DOKUMEN PERENCANAAN SKPD Renstra

(1)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional pada tanggal 24 Januari 2007 menyampaikan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mengurangi resiko bencana. Selanjutnya, pada tanggal 26 April 2007 disahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kedua perangkat hukum tersebut di atas merupakan komitmen pemerintah untuk mengurangi resiko bencana dan membangun masyarakat yang tanggap dan tangguh dalam menghadapi ancaman bencana. Selain itu, keduanya juga merupakan landasan hukum terbentuknya lembaga penanggulangan bencana baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba pada tanggal 27 Desember 2011 telah mensahkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bulukumba Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan atas PERDA Kabupaten Bulukumba Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, BAPPEDA, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Kabupaten Bulukumba, dimana PERDA Kabupaten Bulukumba ini merupakan dasar hukum terbentuknya lembaga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba yang akan melaksanakan Ren-cana Aksi Daerah (RAD) untuk mengurangi resiko bencana dan membangun masyarakat yang tanggap dan tangguh dalam menghadapi ancaman bencana khususnya di daerah Bulukumba.

Permasalahan penanggulangan bencana di Kabupaten Bulukumba semakin kompleks sejalan dengan pradigma era reformasi dan pengaruh global. Sejalan dengan itu, pelaksanaan otonomi daerah dan tuntutan reformasi serta terbitnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan PERDA Kabupaten Bulukumba Nomor 9 Tahun 2011 mengharuskan untuk menata landasan dan kebijakan serta program-program penanggulangan bencana didaerah ini. Dalam penataan ini, maka perangkat-perangkat hukum tersebut diatas menjadi acuannya, sehubungan dengan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu perencanaan penanggulangan bencana yang menganut prinsip-prinsip cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan,


(2)

berdaya guna dan berhasil guna, transparansi dan akuntabel, kemitraan, pemberdayaan dan nondeskriminatif yang diakomodir rencana penanggulangan ancaman gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin kencang dan tanah longsor baik pada saat bencana, maupun pada tahap pasca bencana dengan tujuan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta dan menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.

Untuk menanggulangi bencana di Kabupaten Bulukumba, maka disusunlah RENSTRA BPBD Kabupaten Bulukumba Tahun 2011 – 2015 yang merefleksikan kebutuhan spesifik Kabupaten Bulukumba dengan mengacu pada kebijakan yang diamanatkan dalam RPJMD Kabupaten Bulukumba Tahun 2010 – 2015.

B. Maksud dan Tujuan

RENSTRA BPBD Kabupaten Bulukumba Tahun 2011-2015 disusun dengan maksud mengintensikan berbagai sumberdaya yang tersedia agar mampu meningkatkan akuntabilitas dan kinerja pemerintah daerah dalam bidang Pengurangan Resiko Bencana (PRB).

Sedangkan tujuannya, adalah :

1. Mengidentifikasi daerah yang beresiko terhadap berbagai bencana dan menyusun serangkaian tindakan pilihan yang akan dilakukan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Bulukumba.

2. Sebagai acuan bagi SKPD terkait dan lembaga pemerintah dan non pemerintah lainnya, serta seluruh pemangku kepentingan penanggulangan bencana di Kabupaten Bulukumba agar dapat melaksanakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.

C. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan RENSTRA BPBD adalah Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana terutama Pasal 4 ayat (3) yang menyatakan bahwa tujuan upaya penanggulangan bencana adalah untuk “menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,


(3)

terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh”. Selanjutnya Pasal 6 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 menyatakan bahwa tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:

1. Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan;

2. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana;

3. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;

4. Pemulihan kondisi dari dampak bencana;

5. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam APBN yang memadai; 6. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap

pakai; dan

7. Pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana.

Pasal 35 huruf a Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa dalam situasi tidak terjadi bencana salah satu kewajiban pemerintah adalah menyusun perencanaan penanggulangan bencana. Lebih lanjut Pasal 36 ayat (1) undang-undang tersebut menyebutkan bahwa perencanaan penanggulangan bencana ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya. Sedang pada ayat (2) disebutkan bahwa penyusunan perencanaan penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh BNPB/BPBD sesuai dengan kewenangannya.

Penyusunan RENSTRA BPBD juga memperhatikan dan mengacu pada Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dari Korupsi dan Nepotisme, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun


(4)

2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Non-pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Instruksi Presiden RI Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Keputusan Presiden RI Nomor 74 tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2001 tentang Pelimpahan Pengawasan Fungsional Kepada Gubernur, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah, Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, BAPPEDA, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Teknis Lainnya, Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2009 tentang Perubahan tentang Organisasi dan Tatakerja Inspektorat, BAPPEDA, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Teknis Lainnya.

D. Hubungan RENSTRA BPBD dengan Dokumen Perencanaan lainnya.

RENSTRA Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2011-2015 disusun mengacu pada Rencana Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2010 – 2014 dan agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bulukumba tahun 2010 - 2015.

Agenda RPJMD Kabupaten Bulukumba dimaksud meliputi 7 (tujuh) agenda sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas pengetahuan dan kesehatan masyarakat.

Kebijakan umum pada agenda ini meliputi kebijakan pendidikan gratis, peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, promosi pendidikan, pemberantasan buta aksara, pengembangan budaya baca, kebijakan kesehatan gratis, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat,


(5)

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, promosi kesehatan, peningkatan pelayanan perumahan, lingkungan pemukiman, sanitasi dan air bersih, peningkatan dan perbaikan kampung dan permukiman.

2. Peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan umum pada agenda ini meliputi peningkatan produksi pertanian dan pengembangan agrobisnis pedesaan, peningkatan akses masyarakat kepada asset produktif dan kegiatan produksi serta revitalisasi lembaga ekonomi masyarakat kecil, peningkatan pelayanan kepada penduduk miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial, penanggulangan korban kebakaran, banjir dan bencana, penataan pertanahan, perluasan kesempatan kerja dan usaha.

3. Perwujudan keunggulan lokal untuk memicu laju pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan umum pada agenda ini meliputi pengembangan industri strategis, pusat pelayanan, pengembangan kerjasama regional dan promosi perdagangan, mewujudkan Kabupaten Bulukumba sebagai daerah tujuan wisata terkemuka di Indonesia.

4. Mewujudkan Bulukumba sebagai komoditas sosial ekonomi yang asri dan lestari.

Kebijakan umum pada agenda ini meliputi perencanaan pengendalian penataan ruang, peningkatan kualitas sarana dan prasarana wilayah, peningkatan kualitas lingkungan hidup, revitalisasi kawasan andalan, pengembangan sarana dan prasarana pedesaaan, pengembangan perkantoran. 5. Penciptaan lingkungan kondusif bagi kehidupan inovatif.

Kebijakan umum pada agenda ini meliputi pembinaan kesatuan bangsa, peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat, penataan system legislasi daerah, pembinaan kehidup-an sosial politik, peningkatan kualitas informasi dan komunikasi.

6. Penguatan Kelembagaan Masyarakat.

Kebijakan umum pada agenda ini meliputi aktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai budaya lokal, peningkatan kualitas teknostruktur komunitas,

pengembangan baruga sayang (pemberdayaan komunitas desa),

pemberdayaan perempuan, pemberdayaan organisasi keagamaan,


(6)

7. Penguatan Kelembagaan Pemerintah.

Kebijakan umum pada agenda ini meliputi peningkatan kinerja SKPD, peningkatan kualitas profesionalisme aparatur pemerintah, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah, peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan dan aset daerah.

Berdasarkan pada agenda-agenda tersebut di atas, maka RENSTRA BPBD Kabupaten Bulukumba Tahun 2011-2015, merupakan penjabaran secara operasional RPJMD Kabupaten Bulukumba Tahun 2010-2015 khususnya yang berkaitan dengan kebijakan prioritas penanggulangan bencana pada agenda ke 2 yaitu Peningkatan dan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat, dengan kebijakan umum Penanggulangan Banjir dan Bencana, agenda ke 6 yaitu Penguatan Kelembagaan Masyarakat dengan kebijakan umumnya (komunitas desa), dan agenda ke 7 yaitu Penguatan Kelembagaan Pemerintah dengan kebijakan umum Peningkatan Kinerja SKPD.

Sebagai sebuah dokumen operasional dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Bulukumba, maka RENSTRA BPBD 2011-2015, merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran, monitoring dan evaluasi kinerja. Sedangkan dokumen perencanaan lainnya merupakan input dalam proses penyusunan RENSTRA BPBD Kabupaten Bulukumba 2011-2015 dan perubahannya. Disamping itu RENSTRA BPBD dijabarkan lebih lanjut kedalam Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).


(7)

BAB II

TUGAS DAN FUNGSI

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BULUKUMBA

A. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan PERDA Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, BAPPEDA, Lembaga Tehnis Daerah dan Kelembagaan Lain Kabupaten Bulukumba, maka stuktur organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba, terdiri dari 1(satu) Kepala Badan Penanggulangan Bencana setingkat eselon IIa (secara ex-officio), 1(satu) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana setingkat eselon IIIa, 1(satu) Sekretaris, 3(tiga) Kepala seksi eselon IVa secara terperinci diuraikan sebagai berikut :

1. Sekretariat

Sekretariat terdiri dari Sekretaris

2. Seksi Pemadam Kebakaran Pencegahan dan Kesiapsiagaan. 3. Seksi Kedaruratan dan Logistik.

4. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

Berdasarkan pada Eselonisasi, maka Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bulukumba, terdiri dari :

1. Kepala Badan (Eselon IIa) 1 orang

2. Kepala Pelaksana Badan (Eselon IIIa) 1 orang. 3. Sekretaris (Eselon IVa) 1 orang

4. Kepala Seksi (Eselon IVa) 3 orang 5. Tim Pengarah (Non Eselon) 6. Staf sebanyak sesuai kebutuhan.

Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada gambar berikut ini:


(8)

KEPALA BADAN

UNS UR PENGARAH - Ins tansi

- Profe s ional/ ahli

KEPALA PELAKS ANA

S EKRETARIAT

S e ks i Pe m a dam Ke ba karan Pe nce gahan da n Ke s iaps iagaan

S e ks i Ke d arurata n & Lo gis tik

S e ks i.Re habilitas i & Re kons truks i

Gambar I. Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bulukumba

B. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan.

