Dasar Hukum Lambang Palang Merah Di Indonesia

52 1 Aturan-aturan umum Pasal 1-7 yang mengatur perihal arti lambang, kewenangan Perhimpunan Nasional, penghormatan terhadap lambang, perbedaan tentang dua macam penggunaan lambang, rancangan lambang, jarak penglihatan untuk lambang sebagai tanda pelindung dan regulasi internal bagi Perhimpunan Nasional. 2 Aturan-auran khusus Pasal 8-22, yaitu mengatur lambang sebagai tanda pelindung Pasal 8-15 dan lambang sebagai tanda pengenal Pasal 16-22. 3 Aturan-aturan mengenai kegiatan Pasal 23-27, yang berupa kegiatan diseminasi sosialisasi dan kegiatan pengumpulan dana fund-raising. g. Surat pengakuan dari ICRC International Committee of the Red Cross tentang berdirinya Perhimpunan Palang Merah Indonesia pada tanggal 15 Juni 1950. h. Surat pengakuan dari IFRC International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies pada tanggal 16 Agustus 1950 dan diterima Indonesia sebagai angggota ke-68. Di samping itu terdapat pula ketentuan pendukung lainnya yang dikenal dengan Paris Convention 1883 mengenai ‘industrial property’ Pasal 6, yang juga telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Keppres No. 15 tahun 1997 tentang ratifikasi Paris Convention.

