Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat

47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat

Produksi Tumpangsari Wortel 6.1.1. Analisis Penggunaan Faktor Produksi Penggunaan faktor produksi usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani terdiri dari benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk phonska. Lahan yang digunakan petani tumpangsari wortel sebagian besar adalah lahan milik. Namun, ada sebagian petani responden yang menggarap diatas lahan sewa. Adapun pajak lahan petani responden per hektar sebesar Rp 300 000tahun, jadi pajak lahan per musin tanam yaitu sebesar Rp 100 000. Nilai sewa lahan di Desa Sukatani Rp 10 000 000tahun, sehingga nilai sewa per musim Rp 3 300 000 dengan asumsi bahwa dalam satu tahun wortel memiliki tiga kali panen. Rata-rata penggunaan benih per hektar di Desa Sukatani untuk benih wortel sebesar 7.65 KgHa, kalian sebesar 0.57 KgHa, caisin sebesar 0.48 KgHa, dan bawang daun sebesar 1 164.62 KgHa. Harga benih wortel sebesar Rp 167 000Kg, benih kailan dan caisin Rp 500 000Kg, dan bawang daun sebesar Rp 2 000Kg. Benih wortel diperoleh dari penangkaran sendiri oleh petani jadi petani tidak membeli benih, sedangkan untuk benih kailan, caisin, dan bawang daun petani tidak menangkar sendiri melainkan membeli. Tenaga kerja yang digunakan oleh petani di Desa Sukatani yaitu berasal dari Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK dan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK. TKDK dan TKLK terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kegiatan produksi usahatani tumpangsari wortel di daerah penelitian terdiri dari pengolahan lahan, penanaman, dan pemeliharaan. Pemeliharaan berupa kegiatan pemupukan 48 dan penyiangan. Kegiatan penyiangan umumnya dilakukan oleh tenaga kerja perempuan baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga, sedangkan kegiatan yang lainnya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Kegiatan pemanenan tidak dilakukan oleh para petani, karena mereka biasanya memborongkan kepada tengkulak. TKLK berasal dari warga Desa Sukatani yang bekerja sebagai buruh tani. Adapun lamanya jam kerja per hari adalah delapan jam dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 25.000HOK. Rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga laki-laki per hektar sebesar 99.41 HOK dan perempuan sebesar 120.53 HOK. Tenaga kerja luar keluarga lebih banyak perempuan daripada laki-laki karena dari semua kegiatan usahatani, yang paling banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga yaitu pada saat penyiangan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam keluarga laki-laki sebesar 61.81 HOK dan perempuan sebesar 11.08 HOK. Rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga sebesar 219.94 HOK sedangkan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 72.89 HOK, sehingga pada kegiatan usahatani ini lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga daripada dalam keluarga. Hal ini karena berdasarkan hasil wawancara lebih membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarg agar terjadi efisiensi waktu untuk produksi dan penyebab lainnya yaitu beberapa faktor dari anggota kelompok, seperti faktor usia dan kewajiban rumah tangga yang menyebabkan mereka tidak dapat membantu dalam proses produksi. Pupuk organik merupakan jenis pupuk dasar, karena unsur-unsur organik didalam pupuk ini baru bisa dimanfaatkan tanaman setelah melalui proses dekomposisi didalam tanah, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga. Pupuk 49 organik di lokasi penelitian dapat diperoleh dengan mudah karena di Desa Sukatani terdapat peternakan ayam. Harga pupuk organik yaitu sebesar Rp 500Kg. Rata-rata penggunaan pupuk organik per hektar yaitu sebesar 3 339.10 KgHa. Pupuk urea merupakan pupuk tunggal yang mengandung unsur nitrogen N sebesar 45-46 Redaksi Agromedia, 2007. Rata-rata penggunaan pupuk urea di Desa Sukatani yaitu sebesar 456.52 KgHa. Pupuk urea merupakan pupuk wajib bagi petani di Desa Sukatani karena petani ingin mendapatkan hasil produksi yang besar dengan jangka waktu yang pendek, sedangkan kelemahan dari pupuk urea yaitu dalam jangka waktu yang panjang akan merusak usur hara dalam tanah, sehingga produksi akan berkurang. Harga pupuk urea di lokasi penelitian ini yaitu sebesar 2 000Kg. Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur nitrogen N sebesar 15, fosfor P sebesar 15, potasium K sebesar 15, belerang S sebesar 10. Rata-rata penggunaan pupuk phonska di Desa Sukatani yaitu sebesar 284.68 KgHa. Pupuk phonska merupakan pupuk tambahan yang dicampurkan dengan pupuk urea. Rata-rata petani di Desa Sukatani menggunakan jumlah pupuk phonska lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk urea. Harga pupuk phonska di lokasi penelitian ini yaitu sebesar Rp 2 400Kg.

