Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur

(1)

i

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI

USAHATANI TUMPANGSARI WORTEL DI DESA

SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR

HETI SEPTIANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Juli 2013

Heti Septiani H44080039


(3)

iii RINGKASAN

HETI SEPTIANI. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan, karena memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan perolehan devisa.

Pertanian di Indonesian terbagi dalam beberapa sub sektor diantaranya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sub sektor hortikultura terdiri atas tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan tanaman biofarmaka. Berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura Indonesia pada tahun 2007-2010, sayuran merupakan penyumbang PDB terbesar kedua setelah buah-buahan yaitu dengan nilai rata-rata sebesar Rp 28 885 Milyar. Salah satu jenis sayuran yang memiliki laju pertumbuhan yang paling besar yaitu wortel sebesar 5.05%, dimana menempati urutan kedua setelah bawang merah.

Produksi tanaman wortel di Indonesia dari tahun 2007-2010 cenderung mengalami peningkatan. Produksi wortel pada tahun 2010 yaitu mencapai 403 827 ton. Adapun Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 memiliki jumlah produksi wortel sebesar 113 576 kg atau setara dengan 28.12% dari total produksi di Indonesia. Produksi terbanyak dihasilkan dari Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 34 559 ton atau setara dengan 30.43% dari total produksi di Jawa Barat dan merupakan sentra produksi wortel.

Usahatani wortel di Desa Sukatani memiliki prospek yang cerah apabila dikelola secara baik dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara kepada petani budidaya wortel mudah dibudidayakan karena tidak terlalu membutuhkan perawatan yang intensif, serta benih yang ada di Desa Sukatani bisa dijual ke petani yang ada di Bandung dan Garut. Kontribusi tertinggi wortel di Kabupaten Cianjur diperoleh dari Kecamatan Pacet, namun produktivitasnya rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini karena diduga penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat produksi dan mengestimasi tingkat efisiensi ekonomi. Petani yang menjadi responden adalah gabungan kelompok tani Surya Kencana dengan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 65. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi Cobb Douglas dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis efisiensi ekonomi dilakukan dengan menggunakan pendekatan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM).

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadapa produksi usahatani tumpangsari wortel ini adalah benih, pupuk organik, dan pupuk urea, sedangkan tenaga kerja setara laki-laki dan pupuk phonska tidak berpengaruh nyata. Hasil ananlisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa pada usahatani ini belum mencapai efisiensi secara ekonomi. Hal ini ditunjukkan dari


(4)

iv rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) tidak sama dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. Berdasarkan hasil analisis pendapatan, usahatani tumpangsari wortel memberikan keuntungan secara ekonomi bagi petani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai pendapatan atas biaya tunai satu musim tanam sebesar Rp 10 747 174.00/Ha dan pendapatan atas biaya total satu musim tanam yaitu sebesar Rp 3 592 374.00/Ha.

Kata Kunci: Usahatani tumpangsari wortel, Cobb Douglas, efisiensi ekonomi, pendapatan.


(5)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI TUMPANGSARI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR THE ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF INTERCROPPING FARMING

OF CARROT IN SUKATANI VILLAGE, SUB-DISTRICT OF PACET, DISTRICT OF CIANJUR

Septiani, Heti 1), Sutara Hendrakusumaatmaja 2)

1) Mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan NRP: H44080039; Semester : 10

2) Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: Ir, M.Sc

ABSTRACT

The agricultural sector is one sector which is still reliable, because it has an important role for the economic development of a nation. Based on the value of 2007-2010 Indonesian horticulture Gross Domestic Product (GDP), vegetables are the second largest contributor to GDP after fruit with average value of Rp 28,885 billion. One type of vegetable that has the greatest growth rate is carrots, with growth rate 5.05%. Carrot production in Indonesia from 2007-2010 tended to increase. Largest carrot production is from Cianjur with the amount of 34 559 tones, equivalent to 30.43% of the total production in West Java and also become the center of production of carrots. The purpose of this study was to identify the factors that affect the level of production and estimate the production of economic efficiency. The model analysis used in this study was Cobb Douglas function model with Ordinary Least Square method (OLS). Economic efficiency analysis performed using the ratio approach Marginal Product Value (NPM) with Sacrifice Marginal Cost (BKM). The analysis showed that the factors which significantly affect the influence the farm production of intercropping of carrots were seeds, organic fertilizer and urea fertilizer. Results of economic efficiency analysis showed that farming had not reached economic efficiency yet. It was shown from the ratio of the Marginal Product Value (NPM) with sacrifices Marginal Cost (BKM) were not equal with one. Based on the income analysis, intercropping farming of carrots was providing economic benefits for farmers. This was indicated by the value of the cash cost of revenues over one growing season was Rp 10 747 174.00/Ha and revenues over one growing season total cost was Rp 3 592 374.00/Ha.

Keywords: farming, intercropping of carrots, Cobb Douglas, economic effeciency, income


(6)

v

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI

USAHATANI TUMPANGSARI WORTEL DI DESA

SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR

HETI SEPTIANI (H44080039)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(7)

vi Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di

Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Nama : Heti Septiani

NRP : H44080039

Menyetujui,

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen


(8)

vii UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Kedua orangtua tercinta Bapak Engkos Kosasih dan Ibu Mimin Sulasmini,

S.Pd atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan baik moral maupun spiritual yang telah diberikan selama ini, serta kepada adik tercinta Amaliah Febriani yang selalu memberi semangat dan perhatiannya kepada penulis. 2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan arahan, saran, motivasi serta memberikan waktu luang dalam penulisan skripsi ini.

3. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

4. Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas koreksi dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staff pengajar Departemen ESL yang selalu memberikan saran dan masukkan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Balai Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultural Pacet yang telah memberikan kemudahan


(9)

viii data untuk keperluan penulisan skripsi ini dan waktu luang atas diskusi yang diberikan.

7. Bapak Apip dan seluruh petani yang menjadi responden di Desa Sukatani atas waktu yang disediakan untuk wawancara dan memberikan informasi yang sangat berharga untuk penulisan skripsi ini, serta keluarga ibu Nunung yang memberikan tempat tinggal yang nyaman selama penelitian.

8. Ipan Supyandi yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis, dalam penulisan skripsi ini.

9. Rekan-rekan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, khususnya untuk sahabat-sahabat terbaik Anissa Saras Waty, Rani Sumarni, dan Dita Permatasari.

10. Rekan-rekan bimbingan skripsi yang telah membantu dalam suka maupun duka selama penyelesaian skripsi ini: Dinda Asyifa Devi, Rizki Kamelia, Yuliana Ermawan, Rizki Alya Y, Dea Amanda, Imam Mukti W, Fadli Diana, dan Hatifah Setiasih.

11. Teman-teman di Kost Pondok Harum Cibanteng: Ida, Novianti, Ade Yuliany, Puput, Winda, Hany, Thia, Syifa, Lisna, dan Fildzah.

12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Juli 2013


(10)

ix KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

Penelitian ini berisi mengenai apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi pada usahatani tumpangsari, serta bagaimana tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani tumpangsari. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Akan tetapi, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk penulis pribadi.