2. Dasar Hukum Lambang Palang Merah Di Indonesia

Dalam hubungannya dengan ratifikasi Indonesia atas Konvensi-Konvensi Den Haag pada tahun 1907 maka F Sugeng Sutanto menjelaskan bahwa pada saat itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda yang merupakan jajahan Belanda sehingga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53 ratifikasi ditetapkan oleh Kerajaan Belanda oleh Undang-Undang wet tanggal 1 Juli 1909 dan keputusan Raja Tanggal 22 Februari 1919 berlaku pula bagi Hindia Belanda. 75 Melalui Persetujuan Peralihan yang merupakan Lampiran Induk Perjanjian Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada saat penyerahan kekuasaan tanggal 27 Desember 1949, maka seluruh hak dan kewajiban beralih kepada Republik Indonesia Serikat. Maka hal mengenai konvensi Den Haag telah di ratifikasi oleh Pemerintah. Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Bapak H. Muhammad Muas Pengurus PMI Pusat, bahwa dasar hukum terhadap lambang Palang Merah Indonesia adalah : 76 a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat Nomor 25 Tahun 1950 Keputusan ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Januari 1950 yang isinya menetapkan dan mengesahkan anggaran dasar dari dan mengakui sebagai badan hukum “Perhimpunan Palang Merah Indonesia” yakni dengan menunjuk Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunya organisasi untuk menjalankan pekerjaan Palang Merah di Republik Indonesia Serikat menurut Konvensi Jenewa Tahun 1864, 1906, 1929 dan 1949. b. Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1950 Disahkan di Jakarta pada tanggal 4 Juli 1958 yang isinya memutuskan dan menetapkan ikut sertanya Negara Republik Indonesia dalam seluruh Konvensi 75 F. Sugeng Istanto, Perlindungan Penduduk Sipil dalam Perlawanan Rakyat Semesta dan Hukum Internasional, Andi Offset, Yogyakarta, 1992, hal. 183-184. 76 Hasil wawancara dengan Pengurus PMI Pusat tanggal 6 Nopember 2012 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54 Jenewa tanggal 12 Agustus 1949. Dengan demikian secara yuridis Indonesia terikat untuk melaksanakan semua kewajiban internasional yang tercantum dalam konvensi Jenewa 1949. c. Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 Peraturan ini menetapkan tentang Peraturan tentang PemakaianPenggunaan Tanda dan Kata-kata Palang Merah. Pada pasal 1 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 disebutkan bahwa tanda palang merah atas dasar putih, selanjutnya disebut “Tanda Palang Merah” dan kata-kata “Palang Merah” hanya boleh digunakan untuk menandakan atau untuk melindungi petugas-petugas, bangunan-bangunan, alat-alat, yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949. Pasal 2 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 mengatur tentang siapa pihak-pihak yang berhak menggunakan tanda danatau kata-kata palang merah, yaitu : 1 Komite Palang Merah Internasional, 2 Jawatan Kesehatan Angkatan Darat, 3 Jawatan Kesehatan Angkatan Laut, 4 Jawatan Kesehatan Angkatan Udara, 5 Palang Merah Indonesia, 6 Badan-badanPerkumpulan-perkumpulan atau perseorangan yang melakukan usahausaha pemberian pertolongan kepada orang-orang yang luka atau sakit, sepanjang pemberian pertolongan tersebut diberikan dengan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55 cuma-cuma dan setelah mendapat persetujuan dari Palang Merah Indonesia. Pemakaian ini hanya meliputi pemberian tanda pada kendaraan-kendaraan yang digunakan sebagai ambulans dan sebagaipenujuk tempat-tempat pos Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan P.P.P.K.. Sedangkan dalam keadaan perang-nyata, yang diperkenankan memakaimempergunakan tanda palang merah dan kata-kata palang merah, yaitu: 1 Komite Palang Merah Internasional, 2 Jawatan Kesehatan Angkatan Darat, 3 Jawatan Kesehatan Angkatan Laut, 4 Jawatan Kesehatan Angkatan Udara 5 Palang Merah Indonesia, yang diperbantukan kepada Jawatan-jawatan Kesehatan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, 6 Petugas-petugas penolong yang telah diakui secara resmi dan telah ditunjuk secara resmi pula untuk membantu Jawatan-jawatan Kesehatan Angkatan Perang, 7 Petugas-petugas kerohanian Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, 8 Dengan persetujuan khusus dari Pemerintah Republik Indonesia, tanda palang merah dapat digunakan untuk menandakan bangunan-bangunan dan petugas-petugas rumah sakit umum, lingkungan-lingkungan rumah-rumah sakit dan tempat yang disediakan untuk orang-orang luka dan sakit, alat-alat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56 pengangkutan yang digunakan oleh badan-badan penolong karam di laut, yang telah diakui dengan resmi, iring-iringan kendaraan sakit, kereta-kereta sakit, kapal-kapal atau pesawat udara, untuk pengangkutan rakyat sipil yang luka atau sakit, cacat atau lemah dan wanita-wanita hamil. Pada Pasal 3 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 diatur mengenai larangan memakaimenggunakan tanda palang merah danatau kata-kata palang merah atau kata-kata lain yang merupakan tiruan dari padanya atau yang memungkinkan kekeliruan dengannya oleh perseorangan, perkumpulan-perkumpulan, badan-badan, perusahaan-perusahaan