39
e. Perhimpunan penolong sukarela lainnya, yang telah memenuhi persyaratan yang
berlaku bagi Perhimpunan Nasional, yang boleh memakai lambang hanyalah personil dan perlengkapan yang digunakan pada Dinas Kesehatan militer, serta
tunduk pada hukum dan peraturan militer. Sedangkan penggunaan lambang sebagai tanda pengenal pada waktu
peperangan hanya boleh digunakan oleh Perhimpunan Nasional; dalam hal ini guna menghindari adanya kebingungan dengan pemakaian lambang sebagai tanda
pelindung pada waktu perang, maka lambang yang digunakan tidak boleh dipasang pada ban lengan atau di atap bangunan.
2. Penggunaan Lambang Sebagai Tanda Pengenal “
Indicative Use”
59
Lambang selain dapat dipergunakan sebagai tanda pelindung, dapat juga dipergunakan sebagai tanda pengenal. Tanda pengenal menunjukkan bahwa si
pemakai tanda pengenal adalah orang-orang atau objek-objek yang ada kaitannya dengan gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional.
60
Anggota Perhimpunan Nasional diperpolehkan memakai lambang sebagai tanda pengenal ini pada waktu melaksanakan tugas, tetapi dengan ukuran yang kecil.
Pada saat tidak sedang menjalankan tugas, mereka hanya boleh memakai emblem dalam ukuran yang sangat kecil, misalnya dalam bentuk badge, jepitan dasi, pin, dan
sebagainya. Ketentuan ini juga berlaku bagi Palang Merah Remaja dengan mencantumkan kata Palang Merah Remaja atau singkatannya.
59
Keterangan pada bagian ini merupakan ringkasan dari Regulation tentang lambang sebagai tanda pelindung, hal. 551-568.
60
Pasal 1 alinea kedua Regulation tahun 1991 menyebutkan bahwa “…the indicative use of the emblem serves to show that the persons or object are linked to the movement”, hal. 552.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Selain mengatur tentang penggunaan lambang sebagaimana di atas, dalam Regulation juga diatur tentang penggunaan lambang untuk tujuan diseminasi
sosialisasi dan kegiatan pengumpulan dana “fund-raising”. Perhimpunan Nasional dapat memakai lambang sebagai tanda pengenal untuk mendukung kampanye atau
kegiatannya agar diketahui oleh masyarakat umum; untuk menyebarluaskan pengetahuan
tentang Hukum
Humaniter Internasional
dan Prinsip-prinsip
Fundamental Perhimpunan Nasional atau untuk mengumpulkan dana.
61
Apabila ditampilkan pada bahan cetakan printed matter, objek atau bahan iklan lain untuk suatu kampanye; maka lambang harus disertai nama perhimpunan,
teks atau gambar-gambar
yang dipublikasikan, akan tetapi jangan sampai memberikan sugesti bahwa objek tersebut mendapatkan perlindungan dari Hukum
Humaniter atau
keanggotaan “Gerakan”,
atau memberikan
kesempatan penyalahgunaan di kemudian hari, sehingga objek tersebut harus dalam ukuran yang
kecil, atau dari bahan yang mudah rusak atau cepat hancur. Perhimpunan Nasional yang
bekerjasama dengan
perusahaan dagang
atau organisasi
lain untuk
melaksanakan kegiatannya, dapat menampakkan cap atau logo perusahaan, atau kalimat lainnya asalkan sesuai dengan syarat berikut ini :
62
a. Jangan menimbulkan anggapan bahwa ada kaitan antara kegiatan perusahaan
atau kualitas produk dengan emblem atau Perhimpunan Nasional sendiri; b.
Perhimpunan Nasional tetap mengawasi jalannya kampanye, menentukan di mana cap atau logo atau kalimat dari perusahaan yang ditampilkan;
61
Lihat Pasal 23 ayat1 dan 2 Regulation.
62
Arlina Permanasari, Op. Cit., hal. 325-326.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
c. Perusahaan yang bersangkutan tidak boleh terlibat dengan kegiatan yang
bertentangan dengan tujuan dan prinsip Gerakan atau yang oleh masyarakat umum dianggap kontroversial;
d. Perhimpunan Nasional setiap saat berhak membatalkan kontrak tertulis dengan
perusahaan yang bersangkutan bila kegiatan tersebut merongrong rasa hormat terhadap emblem;
e. Keuntungan materiil atau financial yang diperoleh Perhimpunan Nasional dari
kampanye, harus bersifat substansial; f.
Kontrak tersebut harus disetujui oleh Pimpinan Pusat dari Perhimpunan Nasional.