Bogor, Juli 2013

Heti Septiani H44080039


(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Profil Komoditas Sayuran ... 7

2.1.1. Wortel ... 7

2.1.2. Kailan ... 8

2.1.3. Caisin atau Sawi ... 9

2.1.4. Bawang Daun ... 9

2.2. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2.1. Penelitian Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Produksi ... 10

2.2.2. Penelitian Efisiensi Ekonomi ... 11

2.2.3. Penelitian Pendapatan Usahatani ... 11

2.3. Kebaruan Penelitian ... 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

3.1.1. Konsep Usahatan ... 13

3.1.2. Teori Fungsi Produksi ... 14

3.1.3. Konsep Elastisitas Produksi ... 16

3.1.4. Konsep Return to Scale ... 19

3.1.5. Konsep Efisiensi Ekonomi ... 19

3.1.6. Konsep Pendapatan Usahatani ... 21

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3. Metode Pengambilan Sampel ... 25

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 26

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi ... 26

4.4.2. Analisis Efisiensi Ekonomi ... 32


(12)

xi

4.4.4. Definisi Operasional ... 35

V. GAMBARAN UMUM ... 38

5.1. Gambaran Umum dan Geografis Desa Sukatani... 38

5.2. Karakteristik Petani Responden ... 39

5.2.1. Luas Lahan ... 39

5.2.2. Status Kepemilikan Lahan... 40

5.2.3. Umur Petani ... 41

5.2.4. Tingkat Pendidikan Petani... 41

5.2.5. Pengalaman Berusahatani ... 42

5.3. Gambaran Umum Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani ... 43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

6.1. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Produksi Tumpangsari Wortel ... 47

6.1.1. Analisis Penggunaan Faktor Produksi ... 47

6.1.2. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi ... 49

6.1.3. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produktsi Tumpangsari Wortel ... 53

6.1.4. Alat-Alat Pertanian ... 55

6.2. Hasil Pendugaan Efisiensi Ekonomi ... 57

6.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani ... 59

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 62

7.1. Simpulan... 62

7.2. Saran ... ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65


(13)

xii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010 (Milyar Rp)………... 2 2. Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia Tahun

2007-2010... 2 3. Luas Panen dan Produksi Wortel di Indonesia Pada Tahun

2010………... 3

4. Luas Panen dan Produksi Wortel di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010...……….……….. 4 5. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Wortel

di Kabupaten Cianjur Tahun 2011...………... 4 6. Luas Wilayah di Desa Sukatani Menurut Penggunaannya

Tahun 2009... 39 7. l Sebaran Petani Responden Berdasarakan Luas Lahan di Desa

Sukatani Tahun 2012…...………..………... 40 8. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Lahan di Desa Sukatani Tahun 2012……….………... 40 9. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa

Sukatani……….………...………... 41 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Desa Sukatani Tahun 2012………... 42 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman

Berusahatani di Desa Sukatani Tahun 2012…………... 43 12. Penerimaan Petani Berdasarkan Komoditas yang Ditanama di

Desa Sukatani Tahun 2012... 44 13. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi

Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012………... 51 14. Nilai P-value Statistik VIF pada Model Fungsi Produksi Cobb

Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012………... 52 15. Nilai P-value Statistik Skewnes dan Kurtosis pada Model

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……...


(14)

xiii 16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi

Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……... 53 17. Penyusutan Alat-alat Pertanian pada Usahatani di Desa

Sukatani Tahun 2012……... 56 18. Rasio Nilai Produksi Marjinal dengan Biaya Korbanan Marjinal

pada Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……... 57 19. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor Produksi Tumpangsari

Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……... 58 20. Pendapatan Rata-rata Per Hektar pada Usahatani Tumpangsari

Wortel dalam Satu Musim Tanam di Desa Sukatani Tahun 2012……... 60


(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Fungsi Produksi Klasik...………... 18


(16)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam umbi Wortel per 100 gram

Bahan Segar………. 66

2. Data Produksi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani

Tahun 20012…..…... 66 3. Hasil Estimasi Model Produksi Cobb Douglas Usahatani

Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012... 68 4. Uji Normalitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas

Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 ... 69 5. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi

Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 ..………..………... 69 6. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Produksi Tumpangsari Wortel di

Desa Sukatani Tahun 2012... 69 7. Penggunaan Input Optimal Produksi Tumpangsari Wortel di Desa

Sukatani Tahun 2012... 70 8. Dokumentasi Penelitian Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa

Sukatani Tahun 2012... 71


(17)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan, karena memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan perolehan devisa. Peranan sektor pertanian dapat dilihat secara lebih komperhensif antara lain, (a) sebagai penyediaan pangan masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional, (b) sektor pertanian menghasilkan bahan baku untuk peningkatan sektor industri dan jasa, (c) sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk substitusi impor, (d) sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, (e) transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, (f) sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor-sektor lain, dan (g) peran pertanian menyediakan jasa-jasa lingkunagan (Daryanto, 2009).

Pertanian di Indonesian terbagi dalam beberapa sub sektor diantaranya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sub sektor hortikultura terdiri atas tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan tanaman biofarmaka. Berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura Indonesia pada tahun 2007-2010, sayuran merupakan penyumbang PDB terbesar kedua setelah buah-buahan yaitu dengan nilai rata-rata sebesar Rp


(18)

2 28 885 Milyar. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan PDB hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010 (Milyar Rp)

No Komoitas Nilai PDB Hortikultura Rata-rata PDB 2007 2008 2009 2010

1 Buah 42 362 47 060 48 437 45 482 45 835 2 Sayur 25 587 28 205 30 506 31 244 28 885 3 Tanaman Hias 4 741 5 085 5 494 6 174 5 373 4 Biofarmaka 4 105 3 853 3 897 3 665 3 880

Total 76 795 84 202 88 334 85 958 83 822 Sumber: Dirjen Hortikultura (2012)

Berdasarkan Tabel 1, sayuran merupakan sumber pertumbuhan yang berpotensial untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi PDB sayuran dari tahun 2007-2010 yang selalu meningkat. Salah satu jenis sayuran yang memiliki laju pertumbuhan yang paling besar yaitu wortel sebesar 5.05 persen, dimana menempati urutan kedua setelah bawang merah. Produksi tanaman wortel dari tahun 2007-2010 cenderung mengalami peningkatan. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan produksi tanaman hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010

No Komoditas Produksi (Ton) Laju pertumbuhan 2007 2008 2009 2010

1 Bawang Merah 802 810 853 615 965 164 1 048 934 9.36 2 Kentang 1 003 733 1 071 543 1 176 304 1 060 805 2.24 3 Kubis 1 288 740 1 323 702 1 358 113 1 385 044 2.43 4 Cabai 1 228 792 1 153 060 1 378 727 1 328 864 3.26 5 Wortel 350 171 367 111 358 014 403 827 5.05 Sumber: Dirjen Hortikultura (diolah), 20121

1

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notb =27 yang diakses pada tanggal 26 November 2012


(19)

3 Peningkatan produksi tanaman wortel diperoleh dari hampir seluruh Provinsi di Indonesia, kecuali Riau, DKI Jakarta, dan Pulau Kalimantan. Jumlah produksi tanaman wortel di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 403 827 ton. Provinsi yang memiliki jumlah produksi wortel tertinggi pada tahun 2010 adalah Jawa Barat yaitu sebesar 113 576 ton (28.12 persen). Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan luas panen dan produksi wortel di Indonesia pada Tahun 2010. Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Wortel di Indonesia Pada Tahun 2010

No Provinsi Luas Panen (Ha)

Share (Persen)

Produksi (Ton)

Share (Persen)

1 Sumatera Utara 2 296 8.78 44 285 10.97

2 Bengkulu 1 466 5.60 25 366 6.28

3 Jawa Barat 7 142 27.30 113 576 28.12

4 Jawa Tengah 7 656 29.27 106 951 26.48

5 Jawa Timur 3 597 13.75 53 798 13.32

6 Lainnya 4 002 15.30 59 851 14.82

Total 26 159 100.00 403 827 100.00 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah), 20122

Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah produksi wortel tertinggi pada tahun 2010 adalah Kabupaten Cianjur, sehingga Cianjur menjadi salah satu sentra wortel di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 memiliki jumlah wortel sebesar 34 559 ton (30.43 persen) dari total produksi. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan luas panen dan produksi wortel di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010.

2

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&nota b=25yang diakses pada tanggal 26 November 2012


(20)

4 Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Wortel di Provinsi Jawa Barat Tahun

2010

No Kabupaten/ Kota Luas Lahan (Ha) Share (Persen) Produksi (Ton) Share (Persen)

1 Bogor 263 3.68 2 966 2.61

2 Kuningan 118 1.65 2 359 2.08

3 Cianjur 2 712 37.97 34 559 30.43

4 Bandung 1 562 21.87 33 523 29.52

6 Garut 1 765 24.71 32 889 28.96

7 Bandung Barat 378 5.29 4 545 4.00

8 Lainnya 344 4.82 2 735 2.41

Total 7 142 100.00 113 576 100.00 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan (diolah), 20123

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Cianjur memiliki 32 kecamatan dengan komoditas unggulan masing-masing, di Kabupaten tersebut terdapat lima kecamatan yang berkontribusi terhadap produksi wortel diantaranya Pacet, Cipanas, Sukaresmi, Warung Kondang, dan Sukanagara. Kontribusi tertinggi wortel diperoleh dari Kecamatan Pacet yaitu sebesar 57.60 persen dari total produksi Kabupaten Cianjur. Berikut tabel yang menjelaskan data perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.

