120
1. Data Primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti
yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Dalam hal ini responden harus menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang
diberikan oleh peneliti.
2. Data Sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa data dokumen perusahaan, seperti dokumen keuangan, buku standar operasional perusahaan, dokumen-dokumen yang
terkait dengan penerimaan kas.
Teknik Pengumpulan Data Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek yang
akan diteliti dengan menggunakan beberapa pendekatan teknik yang diperlukan, diantaranya adalah Studi Lapangan
Field Research
. Metode yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan survei dokumen.
1. Wawancara
Penulis melakukan wawancara kepada staf BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado untuk mendapatkan informasi tentang sistem pengendalian intern yang berlaku pada
perusahaan.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data secara detail. Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung proses penerimaan kas dari konsumen dalam hal ini
pasien.
3. Survei Dokumen
Survei dokumen ini dilakukan dengan cara melihat dokumen-dokumen yang terkait serta bukti-bukti penerimaan kas, dan membaca buku yang berhubungan dengan sistem
penerimaan kas. Metode Analisis Data
Metode Kualitatif Metode analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan unsur sistem
pengendalian intern, yaitu: 1. Struktur organisasi.
2. Otorisasi dan prosedur pencatatan. 3. Praktik yang sehat.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.
Metode Kuantitatif Pengujian dilakukan pada kelengkapan dokumen-dokumen seperti slip pembayaran
dan bukti-bukti transaksi lainnya, otorisasi yang terdapat dalam dokumen dan nomor urut yang tercetak pada dokumen tersebut.
Teknik Analisis Data Berdasarkan masalah yang ada, langkah-langkah dalam analisis data pada penelitan
ini adalah sebagai berikut : 1.
Menganalisis data 2.
Merumuskan masalah 3.
Teknik pengumpulan data 4.
Melakukan analisis terhadap bahan penelitan yang ada 5.
Memberikan kesimpulan 6.
Memberikan saran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian
121
Badan Layanan Umum BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado berawal dari RSU Gunung Wenang Manado yang terletak di Kelurahan Wenang Kota Manado.Didirikan
pada zaman Hindia Belanda dengan nama KONINGEN WILHELMINA ZIEKENHEUIS K.W.Z. Tahun 1942, tentara Koigun Jepang menduduki Kota Manado dan KWZ diganti
namanya menjadi KOIGUN BYOIN. Pada tahun 1945, sesudah Perang Dunia KOIGUN BYOIN mengalami kerusakan berat dan direhabilitasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 730MenkesSKVI2004 tahun 2004 telah ditetapkan nama Rumah Sakit Umum Pusat Manado menjadi Rumah Sakit
Umum Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Selanjutnya pada 26 Juni 2007, RSUP Prof. Dr.R.D. Kandou Manado ditetapkan sebagai instansi yang menerapkan PPK-BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 756MENKESSKVI2007 dan Keputusan Menteri Keuangan No.272Keu.05.2007 tanggal 21 Juni 2007.
Visi dan Misi Perusahaan Visi
”Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Unggulan di Kawasan Timur Indonesia Bagian Utara”
Misi
1. Melaksanakan pelayanan medis,keperawatan,penunjang yang professional, bermutu,
tepat waktu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 2.
Melaksanakan pendidikan,pelatihan dan penelitian untuk pengembangan SDM 3.
