22
menjadi kebijakan, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur tetap protap kebencanaan sampai ke tingkat pemerintahan yang paling rendah. “Roh
pengurangan risiko bencana” perlu terus didorong agar merasuki para pembuat kebijakan dan semua kebijakan serta program pembangunan, dan mendorong
koordinasi dan kerjasama antar pihak yang baik. Dengan pemaduan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan,
diharapkan akan terbangun mekanisme penanggulangan bencana yang terpadu, efektif, efisien dan handal.
8. Permasalahan umum lainnya adalah besarnya kebutuhan anggaran untuk pengembangan kapasitas dalam penanggulangan bencana. Dengan jumlah
penduduk yang besar dan banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan bahaya, banyak komunitas yang perlu menerima gladi, simulasi dan pelatihan
kebencanaan. Banyak tim siaga bencana komunitas yang perlu dibentuk dan diberi sumber daya yang memadai. Selain itu, di pihak pemerintah daerah
sendiri masih banyak yang perlu ditingkatkan dalam hal kelembagaan penanggulangan bencana dan kelengkapannya, masih banyak aparat pemerintah
yang perlu diberi pendidikan dan pelatihan kebencanaan agar dapat melaksanakan pembangunan yang berperspektif pengurangan risiko dan
menyelenggarakan tanggap serta pemulihan bencana dengan baik.
C. Kondisi Yang Diinginkan Dalam Penyelenggaran Penanggulangan Bencana
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Bulukumba diarahkan pada meningkatnya kebersamaan yang sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam
mewujudkan Bulukumba tangguh terhadap ancaman bencana. Bulukumba yang tangguh terhadap ancaman bencana merupakan perwujudan daripada upaya untuk
menggalang partisipasi nyata seluruh lapisan masyarakat Bulukumba dalam menghadapi ancaman bencana mulai dari tahapan pra bencana, saat bencana
hingga tahapan pasca bencana. Melalui penggalangan kebersamaan tersebut di atas, maka diharapkan agar pada
masing-masing sektor dan lembaga masyarakat dapat menunjukkan peranannya secara nyata yang bersinergik dilapangan, dan untuk mencapai hal itu, maka
tersedianya perangkat kebijakan operasional, adanya koordinasi antar sektor, adanya kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat yang bersinergi serta
23
tingginya partisipasi masyarakat yang tangguh menghadapi ancaman bencana merupakan kondisi yang diinginkan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
menyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorgani-sasian serta melalui langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi penyelamatan dan evakuasi korban jiwa, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
seta pemulihan prasarana dan sarana. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan sarana aspek pelayanan publik
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana agar sasaran utama untuk normalitas atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
24
BAB IV KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
KABUPATEN BULUKUMBA
A. Visi dan Misi
Penanggulangan Bencana PB merupakan salah satu prioritas kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD
Kabupaten Bulukumba Tahun 2010-2015. Secara substansial penanggulangan ancaman dimaksud dicantumkan pada agenda ke 2 yaitu terwujudnya akselerasi
bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan kebijakan umumnya peningkatan pelayanan kepada penduduk dalam hal penanggulangan
bencana, agenda ke 6 yaitu penguatan kelembagaan masyarakat dengan kebijakan umumnya peningkatan kualitas tekno struktur komunitas dan pemberdayaan
masyarakat, dan agenda ke 7 yaitu penguatan kelembagaan pemerintah dengan kebijakan umumnya peningkatan kinerja SKPD.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanahkan bahwa, penanggulangan bencana harus berazaskan kemitraan,
kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup dan IPTEK, dengan menerapkan prinsip-prinsip cepat dan tepat, koordinasi dan keterpaduan, kemitraan dan
pemberdayaan. Penyelenggaraan penanggulangan bencana ditujukan untuk memberikan
perlindungan kepada
masyarakat dari
ancaman bencana,
terselenggaranya penanggulangan bencana
secara terancana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, serta untuk membangun partisipasi dan kemitraan
publik serta swasta. Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana dan arahan RPJMD Kabupaten Bulukumba tahun 2010- 2015 dan kondisi yang diinginkan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana tersebut di atas, maka Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2011-2015 dirumuskan sbb :
V i s i : “ Terwujudnya rasa aman, sehat dan sejahtera masyarakat Bulukumba melalui penanganan yang tanggap, tangguh, cepat
dan tepat “