Di samping ketentuan di atas, Perhimpunan Nasional dapat menyetujui pemakaian lambang untuk dijual di pasaran, asalkan objek tersebut menggambarkan
individu atau objek yang memang benar-benar berhak menggunakan lambang. Namun ijin tersebut hanya atau terbatas untuk jangka waktu tertentu dan untuk objek
tertentu saja. Perhimpunan Nasional juga dapat memberi ijin untuk memakai lambang pada
lembaga yang tidak mempunyai tujuan komersial dan tujuannya hanya untuk menyampaikan atau mempromosikan kegiatan Perhimpunan atau “Gerakan”.
Adapun, pemakaian lambang atau kata-kata “palang merah” atau “palang Jenewa”, atau tanda atau sebutan apapun lainnya yang merupakan tiruan dari
lambang yang banyak dilakukan oleh perseorangan, perkumpulan-perkumpulan, maupun perusahaan merupakan suatu pelanggaran hukum dan oleh karenanya harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
dilarang, apapun maksud dari pemakaian itu dan tanpa mengindahkan tanggal penggunaannya.
Sedangkan penggunaan lambang sebagai tanda pelindung yang dipakai pada waktu damai, dapat dilakukan oleh unit-unit kesehatan Perhimpunan Nasional
termasuk Rumah Sakit, Pos P3K milik Perhimpunan Nasional, dan lain-lain dan sarana transportasi laut, udara dan darat yang bertugas melakukan tujuan medis
pada masa peperangan namun dapat memakai atau memajang lambang tersebut sebagai tanda pelindung pada masa damai dengan seijin Pemerintah.
Adapun, berbeda dengan ke dua lambang sebelumnya, penggunaan lambang Kristal Merah dapat memungkinkan negara-negara yang tidak ingin menggunakan
lambang palang merah ataupun bulan sabit merah untuk bergabung ke dalam “Gerakan”; serta kemungkinan untuk menggunakan lambang palang merah dan bulan
sabit merah secara bersama-sama. Lambang Kristal Merah sebagai tanda pengenal dapat ditampilkan bersama-sama dengan bulan sabit merah maupun palang merah
atau kedua-duanya
di dalam
badan lambangnya,
atau semata-mata
hanya menggunakan lambang Kristal Merah saja, atau menggunakan simbol lainnya yang
telah secara efektif digunakan dan telah dikomunikasikan dengan negara-negara penandatanganan lainannya.
63
Adapun penggunaannya sebagai tanda pelindung, ditampilkan dalam ukuran yang besar, sebagaimana berlaku pula pada lambang
palang merah dan bulan sabit merah.
63
Lihat Pasal 3 ayat 1 Protokol Tambahan III tahun 2005.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
C. Dasar Hukum Lambang Palang Merah 1.
Dalam Hukum Humaniter Internasional
Setelah Palang Merah Indonesia PMI diakui oleh Komite Internasional Palang Merah International Committee of the Red Cross atau disingkat ICRC pada
tanggal 15 Juni 1950, selanjutnya PMI diterima sebagai anggota Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah pada tanggal 16 Oktober 1950.
Untuk menindaklanjuti surat dari Menteri Luar Negeri tertanggal 5 Februari 1951 Nomor 10341 yang menyatakan kesediaan Negara Republik Indonesia untuk
ikut serta dalam seluruh Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 dan untuk menjadi negara peserta dalam suatu konvensi diperlukan Undang-undang, maka
Pemerintah Indonesia pada tanggal 4 Juli 1958 mengesahkan Undang-undang Nomor 59 Tahun 1958 tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia dalam seluruh
Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949. Konvensi Jenewa Tahun 1949 merupakan satu komponen dari Hukum
Humaniter Internasional atau disebut juga Hukum Perikemanusiaan Internasional sebagai suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan
korban perang. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa dasar hukum yang mengatur tentang lambang palang merah dalam Hukum Humaniter Internasional HHI dari
hasil wawancara dengan Bapak H. Muhammad Muas Pengurus PMI Pusat adalah
64
: a.
Geneva Convention I Tahun 1949
64
Hasil wawancara dengan Pengurus PMI Pusat tanggal 6 Nopember 2012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Konvensi Jenewa I Tahun 1949 mengatur tentang perbaikan keadaan yang luka dan sakit dalam angkatan bersenjata di medan pertempuran darat.