Keberadaannya BPBD Kabupaten Bulukumba relative masih baru yaitu terbentuk pada tahun 2011 melalui PERDA Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan PERDA Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, BAPPEDA, Lembaga Tekhnis Daerah, dan Lembaga Lain Kabupaten Bulukumba.

BPBD Kabupaten Bulukumba saat ini memiliki Sumber Daya

Manusia sebanyak 10 orang pegawai, jumlah ini tidak ideal bagi sebuah Lembaga BPBD yang mempunyai kapasitas kerja yang besar dan cakupan wilayah kerja yang luas. Oleh karena itu jumlah sumber daya manusia ini perlu ditambah baik secara kuantitas maupun kualitas agar energinya sebanding dengan kapasitas dan cakupan wilayah kerja tersebut. Ditinjau dari segi tingkat pendidikan dan golongan, kondisi Sumber Daya Manusia BPBD Kabupaten Bulukumba seperti disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 : Keadaan PNS Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Bulukumba menurut tingkat pendidikan dan golongan


(9)

No. GOL. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH %

S2 S1 D3 SLTA SLTP SD

1 IV/b 1 1

2 III/d 1 1

3 III/c 1 1

4 IIIb 1 1 2

5 IIIa 1 1

6 II/b 2 2

7 II/a 2 2

Berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan (lihat Tabel 1), maka pegawai pada BPBD Kabupaten Bulukumba memiliki potensi yang cukup memadai untuk dikembangkan dan ditingkatkan peranannya dalam rangka menjalankan TUPOKSI BPBD se-cara optimal. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan sumber daya aparatur dibidang penanggulangan bencana menjadi strategis dan perlu dilaksanakan setiap tahun, yang disesuaikan dengan perkembangan IPTEK dan jumlah sumber daya manusia dibidang penanggulangan bencana.

Sarana dan prasarana pada BPBD Kabupaten Bulukumba belum tersedia. Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan TUPOKSI BPBD Kabupaten Bulukumba, terutama yang berkaitan dengan sarana mobilitas dalam rangka penanggulangan bencana.

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi BPBD Kabupaten Bulukumba

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2011 tentang perubahan PERDA Kabupaten Bulukumba nomor 11 tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Lembaga lain Kabupaten Bulukumba, maka kedudukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

Dalam hubungan tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dalam lingkup penanggulangan bencana daerah yaitu menyelenggarakan


(10)

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanggulangan bencana daerah dengan rincian tugas sbb :

1. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penangan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.

2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan

3. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana 4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana 5. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah

6. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana

7. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang

8. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN, APBD dan sumber dana lainnya

9. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan

penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien 2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu dan menyeluruh

3. Melaksanakan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana daerah sesuai petunjuk arahan Bupati Bulukumba.

D.Unsur Pengarah dan Unsur pelaksana

Untuk mengetahui dengan jelas mengenai Fungsi Unsur Pengarah dan Unsur Pelaksana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Unsur pengarah

Unsur pengarah mempunyai fungsi :


(11)

b. Memantau dan;

c. Mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. 2. Unsur pelaksana

Unsur pelaksana mempunyai fungsi : a. Koordinasi;

b. Komando;


(12)

BAB III

GAMBARAN UMUM KEBENCANAAN DAN

KONDISI DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

A. Ancaman (Hazart)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Ancaman bencana yang disebabkan oleh faktor alam antara lain, berupa :

1. Ancaman Gempabumi

Kabupaten Bulukumba terletak pada pertemuan lempeng/kulit bumi aktif tersebar pada daerah yang terletak dekat zona penunjaman maupun sesar aktif. Zona sesar aktif adalah Sesar Palu-Koro, Sesar WalanaE dan sistem sesar aktif lainnya yang berarah Utara Barat Laut Tenggara yang memanjang dari Selat Makassar ke daratan Sulawesi Selatan dan menyatu dengan Sesar WalanaE. 2. Ancaman Tsunami

Gempabumi yang disebabkan oleh interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan deformasi dasar laut yang mengakibatkan gelombang pasang dan tsunami apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Kabupaten Bulukumba termasuk wilayah di Indonesia yang rawan terhadap ancaman tsunami. Kejadian bencana tsunami di Kabupaten Bulukumba yang tercatat terjadi pada tahun 1800 an.

3. Ancaman Gerakan Tanah

Selain ancaman gempabumi dan tsunami, secara geologis Kabupaten Bulukumba juga menghadapi ancaman gerakan tanah, atau yang pada umumnya dikenal sebagai tanah longsor. Hampir setiap tahun Bulukumba mengalami kejadian gerakan tanah yang mengakibatkan bencana. Korban dan kerugian besar pada umumnya terjadi pada gerakan tanah jenis aliran bahan rombakan atau banjir bandang seperti yang terjadi di perbatasan Bulukumba – Sinjai pada tahun 2006, kecamatan Kindang tahun 2011. Daerah yang memiliki relief morfologi kasar dengan lereng-lereng yang terjal secara umum lebih rawan untuk terjadi gerakan tanah. Di samping itu, kondisi batuan yang tidak


(13)

kompak dan mudah mengalami degradasi umumnya lebih mudah untuk terjadi gerakan tanah. Hal ini diperburuk lagi oleh curah hujan yang tinggi. Secara umum tingkat risiko bencana gerakan tanah di Kabupaten Bulukumba ditentukan oleh keberadaan lajur pegunungan. Tingkat risiko dipengaruhi pula oleh kondisi kerentanan berbagai unsur lainnya seperti kepadatan dan kerentanan penduduk, kondisi kerentanan bangunan dan infrastruktur, tingkat ekonomi, dan kapasitas daerah secara umum.

4. Ancaman Banjir

Secara geografis, wilayah Kabupaten Bulukumba terletak di daerah iklim tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan dengan ciri-ciri perubahan cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi ini dapat menimbulkan ancaman-ancaman yang bersifat hidro-meteorologis seperti banjir dan kekeringan. Daerah-daerah dengan risiko tinggi terhadap ancaman banjir tersebar di seluruh Kecamatan/Kota Bulukumba. Di kota Bulukumba secara historis juga sering dilanda banjir, begitu pula daerah aliran sungai tertentu seperti daerah aliran sungai

Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalam tiga kategori: (a) Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia; (b) Banjir yang disebabkan oleh meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai; dan (c) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan bangunan pengendali banjir .

Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Daya tampung sistem pengaliran air tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi dan melampaui kapasitas


(14)

pengaliran. Berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi pada meningkatnya debit banjir, karena jika terjadi curah hujan tinggi, sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan terjadi banjir.

5. Ancaman Kekeringan

Selain ancaman banjir, ancaman alam yang bersifat hidro-meteorologis lain yang sering menimpa Kabupaten Bulukumba adalah kekeringan. Kekeringan diartikan sebagai berkurangnya persediaan air sampai di bawah normal yang bersifat sementara, baik di atmosfer maupun di permukaan tanah. Penyebab kekeringan adalah menurunnya curah hujan pada periode yang lama yang disebabkan oleh interaksi atmosfer dan laut serta akibat ketidakteraturan suhu permukaan laut seperti yang ditimbulkan oleh fenomena El Niño. Kekeringan mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan air bagi kegiatan manusia. Kekeringan membawa akibat serius pada pola tanam, pola pengairan, pola pengoperasian irigasi serta pengelolaan sumber daya air di permukaan lainnya. Gangguan pola tanam yang serius pada gilirannya akan mengancam keamanan pangan masyarakat. Wilayah Kabupaten Bulukumba yang rawan kekeringan meliputi hampir seluruh kecamatan dan kota.

6. Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan

Terkait dengan ancaman kekeringan, Kabupaten Bulukumba juga menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di Bulukumba dalam skala kecil sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan manusia dalam rangka membuka lahan, baik untuk usaha pertanian, kehutanan maupun perkebunan dan ditunjang oleh adanya fenomena alam El Niño Southern Oscillation (ENSO) yang menimbulkan kekeringan. Kebakaran hutan menimbulkan berbagai dampak kesehatan dan sosial-ekonomi. Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dapat mengganggu kesehatan masyarakat.

7. Ancaman Erosi

Kabupaten Bulukumba juga menghadapi ancaman erosi, yaitu perubahan bentuk tanah atau batuan yang dapat disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat atau organisme hidup. Proses erosi terutama dapat mengakibatkan penipisan lapisan tanah dan penurunan tingkat kesuburan,


(15)

karena butiran tanah yang mengandung unsur hara terangkut limpasan permukaan dan diendapkan di tempat lain. Erosi juga merusak daerah-daerah aliran sungai dan menimbulkan pendangkalan palung sungai. Ancaman Kebakaran Gedung dan Pemukiman

Kebakaran gedung dan permukiman penduduk sangat sering terjadi di Bulukumba, terutama pada musim kemarau. Ancaman muncul akibat kecerobohan manusia dalam membangun gedung atau perumahan yang tidak mengikuti standar keamanan bangunan yang berlaku. Korsleting listrik, kompor meledak, api lilin/lampu minyak yang menyambar kasur, merupakan beberapa penyebab umum kebakaran pada gedung dan permukiman. Daerah perkotaan Bulukumba yang perlu diwaspadai untuk ancaman ini.