Melaksanakan pengelolaan administrasi umum,keuangan dan anggaran yang efektif, efesien serta akuntabel
4. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan salah satu alat bagi manajemen atau pimpinan
perusahaan untuk mengendalikan kegiatannya. Proses pembentukannya dimulai dengan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan
yang telah ditetapkan.Setiap kegiatan akan dibagi ke dalam unit-unit kegiatan yang lebih kecil, dengan disertai perincian tugas dari masing-masing karyawan yang menjalankan
tugasnya. Selanjutnya tugas tersebut dibagi-bagi dan ditentukan bagian-bagian mana yang akan mengerjakan suatu tugas atau kelompok tugas tertentu. Apabila diperlukan di dalam
suatu bagian masih bisa dibentuk sub bagian yang lebih kecil sesuai dengan bentuk bagian yang diperlukan dalam organisasi.Tahap terakhir adalah menentukan hubungan antara
tugas yang satu dengan tugas yang lain. Penentuan ini agar tercipta kerjasama yang baik dan terarah diantara bagian-bagian tersebut, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil Penelitian Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas Pada BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
Sistem pengendalian intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak digunakan sebagai kepentingan. Istilah pengendalian intern diambil dari terjemahan istilah
“
Internal Control
”. Untuk mengetahui sistem pengendalian yang ada pada perusahaan, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui mengenai pengendalian intern yang terdapat dalam
suatu perusahaan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyimpangan atas kas sebagai aset perusahaan.
Adapun sistem pengendalian intern pada BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado adalah :
1. adanya sistem atau prosedur dan dokumentasi yang dapat diperiksa dari laporan
keuangan sampai ke dokumen asal.
122
2. adanya dokumentasi sehingga memungkinkan untuk diperiksa kembali oleh pihak lain,
baik dari internal perusahaan maupun pemeriksaan dari luar perusahaan
external auditor
. 3.
adanya pemisahan tugas, yaitu adanya pemisahan tanggung jawab, pemisahan pelaksanaan kegiatan. Sebagai contoh : untuk melaksanakan pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas adalah seorang staf akuntansi; yang melakukan pembayaran adalah staf kas kecil; yang menyimpan uang kas adalah kepala kasir.
Prosedur Penerimaan Kas
Bagian-bagian yang terkait aktiva lancar dari penjualan tunai: 1.
Bagian Kasir Bertugas menerima bukti registrasi dan pembayaran tunai dari pasien umum,
memasukkan data ke register kas, memberi cap lunas dengan kwitansi selanjutnya membuat bukti setoran ke bank.
2. Bagian Mobilisasi Dana
Bertugas menerima bukti setoran ke bank yang di cap lunas dan bukti registrasi serta kwitansi diserahkan ke bagian jurnal dan laporan.
3. Bagian Jurnal Dan Laporan
Bertugas menerima bukti setoran ke bank yang di cap lunas dan kwitansi lalu mencatat bukti penerimaan kas ke buku jurnal penerimaan kas, kemudian diarsipkan.
4. Bagian Bendahara Umum
Bertugas menerima surat pemberitahuan dari bagian mobilisasi dana tentang transfer dana dari Bank, dan menerima jurnal dan laporan keuangan untuk dicocokkan ke jurnal
penerimaan kas dari bagian jurnal dan laporan.
5. Bagian Sekretariat
Bertugas menerima semua surat pemberitahuan dari bendahara umum tentang penerimaan kas perusahaan.
6. Bagian Kas
Menerima daftar surat pemberitahuan dan kwitansi dari bagian sekretariat, membuat bukti setoran ke bank sebanyak 3 lembar, menyetor cek dari langganan ke bank dan
bukti setoran dan 1 lembar untuk arsip bagian kasa.
Pembahasan Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Secara Umum
Evaluasi terhadap pengendalian internal secara umum, didapatkan fakta-fakta atas aktivitas di BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou. Terdapat fakta yang merupakan kelebihan,
dan ada fakta yang merupakan kelemahan. Fakta-fakta yang diperoleh adalah BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou menekankan kejujuran, ketertiban waktu dalam bekerja, dan peraturan
mengenai ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Hal tersebut dilakukan agar tingkat kedisiplinan dari semua pegawai baik dari ketepatan absensi dari masing-masing pegawai.