Tabel 5. Perkemabangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Wortel di Kabupaten Cianjur Tahun 2011

No Kecamatan Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ha/Ton)

1 Warung Kondang 8.00 186.00 23.25

2 Pacet 1 170.00 23 860.00 20.39

3 Cugenang 920.00 8 592.00 9.34

4 Cipanas 380.00 8 400.00 22.11

5 Sukanagara 24.00 383.80 15.99

Sumber : Dinas Pertanian Cianjur (diolah), 2012

3

http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/924,http://www.diperta.jabarprov.go.id /index.php/subMenu/909 data-sayuran-produksi, yang diakses pada tanggal 24 November 2012


(21)

5 Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Pacet, Desa Sukatani merupakan sentra produksi wortel yang berada di Kecamatan Pacet yang menjadikan wortel sebagai komoditas unggulan dibandingkan dengan tanaman lainnya. Budidaya wortel di Desa Sukatani dilakukan dengan pola tanam tumpangsari. Tumpangsari merupakan salah satu cara pola tanam yang melakukan penanaman lebih dari satu tanaman dalam satu luasan lahan yang sama. Pada penelitian ini komoditas yang ditumpangsari yaitu wortel, kailan, caisin, dan bawang daun, dimana wortel menjadi komoditas utama dalam usahatani ini. Berdasarkan Tabel 5 kontribusi tertinggi diperoleh dari Kecamatan Pacet, namun produktivitasnya rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini karena diduga penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi pada usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani.

2. Bagaimana tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi

pada usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani.

2. Mengestimasi tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani.


(22)

6 1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:

1. Bagi penulis, diharapakan penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Bagi akademis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penelitiannya.

3. Bahan masukan dan pertimbangan bagi kelompok tani selaku unit pengambil keputusan usahatani tumpangsari wortel yang efisien, sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal.

4. Bagi Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Pacet, dan pemerintah Kabupaten Cianjur diharapkan dapat menjadi masukan dalam menemukan kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelompok tani.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilakukan pada petani yang tergabung dalam kelompok tani di Desa Sukatani dengan pola tanam tumpangsari dan harga komoditas tumpangsari ini berdasarkan pada saat penelitian. Data dalam penelitian ini diambil melalui pendekatan survey lapang dengan waktu satu musim tanam yaitu dari bulan Februari sampai Mei 2012.


(23)

7 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Komoditas Sayuran 2.1.1. Wortel

Tanaman wortel (Daucus carota L) merupakan sayuran dataran tinggi, dimana pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab. Keunggulan dari tanaman wortel adalah dapat ditanam sepanjang tahun baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan suhu udara bagi wortel adalah jika suhu udara terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi-umbian kecil (abnormal) dan berwarna pucat atau kusam dan apabila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin) maka umbi yang terbentuk menjadi panjang. Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, pengurangan impor, dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995).

Wortel merupakan tanaman khas dataran tinggi dengan ketinggian 1 200- 1 500 m dpl untuk pertumbuhan terbaiknya. Suhu yang cocok untuk tanaman ini sekitar 22-24°C dengan kelembapan dan sinar matahari yang cukup. Persyaratan tanah yang sesuai untuk tanaman ini yaitu subur, gembur, dan banyak mengandung humus, tata udara, dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Wortel dapat tumbuh baik pada pH antara 5.5-6.5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6.0-6.8.

Wortel sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia dan popular sebagai sumber vitamin A, karena memiliki kadar karotena (pro vitamin A). Berdasarkan Lampiran 1 wortel mengandung vitamin B, vitamin C, serta zat-zat lain yang


(24)

8 bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sosok tanamannya berupa rumput, dan menyimpan cadangan makanannya di dalam umbi. Mempunyai batang pendek, berakar tunggang yang bentuk dan fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Umbi berwarna kuning dan kemerah-merahan, berkulit tipis, dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis.

Wortel memiliki bermacam-macam manfaat antara lain sebagai, (1). Bahan makanan, wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang digunakan untuk membuat bermacam-macam masakan misalnya sup, capcai, dan sebaginya. Umbi wortel juga dapat digunakan dalam industri pangan untuk diolah menjadi bentuk olahan, misalnya jus wortel, minuman sari umbi wortel, dan lain-lain. Selain itu umbi wortel juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna pangan alami (dalam bentuk tepung alami), selain umbinya bagian tanaman lain misalnya daun, dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan (sayuran). Wortel sangat kaya akan vitamin A, yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mata dan memelihara jaringan epitel, yakni jaringan yang ada pada kulit, (2). Bahan obat-obatan, digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, antara lain mencegah kanker, rabun senja, diuretik, bau mulut, menurunkan kolesterol darah, meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi penyakit, meningkatkan kesehatan usus besar, dan sebagainya, (3). Bahan kosmetik, untuk merawat kecantikan wajah dan kulit, menyuburkan rambut, dan lain-lain (Cahyono, 2003).

2.1.2. Kailan

Kailan (Brassica oleraceae) merupakan salah satu jenis kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri China. Syarat tumbuh tanaman kailan yaitu pada suhu berkisar 15-250C, dengan keadaan pH tanah 5.5-6.5. Bentuk


(25)

9 tanaman kailan sepintas mirip dengan sawi/caisin atau kembang kol. Daunnya panjang dan melebar seperti caisin, sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol. Tanaman kailan mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein, mineral, dan vitamin.4

2.1.3. Caisin atau Sawi

Caisin (Brassica juncea) meupakan salah satu jenis kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari Asia. Caisin dapat dibudidayakan didataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian yang paling baik yaitu di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m dpl sampai dengan 1 200 m dpl. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6-7. Kandungan yang terdapat pada caisin adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamani B, dan Vitamin C. Caisin dapat dimanfaatkan sebagai sayuran atau lalapan dalam bentuk masak. Selain itu daun caisin juga sering dibuat asinan oleh masyarakat Cina (Sunarjono, 2009).

2.1.4. Bawang Daun

Bawang daun (Allium sp.) merupakan tanaman yang berbentuk rumput. Disebut bawang daun karena yang dikonsumsi hanya daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk batang semu dan bersifat merumpun, batangnya pendek dan berbentuk cakram. Dicakram inilah muncul tunas daun dan akar serabut. Daerah penanaman yang cocok diketinggian sekitar 250-1 500 m dpl. Curah hujan yang tepat sekitar 1 500-2 000 mm/tahun dengan suhu udara harian 18-250C dan tanah dengan pH netral (6.5-7.5). Bawang daun

4

http://naturindonesia.com/tanaman-pangan/tanaman-buah-dan-sayuran-k/749-kailan.html diakses pada tanggal 28 Februari 2013


(26)

10 mengandung vitamin C, banyak vitamin A, dan sedikit vitamin B. Kandungan zat gizi bawang daun lebih baik daripada bawang merah. Dalam kehidupan sehari-hari, bawang daun digunakan sebagai bumbu masakan, terutama masakan Cina (Sunarjono, 2009).

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis efisiensi ekonomi memang telah banyak dilakukan. Namun penelitian mengenai analisis efisiensi ekonomi secara khusus, dimana responden yang digunakan merupakan petani yang melakukan usahatani tumpangsari wortel dan tergabung dalam kelompok di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur belum pernah dilakukan sebelumnya. Banyak penelitian yang membahas analisis yang sama tetapi dengan komoditas dan lokasi yang berbeda.