8. Ancaman Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Terkait perubahan iklim global, Kabupaten Bulukumba semakin sering menghadapi ancaman gelombang ekstrim dan abrasi kawasan pesisir pantai. Gelombang ekstrim pada umumnya ditimbulkan oleh siklon tropis. Daerah-daerah yang menghadapi risiko tinggi bencana abrasi meliputi Kecamatan Bontobahari di Bulukumba. Sementara Gelombang ekstrim adalah salah satu penyebab abrasi yang terjadi dengan cepat. Gelombang ekstrim yang melanda Bulukumba berada di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan posisi siklon tropis.

9. Ancaman Cuaca Ekstrim

Cuaca Ekstrim seperti angin puting beliung, topan dan badai tropis juga mulai banyak mempengaruhi Kabupaten Bulukumba, terutama terkait dengan meningkatnya dampak perubahan iklim global. Ancaman yang paling sering terjadi adalah angin puting beliung yang umumnya terjadi pada musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau maupun dari musim kemarau ke musim hujan. Tingginya kecepatan angin puting beliung dapat menimbulkan kerusakan dalam bentuk robohnya atap bangunan ringan, baliho, tiang listrik dan pohon-pohon. Daerah-daerah di Bulukumba yang berpotensi terlanda badai tropis dari arah benua Australia seperti di kecamatan Bulukumpa.


(16)

10.Kegagalan Teknologi

Kegagalan teknologi juga sudah mulai mengancam Kabupaten Bulukumba. Kegagalan teknologi dapat diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian atau kelalaian manusia dalam menggunakan teknologi. Kejadian ini dapat menimbulkan dampak berupa kebakaran, pencemaran bahan kimia berbahaya atau bahan radioaktif, kecelakaan industri, atau kecelakaan transportasi yang menimbulkan korban tewas serta kerugian harta benda. Dalam hal kegagalan teknologi, perhatian serius perlu diberikan pada jumlah korban jiwa dan kerugian yang sangat besar yang ditimbulkan oleh kecelakaan transportasi. Data statistik kecelakaan transportasi melaporkan bahwa kecelakaan lalu lintas semakin meningkat dari tahun ketahun dan mengakibatkan korban tewas, dan korban luka-luka dan kerugian material amat besar. Perhatian khusus perlu diberikan pada keselamatan di jalan raya, dengan menciptakan kondisi jalan yang lebih aman yang menjamin keselamatan para pengguna dan mendorong perilaku berlalu-lintas yang aman dan berbudaya.

No Sungai Lokasi Kejadian Koordinat Kerugian/Korban Jiwa

1 Solo balang tieng

Dusun batukaropa Desa Bululohe, Kecamatan Rilau Ale

0190199 9398972

2 orang meninggal, 13 rumah hanyut, 1 rusak, ternak (2 sapi, 2 kambing, 13 ayam hanyut) Dusun Mattongie,

Desa Anrang Kec. Rilau Ale

0184537 9400342

Ternak (sapi), Sawah, Kebun coklat

Dusun Kalcompeng Desa Balong Kec. Ujung Loe

0195578 9395008

Beberapa rumah rusak ringan, sawah 20 Ha, Kebun coklat Dusun Patuku Desa

Balong Kec. Ujung Loe

0196740 9394222

Bendungan rusak ringan, sawah, kebun coklat, sapi 3, ayam 18

Desa Salusalue, Kec. Ujung Loe

0191861 9388216

Sawah 70 Ha, Tambak ikan/ udang 50 Ha, 30 pohon kelapa, sejumlah ternak ayam

2 Salo Bijawang Desa Bontonyeleng Kec. Gantarang

1 bendungan, 20 ternak sapi/kuda, sawah, kebun coklat 3 Salo Bialo Desa Boro Loe Kec.

Gantarang

1 bendungan, sawah, kebun coklat

Desa Mannaungi Kec. Gantarang

1 jembatan rusak, sawah, kebun coklat

Desa Padang Kec. Gantarang

Sawah, kebun coklat Desa Torolla Kec.

Gantrang


(17)

Tabel 2 : Lokasi kejadian banjir, aliran sungai serta kerugian yang dialami tahun 2006

11.Epidemi dan Wabah Penyakit

Epidemi dan wabah penyakit merupakan hal yang potensial timbul di Kabupaten Bulukumba, mengingat banyaknya penduduk Bulukumba yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat hidup sehat dan higienis secara memadai. Berjangkitnya penyakit dapat mengancam manusia maupun hewan ternak dan berdampak serius dalam bentuk kematian dan terganggunya roda perekonomian. Beberapa kejadian diare, demam berdarah dan malaria sudah teridentifikasi di berbagai kecamatan dan kota di Bulukumba.

12.Konflik Sosial

Kabupaten Bulukumba merupakan wilayah yang memiliki beragam etnis dengan bahasa dan budaya yang beraneka ragam pula. Keragaman ini menjadi kekayaan tersendiri, tetapi di sisi lain terkadang menimbulkan

ketegangan-Desa Kassi Kec. Gantarang

0185130 9386766

1 jembatan, 1 bendungan, beberapa rumah rusak ringan, sawah, kebun coklat

Desa Barabba Kec. Gantarang

0185493 9386500

11 rumah hanyut, 10 ekor sapi, sejumlahayam dan itik, sawah, kebun coklat

Dusun Teko, Kasuara Kel. Tanah Kongkong Kec. Ujung Bulu

4 rumah hanyut dan 6 rusak berat, tambak udang dan ikan

4 Salo Anyorang Dusun Dongi, Tanah Eja Kec. Bontotiro

203582 9393388

Rumah ternak 1 hanyut dan 2 rusak

Desa Manyampa Kec. Ujung Bulu

Kambing 15 ekor, sapi 10 ekor, tambak, tanaman padi, jagung, coklat, mesin tambak hanyut- rusak, perpipaan tambak rusak Dusun Bampang Kel.

Sapolohe Bontobahari

203541 9390658

Tambak, sawah, 4 rumah hanyut dan ternak ayam

5 Salo Tekona/ Malombong

Dusun Pallantingan Desa Karassing Kec. Herlang

206438 9401482

2 rumah hanyut, sapi 12 ekor, sawah dan kebun coklat hanyut Dsn Babana Butung I

Kel.Bontokamase Kec. Herlang

214729 9396868

5 rumah dan rumah tambak hanyut, ternak ayam

Dusun Basokeng

Desa Dwi Tiro Kec. Bontotiro

214493 9396868


(18)

ketegangan sosial, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menjelma menjadi konflik sosial. Perbedaan kepercayaan dan perbedaan tingkat kesejahteraan yang mencolok dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyulut konflik sosial. Sementara itu diera demoktratisasi seperti saat ini maka pemilihan kepala daerah mulai menimbulkan konflik dan kerusuhan antara berbagai kelompok pendukung calon tertentu, yang di beberapa tempat dapat berlangsung lama dan berkepanjangan. Konflik sosial yang diakibatkan oleh ulah manusia dapat berinteraksi dengan satu atau lebih kejadian alam seperti banjir atau kebakaran dikenal sebagai kedaruratan kompleks. Konflik sosial dan kedaruratan kompleks memerlukan penanganan yang segera dan seksama. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat pada eskalasi tingkat intensitas dan keluasan konflik. Dalam kedua situasi ini perhatian khusus perlu diberikan pada kelompok-kelompok minoritas yang biasanya sangat terpengaruh oleh dampak situasi yang kurang menguntungkan ini.

No Tahun Lokasi Jenis Kekuatan Korban

1 1826 Bulukumba Tsunami Tidak diperoleh data

2 29/12/1828 Bulukumba Tsunami Tidak diperoleh data

3 1904 Bulukumba Tsunami Tidak diperoleh data

Tabel 3 : Historis Bencana Alam (Gempa dan Tsunami ) di Bulukumba, Thn 1820-2006

Kelompok DAS No. Sub - Das Luas

(Ha) % areal Beresiko Banjir Kurang 1 Ujungloe 29.512 21,02

Tabel 4 : Kelompok DAS Rawan Banjir di kab. Bulukumba, ( Berdasarkan kondisi penutupan lahan ).