Beberapa pasal yang mengatur penggunaan lambang diatur dalam Pasal 38- 44, Pasal 53 dan Pasal 54; antara lain :
65
1 Pasal 38 :
Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang pusaka palang
merah diatas dasar putih, yang dibentuk mengganti warna-warni federal, dipertahankan sebagai lambang dan tanda yang berbeda dari dinas kesehatan
angkatan perang. 2
Pasal 39 : Menyatakan bahwa atas petunjuk penguasa militer yang berwenang, lambang itu
harus tampak
pada bendera-bendera,ban
lengan dan
pada semua
alat perlengkapan yang dipakai dalam dinas kesehatan.
3 Pasal 40 :
Menyatakan bahwa lambang palang merah diatas dasar putih yang dipakai pada lengan kiri suatu ban lengan tahan basah yang memuat lambang pengenal, yang
dikeluarkan dan dicap oleh penguasa militer dan hanya boleh dipakai oleh : a Anggota dinas kesehatan termasuk rohaniawan pada angkatan bersenjata.
b Anggota Perhimpunan Palang Merah Nasional dan anggota perhimpunan penolong sukarela lainnya, yang diakui dan disahkan oleh pemerintah dan
mereka tunduk pada hukum dan peraturan militer.
65
Direktorat Jenderal Hukum Perundang-undangan Departemen Kehakiman, Terjemahan Konvens
i Jenewa tahun 1949, Departemen Hukum dan Perundang-undangan, Jakarta , 1999, hal. 55-57.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
c Anggota perhimpunan
yang diakui
dari suatu
negara netral
yang diperbantukan anggota dinas dan kesatuan kesehatannya jika telah diperoleh
persetujuan dari pemerintahnya sendiri dan mendapat izin dari negara yang sedang bertikai.
Pada pasal 40 juga menambahkan bahwa para personil tersebut harus dilengkapi dengan kartu pengenal khusus yang memuat lambang pengenal
tersebut, yang sedapat mungkin harus sama dengan yang dibuat di negara peserta konvensi dan dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap dua, satu
helai disimpan dinegara asal. 4
Pasal 41 : Menyatakan bahwa para personil yang menggunakan sebuah ban lengan putih
yang memuat ditengah-tengahnya tanda pengenal yang digunakan hanya selama mereka menjalankan kewajiban-kewajiban kesehatan yang harus dikeluarkan dan
distempel oleh penguasa militer.
66
5 Pasal 42 :
Menyatakan bahwa lambang sebagai tanda pengenal dapat juga dipakai pada bendera-bendera yang hanya boleh dikibarkan diatas kesatuan dan bangunan-
bangunan kesehatan yang berhak menggunakannya dengan izin penguasa militer. Bendera itu dapat didampingi oleh bendera nasional suatu negara.
6 Pasal 43 :
Menyatakan bahwa kesatuan-kesatuan kesehatan negara netral yang mungkin telah diizinkan untuk memberikan jasa-jasa mereka kepada salah satu pihak yang
berperang menurut syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal 27, harus
66
Ibid, , hal. 57.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
mengibarkan disamping bendera Konvensi, bendera nasional pihak berperang itu, dimana saja pihak itu menggunakan hak yang diberikan kepadanya oleh Pasal
42.
67
7 Pasal 44 :
Menyatakan bahwa dengan pengecualian hal-hal yang disebutkan dalam paragrap-paragrap berikut dari pasal ini, lambang Palang Merah atas dasar putih
dengan kata-kata
Palang Merah,
atau Palang
Jenewa tidak
boleh dipergunakan, baik dalam waktu damai maupun dalam waktu perang, kecuali
untuk menunjukkan atau melindungi kesatuan-kesatuan dan bangunan-bangunan kesehatan, anggota-anggota serta bahan perlengkapan yang dilindungi oleh
konvensi ini dan lain-lain konvensi-konvensi yang mengatur hal-hal serupa.
68
8 Pasal 53 :
Menyatakan bahwa pemakaian lambang atau sebutan Palang Merah atau Palang Jenewa, atau tanda atau sebutan apapun yang merupakan tiruan dari
padanya oleh
perseorangan, perkumpulan-perkumpulan,
perusahaan atau
perseroan dagang baik pemerintah maupun swasta, selain dari mereka yang berhak di bawah konvensi ini selalu harus dilarang, apapun maksud daripada
pemakaiannya itu dan tanpa mengindahkan tanggal penggunaanya.
69
9 Pasal 54 :
Menyatakan bahwa
apabila perundang-undangan
mereka belum
juga sempurna, Pihak-pihak Peserta Agung pada setiap saat harus mengambil
67
Ibid, hal. 59
68
Ibid, hal. 60.
69
Ibid, hal. 71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
tindakan-tindakan yang perlu untuk pencegahan dan pemberantasan tindakan- tindakan penyalahgunaan seperti tersebut dalam Pasal 53.