2.2.1. Penelitian Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Produksi

Ruhmayati (2008) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani wortel di desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 50 orang dengan metode adjudment sampling. Analisis fungsi produksi menggunakan model fungsi Cobb Douglas dan pengolahan data menggunakan program SAS. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi wortel adalah luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk KCl, dan tenaga kerja. Faktor produksi yang berhubungan positif dengan tingkat produksi yaitu lahan, benih, pupuk kandang, pupuk TSP, pupuk KCl, dan dummy, sedangkan pupuk urea, obat, dan tenaga kerja berhubungan negatif terhadap tingkat produksi.


(27)

11 2.2.2. Penelitian Efisiensi Ekonomi

Pasaribu (2007) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal. Petani yang digunakan sebagai responden berjumlah 40 orang, dipilih dengan teknik sistem acak sederhana (simple random sampling). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani wortel belum digunakan secara efisien. Hal ini dapat dilihat dari nilai rasio NPM-BKM yang tidak sama dengan satu. Rasio NPM dan NPM-BKM dari lahan sebesar 1.35, benih sebesar 38.6, pupuk urea sebesar 2.37, pupuk TSP sebesar 11.36, pupuk KCl sebesar 10.58, pupuk kandang sebesar 33.78, obat cair sebesar -1.11, tenaga kerja pria sebesar 3.24 dan tenaga kerja wanita sebesar -1.27.

2.2.3. Penelitian Pendapatan Usahatani

Rinaldi J, Kariada I ketut (2008) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani tanaman tahunan dengan sistem tumpangsari di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar. Jumlah sampel yang digunakan pada sebanyak 30 responden dengan teknik purposive sampling. Indikator analisis yang digunakan yaitu analisis kontribusi penerimaan, analisis pendapatan usahatani, dan kelayakan usahatani dengan indikator BCR. Berdasarkan hasil analisis komoditas perkebunan yang mendominasi di Desa Kerta adalah kakao, kopi, jeruk, pisang, dan kelapa. Penerimaan tertinggi usahatani tanaman tahunan dengan sistem tumpangsari yang dilakukan diperoleh pada komoditas kakao dengan nilai penerimaan per tahun sebesar Rp 804 333.33 (39.86% dari total penerimaan). Hasil analisis diperolej bahwa usahatani tanaman tahunan yang diusahakan


(28)

12 masyarakat desa Kerta tidak layak untuk diusahakan dengan nilai BCR yang diperoleh sebesar 0.96

2.3. Kebaruan Penelitian

Penelitian ini memiliki kesamaan dan juga kebaruan dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhmayati (2008), Pasaribu (2007), dan Rinaldi J, Kariada I ketut (2008). Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ruhmayati (2008) yaitu dalam pemilihan lokasi dan komoditas yang dikaji, serta penggunaan metode analisis fungsi produksi menggunakan Cobb Douglas, sedangkan perbedaannya adalah dalam rumusan masalah, dimana penelitian ini juga mengkaji tentang tingkat efisiensi produksi pada usahatani tumpangsari wortel. Penelitian ini juga memiliki kesamaan dengen penelitian Pasaribu (2007) yaitu dalam metode analisis serta teori yang dipakai dalam pengukuran efisiensi penggunaan faktor produksi. Selain memiliki persamaan, penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal pemilihan lokasi serta jenis komoditas yang diteliti. Persamaan penelitian ini dengan Rinaldi J, Kariada I ketut (2008) yaitu dalam metode analisis serta teori yang digunakan pada analisis pendapatan, sedangkan perbedaannya dalam jenis tanaman dan lokasi penelitian.


(29)

13 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian ini. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Konsep Usahatani, Teori Fungsi Produksi, Konsep Elastisitas Produksi, Konsep Return to Scale, Konsep Efisiensi Ekonomi, dan Konsep Pendapatan Usahatani.

3.1.1. Konsep Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007).

Dalam bercocok tanam terdapat tiga macam pola tanam, yaitu: monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Pola tanam di Desa Sukatani menggunakan sistem tumpangsari antara wortel sebagai komoditas utama dengan kailan, caisin/sawi dan bawang daun. Tumpangsari merupakan pertumbuhan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama pada satu lahan. Keuntungan dari tumpangsari yaitu optimalisasi pemanfaatan unsur hara karena masing-masing tanaman akan memanfaatkan unsur hara yang berbeda, adanya interaksi saling menguntungkan antar tanaman, penghambatan pertumbuhan gulma karena adanya interaksi antartanaman serta pengendalian hama (Salikin, 2003).


(30)

14 Berdasarkan sifat dan corak usahatani dibedakan menjadi dua tipe yaitu usahatani subsisten dan komersial. Usahatani subsisten merupakan usahatani yang hasil panennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan petani atau keluarganya sendiri tanpa melalui peredaran uang, sedangkan usahatani komersial merupakan yang keseluruhan hasil panennya dijual ke pasar atau melalui perantara (pengumpul, pedagang besar, dan pengecer) maupun langsung ke konsumen. Dalam kenyataannya subsisten murni tidak ada, yang ada adalah transisi. Jika hasil yang dijual lebih dari 70 persen, dapat dikategorikan sebagai usahatani komersial.

3.1.2. Teori Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi et al. (1986), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X). Variabel dependen (Y) merupakan output dan variabel independen (X) merupakan input. Secara matematis rumus sederhana dari fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, ..., Xn)...(3.1)

Pada persamaan (3.1) menyatakan bahwa produksi Y dipengaruhi oleh sejumlah n masukan. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jika petani atau produsen dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan jumlah output (Y) dengan cara menambah jumlah salah satu input (X) maupun beberapa input yang digunakan. Variabel Y adalah produksi, maka X adalah semua variabel yang dapat mempengaruhi produksi tersebut seperti luas tanah, tenaga kerja, benih dan lainnya. Untuk melengkapai penjelasan dari fungsi produksi pada persamaan (3.1), maka dari beberapa input (X) yang digunakan salah satunya dapat dianggap sebagai variabel yang berubah-rubah sedangkan yang lainnya dianggap tetap


(31)

15 (cateris paribus). Masukan pada persaimaan (3.1) dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Masukan yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas lahan, jumlah pupuk, tenaga kerja dan lainnya.

2. Masukan yang tidak dapat dikuasai oleh petani seperti iklim.

Masukan yang dapat dikontrol oleh petani dapat berupa masukan yang tetap sifatnya (misalnya tanah, bangunan) dan masukan yang tidak tetap (misalnya jumlah pupuk dan tenaga kerja). Masukan tertentu mungkin sangat penting, tetapi yang lainnya mungkin tidak demikian, tidak semua masukan dipakai dalam analisis. Hal ini tergantung dari penting tidaknya pengaruh masukan itu terhadap produksi. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh karena petani mengetahui berapa jumlah masukan yang dipakai, maka ia dapat menduga berapa produksi yang dihasilkan.

Diantara fungsi produksi yang umum dibahas dan dipakai oleh para peneliti adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Hal ini dikarenakan mudah untuk membandingkan dengan penelitian terdahulu. Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X).

Penyelesaian fungsi produksi Cobb Douglas selalu dilogaritmakan untuk mengubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, maka syarat yang harus dipenuhi antara lain tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan, tiap variabel X adalah perfect


(32)

16 competition, dan perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan. Sementara itu, asumsi lain yang digunakan adalah usahatani yang dilakukan pada saat produk marginal semakin menurut (diminishing returns) dan positif dengan tujuan memaksimumkan keuntungan.

Fungsi produksi Cobb Douglas memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari fungsi Cobb Douglas adalah umum digunakan dalam penelitian pertanian dan penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, karena mudah ditransfer ke bentuk linear. Pada model ini koefisien pangkatnya menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing input dan besarnya elastisitas tersebut menunjukan tingkat besarnya kondisi skala usaha (return to scale). Adapun kelemahan yang umum ditemukan dalam fungsi Cobb Douglas adalah kesalahan pengukuran variabel yang akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, bias terhadap variabel manajemen, dan data tidak boleh ada yang nol atau negatif (Soekartawi, 2002).