No Lokasi Kejadian Kerugian/Korban Jiwa

1 Kelurahan Bintarore, Tanah Kongkong dan Kasimpureng Kec. Ujung Bulu

42 KK rusak berat 66 KK rusak ringan 2 Desa Manyampa Lonrong, Dannuang,

dan Salemba Kec. Ujung Loe

9 KK rusak berat 29 KK rusak ringan 3 Desa Meriorennu, Bialo, Paenrelompoe

Gattareng Kec. Gantarang

10 KK rusak berat 12 KK rusak ringan 4 Desa Kindang dan Kel. Borong Rappoa

Kec. Kindang

10 KK rusak berat 6 KK rusak ringan 5 Kel. Bontokamase, Desa Singa, Desa

Borong dan Tugondeng Kec. Herlang

42 KK rusak berat 66 KK rusak ringan 6 Desa Lolisang dan Desa Bontobaji Kec.

Kajang

42 KK rusak berat 66 KK rusak ringan


(19)

7 Desa Tritiro Kec. Bontotiro 1 KK rusak berat 8 Kel. Sapolohe Kec. Bontobahari 5 KK rusak berat

14 KK rusak ringan 9 Desa Barugae Bontobulaeng Kec.

Bulukumpa

6 KK rusak ringan

Tabel 5 : Lokasi daerah yang dilanda tanah longsor tahun 2006

No Tahun Lokasi Kejadian Kerugian/Korban Jiwa

1 1997 Kec. Ujung Bulu Kantor kejaksaan

2 2000 Kec. Ujung Bulu Kantor pertanian

3 Kec. Ujung Bulu Pasar sentral lama

4 2006 Kec. Ujung Bulu 6 KK

5 Kec. Ujung Bulu Pasar sentral Lama

6 Kec. Bulukumpa 6 KK

7 Kec. Ujung Loe 3 KK

8 Kec. Gantrang 7 KK

9 Kec. Herlang 4 KK

10 Kec. Rilau Ale 6 KK

11 Kec. Kindang 6 KK

12 Kec. Kajang 4 KK

13 Kec. Bontobahari 6 KK

14 Kec. Bontotiro 2 KK

15 2007 Kec. Rilau Ale 1 KK

16 Kec. Kajang 7 KK

17 Kec. Kindang 1 KK

18 Kec. Bulukumpa 1 KK

19 Kec. Herlang 2 KK

20 Kec. Gantarang 4 KK

21 Kec. Ujung Bulu 1 KK

Tabel 6 : Lokasi kejadian kebakaran tahun 2006/2007

Berdasarkan catatan peristiwa bencana alam yang terjadi didaerah Kabupaten Bulukumba (lihat Tabel 2 dan Tabel 3), bencana alam didaerah ini umumnya berupa, tsunami, angin kencang, banjir, dan tanah longsor. Faktor-fakktor penyebab bencana alam tersebut antara lain adalah kerusakan hutan/vegetasi penutup tanah, kondisi topografi, sifat dan jenis tanah, struktur geologis (sesar dan kekar), pola penggunaan tanah, intensitas curah hujan, serta kebijakan penataan ruang dan penetapan kawasan hutan. Faktor-faktor ini potensial menimbulkan bencana alam banjir dan longsor. Adapun bencana alam gempa bumi/tektonik, umumnya disebabkan oleh Lajur sumber gempa bumi sesar Palu-Koro yang mencapai 7,6 SR dengan priode ulang 162 tahun, Lajur sumber gempa bumi sesar WalanaE yang mencapai 6,1 SR dengan


(20)

periode ulang 200 tahun, dan Sesar yang berarah Utara Barat Laut Tenggara yang memanjang dari Selat Makassar dan kedaratan Sulawesi Selatan hingga menyatu dengan sesar WalanaE.

Gambaran kondisi daerah tersebut diatas, menunjukkan bahwa daerah Bulukumba potensial terhadap ancaman bencana alam. Dan dalam historis kebencanaan, telah tercatat sejarah peristiwa bencana alam yang cukup panjang, yang banyak menelan korban jiwa, korban harta benda, dan trauma ketakutan akan berulangnya bencana tersebut.

B.Permasalahan Penanggulangan Bencana Daerah

1. Permasalahan umum yang dihadapi dalam bidang penanggulangan bencana adalah kinerja yang masih belum optimal. Pemerintah, masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait belum siap dalam menghadapi bencana sehingga mengakibatkan tingginya jumlah korban jiwa maupun kerugian material yang ditimbulkan oleh bencana. Kinerja yang belum optimal seperti belum terpadu dan menyeluruhnya koordinasi dan kerjasama dalam menghadapi situasi tanggap darurat, terutama dalam hal pengerahan tenaga pencarian dan penyelamatan serta dalam koordinasi pengumpulan dan penyaluran bantuan bagi para korban.

2. Upaya pemulihan pasca bencana juga belum maksimal. Data tentang jumlah korban meninggal dan mereka yang luka-luka serta jumlah rumah yang hancur total, rusak berat dan rusak ringan kerap kali ada beberapa versi yang saling berbeda satu sama lain. Perbedaan data dalam hal jumlah korban terluka dan jenis luka yang dialami korban akan mempersulit alokasi tenaga medis dan perlengkapan medis, termasuk obat-obatan, yang dibutuhkan untuk upaya pemulihan kesehatan warga yang menjadi korban. Begitu pula dengan perbedaan data dalam hal rumah, fasilitas dan infrastruktur publik yang rusak akan menghambat penghitungan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi yang selanjutnya akan memperlambat pemulihan seluruh aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

3. Permasalahan lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah orientasi kelembagaan penanggulangan bencana yang pada umumnya masih lebih


(21)

terarah pada penanganan kedaruratan dan belum pada aspek pencegahan serta pengurangan risiko bencana. Tampaknya pemahaman dan kesadaran bahwa risiko bencana dapat dikurangi melalui intervensi-intervensi pembangunan masih minim.

4. Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memang telah merubah paradigma penanggulangan bencana dari responsif (terpusat pada tanggap darurat dan pemulihan) ke preventif (pengurangan risiko dan kesiapsiagaan), tetapi dalam pelaksanaannya masih sedikit program-program pengurangan risiko bencana yang terencana dan terprogram.

5. Permasalahan lain yang masih dihadapi adalah kurangnya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengurangi risiko bencana, termasuk pemanfaatan sistem-sistem peringatan dini yang berbasis teknologi. Banyak daerah yang menghadapi ancaman alam yang berpotensi menimbulkan banyak korban jiwa, belum memiliki data dan informasi terinci tentang ancaman yang mereka hadapi berikut tingkat intensitasnya yang disusun berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Informasi semacam ini sangat dibutuhkan terutama di daerah-daerah dengan tingkat kerawanan tinggi, untuk menyusun upaya-upaya pengurangan risiko yang berdasarkan ilmu pengetahuan.

6. Belum adanya perencanaan penanggulangan bencana yang komprehensif. Setiap terjadi bencana, siapa berbuat apa belum jelas, masih sangat abu-abu. Semua ingin membantu, tetapi kadang kala tidak tahu apa yang dilakukan. Apalagi pada saat sebelum terjadi bencana, apa yang harus dilakukan kadang masih bingung. Pada beberapa kegiatan malah dilakukan oleh beberapa instansi, sehingga terjadi tumpang tindih produk yang berbeda satu dengan yang lain yang malah membingungkan pengguna (pemerintah daerah). Hal seperti ini perlu dibuat suatu rencana penanggulangan bencana yang melibatkan berbagai pelaku penanggulangan bencana.

7. Perubahan paradigma penanggulangan bencana dari responsif ke preventif berupa pengurangan risiko bencana yang terkandung dalam Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana masih memerlukan sosialisasi yang intensif dengan paradigma baru tersebut agar menjelma


(22)

menjadi kebijakan, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur tetap (protap) kebencanaan sampai ke tingkat pemerintahan yang paling rendah. “Roh pengurangan risiko bencana” perlu terus didorong agar merasuki para pembuat kebijakan dan semua kebijakan serta program pembangunan, dan mendorong koordinasi dan kerjasama antar pihak yang baik. Dengan pemaduan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan, diharapkan akan terbangun mekanisme penanggulangan bencana yang terpadu, efektif, efisien dan handal.

8. Permasalahan umum lainnya adalah besarnya kebutuhan anggaran untuk pengembangan kapasitas dalam penanggulangan bencana. Dengan jumlah penduduk yang besar dan banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan bahaya, banyak komunitas yang perlu menerima gladi, simulasi dan pelatihan kebencanaan. Banyak tim siaga bencana komunitas yang perlu dibentuk dan diberi sumber daya yang memadai. Selain itu, di pihak pemerintah daerah sendiri masih banyak yang perlu ditingkatkan dalam hal kelembagaan penanggulangan bencana dan kelengkapannya, masih banyak aparat pemerintah yang perlu diberi pendidikan dan pelatihan kebencanaan agar dapat melaksanakan pembangunan yang berperspektif pengurangan risiko dan menyelenggarakan tanggap serta pemulihan bencana dengan baik.

C. Kondisi Yang Diinginkan Dalam Penyelenggaran Penanggulangan Bencana Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Bulukumba diarahkan pada meningkatnya kebersamaan yang sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan Bulukumba tangguh terhadap ancaman bencana. Bulukumba yang tangguh terhadap ancaman bencana merupakan perwujudan daripada upaya untuk menggalang partisipasi nyata seluruh lapisan masyarakat Bulukumba dalam menghadapi ancaman bencana mulai dari tahapan pra bencana, saat bencana hingga tahapan pasca bencana.

Melalui penggalangan kebersamaan tersebut di atas, maka diharapkan agar pada masing-masing sektor dan lembaga masyarakat dapat menunjukkan peranannya secara nyata yang bersinergik dilapangan, dan untuk mencapai hal itu, maka tersedianya perangkat kebijakan operasional, adanya koordinasi antar sektor, adanya kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat yang bersinergi serta


(23)

tingginya partisipasi masyarakat yang tangguh menghadapi ancaman bencana merupakan kondisi yang diinginkan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman bencana.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorgani-sasian serta melalui langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi penyelamatan dan evakuasi korban jiwa, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, seta pemulihan prasarana dan sarana.

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan sarana aspek pelayanan publik sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana agar sasaran utama untuk normalitas atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.


