SIG dalam akuakultur Meaden dan Kapetsky 1991 menjelaskan tentang penggunaan SIG

2.10.2 Format data SIG

Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem SIG yakni sistem vektor dan raster. Kedua sistem ini membedakan bagaimana data spasial direpresentasikan dan disimpan yaitu data raster atau data vector Nath et al. 2000. Dalam sistem vektor dan raster, digunakan „sistem koordinat geografis’ untuk menampilkan ulang suatu bentuk ruang Aronoff 1991. Pembedaan jenis data SIG dituangkan dalam Gambar 8. Gambar 8. Tipe data Sistem Informasi Geografis Nath et al. 2000 memaparkan bahwa data spasial dengan format vektor didefinisikan dan direpresentasikan sebagai “titik”, “garis”, dan “poligon”. Lokasi pompa di tambak direpresentasikan sebagai titik, sungai atau jalan sebagai garis, sedangkan poligon umum digunakan untuk menggambarkan area seperti ladang. Pada data raster, ruang direpresentasikan oleh grid yang seragam, dimana setiap sel memiliki deskriptor unik berdasarkan sistem koordinat Gambar 8.

2.11 SIG dalam akuakultur Meaden dan Kapetsky 1991 menjelaskan tentang penggunaan SIG

dibidang perikanan antara lain: 1 Perencanaan zonasi sumberdaya air; 2 Data SIG Data Non Spasial Data Atribut Data Spasial Data Vektor Data Raster GIS Pemetaan zonasi spesies biota air; 3 Pengaruh lingkungan terhadap produksi ikan secara intensif; 4 Identifikasi daerah dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan menyebar. SIG dapat digunakan untuk memprediksi atribut dari suatu lokasi khusus dan atau untuk menempatkan semua lokasi dengan atribut tertentu. Penggunaan SIG sebagai teknik untuk analisis sumberdaya dan pemilihan lokasi berperan penting dalam pengembangan budidaya Aguilar- Manjarrez dan Ross 1993. SIG telah banyak diterapkan untuk sektor budidaya skala regional atau nasional Kapetsky et al. 1988; Meaden dan Kapetsky 1991; Nath et al. 2000. Sejumlah penelitian telah mengeksploitasi kapasitas pemodelan dari SIG, yaitu pembangunan model lokasi budidaya ikan di Red River Delta, Vietnam Tran dan Demaine 1996, pembangunan model lokasi budidaya udang di Meksiko Aguilar-Manjarrez 1996, manajemen akuakultur di pesisir Thailand Jarayabhand 1997, dan lokasi potensi budidaya udang dan ikan di Bangladesh Salam dan Ross 2000. Manajemen sumberdaya perairan suatu area yang belum terintegrasi dengan ekonomi pedesaan, dapat dibangun untuk memenuhi peningkatan permintaan terhadap protein ikan di suatu area. Dalam hal tersebut, pembentukan berdasarkan suatu pengambilan keputusan terstruktur dan skema perencanaan dapat dilayani dengan baik oleh SIG Salam et al. 2003.

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Oktober 2010. Lokasi penelitian berada di tambak udang vannamei milik PT. Indonusa Yudha Perwita PT. IYP, Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Peta kecamatan Patrol ditunjukkan dalam Gambar 9, dengan peta tata letak tambak PT. IYP ditunjukkan pada Gambar 10.

3.2 Alat dan data penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian, beserta spesifikasi, sumber dan fungsinya dijabarkan dalam Tabel 3. Seluruh data penelitian dicantumkan dalam Tabel 4.

3.3 Metode pengumpulan data

Data penelitian terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer diukur pada saat survey lapangan, mencakup data kualitas sumber air budidaya, kualitas air pesisir, posisi geografis serta dokumentasi kegiatan budidaya, kondisi tambak dan pesisir. Data sekunder berupa data spasial yang digunakan dalam penyusunan kesesuaian lahan tambak, dan data budidaya tambak milik PT. IYP. Pengelompokkan data secara terperinci dituangkan dalam Tabel 4.