3.1.3. Konsep Elastisitas Produksi

Guna mengetahui perubahan produk yang dihasilkan oleh faktor produksi yang digunakan, dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) komoditas pertanian merupakan persentase perbandingan dari hasil produksi

atau output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input atau faktor produksi, atau dengan kata lain persentase perubahan hasil atau produk pertanian dibandingkan dengan persentase perubahan input atau korbanan, dan untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi terdapat dua tolak ukur, yaitu: (1) Produk Marjinal (PM) dan (2) Produk Rata-rata (PR). Produk


(33)

17 marjinal adalah tambahan satu-satuan input yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output, sedangkan produk rata-rata adalah tingkat produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi. Elastisitas produksi secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ep =

dy/y dx /x =

dy dx ∙

x y =

PM

PR ...(3.2) Menurut Doll dan Orazem (1984) menjelaskan bahwa berdasarkan nilai elastisitas, fungsi produksi klasik dibagi menjadi tiga daerah (Gambar 1). Daerah produksi I, menggambarkan nilai Produk Marginal (PM) lebih besar dari Produk Rata-rata (PR). Nilai elastisitas produksi lebih dari satu, yang berarti penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu persen. Keuntungan maksimum masih belum tercapai, karena produksi masih dapat diperbesar dengan menggunakan faktor produksi dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga daerah produksi satu disebut daerah irrasional.

Daerah produksi II, Produk Marginal menurun lebih kecil dari dari Produk Rata-rata, namun besarnya masih lebih besar dari nol. Nilai elastisitas produksi pada daerah ini bernilai antara nol dan satu. Hal ini berarti setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Penggunaan faktor produksi pada tingkat tertentu dalam daerah ini akan dicapai keuntungan maksimum, sehingga daerah produksi dua disebut daerah yang rasional.

Daerah produksi III, Produk Marginal bernilai negatif. Daerah ini mempunyai nilai elastisitas produksi lebih kecil dari dari nol, artinya setiap


(34)

18 I

penambahan faktor-faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini menggambarkan pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efisien, sehingga daerah produksi tiga disebut daerah irrasional.

1.

Gambar 1. Fungsi Produksi Klasik Keterangan:

Titik A = Titik balik (inflection point)

Titik B = Perpotongan antara PM dan PR dimana PR mencapai maksimum Titik C = Tingkat produksi total maksimum dimana PM sama dengan nol DP = Daerah Produksi

PT = Produk Total PM = Produk Marjinal PR = Produk Rata-rata

Y

C

PT B

III II

A

0

X3

X2

X1

PR/PM Input (X)

PR

0 X Input (X)

3

X1 X2 PM

DP III DP II


(35)

19 3.1.4. Konsep Return to Scale

Kondisi Return to Scale (RTS) merupakan respon dari suatu perubahan output apabila terjadi suatu perubahan dalam penggunaan input secara proporsional. Soekartawi (2002) menyatakan bahwa, skala usaha perlu diketahui agar mengetahui apakah kegiatan usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant, atau decreasing return to scale. Jika jumlah elastisitas produksi dari fungsi Cobb Douglas dilambangkan dengan bk, maka kondisi

usahatani dapat dibedakan menjadi:

1. Increasing return to scale, bila bk >1, artinya bahwa proporsi penambahan

output yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi penambahan input produksi.

2. Constant return to scale, bila bk = 1, artinya bahwa proporsi penambahan

output akan proporsional dengan penambahan penggunaan input produksi. 3. Decreasing return to scale, bila bk  1, artinya proporsi penambahan output

yang dihasilkan kurang dari proporsi penambahan penggunaan input produksi. 3.1.5. Konsep Efisiensi Ekonomi

Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem atau proses untuk setiap masukan (Rahim dan Hastuti, 2007). Efisiensi produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi akan tercapai jika Nilai Produk Marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut.

Menurut Doll dan Orazem (1984), efisiensi ekonomi akan tercapai bila dipenuhi dua syarat, yaitu: (1) syarat keharusan bagi penentuan efisiensi dan


(36)

20 tingkat produksi optimum adalah hubungan fisik antara faktor produksi dengan hasil produksi harus diketahui. Dalam analisis fungsi produksi, syarat keharusan dipenuhi jika petani berproduksi pada daerah rasional II, dimana nilai elastisitas

berada pada kisaran 0 sampai 1 (0 ≤ εp ≤ 1) dan (2) syarat kecukupan yang

berhubungan dengan tujuan bahwa seorang petani diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungannya. Keuntungan maksimum akan tercapai bila Nilai Produk Marjinal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (Px) atau

Biaya Korbanan Marjinal (BKM) atau dapat ditulis dengan rumus:

π= PY.f X - PX .X-TFC ………..………...……….(3.3)

Keuntungan maksimum akan dicapai ketika turunan pertama fungsi keuntungan sama dengan nol, sehingga:

dx = PY. dY

dx - Px=0………...…..………...(3.4)

dx = PY. PM- Px=0 ………...………..…...(3.5)

atau

PY.PM =Px ………….………..………....(3.6)

NPMx= Px ………...………...(3.7)

NPMx

Px = 1 ……….………

....(3.8) Penggunaan untuk faktor produksi lebih dari satu misalnya n faktor produksi, maka efisiensi ekonomi dapat dicapai jika:

NPMx1

BKMx1= NPMx2

BKMx2= NPMx3

BKMx3………=

NPMxn

BKMxn= 1...(3.9)

Rahim dan Hastuti (2007), juga menyatakan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi komoditas pertanian digunakan persamaan sebagai berikut:


(37)

21 PRxi = Y/Xi …..…………...………...(3.10)

PMxi = βi . PRxi……...(3.11)

NPMxi = PMxi . P………...(3.12)

dimana kondisi optimal:

NPMxi = Pxi ...(3.13)

PMxi . Py = Pxi...(3.14) βi . PRxi . Py = Pxi...(3.15)

βi . Y Xi . Py = Pxi...(3.16) Persamaan bagi penggunaan faktor produksi pada kondisi optimal dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

Xi= βi.Y. Py

Pxi ………(3.17)

dimana:

βi = Elastisitas faktor produksi ke-i

Y = Jumlah hasil produksi

Py = Harga per unit produk yang dihasilkan

Xi = Jumlah faktor produksi ke-i

Px = Harga faktor produksi ke-i

i = 1,2,3,….n

3.1.6. Konsep Pendapatan Usahatani

Pada umumnya analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun. Untuk menganalisis pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang diperlukan. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Penerimaan usahatani didapat melalui hasil perkalian antara total produksi yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku. Penerimaan ini mencakup suatu produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga


(38)

22 petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau benih, digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan, sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi.

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahataninya, meliputi biaya tetap misalnya pajak tanah dan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, dan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga, sedangkan biaya tidak tunai merupakan biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam menjalankan usahataninya namun ikut diperhitungkan, meliputi biaya tetap misalnya sewa lahan, penyusutan alat, dan biaya variabel misalnya biaya benih dan tenaga kerja dari keluarga.

Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari pendapatan yang diterima. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah Return Cost Ratio (R/C) atau analisis imbangan penerimaan dan biaya. Nilai rasio R/C melihat seberapa jauh rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah penerimaan sebagai manfaatnya. Semakin tinggi nilai rasio R/C, maka semakin bagus atau tinggi tingkat efisiensi pendapatan yang diperoleh.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Komoditas wortel merupakan salah satu komoditas sub sektor hortikultura yang berpotensial untuk dikembangkan. Selain wortel memiliki gizi yang tinggi, komoditas ini juga telah dikenal dengan baik oleh masyarakat. Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra komoditas wortel yang ada di Jawa Barat.


(39)

23 Usahatani wortel di Desa Sukatani memiliki prospek yang cerah apabila dikelola secara baik dan efisien. Berdasarkan identifikasi peneliti, pada tahun 2011 kontribusi tertinggi diperoleh dari Kecamatan Pacet, namun produktivitasnya rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini karena diduga penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tumpangsari wortel ini adalah benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk phonska. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, gambaran usahatani tumpangsari ini di Desa Sukatani dilakukan secara kualitatif, sedangkan dengan cara kuantitatif yaitu untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi dan pendapatan usahatani tumpangsari wortel.