(24)

BAB IV

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

A.Visi dan Misi

Penanggulangan Bencana (PB) merupakan salah satu prioritas kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bulukumba Tahun 2010-2015. Secara substansial penanggulangan ancaman dimaksud dicantumkan pada agenda ke 2 yaitu terwujudnya akselerasi bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan kebijakan umumnya peningkatan pelayanan kepada penduduk dalam hal penanggulangan bencana, agenda ke 6 yaitu penguatan kelembagaan masyarakat dengan kebijakan umumnya peningkatan kualitas tekno struktur komunitas dan pemberdayaan masyarakat, dan agenda ke 7 yaitu penguatan kelembagaan pemerintah dengan kebijakan umumnya peningkatan kinerja SKPD.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanahkan bahwa, penanggulangan bencana harus berazaskan kemitraan, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup dan IPTEK, dengan menerapkan prinsip-prinsip cepat dan tepat, koordinasi dan keterpaduan, kemitraan dan pemberdayaan. Penyelenggaraan penanggulangan bencana ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, terselenggaranya penanggulangan bencana secara terancana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, serta untuk membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan arahan RPJMD Kabupaten Bulukumba tahun 2010-2015 dan kondisi yang diinginkan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana tersebut di atas, maka Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2011-2015 dirumuskan sbb :

V i s i : “ Terwujudnya rasa aman, sehat dan sejahtera masyarakat Bulukumba melalui penanganan yang tanggap, tangguh, cepat dan tepat “


(25)

Visi tersebut memberi gambaran dan aspirasi wujud pembangunan yang diidamkan oleh masyarakat Bulukumba, yaitu :

1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana yang dilakukan secara tangguh (efektif dan efisien) dapat terwujud, jika terdapat sinergitas peran antara pemerintah dan masyarakat.

2. Mewujudkan partisipasi masyarakat secara optimal dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yang dilandasi oleh kebersamaan, kemitraan, keberdayaan dan keterpaduan serta nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang diwarisi masyarakat Bulukumba.

Sejalan dengan Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bulukumba, maka dirumuskan dalam pernyataan :

M i s i :

1. Melaksanakan Peningkatan Kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan SDM.

2. Meningkatkan Koordinasi dan Kerjasama dengan instansi terkait dalam Penanganan Bencana .

3. Melaksanakan Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Aktif Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

4. Mengembangkan system penanggulangan bencana yang terencana, terkoordinir dan handal .

Pelaksanaan Misi tersebut dilakukan berdasarkan nilai-nilai budaya moral dan kearifan lokal yang sudah tumbuh dan berkembang baik dalam masyarakat Bulukumba dengan tetap memperhatikan nilai-nilai yang bersifat universal.

Nilai-Nilai dimaksud adalah :

1. Resopa temmanginginamalomo naletei pemmase dewata.

Ini bermakna bahwa, upaya penanggulangan bencana akan berhasil melalui kerja keras yang berkesinambungan yang diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa. 2. Sipakatau, menjalin kerjasama dengan prinsip saling menghargai.

3. Siri napacce, menghargai kebhinekaan untuk kebersamaan dalam bingkai kesetiakawanan sosial dalam masyarakat sebagai kekayaan budaya yang menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana .


(26)

4. Assamaturuseng (Passamaturukang), merupakan syarat-syarat dalam menata kehidupan masyarakat yang berbasis kepada kesepakatan dan kebersamaan yang merupakan kiat untuk mempertanggungjawabkan berbagai aspirasi masyarakat dan sebagai basis dalam menjaga keserasian dan keselarasan kehidupan manusia dan alam lingkungannya.

B.Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang ingin dicapai dalam rencana strategik 4(empat) tahun kedepan (2011-2015) ditetapkan dengan mempertimbang kan Visi, Misi serta Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba.

Tujuan dimaksud adalah :

1. Merumuskan konsep kebijakan penanggulangan bencana Kabupaten

Bulukumba berdasarkan kajian daerah rawan bencana dan peraturan perundang-undangan

2. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak (stakeholder) dalam penanggulangan bencana

3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam penanggulangan bencana 4. Meningkatkan penyebarluasan informasi penanggulangan bencana

5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana (pemberdayaan masyarakat = Baruga Sayang)

Berdasarkan pada tujuan tersebut di atas, maka ditetapkan Sasaran yang akan dicapai, yaitu :

1. Tersedianya data dan informasi (Profil) daerah rawan bencana

2. Tersedianya konsep kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Bulukumba.

3. Terlaksananya koordinasi antar sektor dan masyarakat pada tingkat Kecamatan / Kota dalam penanggulangan bencana

4. Meningkatkan kemampuan SDM dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

5. Meningkatkan penyebarluasan informasi penanggulangan bencana

6. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian serta ketangguhan masyarakat baik secara lokal maupun regional terhadap bencana dan penyelenggaraan penanggulangan bencana


(27)

C.Analisa Faktor Lingkungan

Untuk mewujudkan optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RENSTRA BPBD tahun 2011-2015, maka perlu dirumuskan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana yang akan ditempuh. Penetapan kebijakan dan strategi dimaksud dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi internal maupun eksternal BPBD Kabupaten Bulukumba.

Kondisi internal mencakup kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Sedangkan kondisi eksternal mencakup peluang (opportunities) dan tantangan (threats).

Berdasarkan pada pengamatan terhadap faktor internal dan eksternal tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi keempat aspek positif dan negatif dari BPBD Kabupaten Bulukumba, sebagai berikut :

1. Faktor Lingkungan Internal. a. Kekuatan (strength).

Beberapa kekuatan (strength) yang dapat digunakan antara lain, sebagai berikut :

1) Peraturan Perundang-undangan tentang penanggulangan bencana yang telah ditetapkan dan kelembagaan penanggulangan bencana daerah. 2) Sumberdaya manusia meliputi kompetensi, profesionalis me dan jumlah

personil.

3) Jejaring kerja dengan berbagai pihak (stakeholders).

4) Program-program inovatif yang telah dihasilkan seperti program peningkatan kapasitas aparatur penyelenggara an penanggulangan bencana, program peningkatan peran serta masyarakat, program peningkatan kualitas dan akses informasi penanggulangan bencana, program pencegahan bencana pada tahapan pra bencana, program kesiapsiagaan pada tahapan pra bencana, program tanggap darurat dan logistik, program rehabilitasi pada tahapan pasca bencana dan program rekonstruksi pada tahap pasca bencana.

5) Ketersediaan dana.

6) Kepemimpinan yang konstruktif dan partisipatif. 7) Sarana dan prasarana yang memadai.


(28)

b. Kelehaman (Weakness)

Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan antara lain, sebagai berikut : 1) Pendanaan yang tidak sebanding dengan beban pekerjaan sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi.

2) Sarana dan prasarana kerja yang terbatas. 3) Terbatasnya informasi daerah rawan bencana. 2. Faktor lingkungan internal.

a. Peluang (Opportunities)

Beberapa peluang (opportunities) yang dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut

1) Mengurangi ancaman bencana sudah menjadi komitmen pemerintah dan masyarakat

2) Telah berkembangnya kapasitas organisasi masyarakat dan organisasi non pemerintah

3) Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kondisi daerah yang aman bencana

4) Penerapan Otonomi Daerah b. Tantangan (Threats)

Beberapa tantangan (threats) yang perlu diantisipasi antara lain sbb :

1) Kepedulian dan ketangguhan masyarakat yang masih harus ditingkatkan. 2) Kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana Kecamatan/kota yang

masih harus ditingkatkan

3) Disharmonisasi Tupoksi antara lembaga yang me nangani

penanggulangan bencana ditingkat Kecamatan/Kota.

4) Kebijakan sektor yang kurang berorientasi kepada upaya penanggulangan bencana

5) Meningkatnya eksploitasi sumber daya alam yang melampaui daya dukungannya.

D. Kebijakan

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan dengan mempertimbangan kondisi internal dan eksternal Badan Penanggulangan


(29)

Bencana Daerah Kabupaten Bulukumba, maka kebijakan penanggulangan bencana dirumuskan, sbb :

1. Peningkatan pelayanan kepada penduduk dalam hal penanggulangan bencana (pencegahan, tanggap darurat dan rehabilitasi)

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan pelayanan dan pembinaan, peningkatan kualitas dan akses informasi, peningkatan profesionalisme aparatur dibidang kebencanaan. Disamping itu peningkatan kualitas penanganan bencana mulai pada tahap pencegahan dan kesiapsiagaaan, penanganan kedaruratan dan logistik serta kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi merupakan upaya yang perlu mendapatkan perhatian.

Sasaran

a. Meningkatnya kualitas pengetahuan dicerminkan oleh jumlah aparatur yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan.

b. Terciptanya pelayanan dan pembinaan di bidang penanggulangan bencana dengan melihat keberhasil an yang dicapai melalui evaluasi kinerja kegiatan dan lembaga.

c. Meningkatnya kualitas dan akses informasi masalah kebencanaan

d. Terwujudnya penanganan bencana mulai pra ben cana, saat bencana dan pasca bencana dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Peningkatan kualitas teknostruktur komunitas dan pemberdayaan masyarakat (Baruga Sayang)

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan peranserta dan kapasitas masyarakat dalam penanggulangan benca na melalui penyuluhan, pelatihan dan peningkatan komitmen bersama terhadap pelaku penggulangan bencana.

Sasaran

a. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam bidang penanggulangan bencana melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan dalam bidang kebencanaan.

b. Terbentuknya Tim Task Force ( Tim Reaksi Cepat/TRC ) ditingkat provinsi dan terlaksananya simulasi tanggap darurat bencana


(30)

3. Peningkatan kinerja SKPD

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas kinerja pelayanan organisasi. Untuk maksud tersebut diperlukan serangakaian upaya peningkatan pelayanan administrasi perkantoran, peningkatan sarana dan prasarana perkantoran, peningkatan disiplin dan peningkatan sistim pelaporan.

Sasaran

a. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi perkantoran, jumlah sarana dan prasarana, berdasarkan beban kerja pada masing-masing bidang dan sub bidang.

b. Meningkatnya disiplin dan kinerja aparat BPBD Kabupaten Bulukumba yang tercermin dari hasil kinerja yang dilaksanakan setiap hari.