Aktivitas pengendalian dari hal pemisahan tugas dan sistem otorisasi sudah dilakukan dengan baik. Sedangkan terhadap pengelolaan dokumen secara umum harus lebih tertata dengan baik
agar mudah dimengerti dan mempermudah pendataan. Pengendalian secara fisik telah memadai dilihat dari perusahaan mendata setiap tamu atau pelanggan yang datang, kunci
perusahaan hanya dipegang oleh
security
perusahaan sehingga tidak ada personel lain yang memiliki kunci ruangan kemudian perusahaan memiliki ruangan khusus untuk menyimpan
dokumen-dokumen penting dan akses ke dalam ruangan tersebut hanya dimiliki oleh personel yang berwenang. Manajemen BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou memiliki cara atau standar
komunikasi antarbagian dan sub-bagian, dengan surat pemberitahuan mengadakan rapat yang harus dihadiri oleh masing-masing unit. BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou hanya memiliki
peraturan umum perusahaan dan belum memiliki peraturan kode etik secara tertulis, sehingga BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou belum bisa menekankan secara tegas pentingnya
kompetensi terhadap pegawainya, karena sangatlah penting jika dilakukan pelatihan secara
123
berkala dan juga dilakukan penilaian kinerja berdasarkan pokok-pokok tugas masing-masing pegawai. Susunan struktur organisasi secara umum sudah memadai dan juga memiliki auditor
internal, jadi selama ini penilaian risiko dilakukan subbidang sehingga memiliki laporan hasil audit internal, akan tetapi sistem pencatatan dan pelaporan keuangan yang sudah
menggunakan sistem komputer yang harusnya mendapat pengawasan ketat sehingga pekerjaan tidak dapat selesai secara efisien.
Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Kas
BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou sebaiknya dilakukan pelatihan secara berkala dan juga dilakukan penilaian kinerja berdasarkan pokok-pokok tugas masing-masing pegawai,
dan melakukan pengawasan secara ketat kepada setiap pegawainya terutama pada bagian pencatatan dan pelaporan keuangan khususnya penerimaan kas sehingga meminimalkan
adanya kemungkinan kecurangan atau penyimpangan uang kas. Penerapan pengendalian internal dan sistem akuntansi terhadap penerimaan kas sudah baik walaupun ada masalah
dalam hal
softfile
dari daftar peserta yang baru dimiliki pada akhir bulan sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kemungkinan adanya transaksi yang lupa atau tidak tercatat oleh
pihak bank. Oleh karena itu, harus dibuat kebijakan bahwa data
softfile
daftar peserta harus terbaharui setiap hari. Apabila terjadi pergerakan uang di kasir, harus ada
approval
dari Bagian Akuntansi dan Keuangan. Hal tersebut diharapkan agar tidak adanya penyalahgunaan
kas kecil.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, pengendalian internal secara keseluruhan maupun yang berkaitan dengan penerimaan kas BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou yang
dibuat oleh manajemen sudah memadai dan dapat melindungi aset dan meminimalkan risiko yang dapat menghambat kinerja dan operasional perusahaan. Namun, selain hasil evaluasi
yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa masalah yang harus diperhatikan dan menjadi pertimbangan manajemen BLU RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou, yaitu kurangnya pedoman tertulis dan konkret atas kode etik, penyampaian informasi, pelatihan bagi para pegawai secara berkala dan harus ada pengawasan secara ketat.
Saran
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dijelaskan, rekomendasi dan saran yang mungkin dapat membantu manajemen dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou untuk
meningkatkan efektivitas kinerja dan operasional perusahaan khususnya dalam pengendalian penerimaan kas. Rekomendasi-rekomendasi tersebut adalah: perusahaan membuat kebijakan
baru yang secara jelas menyatakan berkas harus dikirim sehari setelah transaksi berlangsung dan sampai diperusahaan maksimal satu minggu lamanya; bagian pertanggungan melakukan
pencocokan berkas dengan
softfile
setiap berkas sampai di perusahaan, tidak hanya di akhir bulan atau awal bulan selanjutnya; manajemen pada setiap bagian memiliki pedoman dan
peraturan tertulis dalam bertukar informasi atau dokumen ke bagian lain atau subbagian masing-masing. Peraturan tersebut misalnya: peraturan permintaan dokumen atau data
antarbagian, peraturan permintaan dokumen atau data antarsubbagian. Sedangkan terhadap pengelolaan dokumen secara umum harus lebih tertata dengan baik agar mudah dimengerti
dan mempermudah pendataan. Apabila terjadi pergerakan uang di kasir, harus ada
approval
dari Bagian Akuntansi dan Keuangan. Hal tersebut diharapkan agar tidak adanya penyalahgunaan kas kecil. Selain itu perusahaan dapat mengetahui setiap pelaporan
keuangan. Oleh karena itu perusahaan disarankan agar dapat mengadakan pemeriksaan secara mendadak
surprised audit
sehingga aset perusahaan dapat terawasi.