Analisis efisiensi produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menggunakan NPMxi/BKMxi=1, untuk analisis faktor-faktor produksi

menggunakan fungsi Cobb Douglas dimana fungsi tersebut digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tumpangsari wortel. Metode yang digunakan yaitu OLS dengan uji F, uji t, R2, dan ekonometrika. Selain itu analisis tingkat pendapatan menggunakan Π = TR – TC dan R/C rasio. Kerangka pemikiran operasional dapat diringkas seperti yang terlihat dari Gambar 2.


(40)

24 Keterangan: Rekomendasi

Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

 Kontribusi tertinggi diperoleh dari Kecamatan Pacet

 Produktivitas rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya

 Wortel merupakan komoditas utaman di Desa Sukatani dengan pola tanam tumpangsari

Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel

Kualitatif Kuantitatif

Deskripsi usahatani tumpangsari

Identifikasi faktor-faktor produksi dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas

Analisis pendapatan Analisis efisiensi

dalam penggunaan faktor-faktor produksi

Metode OLS:

 Uji F

 Uji t

 R2

 Ekonometrika

NPMxn Pxn = 1

Π = TR – TC

R/C rasio

Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani


(41)

25 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan Desa Sukatani merupakan sentra wortel di Kecamatan Pacet yang berpotensial untuk dikembangkan. Pengambilan data primer penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani tumpangsari yang tergabung dalam kelompok tani, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh melalui berbagai instansi, seperti Badan Pusat Statistik, Dirjen Hortikultura, Dinas Pertanian kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Jawa barat, Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPBTPH) Pacet, internet dan berbagai literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Sampel yang dimaksud merupakan petani yang melakukan budidaya wortel dengan sistem tumpangsari dan merupakan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Surya Kencana Desa Sukatani. Sampel yang digunakan dihitung dengan rumus Slovin sebanyak 65 orang, berikut merupakan rumus perhitungan Slovin:

n

=


(42)

26 n = 180

1+180.(0.1)2 n = 65

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif meliputi pengolahan dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran usahatani tumpangsari wortel. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah identifikasi faktor-faktor produksi dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas, efisiensi ekonomi, dan analisis pendapatan dengan menggunaka R/C rasio.

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi

Model analisis yang digunakan untuk menduga fungsi produksi usahatani tumpangsari adalah model fungsi produksi Cobb Douglas, model yang umum digunakan dalam penelitian. Model fungsi produksi Cobb Douglas untuk usahatani tumpangsari yang dipertimbangkan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel: Y=β

0X1

β1 X2β2X

3

β3 X4β4X

5

β5

eu………...………...…(4.1)

Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear). Model fungsi produksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel

Ln Y = Ln β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + β4 LnX4+ β5 LnX5 + u...(4.2)


(43)

27 Ln Y : Produksi tumpangsari (Kg/Ha)

β0 : Intercept/konstanta

β1- β5 : Koefisien arah regresi masing-masing variabel independen X1……X5

X1 :Benih (Kg/Ha)

X2 : Tenaga kerja setara laki-laki (HOK/Ha)

X3 : Pupuk organik (Kg/Ha)

X4 : Pupuk urea (Kg/Ha)

X5 : Pupuk phonska (Kg/Ha)

e : Bilangan natural (2.718) u : Error

Nilai parameter dugaan produksi tumpangsari wortel di Desa Sukatani diduga menggunakan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Squares (OLS). Metode pengujian hipotesis terdiri dari uji secara ekonomi, statistik, dan uji ekonometrik. Uji statistik terdiri dari uji t, uji F, dan R2. Uji ekonometrik terdiri dari uji multikolinearitas, uji kenormalan, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Secara Ekonomi

Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap variabel independen dalam model pendugaan. Tanda untuk setiap variabel independen harus bernilai positif. Tanda positif artinya penambahan penggunaan input setiap satu satuan akan meningkatkan produksi tumpangsari wortel.

b. Uji Statistik

Terdapat dua hipotesis dalam uji statistik. Hipotesis pertama adalah model yang telah dipilih benar-benar berpengaruh nyata terhadap keragaman nilai produksi tumpangsari wortel dan hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji F. Hipotesis kedua menggunakan uji-t yaitu bahwa faktor-faktor produksi benih, tenaga kerja setara laki-laki, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk phonska


(44)

28 secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

1. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter dalam fungsi produksi (Soekartawi, 2003). Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : β1 = β2 = …….= βi = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel independen

yang berpengaruh nyata

H1 : paling tidak ada satu β1 ≠ 0 ; artinya minimal ada satu variabel independen

yang berpengaruh nyata Uji sattistik yang digunakan adalah uji F, yaitu

F-hitung = R2/ (k−1)

1−R2 /(nk)...(4.3)

dimana:

R2 = koefisien determinan

k = jumlah variabel termasuk intersep n = jumlah pengamatan

Kriteria uji:

P-value uji F > α, maka terima H0, artinya variabel independen dalam model

secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

P-value uji F < α, maka tolak H0, artinya variabel independen dalam model secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.


(45)

29 2. Uji t

Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dependen (Xn) yang dipakai secara terpisah

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel independen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 ; artinya suatu variabel independen tidak memiliki

pengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel. H1 : β1 > 0 ; i = 1,2,3,...n ; artinya suatu variabel independen memiliki pengaruh

nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

Menurut Soekartawi (2003) uji statistik yang dapat digunakan adalah uji statistik-t sebagai berikut:

t-hitung = bi − βi

Sbi ...(4.4) dimana:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i

ßi = parameter ke-i yang dihipotesiskan n = banyaknya pasangan data

p = jumlah parameter regresi Kriteria uji:

P-value uji t > α, maka terima H0, artinya variabel independen tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

P-value uji t < α, maka tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata


(46)

30 3. Koefisien Determinasi (R-squared)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen (Soekartawi, 2003). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:

R2 = Jumlah Kuadrat Regresi (JKR )

Jumlah Kuadrat Total (JKT ) ...(4.5) dimana:

JKR = jumalah kuadrat regresi JKT = jumlah kuadrat total R2 = koefisien determinasi c. Uji Ekonometrika

Pengujian ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis pengujian yaitu uji multikolinearitas, normalitas dan heteroskedastisitas.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel independen pada model persamaan. Adanya multikolinearitas dalam persamaan regresi akan berakibat pada varian penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan. Salah satu pengujian adanya multikolinearitas dapat dilihat dengan menggunakan pengujian Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas, sedangkan VIF > 10 berarti ada korelasi antar variabel prediktor sehingga ada ketidaksesuaian model atau apabila nilai VIF lebih dari 10, maka taksiran parameter kurang baik. Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak ada multikolinearitas


(47)

31 Statistik pengujian yang digunakan adalah:

VIF = 1

(1−R2) ...(4.6)

Kriteria keputusan uji multikolinearitas adalah sebagai berikut: Jika VIF > 10, maka tolak H0

Jika VIF < 10, maka terima H0

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah serangkaian data mendekati distribusi normal. Penelitian ini menggunakan uji Jarque Berra (JB). Uji JB ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis (Gujarati, 2007). Perumusan hipotesa untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = Residual menyebar normal

H1 = Residual tidak menyebar normal

Statistik pengujian yang digunakan adalah: JB = n

6 S

2 + (K−3)2

4 ...(4.7) Dimana:

n = ukuran sampel S = koefisien Swekness K = koefisien Kurtosis

Jika P value uji JB < α, maka tolak H0, artinya residual tidak menyebar normal

Jika P value uji JB > α, maka terima H0, artinya residual menyebar normal

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan galat yang memiliki varian tidak konstan. Penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003). Perumusan hipotesa untuk uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:


(48)

