegiatan
budidaya Pengelolaan data budidaya
dalam bentuk sistem informasi
II. TINJAUAN PUSTAKA