6.1.2. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi

Model analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tumpangsari wortel adalah model fungsi produksi Cobb Douglas yang diaplikasikan untuk usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani. Faktor-faktor produksi yang diestimasi ke dalam model meliputi benih X 1 , 50 tenaga kerja X 2 , pupuk organik X 3 , pupuk urea X 4 , dan pupuk phonska X 5 . Faktor-faktor produksi tersebut merupakan penggunaan untuk setiap hektar luasan lahan. Setelah spesifikasi model, dilanjutkan dengan pendugaan dan pengujian model, yaitu: uji secara ekonomi kesesuaian tanda dengan hipotesis, uji statistik, dan uji ekonometrik. Setelah dilakukan analisis menggunakan metode OLS, hasil pendugaan yang diperoleh dari model Cobb Douglas adalah sebagai berikut: Fungsi Produksi Usahatani Tumpangsari Wortel: Ln Y = 8.417 + 0.341LnX 1 + 0.063LnX 2 + 0.241LnX 3 + 0.315LnX 4 + 0.049LnX 5 Berdasarkan uji secara ekonomi, hasil pendugaan model menunjukkan bahwa tanda yang diperoleh masing-masing variabel independen telah sesuai dengan hipotesis, artinya penambahan penggunaan input setiap satu persen akan meningkatkan produksi tumpangsari wortel. Berdasarkan Tabel 13, hasil pendugaan model produksi Cobb Douglas diperoleh koefisien determinasi R Square sebesar 54.60. Angka tersebut menjelaskan bahwa keragaman dari produksi tumpangsari wortel dapat diterangkan oleh variabel independen di dalam model yaitu benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk phonska, sedangkan 45.50 dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Hasil pendugaan diperoleh nilai F statistik sebesar 14.207 signifikan pada taraf 5, artinya secara bersama-sama variabel independen dalam produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi tumpangsari wortel. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilakukan dengan uji t. Berdasarkan hasil uji t tersebut diketahui bahwa benih, pupuk organik, dan pupuk phonska berpengaruh nyata pada taraf alfa 5, sedangkan tenaga kerja dan pupuk phonska tidak berpengaruh 51 nyata. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan hasil pendugaan dan pengujian parameter model fungsi produksi Cobb Douglas usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani Tahun 2012. Tabel 13. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 Variabel Koefisien Regresi Nilai t-hitung P- value Constant 8.417 27.592 0.000 Benih X1 0.341 3.219 0.002 Tenaga kerja setara laki-laki X2 0.063 0.623 0.536 Pupuk organik X3 0.241 2.325 0.024 Pupuk urea X4 0.315 2.05 0.045 Pupuk phonska X5 0.049 0.312 0.756 R Square 54.600 F-hitung 14.207 P-value Uji F 0.000 Sumber: Data Primer, diolah 2012 Keterangan: = Nyata pada taraf alfa 5 Setelah melakukan pendugaan dan pengujian terhadap model fungsi produksi, tahap selanjutnya adalah uji secara ekonometrika, dimana pemeriksaan terhadap asumsi OLS dengan melihat masalah multikolinearitas, normalitas, dan heteroskedastisitas. Berdasarkan Tabel 14 model fungsi Cobb Douglas pada penelitian ini tidak mengalami masalah multikolinearitas karena dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF yang lebih kecil dari 10 pada semua variabel independen. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan nilai P-value statistik VIF pada model fungsi produksi Cobb Douglas usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani Tahun 2012. 52 Tabel 14. Nilai P- value Statistik VIF pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 Variabel VIF Constant Benih X1 1.456 Tenaga kerja setara laki-laki X2 1.335 Pupuk organik X3 1.397 Pupuk urea X4 3.076 Pupuk phonska X5 3.206 Sumber: data Primer diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 15 selain tidak mengalami multikolinearitas, model ini terdistribusi normal karena pengujian dapat dilihat dari nilai skewnes dan kurtosis berada diantara -2 dan +2, yaitu dengan cara membandingkan nilai statistik dengan standar eror. Berikut ini tabel yang menjelaskan nilai P-value statistik skewnes dan kurtosis pada model fungsi produksi Cobb Douglas usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani tahun 2012. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan nilai P-value statistik Skewnes dan Kurtosis pada model fungsi produksi Cobb Douglas usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 Tabel 15. Nilai P- value Statistik Skewnes dan Kurtosis pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 Skewness Kurtosis 0.72 -0.28 Sumber: data Primer diolah, 2012 Berdasarkan hasil regresi model fungsi Cobb Douglas pada Tabel 16, usahatani tumpangsari wortel tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas, hal ini dapat ditunjukkan dengan cara melihat nilai t-hitung, karena nilai t-hitung tidak ada yang signifikan secara statistik pada taraf alfa 5 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini tabel yang menjelaskan nilai P-value statistik Uji 53 Glejser pada model fungsi produksi Cobb Douglas usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani Tahun 2012. Tabel 16. Nilai P- value Statistik Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 Variabel P- value Constant 0.818 Benih X1 0.073 Tenaga kerja setara laki-laki X2 0.758 Pupuk organik X3 0.800 Pupuk urea X4 0.800 Pupuk phonska X5 0.658 Sumber: data Primer diolah, 2012

6.1.3. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produksi

Tumpangsari Wortel Besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi Cobb Douglas, dapat diketahui dari nilai koefisien yang merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel independen yang merupakan return to scale. Berdasarkan Tabel 13 jumlah nilai elastisitas faktor-faktor produksi sebesar 1.00, hal ini menunjukkan bahwa fungsi produksi berada pada daerah II constant return to scale, artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama sebesar satu persen, maka akan menyebabkan penambahan produksi tumpangsari wortel sebesar satu persen. Di daerah ini akan dicapai pendapatan maksimum dan disebut daerah produksi yang rasional.

1. Benih

Benih berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi tumpangsari wortel. Variabel benih berpengaruh nyata terhadap produksi pada taraf alfa 5, artinya peningkatan benih dalam proses produksi dapat meningkat produksi. Nilai elastisitas produksi untuk variabel benih sebesar 0.341, artinya setiap penambahan jumlah penggunaan benih sebesar satu persen, maka akan meningkatkan produksi