70
b. Geneva Convention II Tahun 1949
Konvensi Jenewa II Tahun 1949, mengatur tentang perbaikan keadaan anggota angkatan bersenjata di laut yang luka, sakit, dan korban karam. Pasal 41-
45;
71
Beberapa pasal yang mengatur penggunaan lambang diatur dalam Pasal 38- 44, Pasal 53 dan Pasal 54; antara lain :
1 Pasal 41 :
Menyatakan bahwa atas petunjuk penguasa militer yang berwenang, lambang palang merah dia atas dasar putih, harus diperlihatkan pada bendera-bendera, ban
lengan, dan pada semua perlengkapan yang dipakai dalam Dinas Kesehatan. Walaupun demikian, mengenai negara-negara yang telah memakai sebagai
lambang bulan sabit merah atau singa dan matahari merah di atas dasar putih sebagai pengganti palang merah, lambang-lambang itu juga diakui dalam arti
konvensi ini. 2
Pasal 42 : Menyatakan bahwa Personel dinas rohani, kesehatan dan rumah sakit, yang
disebut dalam Pasal-pasal 36 dan 37 harus memakai pada lengan kiri ban lengan
70
Ibid, hal. 73
71
Ibid, hal. 92-158
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
yang tahan basah, dan memuat lambang pengenal, yang dikeluarkan dan dicap oleh penguasa militer.
Personel demikian harus juga membawa suatu kartu identitas khusus yang memuat lambang pengenal itu, sebagai tambahan pada cakram pengenal yang
disebut dalam Pasal 19. Kartu ini harus tahan basah dan sedemikian besarnya sehingga dapat dibawa dalam saku. Kartu harus ditulis dalam bahasa nasional,
harus menyebut sekurang-kurangnya nama keluarga dan nama kecil, tanggal lahir, pangkat serta nomor dinas pemegangnya, dan harus menyatakan dalam
kedudukan apa pemegangnya berhak akan perlindungan konvensi ini. Kartu itu harus memuat potret pemiliknya dan juga tanda tangan atau cap jari atau kedua-
duanya. Kartu itu dibubuhi stempel penguasa militer. Kartu identitas harus seragam di seluruh angkatan bersenjata yang sama dan sedapat mungkin
berbentuk serupa dalam angkatan bersenjata Pihak-pihak Peserta Agung. Pihak- pihak yang bertikai dapat berpedoman pada contoh yang dilampirkan pada
konvensi ini. Pada pecahnya pertempuran mereka harus saling memberitahukan bentuk kartu yang dipergunakan. Apabila mungkin kartu-kartu identitas harus
dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap dua, satu salinan disimpan di negara asal. Personel tersebut dalam keadaan apapun tidak boleh dirampas lencana atau
kartu identitas itu hilang, mereka berhak untuk menerima salinan-salinan kartu- kartu itu dan mendapat penggantian lencana
3 Pasal 43 :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
Menyatakan bahwa kapal-kapal yang disebut dalam Pasal-pasal 22,24, 25 dan 27 harus ditandai dengan jelas sebagai berikut :
a Semua dataran luar harus putih, b Pada tiap sisi badan kapal dan pada dataran horisontal, harus digambarkan dan
diperhatikan satu atau lebih palang berwarna merah tua sebesar mungkin, ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat kelihatan sejelas-jelasnya dari
laut dan dari udara. Apabila sekoci-koci pantai terus beroperasi dengan persetujuan negara pendudukan dari suatu pangkalan yang diduduki, sekoci-
koci itu dapat diperkenankan untuk terus mengibarkan warna-warna nasionalnya sendiri bersama dengan bendera bersama dengan bendera palang
merah di atas dasar putih, jika berada di luar pangkalannya, yang harus terlebih dahulu diberitahukan kepada semua pihak-pihak yang bertikai
bersangkutan. 4
Pasal 44 : Menyatakan bahwa tanda-tanda pengenal yang disebutkan dalam Pasal 43
hanya boleh dipakai untuk menandakan atau melindungi kapal-kapal yang disebut disitu, baik diwaktu damai maupun diwaktu perang, kecuali apa yang
mungkin ditentukan dalam tiap konvensi internasional lainnya atau dengan persetujuan antara pihak-pihak yang bertikai bersangkutan.
5 Pasal 45 :
Menyatakan bahwa
apabila perundang-undangan
mereka belum
juga sempurna, Pihak-pihak Peserta Agung pada setiap saat harus mengambil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
tindakan-tindakan yang perlu untuk pencegahan dan penindakan dari tiap penyalahgunaan tanda-tanda pengenal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 43.
c. Additional Protocol I tahun 1977,
Protokol Tambahan I tahun 1977 mengatur tentang memperkuat perlindungan kepada para korban konflik bersenjata internasional.