32 H0 = Tidak ada heterokedastisitas

H1 = Ada heterokedastisitas

Statistik pengujian yang digunakan adalah:

| Ut | = α + βXt+Vt...(4.8) Dimana:

|Ut| = nilai absolut residual Xt = variabel independen

Kriteria keputusan uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: Jika P value < α, maka tolak H0, artinya ada heteroskedastisitas

Jika P value> α, maka terima H0, tidak ada heteroskedastisitas

4.4.2. Analisis Efisiensi Ekonomi

Soekartawi (2002), efisiensi ekonomi merupakan kondisi pengalokasian faktor-faktor prosuksi yang optimal untuk mencapai keuntungan maksimal. Kondisi tersebut tercapai apabila nilai produk marjinal suatu input (NPMxi) sama

dengan harga inputnya (Pxi), dimana Pxi sama dengan BKMxi, dapat dituliskan

secara matematis sebagai berikut:

NPMxi = Pxi; atau NPMxi = BKMxi NPMxi / Pxi = 1

Adapun penggunaan lebih dari satu faktor produksi misalnya n faktor produksi, maka keuntungan maksimum dapat dicapai apabila:

NPMx 1 Px 1 =

NPMx 2

Px 2 =

=NPMxn

Pxn = 1 ...(4.9) Kenyataannya nilai NPMxi tidak selalu satu dengan BKMxi. Jika

NPMxi/BKMxi > 1, artinya penggunaan input belum efisien maka input perlu

ditambah. NPMxi/BKMxi < 1, artinya penggunaan input tidak efisien maka input


(49)

33 4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Untuk perhitungan pendapatan petani dilakukan perhitungan analisis penerimaan petani dan biaya total produksi. Soekartawi et al (1986), menyatakan pendapatan petani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, baik biaya tunai maupun tidak tunai. Biaya tunai terdiri atas upah tenaga kerja luar keluarga, biaya benih kailan, benih caisin, benih bawang daun, pupuk organik, pupuk urea, pupuk phonska, dan pajak lahan. Biaya tidak tunai terdiri dari biaya benih wortel, tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan, dan biaya penyusutan alat.

Biaya penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan cara membagi selisih antara nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal digunakan. Asumsi metode yang digunakan dalam menghitung biaya penyusutan adalah metode garis lurus. Metode ini mengasumsikan penyusutan alat pertanian yang digunakan sama setiap tahunnya dan alat pertanian tidak laku untuk dijual saat habis umur ekonomisnya.

Rumus biaya penyusutan adalah sebagai berikut:

Biaya Penyusutan = (Nb – nilai sisa) / n...(4.10) Keterangan:

Nb : Nilai pembelian (Rp) n : Umur ekonomis (Tahun)

Analisis pendapatan petani tumpangsari wortel ini dilakukan dengan pencatatan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam satu musim produksi. Pendapatan petani dapat dirumuskan sebagai berikut:


(50)

34 = (Py.y) – (Px.x)

Π Total = TR – (TC + CC)...(4.12) Keterangan:

Π = Pendapatan (Rp/Ha) TR = Total penerimaan (Rp/Ha) TC = Biaya tunai produksi (Rp/Ha) CC = Biaya yang diperhitungkan (Rp/Ha)

Py = Harga jual komoditas tumpangsari (Rp/Kg) Px = Harga jual input produksi tumpangsari (Rp/Kg) Y = jumlah output total (Kg/Ha)

X = jumlah input produksi (Kg/Ha)

Besar kecilnya keuntungan suatu usahatani dapat dinilai dengan analisis Cost Ratios (R/C Ratio). Imbangan penerimaan dan biaya (R/C) rasio merupakan perbandingan anatar total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Analisis ini dilakukan atas biaya tunai dan biaya total yang dirumuskan sebagai berikut:

R/C atas biaya tunai = Total Penerimaan

Total Biaya Tunai...(4.13) R/C atas biaya total = Total Penerimaan

Total Biaya ...(4.14) Keterangan:

a. R/C > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya. Kegiatan usahatani tumpangsari tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan. b. R/C < 1, artinya tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan

tambahan menguntungkan dan tidak layak dilaksanakan.


(51)

35 4.4.4. Definisi Operasional

Terdapat beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Petani adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani dan melakukan usahatani tumpangsari wortel selama satu musim tanam yaitu pada bulan Februari-Mei 2012.

2. Komoditas yang ditumpangsari adalah wortel, kailan, caisin, dan bawang daun, dimana wortel merupakan komoditas utamanya.

3. Luas lahan garapan adalah luas lahan usahatani tumpangsari wortel dalam satu hektar.

4. Modal berupa lahan, alat-alat, sarana produksi, uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan produksi tumpangsari.

5. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan penyiangan. Tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan, yang dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga.

6. Produksi total adalah hasil dari pemanenan wortel, kailan, caisin, dan bawang daun yang berasal dari luas lahan tertentu, diukur dalam kilogram, dimana jumlah hasil panen kailan, caisin, dan bawang daun sudah disetarakan dengan wortel menggunakan rasio harga.

7. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk membeli benih kailan, bawang daun, pupuk organik, pupuk urea, pupuk phonska, upah tenaga kerja luar keluarga, dan pajak lahan. Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini diantaranya biaya penggunaan benih


(52)

36 wortel, penyusutan alat, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan sewa lahan.

8. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

9. Harga produk adalah harga wortel di tingkat petani dalam satu musim panen dalam satuan rupiah per kilogram. Alasan menggunakan harga wortel yaitu karena total produksi dari tumpangsari ini sudah disetarakan dengan wortel.

Variabel yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah produksi tumpangsari wortel (Y), benih (X1), tenaga kerja setara

laki-laki (X2), pupuk organik (X3), pupuk urea (X4), dan pupuk phonska (X5)secara

jelas diuraikan sebagai berikut: 1. Produksi tumpangsari (Y)

Produksi wortel, kailan, caisin, dan bawang daun adalah total produksi pada sebidang tanah dengan luasan satu hektar dalam satuan kilogram. Produksi kailan, caisin, dan bawang daun disetarakan dengan produksi wortel, sehingga diperoleh produksi tumpangsari wortel.

2. Benih (X1)

Benih adalah jumlah benih yang digunakan dalam proses produksi usahatani tumpangsari wortel, kailan, caisin, dan bawang daun dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga benih dalam satu rupiah per kilogram. Benih kailan, caisin, dan bawang daun disetarakan dengan benih wortel, sehingga diperoleh benih tumpangsari wortel. 3. Tenaga Kerja (X2) adalah tenaga kerja yang digunakan dalam produksi


(53)

37 perempuan distratakan dengan tenaga kerja laki-laki dengan menggunakan rasio upah karena ada perbedaan upah laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki sebesar Rp 25 000 dan perempuan sebesar Rp 10 000 per hari, sehingga diperoleh tenaga kerja stara laki-laki dengan satuan Hari Orang Kerja (HOK). Satu hari kerja yaitu delapan jam dan biaya korbanan marjinalnya adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam satu hari kerja.

4. Pupuk Organik(X3)

Pupuk organik adalah jumlah pupuk organik yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk organik dalam satu rupiah per kilogram.

5. Pupuk Urea (X4)

Pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk urea dalam satu rupiah per kilogram. 6. Pupuk Phonska (X5)

Pupuk phonska adalah jumlah pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk phonska dalam satu rupiah per kilogram.


(54)

38 V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum Desa Sukatani

Desa Sukatani yang menjadi lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Menurut monografi desa, sebelah utara Desa Sukatani berbatasan dengan Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cipendawa Kecamatan Pacet, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cipanas Kecamatan Cipanas, dan sebelah barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Pangrango Kabupaten Sukabumi. Jarak Desa Sukatani ke ibukota kecamatan sekitar enam kilometer dengan waktu tempuh 30 menit. Jarak Desa Sukatani ke ibukota kabupaten sekitar 33 kilometer dengan waktu tempuh 90 menit dan kendaraan umum yang biasa digunakan adalah angkutan umum dan ojek.