atau apa pun juga namanya, selain dari pada mereka yang diperkenankan sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 2 tersebut diatas. Perihal sanksi atas pelanggaran peraturan ini diatur dalam Pasal 5 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 yang menyebutkan barangsiapa melakukan perbuatan yang dilarang dalam ketentuan yang tersebut dalam Pasal 3 Peraturan ini, dihukum dengan hukuman sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1959 Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 139 tentang Keadaan Bahaya, ialah hukuman kurungan selama-lamanya sembilan bulan atau denda setinggi-tingginya dua puluh ribu rupiah. Aturan mengenai sanksi juga diatur dalam Pasal 6 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 yaitu terhadap barang-barang yang digunakan dalam atau diperoleh dari tindak pidana yang tersebut dalam Pasal 5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57 berhubungan dengan Pasal 3 Peraturan ini, dapat dikenakan ketentuan sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 47 ayat 2 dan 3 Undang- Undang Nomor 23 Prp Tahun 1959 Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 139 tentang Keadaan Bahaya. Sanksi lainnya diatur dalam Pasal 7 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 yang menyebutkan tindak pidana yang tersebut dalam Pasal 5 berhubungan dengan Pasal 3 Peraturan ini, sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Prp Tahun 1959 Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 139 tentang Keadaan Bahaya adalah termasuk pelanggaran. d. Keputusan Presiden Repulik Indonesia Nomor 246 Tahun 1963 tentang Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Disebutkan pada Pasal 1 ayat 1 Keputusan Presiden Repulik Indonesia Nomor 246 Tahun 1963 bahwa Perhimpunan Palang Merah Indonesia selanjutnya disebut PMI, adalah suatu organisasi nasional, yang berdiri alas azas perikemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak membedabedakan bangsa, golongan dan paham politik. Sedangkan untuk tugas-tugas pokok PMI disebut dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Repulik Indonesia Nomor 246 Tahun 1963 adalah : 1 PMI bertindak atas nama Pemerintah Republik Indonesia tentang pelaksanaan hubungan luar negeri dalam lapangan kepalangmerahan untuk memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Konvensi Jenewa terhadap dunia luar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58 2 PMI mempersiapkan diri untuk dapat melaksanakan tugas-tugas baik didalam negeri maupun diluar negeri dengan tujuan tugas-tugas bantuan pertama pada tiap-tiap bencana alam yang terjadi baik didalam negeri maupun diluar negeri dengan tujuan untuk mencari ketangkasan- ketangkasan dalam melaksanakan tugas-tugas pada waktu ada perang disampingnya tujuan pokok dari PMI dalam lapangan perikemanusiaan. e. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia, yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Munas ke-XVII PMI di Jakarta pada tanggal 28-30 Nopember 1999; f. Undang-undang No. 15 tahun 2001 Pasal 6 ayat 3 huruf b; Pada Pasal 6 ayat 3 huruf b Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 disebutkan bahwa setiap permohonan merek harus ditolak oleh Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual HaKI apabila merek tersebut merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang. g. Rancangan Undang-undang RUU tentang Lambang Palang Merah belum disahkan. Indonesia belum memiliki Undang-Undang Lambang yang secara penuh melindungi lambang Palang Merah. Pada masa damai pelanggaran ringan yang berdampak kerugian ekonomi dan moril bagi PMI sering terjadi. Banyak individuPerusahaan yang melakukan usaha dengan meniru lambang PMI. Selain UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59 itu ada lembaga yang melakukan aktifitas sosialnya menggunakan lambang Bulan Sabit Merah di Indonesia Bulan Sabit Merah Indonesia dan melakukan gerakan kepalangmerahan tetapi tidak ditindak hukum padahal tindakannya telah melanggar Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 1950 tentang PMI satu-satunya gerakan yang melaksanakan kepalang merahan di Indonesia. Rancangan Undang-Undang RUU tentang lambang Palang Merah sejak tahun 2005 telah diusulkan, tetapi saat tulisan ini dibuat, RUU tersebut belum disyahkan. Perhimpunan Nasional bersama dengan Pemerintah dalam hal ini harus memutuskan harus memutuskan ketentuan-ketentuan tentang penggunaan lambang baik di saat perang maupun di saat damai. Menurut Arlina Permana Sari menyatakan pedoman untuk menyusun peraturan tersebut untuk penggunaan protektif perlu dicantumkan antara lain 77 : 1 Penunjukan peraturan-peraturan nasional yang berhubungan dengan subyek tersebut. 2 Keterangan tentang tentang pejabat mana yang mempunyai wewenang untuk mensahkan penggunaan lambang 3 Daftar dari langkah-langkah yang harus diambil pada saat pecahnya konflik untuk mencegah kekeliruan antara penggunaan protektif dan indikatif. 4 Syarat-syarat yang mengatur penggunaan lambang oleh orang-orang dan obyek dari perhimpunan nasional. 77 Arlina Permana Sari, op.cit., hal. 322 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60