124
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Bambang Supomo. 2001.
Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan
. Edisi Kedua. Yogjakarta
Donald E. Keiso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2008.
Akuntansi Intermediate .
Jilid 1
.
Erlangga, Jakarta. Horison, Horngren. 2004.
Akuntansi di Indonesia
. Salemba Empat Patria.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010.
Standar Akuntansi Keuangan
. Penerbit : Salemba Empat. Jakarta
Krismiadji. 2005.
Sistem Informasi Akuntansi
. Edisi Kedua. Akademia Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta
Lili M. Sadeli. 2006.
Dasar-Dasar Akuntansi
. Jakarta Mulyadi, 2004.
Sistem Akuntansi
, Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. 2008
. Sistem Akuntansi
, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta. Rudianto. 2009
. Pengantar Akuntansi
. Erlangga. Jakarta. Warren S. Carl, James M. Reeve dan Philip E. Fees. 2005.
Pengantar Akuntansi
. Edisi 21. Salemba Empat, Jakarta.
125
PENERAPAN PERYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008
TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT.MEGA JASAKELOLA
Ray Marcel Letlora Jantje.J. Tinangon
Lintje Kalangi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
email: Raymarcel07Gmail.com
ABSTRAK
Penerapan PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan diharapkan dapat menjembatani antara peraturan perpajakan dengan ketentuan akuntansi.. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan PSAK No.46 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 atas pajak penghasilan badan pada PT.Mega Jasa Pengelola. Metode analisis yang digunakan adalah analisa
deskriptif,. Hasil penelitian Penerapan PSAK No. 46 atas pajak penghasilan badan pada PT.Mega Jasakengelola telah diterapkan sesaui terutama mengenai pajak tangguhan, laba fiskal dan hutang
pajak kini. Penerapan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 atas pajak penghasilan pada PT.Mega Jasa Pengelola sudah sesuai peraturan Perpajakan yang ada. PT.Mega Jasakelola telah melaksanakan
pelaporan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan, sesuai dengan ketentuan hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif atas biaya yang
non taxable
. Kata Kunci : Penerapan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 , Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008,Pajak Penghasilan Badan
ABSTRACT
The application of PSAKNo. 46, Accounting for Income Taxes expected to bridge between accounting and tax laws with provisions . The purpose of this study is to investigate the application of
PSAK No. 46 and Act No. 36 of 2008 on corporate income tax on PT.mega Jasakelola. The analytical method used is descriptive analysis. The application of PSAK No.46 of research results . 46 top
corporate income tax has been applied on PT.Mega Jasakelola especially regarding deferred tax, taxable income and tax payable now . Implementation of Act No. 36 of 2008 on income tax on
business services is appropriate PT Mega Jasakelola Taxation existing regulations. PT.Mega Jasakelola has implemented reporting income tax on their annual tax return, in accordance with the
provisions of this is evidenced by the positive correction done at the expense of the non- taxable.
Keywords : Application of statement of Financial Accounting Standards No. 46 , act No. 36 of 2008 , Corporate Income Tax
126
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan dengan menerapkan sistem
self assessment
sebagai sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak diwajibkan mendaftar, menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terhutang. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi
Pajak Penghasilan diharapkan dapat dijembatani antara peraturan perpajakan dengan ketentuan akuntansi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor 46 mengatur pengakuan,
pengukuran,penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan entitas.