Berdasarkan kondisi geografisnya Desa Sukatani terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 1 350 m dpl, dengan rata-rata curah hujan per tahun adalah 3 000 milimeter, dan jumlah bulan hujan rata-rata enam bulan per tahun dengan suhu udara rata-rata 22°C. Sebagian besar desa ini berupa lereng pegunungan, sehingga dengan keadaan iklim tersebut sesuai untuk pengembangan budidaya sayuran, khususnya wortel, kailan, caisin, dan bawang daun. Desa Sukatani memiliki luas wilayah 269.01 Ha yang terbagi atas empat dusun. Dusun-dusun tersebut yaitu Pasir Kampung, Barukupa, Kayu Manis, dan Gunung Putri. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan penggunaan lahan di Desa Sukatani pada Tahun 2009.


(55)

39 Tabel 6. Luas Wilayah di Desa Sukatani Menurut Penggunaannya Tahun

2009

No Penggunaan Wilayah Luas (Ha) Persen (%)

1 Tegal / Ladang 173.82 64.61

2 Pemukiman 73.01 27.14

3 Perkebunan 16.50 6.13

4 Kuburan 3.49 1.30

5 Pekarangan 1.02 0.38

6 Perkantoran 0.07 0.03

7 Prasarana umum lainnya 1.10 0.41

Jumlah 269.01 100.00 Sumber: Profil Desa Sukatani, 2009

Luas lahan di Desa Sukatani mencapai 269.01 Ha yang dimanfaatkan untuk tegal/ladang, pemukiman, perkebunan, kuburan, pekarangan, perkantoran, dan prasarana umum lainya. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa persentase terbesar yaitu luas penggunaan wilayah untuk tegal atau ladang dengan persentase 64.61 persen, sehingga terlihat bahwa di Desa Sukatani ini memiliki potensi besar di bidang pertanian khususnya budidaya sayuran yang merupakan komoditas unggulan.

5.2. Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi luas lahan, status kepemilikan lahan, umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan status usahatani. Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 65 orang.

5.2.1. Luas lahan

Petani responden dibedakan menjadi dua strata yaitu strata I dan strata II. Strata I merupakan luas lahan yang kurang dari 0.16 Ha dan strata II yaitu luas lahan yang lebih dari sama dengan 0.16 Ha. Ukuran pembagian luas ini berdasarkan nilai pendekatan dari rata-rata luas lahan petani responden yaitu


(56)

40 sebesar 0.16 Ha. Lahan terluas yang dimiliki petani responden adalah 1 Ha dan lahan tersempit 0.03 Ha. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden memiliki luas lahan kurang dari 0.16 Ha, hal ini menunjukkan bahwa usahtani tumpangsari ini di daerah penelitian masih termasuk dalam usahatani skala kecil. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Desa Sukatani Tahun 2012.

Tabel 7. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Sukatani Tahun 2012

Luas (Ha) Jumlah (orang) Persen (%)

< 0,16 44 67.69

≥ 0,16 21 32.31

Jumlah 65 100.00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012 5.2.2. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan dari petani responden di Desa Sukatani terdiri dari petani yang memiliki lahan sendiri dan lahan sewa. Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden berstatus sebagai petani dengan lahan milik sendiri, hal ini dikarena lahan yang akan disewakan di Desa Sukatani sangat sulit. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukatani Tahun 2012.

Tabel 8. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Desa Sukatani Tahun 2012

Status Kepemilikan Lahan Jumlah

Jumlah (orang) Persen (%)

Petani Pemilik 44 67.69

Petani Penyewa 21 32.31

Jumlah 65 100.00


(57)

41 5.2.3. Umur Petani

Umur termuda petani responden yaitu 21 tahun dan umur tertua yaitu 75 tahun. Berdasarkan Tabel 9, rata-rata umur petani responden yaitu berkisar antara 31-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani tumpangsari di Desa Sukatani diminati oleh petani yang berusia muda. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan umur petani di Desa Sukatani Tahun 2012.

Tabel 9. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Sukatani Tahun 2012

Kelompok Umur (tahun) Total

Jumlah (orang) Persen (%)

≤ 30 10 15.38

31-40 22 33.85

41-50 16 24.62

51-60 9 13.85

> 61 8 12.31

Jumlah 65 100.00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012 5.2.4. Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan formal petani responden umunya rendah, hal ini dikarenakan sebagian petani merupakan tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 46 orang atau setara dengan 70.77%. Pendidikan petani responden yang paling tinggi adalah tingkat S1 atau sarjana. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukatani tahun 2012.


(58)

42 Tabel 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Desa Sukatani Tahun 2012

Tingkat Pendidikan Total

Jumlah (orang) Persen (%)

SD 46 70.77

SMP 12 18.46

SMA 6 9.23

S1 1 1.54

Jumlah 65 100.00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012 5.2.5. Pengalaman Berusahatani

Lamanya pengalaman berusahatani mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil dan ketahanan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul dalam proses usahatani tumpangsari tersebut. Hal ini dikarenakan, petani yang lebih berpengalaman akan lebih mengenal kelebihan dan kekurangan usahatani yang dilakukan sehingga lebih siap menghadapi permasalahan yang mungkin timbul. Pengetahuan tentang budidaya tumpangsari ini didapat petani secara turun temurun, baik dari orang tua maupun dari kerabat dan tetangga yang sama-sama melakukan budidaya secara tumpangsari, sehingga teknik budidaya pun relatif seragam. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa mayoritas petani responden memiliki pengalaman berusahatani tumpangsari kurang dari 10 tahun atau setara dengan 43.08%. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani di Desa Sukatani Tahun 2012.


(1)

69 Lampiran 4. Uji Normalitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas

Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Std. Error Unstandardized

Residual 65 -.40220 .44827 -2.8204469E-15 .17542914 .214 .297 -.166 .586 Valid N

(listwise) 65

Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.039 .168 -.231 .818

Benih .077 .042 .277 1.828 .073 .687 1.456

Tenaga_Kerja -.007 .021 -.045 -.310 .758 .749 1.335

Pupuk_Organik -.006 .023 -.038 -.254 .800 .716 1.397

Pupuk_Urea -.006 .024 -.056 -.255 .800 .325 3.076

Pupuk_Phonska .011 .025 .100 .445 .658 .312 3.206

a. Dependent Variable: abresid

Lampiran 6. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Produksi Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012

Uraian Benih Pupuk Organik Pupuk Urea

Py 500 500 500

Y rata-rata 45091.47 45091.47 45091.47

Koefisien input 0.341 0.241 0.315

Penggunaan input rata-rata di lokasi 24.75 3339.1 456.52

Rumus NPM (βi*Y*Py)Xi (βi*Y*Py)Xi (βi*Y*Py)Xi

Nilai NPM input 310630.13 1627.24 15556.62

BKM input 167000 500 2000


(2)

70 Lampiran 7. Penggunaan Input Optimal Produksi Tumpangsari Wortel di

Desa Sukatani Tahun 2012

Uraian Nilai Benih Pupuk Organik Pupuk Urea

Py 500 500 500

Y rata-rata 45091.47 45091.47 45091.47

Koefisien input 0.341 0.241 0.315

Rumus (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi

BKM input 167000 500 2000


(3)

71 Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa

Sukatani Tahun 2012

Gambar 1. Benih Wortel Gambar 2. Benih Kailan

Gambar 3. Benih Caisin Gambar 4. Bibit Bawang Daun


(4)

72

Gambar 7. Pengolahan Lahan Gambar 8. Tumpangsari Wortel

Gambar 10. Caisin Gambar 9. Wortel


(5)

73

Gambar 14. Pupuk Urea Gambar 13. Pupuk Organik


(6)

74 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 7 September 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Engkos Kosasih dan Ibu Mimin Sulasmini Spd. Penulis memulai pendidikan dasarnya pada tahun 1996 di SD Cimanggu 1, Cibeber dan menyelesaikan pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendiidkan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cibeber, dan lulus tahun 2005. Kemudian, penulis diterima di SMA Negeri 1 Cibeber dan lulus tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, pada tahun 2008 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Koperasi Mahasiswa 2008-2009, Gentra Kaheman 2008-2009, Resources and Enviromental Economic Student Association 2009-2010 dan 2010-2011.