BAB III PELAKSANAAN PASAL 6 AYAT 3 HURUF b UNDANG-UNDANG

NOMOR 15 TAHUN 2001 OLEH DITJEN HaKI DALAM PERLINDUNGAN LAMBANG PALANG MERAH DI INDONESIA Palang Merah Indonesia pada tanggal 16 Januari 1950 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat Nomor 25 Tahun 1950 telah diakui sebagai badan hukum “Perhimpunan Palang Merah Indonesia”, dimana diberikan tugas untuk menjalankan pekerjaan kepalangmerahan di Negara Republik Indonesia menurut Konvensi Jenewa Tahun 1864, 1906, 1929 dan 1949. Lambang Palang Merah di Indonesia atau disebut juga dengan “Tanda Palang Merah” telah ditetapkan pada tanggal 3 April 1962 melalui Peraturan Penguasa Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 yang menetapkan peraturan tentang pemakaianpenggunaan tanda dan kata-kata palang merah, akan tetapi peraturan ini hanya berlaku untuk daerah-daerah yang berlangsung dalam keadaan darurat sipil, keadaaan darurat militer dan keadaan perang. Lambang Palang Merah di Indonesia adalah lambang milik lembaga internasional yang keberadaannya telah diakui oleh hukum yang berlaku di Indonesia seperti yang telah diuraikan diatas, pada kenyataannya sampai dengan sekarang ini belum ada peraturan khusus yang mengatur lambang palang merah di Indonesia. Akan tetapi pemerintah Indonesia melalui Ditjen HaKI tetap memberikan perlindungan bagi lambang Palang Merah di Indonesia sebagai lambang lembaga internasional yaitu dengan adanya pasal 6 ayat 3 butir b Undang-undang Nomor UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 61 15 Tahun 2001 disebutkan bahwa permohonan pendaftaran HaKI akan ditolak ketika permohonan yang menggunakan merek yang merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara, atau lembaga nasional maupun internasional. Dengan kata lain, berdasarkan wawancara dengan Bapak Jawasmer, Kasubid Pelayanan Jasa Hukum Umum, Kanwil Kemenkumham provinsi Sumatera Utara menyatakan jika badan hukum yang akan melakukan pendaftaran merek atas barang dagangannya yang sama pada pokoknya dengan lambang palang merah , maka berdasarkan pasal 6 ayat 3 huruf b Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 permohonan pendaftaran HaKI oleh badan hukum tersebut akan ditolak oleh Kantor Merek. 78 Selanjutnya akan diuraikan perihal pengertian merek berdasarkan pendapat sarjana, merek yang tidak boleh didaftarkan dan merek yang ditolak pendafarannya, sehingga akan lebih jelas adanya keterkaitan lambang Palang Merah dalam Undang- undang merek Nomor 15 Tahun 2001, seperti tersebut dibawah ini :

A. Pengertian Merek, Merek Yang Tidak Boleh Didaftarkan dan Merek Yang Ditolak Pendaftarannya

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMALSUAN MEREK DAGANG TERKENAL ASING DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

2 38 108

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

1 12 81

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS MEREK TERDAFTAR DI INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG MEREK NOMOR 15 TAHUN 2001

0 2 92

Penemuan Hukum Dalam Perlindungan Merek Yang Digunakan Sebagai Nama Domain Di Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 41

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

0 0 8

BAB II ASPEK HUKUM LAMBANG PALANG MERAH A. Sejarah Organisasi - Perlindungan Hukum Atas Lambang Palang Merah Di Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Mere

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Atas Lambang Palang Merah Di Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Mere

0 2 30

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS LAMBANG PALANG MERAH DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK TESIS

0 0 17

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMBELIAN PERUMAHAN BERSUBSIDI DI PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK-HAK PEMAIN SEPAK BOLA PROFESIONAL DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

0 0 12