4. Peningkatan kualitas profesionalisme aparatur pemerintah

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas kinerja dan profesionalisme aparatur dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan, pemberdayaan dan pengaturan dibidang kebencanaan baik secara intern organisasi maupun ekstern organisasi. Untuk maksud tersebut diperlukan serangakaian upaya pendidikan formal bagi aparat, sosialisasi peraturan dan perundang-undangan serta meningkatkan perpustakaan sebagai wadah peningkatan wawasan bagi aparat BPBD.

Sasaran

a. Meningkatnya jumlah aparat yang memiliki kualifikasi pendidikan sesuai kebutuhan dalam penanggulangan bencana.

b. Meningkatnya profesionalisme aparat tercermin dari meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil kerja personal, Bidang dan Badan secara keseluruhan.

5. Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas kinerja lembaga dalam menjalankan tugas-tugas perencanaan, pelayanan, pemberdayaan dan pelaksanaan dibidang penanggulangan bencana. Untuk maksud tersebut diperlukan serangakaian upaya koordinasi, konsultasi, monitoring dan evaluasi masalah kebencanaan di daerah.


(31)

Sasaran

a. Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi baik ditingkat regional propinsi maupun ditingkat SKPD yang terkait dengan masalah penanggulangan bencana daerah.

b. Terciptanya kebijakan pembangunan dibidang penanggulangan bencana

Kebijakan–kebijakan dimaksud diatas merupakan arah kebijakan/program utama penanggulangan bencana yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Bulukumba Tahun 2010-2015 yang akan diimplementasikan dalam rangka untuk mendukung tercapainya agenda pembangunan ke-2 yaitu meningkatnya akselerasi bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, agenda ke-6 yaitu penguatan kelembagaan masyarakat dan agenda ke-7 yaitu penguatan kelembagaan pemerintah.

E. S t r a t e g i

Berdasarkan pada kebijakan di atas dan dalam rangka mendukung tercapainya visi dan misi yang ditetapkan dalam RENSTRA BPBD Tahun 2011-2015, maka strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Membentuk Tim Pengarah yang bertugas; a) menyusun konsep kebijakan

penanggulangan bencana daerah, b) monitoring evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah;

2. Memantapkan koordinasi pelaksanaan kegiatan penang gulangan bencana

secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

3. Menyusun data base profil daerah rawan bencana;

4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (aparatur dan masyarakat)

dalam penanggulangan bencana;

5. Meningkatkan akses informasi penanggulangan bencana;

6. Memberdayakan masyarakat dan lembaga/kelompok masya-rakat peduli

bencana (Baruga Sayang);

7. Memantapkan kerjasama yang bersinergik antara pemerintah dan masyarakat

dalam penanggulangan bencana.

Strategik tersebut di atas merupakan penjabaran dan implementasi dari penanggulangan bencana yang berazaskan; kemanusiaan, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup dan IPTEK, dengan prinsip; cepat dan tepat,


(32)

koordinasi dan keterpaduan, kemitraaan dan pemberdayaan yang bertujuan; memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, terleselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, serta membangun partisipasi dan kemitraan publik/swasta.


(33)

BAB V

PROGRAM DAN KEGIATAN

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut diatas, maka ditetapkan program dan kegiatan BPBD Tahun 2011-2015. Program dan kegiatan dimaksud merupakan program dan kegiatan lokalitas didalam kewenangan BPBD Kabupaten Bulukumba. Dalam situasi normal atau dalam situasi tidak terdapat bencana, program dan kegiatan BPBD Kabupaten Bulukumba lebih pada menjalankan fungsi koordinasi dan pelaksana kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Program dan kegiatan tertentu yang memerlukan kerjasama dengan pihak terkait seperti misalnya kegiatan sosialisasi, diklat dan lain-lain akan melibatkan badan/dinas/instansi lain dan BPBD Kabupaten Bulukumba sebagai koordinator pelaksanaannya.

Dalam situasi darurat maka BPBD Kabupaten Bulukumba menjalankan fungsi komando, koordinasi dan sekaligus pelaksana kegiatan tanggap darurat. Dalam situasi ini BPBD Kabupaten Bulukumba sesuai Undang-Undang 24 tahun 2007 dapat mengatur instansi sektoral terkait dalam operasi tanggap darurat. Sementara dalam situasi pasca bencana BPBD Kabupaten Bulukumba kembali menjalankan fungsinya dalam hal koodinasi dan pelaksana kegiatan-kegiatan pemulihan bersama dengan instansi sektor terkait.

Program dan kegiatan yang direncanakan merupakan penjabaran dari visi dan misi serta pilihan tindakan sesuai dengan manajemen resiko. Visi BPBD Kabupaten Bulukumba secara jelas menyebutkan cita-cita untuk menjadikan masyakarat Bulukumba yang tangguh dalam menghadapi bencana. Hal ini didukung oleh 4 misi yang diemban yaitu meningkatkan kerjasama antara lembaga dalam mengkaji,

merumuskan kebijakan dan menyelenggarakan penanggulangan bencana,

meningkatkan kesadaran masyarakat (berdaya) tentang masalah penanggulangan bencana yang dihadapi dan usaha-usaha penyelenggaraan penanggulangan bencana, mengembangkan peran kelembagaan masyarakat dan Badan Penanggulangan

Bencana Daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dan

mengembangkan system informasi penanggulangan bencana.

Arah kebijakan, Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Bulukumba pada Tahun 2011-2015 adalah sbb :


(34)

A.Peningkatan pelayanan kepada penduduk dalam hal penanggulangan bencana (pencegahan, tanggap darurat dan rehabilitasi)

1. Program Diklat Aparatur Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Prioritas Kegiatan :

a. Diklat Pemetaan Wilayah Rawan Bencana b. Pelatihan TRC Pada Kondisi Kesiapsiagaan c. Pelatihan Manajemen Pergudangan

d. Pelatihan Penentuan Status Bencana Pada Kondisi Tanggap Darurat; e. Sosialisasi Pedoman Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana f. Pelatihan Pengenalan Dan Pengkajian Ancaman Bencana

g. Pelatihan Analisa Dampak Bencana Dan Pilihan Tindakan Pengurangan Resiko Bencana

h. Pelatihan Analisis Hasil Pengamatan Gejala Bencana Dalam Rangka Peringatan Dini

i. Pelatihan Dasar-Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana.

2. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Penanggulangan Bencana

Prioritas Kegiatan :

a. Pameran Penanggulangan Bencana Di Bulukumba

b. Penyebarluasan Informasi Penanggulangan Bencana Melalui Brosur,Lefleat , Dll.

c. Keikutsertaan Dalam Acara Peringatan Hari Ulangtahun Lingkungan Hidup Dan Kegiatan Lainnya Yang Berkaitan Dengan Penanggulangan Bencana. d. Peningkatan akses komunikasi dan pengadaan data dan informasi real time

untuk tanggap darurat dan pengembang an teknologi informasi.

3. Program Peningkatan Pelayanan Dan Pembinaan Penanggulangan Bencana

Prioritas Kegiatan :

a. Evaluasi Kinerja Penanggulangan Bencana Daerah

b. Pembangunan Dan Pemuktahiran Data Dan Informasi Bencana Daerah c. Kerjasama Kelembagaan Bidang Penanggulangan Bencana Daerah

d. Pengendalian Dan Pengawasan Penggunaan Dana Bantuan Penanggulangan Bencana Daerah


(35)

e. Pembinaan Penanganan Tanggap Darurat Bencana Terhadap Masyarakat, Relawan Dan Pelajar.

4. Program Pencegahan Dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Prioritas Kegiatan :

a. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah b. Kajian Daerah Rawan Bencana

c. Pemantauan/Pengawasan Kegiatan Pembangunan Yang Beresiko

Menimbulkan Bencana. d. Pemantauan Potensi Bencana.

e. Koordinasi Dengan Pihak Terkait Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Dan Kesiapsiagaan.

f. Penyuluhan dan Gladi Penanggulangan Kedaruratan Bencana.

g. Penyiapan Sarana Dan Prasarana, Peralatan Dan Logistik Penanggulangan Bencana

h. Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Penang gulangan Bencana Pada Kondisi Prabencana.

5. Program Kedaruratan Dan Logistik Penanggulangan Bencana Prioritas Kegiatan :

a. Pembentukan dan Penguatan Pusat Pengendalian Operasional

Penanggulangan Bencana b. Kaji Cepat bencana

c. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi

d. Operasionalisasi Pos Komando Tanggap Darurat Bencana e. Pemberdayaan Pos Siaga Tanggap Darurat

f. Penyiapan Dan Penyaluran Kebutuhan Dasar Terhadap Korban Bencana g. Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Kedaruratan Dan Logistik. 6. Program Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pada Tahapan Pasca Bencana PrioritasKegiatan :

a. Identifikasi Dan Verifikasi Kondisi Kerusakan Dan Kerugian Sarpras Umum, Harta Dan Rumah Penduduk Pasca Bencana.

b. Konsultasi Dan Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi.


(36)

c. Fasilitasi Perbaikan (Rehabilitasi) Sarpras Umum, Fasilitas Pemerintah, Lingkungan Dan Rumah Penduduk Pasca Bencana.

d. Fasilitasi Pembangunan Kembali (Rekonstruksi) Sarpras Umum, Fasilitas Pemerintah Dan Sarana Sosial Pasca Bencana.

e. Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

f. Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana.