Beberapa pasal yang mengatur penggunaan lambang adalah Pasal 18 dan Pasal 85,
72
yaitu : 1
Pasal 18 : Menyatakan perihal aturan penggunaan lambang palang merah.
2 Pasal 85:
Menyatakan perihal tentang penindakan terhadap pelanggaran Protokol ini. d.
Additional Protocol II tahun 1977 Protokol
Tambahan II
tahun 1977
mengatur tentang
memperkuat perlindungan kepada para korban konflik bersenjata non-internasional.
Aturan tentang lambang Palang Merah terdapat pada Pasal 12, yaitu ;
73
menyatakan bahwa dibawah pengarahan dari pejabat yang berwenang, lambang pengenal berupa palang merah, bulan sabit merah dan singa dan matahari merah
diatas dasar putih harus diperlihatkan oleh anggota-anggota dinas kesehatan dan keagamaan, dan
dipasang pada alat angkutan kesehatan. Pemakaian lambang pengenal itu tidak boleh disalahgunakan.
e. Statutes of the International Red Cross and Red Crescent Movement 1986;
72
Protokol Tambahan
pada Konvensi-konvensiJenewa12
Agustus 1949
dan Yang
Berhubungan Dengan Perlindungan Korban-korban Pertikaian-pertikaian Bersenjata Internasional Protokol
I dan
Bukan Internasional
Ptotokol II,
http:icrcjakarta.info downloadProtokol20Tambahan201977.pdf
, diunduh pada tanggal 20 Desember 2012
73
Ibid..
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Statuta Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah internasional mengatur tentang :
1 Komponen-komponen Gerakan Pasal 3-7, yang terdiri dari Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional serta persyaratan untuk diakui
sebagai Perhimpunan
Nasional; Komite
Internasional Palang
Merah International Committee of the Red CrossICRC; Liga Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah League of the Red Cross and Red Crescent; kemudian berganti nama menjadi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah International Federation of Red Cross and Red Crescent; serta mengatur kerjasama di antara ketiga komponen Gerakan.
2 Badan-badan hukum Gerakan Pasal 8-19, yang mengatur tentang batasan, komposisi, fungsi serta prosedur dari Konferensi Internasional Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah, Dewan Delegasi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Council of Delegates, serta Komisi Pendiri Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah Standing Commission. 3 Ketentuan-ketentuan Penutup Pasal 20-21, yang mengatur mengenai
amandemen Statuta dan pemberlakuan Statuta. f.
Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent by the National Societies disetujui dalam Konferensi Internasional ke-20 di Wina
tahun 1965 dan direvisi oleh Council of Delegates, Budapest, 1991.
74
Regulasi mengatur secara teknis mengenai penggunaan lambang palang merah dan bulan sabit merah, antara lain :
74
Peraturan Tentang Pemakaian Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah oleh Perhimpunan-perhimpunan Nasional,
http:www.scribd.comdoc60173890Lam-Bang , diunduh pada
tanggal 20 Desember 2012.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
1 Aturan-aturan umum Pasal 1-7 yang mengatur perihal arti lambang, kewenangan
Perhimpunan Nasional,
penghormatan terhadap
lambang, perbedaan tentang dua macam penggunaan lambang, rancangan lambang,
jarak penglihatan untuk lambang sebagai tanda pelindung dan regulasi internal bagi Perhimpunan Nasional.
2 Aturan-auran khusus Pasal 8-22, yaitu mengatur lambang sebagai tanda pelindung Pasal 8-15 dan lambang sebagai tanda pengenal Pasal 16-22.
3 Aturan-aturan mengenai kegiatan Pasal 23-27, yang berupa kegiatan diseminasi sosialisasi dan kegiatan pengumpulan dana fund-raising.
g. Surat pengakuan dari ICRC
International Committee of the Red Cross tentang
berdirinya Perhimpunan Palang Merah Indonesia pada tanggal 15 Juni 1950. h.
Surat pengakuan dari IFRC International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies pada tanggal 16 Agustus 1950 dan diterima Indonesia
sebagai angggota ke-68. Di samping itu terdapat pula ketentuan pendukung lainnya yang dikenal
dengan Paris Convention 1883 mengenai ‘industrial property’ Pasal 6, yang juga telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Keppres No. 15 tahun 1997 tentang ratifikasi
Paris Convention.
2. Dasar Hukum Lambang Palang Merah Di Indonesia