Epidemi dan Wabah Penyakit Konflik Sosial

17 Tabel 2 : Lokasi kejadian banjir, aliran sungai serta kerugian yang dialami tahun 2006

11. Epidemi dan Wabah Penyakit

Epidemi dan wabah penyakit merupakan hal yang potensial timbul di Kabupaten Bulukumba, mengingat banyaknya penduduk Bulukumba yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat hidup sehat dan higienis secara memadai. Berjangkitnya penyakit dapat mengancam manusia maupun hewan ternak dan berdampak serius dalam bentuk kematian dan terganggunya roda perekonomian. Beberapa kejadian diare, demam berdarah dan malaria sudah teridentifikasi di berbagai kecamatan dan kota di Bulukumba.

12. Konflik Sosial

Kabupaten Bulukumba merupakan wilayah yang memiliki beragam etnis dengan bahasa dan budaya yang beraneka ragam pula. Keragaman ini menjadi kekayaan tersendiri, tetapi di sisi lain terkadang menimbulkan ketegangan- Desa Kassi Kec. Gantarang 0185130 9386766 1 jembatan, 1 bendungan, beberapa rumah rusak ringan, sawah, kebun coklat Desa Barabba Kec. Gantarang 0185493 9386500 11 rumah hanyut, 10 ekor sapi, sejumlahayam dan itik, sawah, kebun coklat Dusun Teko, Kasuara Kel. Tanah Kongkong Kec. Ujung Bulu 4 rumah hanyut dan 6 rusak berat, tambak udang dan ikan 4 Salo Anyorang Dusun Dongi, Tanah Eja Kec. Bontotiro 203582 9393388 Rumah ternak 1 hanyut dan 2 rusak Desa Manyampa Kec. Ujung Bulu Kambing 15 ekor, sapi 10 ekor, tambak, tanaman padi, jagung, coklat, mesin tambak hanyut- rusak, perpipaan tambak rusak Dusun Bampang Kel. Sapolohe Bontobahari 203541 9390658 Tambak, sawah, 4 rumah hanyut dan ternak ayam 5 Salo Tekona Malombong Dusun Pallantingan Desa Karassing Kec. Herlang 206438 9401482 2 rumah hanyut, sapi 12 ekor, sawah dan kebun coklat hanyut Dsn Babana Butung I Kel.Bontokamase Kec. Herlang 214729 9396868 5 rumah dan rumah tambak hanyut, ternak ayam Dusun Basokeng Desa Dwi Tiro Kec. Bontotiro 214493 9396868 1 rumah pinggir rumah hanyut 18 ketegangan sosial, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menjelma menjadi konflik sosial. Perbedaan kepercayaan dan perbedaan tingkat kesejahteraan yang mencolok dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyulut konflik sosial. Sementara itu diera demoktratisasi seperti saat ini maka pemilihan kepala daerah mulai menimbulkan konflik dan kerusuhan antara berbagai kelompok pendukung calon tertentu, yang di beberapa tempat dapat berlangsung lama dan berkepanjangan. Konflik sosial yang diakibatkan oleh ulah manusia dapat berinteraksi dengan satu atau lebih kejadian alam seperti banjir atau kebakaran dikenal sebagai kedaruratan kompleks. Konflik sosial dan kedaruratan kompleks memerlukan penanganan yang segera dan seksama. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat pada eskalasi tingkat intensitas dan keluasan konflik. Dalam kedua situasi ini perhatian khusus perlu diberikan pada kelompok-kelompok minoritas yang biasanya sangat terpengaruh oleh dampak situasi yang kurang menguntungkan ini. No Tahun Lokasi Jenis Kekuatan Korban 1 1826 Bulukumba Tsunami Tidak diperoleh data 2 29121828 Bulukumba Tsunami Tidak diperoleh data 3 1904 Bulukumba Tsunami Tidak diperoleh data Tabel 3 : Historis Bencana Alam Gempa dan Tsunami di Bulukumba, Thn 1820-2006 Kelompok DAS No. Sub - Das Luas Ha areal Beresiko Banjir Kurang 1 Ujungloe 29.512 21,02 Tabel 4 : Kelompok DAS Rawan Banjir di kab. Bulukumba, Berdasarkan kondisi penutupan lahan . No Lokasi Kejadian KerugianKorban Jiwa 1 Kelurahan Bintarore, Tanah Kongkong dan Kasimpureng Kec. Ujung Bulu  42 KK rusak berat  66 KK rusak ringan 2 Desa Manyampa Lonrong, Dannuang, dan Salemba Kec. Ujung Loe  9 KK rusak berat  29 KK rusak ringan 3 Desa Meriorennu, Bialo, Paenrelompoe Gattareng Kec. Gantarang  10 KK rusak berat  12 KK rusak ringan 4 Desa Kindang dan Kel. Borong Rappoa Kec. Kindang  10 KK rusak berat  6 KK rusak ringan 5 Kel. Bontokamase, Desa Singa, Desa Borong dan Tugondeng Kec. Herlang  42 KK rusak berat  66 KK rusak ringan 6 Desa Lolisang dan Desa Bontobaji Kec. Kajang  42 KK rusak berat  66 KK rusak ringan 19 7 Desa Tritiro Kec. Bontotiro  1 KK rusak berat 8 Kel. Sapolohe Kec. Bontobahari  5 KK rusak berat  14 KK rusak ringan 9 Desa Barugae Bontobulaeng Kec. Bulukumpa  6 KK rusak ringan Tabel 5 : Lokasi daerah yang dilanda tanah longsor tahun 2006 No Tahun Lokasi Kejadian KerugianKorban Jiwa 1 1997 Kec. Ujung Bulu Kantor kejaksaan 2 2000 Kec. Ujung Bulu Kantor pertanian 3 Kec. Ujung Bulu Pasar sentral lama 4 2006 Kec. Ujung Bulu 6 KK 5 Kec. Ujung Bulu Pasar sentral Lama 6 Kec. Bulukumpa 6 KK 7 Kec. Ujung Loe 3 KK 8 Kec. Gantrang 7 KK 9 Kec. Herlang 4 KK 10 Kec. Rilau Ale 6 KK 11 Kec. Kindang 6 KK 12 Kec. Kajang 4 KK 13 Kec. Bontobahari 6 KK 14 Kec. Bontotiro 2 KK 15 2007 Kec. Rilau Ale 1 KK 16 Kec. Kajang 7 KK 17 Kec. Kindang 1 KK 18 Kec. Bulukumpa 1 KK 19 Kec. Herlang 2 KK 20 Kec. Gantarang 4 KK 21 Kec. Ujung Bulu 1 KK Tabel 6 : Lokasi kejadian kebakaran tahun 20062007 Berdasarkan catatan peristiwa bencana alam yang terjadi didaerah Kabupaten Bulukumba lihat Tabel 2 dan Tabel 3, bencana alam didaerah ini umumnya berupa, tsunami, angin kencang, banjir, dan tanah longsor. Faktor- fakktor penyebab bencana alam tersebut antara lain adalah kerusakan hutanvegetasi penutup tanah, kondisi topografi, sifat dan jenis tanah, struktur geologis sesar dan kekar, pola penggunaan tanah, intensitas curah hujan, serta kebijakan penataan ruang dan penetapan kawasan hutan. Faktor-faktor ini potensial menimbulkan bencana alam banjir dan longsor. Adapun bencana alam gempa bumitektonik, umumnya disebabkan oleh Lajur sumber gempa bumi sesar Palu-Koro yang mencapai 7,6 SR dengan priode ulang 162 tahun, Lajur sumber gempa bumi sesar WalanaE yang mencapai 6,1 SR dengan 20 periode ulang 200 tahun, dan Sesar yang berarah Utara Barat Laut Tenggara yang memanjang dari Selat Makassar dan kedaratan Sulawesi Selatan hingga menyatu dengan sesar WalanaE. Gambaran kondisi daerah tersebut diatas, menunjukkan bahwa daerah Bulukumba potensial terhadap ancaman bencana alam. Dan dalam historis kebencanaan, telah tercatat sejarah peristiwa bencana alam yang cukup panjang, yang banyak menelan korban jiwa, korban harta benda, dan trauma ketakutan akan berulangnya bencana tersebut.

B. Permasalahan Penanggulangan Bencana Daerah