B.Peningkatan kualitas teknostruktur komunitas dan pemberdayaan masyarakat (Baruga Sayang)

7. Program Peningkatan Peran Serta Dan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanggulangana Bencana

Prioritas Kegiatan :

a. Penyuluhan, Pelatihan dan Gladi Mekanisme Tanggap Darurat Pada Kondisi Kesiapsiagaan

b. Pelatihan/Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana c. Simulasi Tanggap Darurat Bencana Bagi Masyarakat

d. Pembentukan Dan Pembinaan TRC

e. Peningkatan Kemampuan Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana f. Peningkatan Pemahaman Tentang Kerentanan Masyarakat

g. Peningkatan Komitmen Terhadap Pelaku Penanggulangan Bencana

C.Peningkatan kinerja SKPD

8. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Prioritas Kegiatan :

a. Penyediaan Jasa Surat-menyurat;

b. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber daya air dan listrik; c. Penyediaan jasa Peralatan dan perlengkapan kantor;

d. Penyediaan jasa Pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/ operasional; e. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan;

f. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor; g. Penyediaan Jasa Perbaikan Alat Kerja; h. Penyediaan Alat Tulis Kantor (ATK);


(37)

j. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/penerangan bangunan Kantor; k. Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor;

l. Penyediaan Peralatan Rumah Tangga;

m.Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan; n. Penyedia Makan dan Minum;

o. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi keluar Daerah; p. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Kedalam Daerah; 9. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Prioritas Kegiatan :

a. Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional; b. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor; c. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor; d. Pengadaan Meubelair;

e. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor;

f. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas Operasional; g. Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor; h. Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor; i. Pemeliharaan Rutin/Berkala Mebelur;

j. Pemeliharaan Sistim Manajemen Akuntansi dan Keuangan Daerah (SIMAKDA), SIMGAJI dan SIPKD;

10. Program Peningkatan Disiplin Aparatur Prioritas Kegiatan :

a. Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya; b. Pengadaan Pakaian Kerja Lapangan;

c. Pengadaan Pakaian KORPRI;

d. Pengadaan Pakaian Khusus Hari-Hari Tertentu.

11. Program Peningkatan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan. Prioritas Kegiatan :

a. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja Dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SPKD b. Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran

c. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran d. Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun


(38)

e. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bulukumba

f. Penyusunan Rencana Kerja SKPD

g. Penyusunan DPPA SKPD

h. Penyusunan RKA Dan DPA SKPD;

i. Penyusunan Laporan Tahunan BPBD;

j. Penyusunan Analisis Kebutuhan Pendataan Dan Pengadaan Barang/Jasa BPBD.

k. Penatausahaan Administrasi Umum Dan Kepegawaian

D.Peningkatan kualitas profesionalisme aparatur pemerintah

12. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur Prioritas Kegiatan :

a. Pendidikan dan Pelatihan Formal;

b. Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan; c. Penyusunan dan Pengelolaan Perpustakaan

E.Penataan Kelembagaan da ketatalaksanaan Pemerintahan

13.Program Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan BPBD

Prioritas Kegiatan :

a. Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

b. Konsultasi Dan Koordinasi Kebijakan Pembangunan Dan Penanggulangan Bencana ( Unsur Pengarah ).

c. Monitoring Dan Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Dan

Penanggulangan Bencana ( Unsur Pengarah ).

d. Penyusunan Peraturan, PERDA Dan PROTAP Penanggulangan Bencana. e. Standarisasi Pedoman-Pedoman Dan Acuan Penanggulangan Bencana

Memperhatikan uraian program dan kegiatan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa program dan kegiatan yang sifatnya umum dan berlaku bagi semua SKPD dalam Jajaran pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba adalah program, 8, 9, 10 dan program 11. Sementara program 1, 2, 3, 4 dan 7 merupakan


(39)

program wajib BPBD Kabupaten Bulukumba dalam hal pencegahan dan kesiapsiagaan yang dilakukan sebelum terjadi bencana, atau dapat dikategorikan sebagai kegiatan pengurangan resiko bencana (Mitigasi). Program wajib pada saat terjadi bencana dan pasca bencana adalah program 5 dan 6.


(40)

BAB VI.

PENDANAAN DAN ANGGARAN

Anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan penanggulangan bencana selama 4 (empat) tahun kedepan belum dapat dihitung secara akurat, karena masih menyesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah. Sumber pendanaan untuk pelaksanaan rencana penanggulangan bencana diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan dukungan dunia usaha serta lembaga donor. Anggaran yang berasal dari dana APBN sesuai prioritas nasional yang akan dialokasikan secara rutin setiap tahun melalui anggaran BNPB untuk menjamin agar upaya penanggulangan bencana dapat berjalan secara berkesinambungan. Begitu pula, anggaran penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah yang berasal dari dana APBD dialokasikan secara rutin setiap tahun melalui anggaran BPBD Kabupaten Bulukumba.

Sesuai Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dana penanggulangan bencana digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BNPB dan/atau BPBD sesuai tugas pokok dan fungsinya. Dana penanggulangan bencana digunakan untuk tahap tidak ada bencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam situasi tidak terjadi bencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk program-program pengurangan risiko bencana. Dalam situasi ada potensi terjadinya bencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk kegiatan kesiapsiagaan, pembangunan sistem peringatan dini dan kegiatan mitigasi bencana. Untuk mengantisipasi situasi tanggap darurat, pemerintah mengalokasikan dana siap pakai (on-call budget) yang harus selalu tersedia untuk kebutuhan saat tanggap darurat. Sedangkan untuk tahap pasca bencana, pemerintah mengalokasikan dana bantuan sosial berpola hibah yang diberikan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah.

Pemerintah daerah mengajukan permohonan untuk dana ini kepada pemerintah pusat melalui BNPB. Pengajuan anggaran kegiatan penanggulangan bencana dari instansi vertikal di daerah (TNI, Kepolisian, Kanwil, Balai/Balai Besar Kementerian/Lembaga) mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 24


(41)

Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, dan peraturan perundangan turunannya (Peraturan Menteri/Kepala Lembaga bersangkutan) dengan mengacu kepada rencana penanggulangan bencana di daerah.


(42)

BAB VII.

MONITORING , EVALUASI DAN PELAPORAN

1. Monitoring ( Pemantauan)

Pemantauan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan RENSTRA dan mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul agar dapat diambil tindakan sedini mungkin. Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target keluaran (output) dan kendala yang dihadapi. Pemantauan harus dilakukan secara berkala untuk mendapatkan informasi akurat tentang pelaksanaan kegiatan, kinerja program serta hasil-hasil yang dicapai. Selain untuk menemukan dan menyelesaikan kendala yang dihadapi, kegiatan ini juga berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan RENSTRA BPBD serta mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana.

Pelaksanaan pemantauan (dan juga evaluasi) dilaksanakan dengan memperhatikan asas a) Efisiensi, yakni derajat hubungan antara barang/jasa yang dihasilkan melalui suatu program/kegiatan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang/jasa tersebut yang diukur dengan biaya per unit keluaran (output); b) Efektivitas, yakni tingkat seberapa jauh program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan; dan c) Kemanfaatan, yaitu kondisi yang diharapkan akan dicapai bila keluaran (output) dapat diselesaikan tepat waktu, tepat lokasi dan tepat sasaran serta berfungsi dengan optimal. Selain ketiga asas tersebut, pelaksanaan pemantauan sebaiknya juga menilai aspek Konsistensi, Koordinasi, Konsultasi, Kapasitas dan Keberlanjutan dari pelaksanaan suatu rencana program/kegiatan.

Pemantauan pelaksanaan RENSTRA BPBD dilaksanakan oleh pihak internal ( kepala BPBD) dan exkternal yaitu Pimpinan SKPD terkait sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing. Kegiatan pemantauan juga dapat melibatkan masyarakat (misalkan melalui Platform Nasional PRB), LSM dan kelompok profesional. Keterlibatan aktif unsur luar dapat diakomodasi dalam bentuk kelompok kerja yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah. Pemantauan dapat dilaksanakan antara lain melalui kunjungan kerja ke program-program dan


(43)

kegiatan pengurangan risiko bencana, rapat kerja atau pertemuan dengan pelaksana kegiatan untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan dan kendala yang ditemui, dan pengecekan laporan pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko yang dikaji berdasarkan rencana kerja yang tercantum dalam RENSTRA BPBD. Laporan hasil pemantauan disusun setiap enam bulan sekali (semester).

2. Evaluasi

Pasal 6 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana mengamanatkan agar “Rencana penanggulangan bencana... ditinjau secara berkala setiap 2(dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana”. Evaluasi berkala ini bertujuan untuk menilai hasil yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan pengurangan risiko bencana serta efektivitas dan efisiensi program dan kegiatan tersebut. Selain dinilai berdasarkan efektivitas dan efisiensinya, kinerja program pengurangan risiko bencana yang tercantum dalam Renas PB diukur juga berdasarkan kemanfaatan serta keberlanjutannya. Evaluasi pelaksanaan Renas PB dilaksanakan terhadap keluaran kegiatan yang dapat berupa barang atau jasa dan terhadap hasil (outcome) program yang dapat berupa dampak atau manfaat bagi masyarakat dan/atau pemerintah. Pada hakikatnya evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan berdasarkan sumber daya yang digunakan serta indikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan dan/atau indikator dan sasaran kinerja hasil untuk program. Kegiatan ini dilaksanakan secara sistematis, menyeluruh, objektif dan transparan. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana program berikutnya.

Selain berguna untuk memperbaiki pengelolaan program di masa yang akan datang, evaluasi juga menjamin adanya tanggung-gugat (akuntabilitas) dan membantu meningkatkan efisiensi serta efektivitas pengalokasian sumber daya dan anggaran. Di samping membandingkan antara target dan pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Renas PB, evaluasi juga dapat dilakukan dengan mengkaji dampak yang ditimbulkan melalui pelaksanaan Renas PB. Kedua cara ini dapat saling mendukung dalam memberikan informasi yang bermanfaat untuk kepentingan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan Renas PB. Seperti pemantauan, evaluasi pelaksanaan Renas PB juga


(44)

dilaksanakan oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing. Evaluasi dapat melibatkan pihak luar, tetapi tetap di bawah koordinasi instansi pemerintah terkait. Laporan hasil evaluasi disusun setiap satu tahun sekali.

3. Pelaporan

Pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana harus dilaporkan dalam sebuah laporan tertulis. Laporan disusun setiap tahun dan satu salinan dari laporan ini dikirim kepada BNPB untuk disatukan dengan laporan tahunan tingkat nasional. Pada akhir tahun kedua pelaksanaan RENSTRA BPBD akan mengkoordinasikan sebuah peninjauan atau evaluasi tengah program yang melibatkan semua SKPD dan pihak terkait lainnya. Pada akhir tahun keempat akan diadakan sebuah evaluasi akhir menyeluruh yang hasilnya akan dituangkan dalam sebuah laporan akhir yang selain berisi laporan kegiatan dan pencapaiannya juga berisi kajian atas keberhasilan/kegagalan dari semua program dan kegiatan pengurangan risiko yang telah dilaksanakan selama kurun waktu 4 (empat) tahun. Laporan juga akan berisi rekomendasi tindak lanjut bagi instansi/lembaga tertentu jika diperlukan.


(1)

kegiatan pengurangan risiko bencana, rapat kerja atau pertemuan dengan pelaksana kegiatan untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan dan kendala yang ditemui, dan pengecekan laporan pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko yang dikaji berdasarkan rencana kerja yang tercantum dalam RENSTRA BPBD. Laporan hasil pemantauan disusun setiap enam bulan sekali (semester).

2. Evaluasi

Pasal 6 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana mengamanatkan agar “Rencana penanggulangan bencana... ditinjau secara berkala setiap 2(dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana”. Evaluasi berkala ini bertujuan untuk menilai hasil yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan pengurangan risiko bencana serta efektivitas dan efisiensi program dan kegiatan tersebut. Selain dinilai berdasarkan efektivitas dan efisiensinya, kinerja program pengurangan risiko bencana yang tercantum dalam Renas PB diukur juga berdasarkan kemanfaatan serta keberlanjutannya. Evaluasi pelaksanaan Renas PB dilaksanakan terhadap keluaran kegiatan yang dapat berupa barang atau jasa dan terhadap hasil (outcome) program yang dapat berupa dampak atau manfaat bagi masyarakat dan/atau pemerintah. Pada hakikatnya evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan berdasarkan sumber daya yang digunakan serta indikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan dan/atau indikator dan sasaran kinerja hasil untuk program. Kegiatan ini dilaksanakan secara sistematis, menyeluruh, objektif dan transparan. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana program berikutnya.

Selain berguna untuk memperbaiki pengelolaan program di masa yang akan datang, evaluasi juga menjamin adanya tanggung-gugat (akuntabilitas) dan membantu meningkatkan efisiensi serta efektivitas pengalokasian sumber daya dan anggaran. Di samping membandingkan antara target dan pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Renas PB, evaluasi juga dapat dilakukan dengan mengkaji dampak yang ditimbulkan melalui pelaksanaan Renas PB. Kedua cara ini dapat saling mendukung dalam memberikan informasi yang bermanfaat untuk kepentingan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan Renas PB. Seperti pemantauan, evaluasi pelaksanaan Renas PB juga


(2)

dilaksanakan oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing. Evaluasi dapat melibatkan pihak luar, tetapi tetap di bawah koordinasi instansi pemerintah terkait. Laporan hasil evaluasi disusun setiap satu tahun sekali.

3. Pelaporan

Pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana harus dilaporkan dalam sebuah laporan tertulis. Laporan disusun setiap tahun dan satu salinan dari laporan ini dikirim kepada BNPB untuk disatukan dengan laporan tahunan tingkat nasional. Pada akhir tahun kedua pelaksanaan RENSTRA BPBD akan mengkoordinasikan sebuah peninjauan atau evaluasi tengah program yang melibatkan semua SKPD dan pihak terkait lainnya. Pada akhir tahun keempat akan diadakan sebuah evaluasi akhir menyeluruh yang hasilnya akan dituangkan dalam sebuah laporan akhir yang selain berisi laporan kegiatan dan pencapaiannya juga berisi kajian atas keberhasilan/kegagalan dari semua program dan kegiatan pengurangan risiko yang telah dilaksanakan selama kurun waktu 4 (empat) tahun. Laporan juga akan berisi rekomendasi tindak lanjut bagi instansi/lembaga tertentu jika diperlukan.


(3)

BAB VIII P E N U T U P

Rencana Strategik (RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba ini disusun untuk periode tahun 2011-2015 dengan catatan dapat disempurnakan setiap periode 1 tahun. Hal ini dilakukan mengingat perubahan lingkungan strategik yang mungkin terjadi dan memberikan peluang munculnya pemikiran-pemikiran yang lebih maju yang belum terakomodasi secara eksplisit saat ini.

RENSTRA BPBD Kabupaten Bulukumba tahun 2011-2015 ini merupakan pedoman dan arahan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan penggulangan bencana di Kabupaten Bulukumba, sehingga keberhasilan dalam pelaksanaan RENSTRA ini sangat ter gantung pada pemahaman dan kemampuan dalam mengembangkan sistim koordinasi dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Bulukumba.

Rencana Strategik ini bersifat terbuka, dinamis dan selalu menampung berbagai masukan dan perbaikan dari berbagai instansi terkait, sehingga harapan terciptanya perlindungan ancaman bencana kepada masyarakat dapat terlaksana.


(4)

L A M P I R A N 1

MATRIKS KINERJA

Lampiran 1: Matriks Kinerja

LEMBAR KERJA PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN

KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA UNIT ESELON 1 : SEKRETARIAT BPBD

VISI : - MISI : -

TUPOKSI KINERJA

K/L

(IMPACT) INDIKATOR KINERJA

K/L

INDIKATOR KINERJA PROGRAM TUGAS POKOK :

Mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya serta kerjasama FUNGSI : ฀ Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan lingkungan BNPB; ฀ Pengkoordinasian, perencanaan, dan perumusan kebijakan teknis BNPB;

฀ Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum dan peraturan perundang-undangan, organisasi Outcome : MENINGKATNYA KOORDINASI DAN KETERPADUAN PERENCANAAN, PEMBINAAN, PENGENDALIAN TERHADAP PROGRAM, ADMINISTRASI DAN SARANA PRASARANA SERTA KERJASAMA DI LINGKUNGAN BNPB

฀ Indikator : ฀ Terlaksananya penyusunan program dan kegiatan yang direncanakan dan evaluasi program ฀ Terlaksananya penyusunan laporan keuangan yang akuntabel ฀ Terlaksananya penyusunan peraturan perundangan, telaahan hukum dan kerjsama dalam dan luar negeri ฀ Terlaksananya pembinaan administrasi umum

dan pengelolaan sarana dan prasarana aparatur

฀ Terselenggaranya pendidikan dan latihan penanggulangan bencana

฀ Tersedianya data dan informasi kebencanaan 1. DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNPB 2. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BNPB


(5)

UNIT ESELON IV : KASUBAG PROGRAM (PERENCANAAN) TUPOKSI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT) USULAN KEGIATAN TUPOKSI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT) USULAN KEGIATAN TUPOKSI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT) USULAN KEGIATAN TUGAS POKOK: Melaksanakan pengkoordinasian penyusunan program dan anggaran yang bersumber dari APBN, program dan anggaran lintas sektor, dan program dan anggaran bantuan luar negeri, serta monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan BNPB.

Output :

Terlaksananya pelaksanaan Koordinasi penyusunan program dan anggaran, pemantauan dan evaluasi di lingkungan BNPB sesuai Rencana Kerja Pemerintah

฀ Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran, pemantauan, dan evaluasi program.

FUNGSI:

Penyusunan program dan anggaran yang bersumber dari APBN dan bantuan luar negeri yang menggunakan dana pendamping; Penyusunan program dan anggaran yang bantuan luar negeri dan bantuan lainnya yang sah dan tidak mengikat; Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan BNPB

Indikator :

Tersedianya program dan anggaran bersumber APBN Tersedianya program dan anggaran bersumber Luar Negeri dan anggaran lainnya Tersusunnya evaluasi program

REKAPITULASI PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN

KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

UNIT ESELON 1 : SEKRETARIAT UTAMA

TUGAS POKOK : Mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya serta kerjasama

FUNGSI : ฀ Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan lingkungan BNPB;

฀ Pengkoordinasian, perencanaan, dan perumusan kebijakan teknis BNPB; ฀ Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum dan peraturan

perundang-undangan, organisasi USULAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME) INDIKATOR

KINERJA KEGIATAN (OUTPUT) USULAN KEGIATAN

UNIT ESELON 2

1. DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNPB


(6)

2.

PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR

BNPB

E. Sistimatika Penyusunan

Penyusunan RENSTRA BPBD Kabupaten Bulukumba 2011-2015 disusun dengan sistematika, sebagai berikut :

Bab I : Merupakan Bab Pendahuluan, yang memuat hal-hal substansial penyusunan RENSTRA seperti latar belakang perlunya penyusunan RENSTRA, maksud dan tujuan, landasan hukum hubungan RENSTRA dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistimatika penyu-sunan RENSTRA.

Bab II : Memuat struktur organisasi, susunan kepegawaian dan perlengkapan, tugas pokok dan fungsi serta hal-hal lain yang dianggap perlu.

Bab III : Menjelaskan tentang gambaran umum kondisi daerah masa kini dan kondisi yang dinginkan dan proyeksi kedepan.

Bab IV : Memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Kebijakan.

Bab V : Memuat Program dan Kegiatan Prioritas tiga tahunan yang dirinci setiap tahun dengan sasaran prioritas yang dicapai.