Pajak penghasilan merupakan salah satu pajak langsung yang dipungut oleh pemerintah pusat atau merupakan pajak negara. Sebagai pajak langsung maka beban pajak tersebut menjadi tanggungan
wajib pajak yang bersangkutan dalam arti beban pajak tersebut tidak bisa dilimpahkan kepada pihak lain dengan cara memasukkan beban pajak tersebut kepada kalkulasi harga jual. Yang menjadi objek
pajak penghasilan adalah orang pribadi atau badan. Yang terkait sebagai badan antara lain : PT, CV, BUMN, BUMD, BUMS, Firma koperasi, yayasan, serta bentuk usaha tetap.
PT. Mega Jasakelola adalah merupakan anak perusahaan dari PT. Megasurya Nusalestari yang bergerak di bidang pengelolaan kawasan Mega Mas. PT. Mega Jasakelola memiliki kaitan yang
sangat erat dengan Pajak Penghasilan, karena PT. Mega Jasakelola adalah merupakan Pengusaha Kena Pajak, yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sejak 26 September 2002 dengan
Nomor NPPKP 02 020 097 8 821 000. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan PSAK no.46 dan Undang-undang no 36 tahun 2008 pada PT.Mega Jasakelola sesuai dengan aturan pemerintah.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuansi Perpajakan
Akuntansi perpajakan adalah akuntansi yang dalam penerapannya menggunakan perhitungan perpajakan dan mengacu pada peraturan dan perundang-undang perpajakan beserta pelaksanaanya
disamping Prinsip dan Standar Akuntansi Keuangan SAK. Lubis, 2010:31.
Akuntansi Perpajakan adalah Suatu seni dalam mencatat, menggolongkan, mengihtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan dan
bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak penghasilan yang digunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang terutang yang diperoleh atau diterima dalam suatu
tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar penetapan beban danatau pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan sebagai wajib pajak. Dhanny R Cysco:kamus akuntansi.
Konsep Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.46 Tujuan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46
tujuan PSAK No.46 tahun 2010 adalah sebagai berikut: -
Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan -
Bagaimana mempertanggung jawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang
- Pemulihan penyelesaian jumlah tercatat aset liabilitas di masa depan yang diakui pada
laporan posisi keuangan entitas. -
Transaksi‐transaksi dan kejadian‐kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas.
- Pernyataan ini juga mengatur pengakuan aktiva pajak
127 -
tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut. -
Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : pengaturan pajak final, SKP, penambahan kesesuaian dengan peraturan perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan.
Pencatatan dan Penyajiannya
Pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku, tarif maksimum PPh 30.Jurnal untuk mencatat timbulnya asset pajak tangguhan adalah
Keterangan Debit
Kredit
Aset pajak tangguhan Pendapatan pajak tangguhan
Xxxx Xxx
jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan adalah
Keterangan Debit
Kredit
Beban pajak tangguhan Kewajiban pajak tangguhan
Xxxx xxx
Penyajian pajak tangguhan: 1.Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan kewajiban lainnya
dalam neraca. 2.Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini tax
receivableprepaid tax dan kewajiban pajak kini tax payable. 3.Aset atau kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset atau kewajiban
lancar. 4.Aset pajak kini harus dikompensasikan offset dengan kewajiban pajak kini dan iumlah
netonya disajikan dalam neraca. 5.Beban penghasilan pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal
harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi. 6.Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh dan kewajiban
tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh 29. 7.PPh final:
A. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan PPh final
berbeda dari Dasar Pengenaan Pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak boleh diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.
B. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui proporsional
dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. C.
Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak Dibayar di
Muka dan Utang pajak.
128 D.
Akun PPh final dibayar di muka harus disajikan terpisah dari PPh final yang masih harus dibayar.
8.Perlakuan akuntansi untuk hal khusus: A.
Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan pajak harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan
Laba Rugi periode berjalan. B.
Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya ditangguhkan. C.
Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk periode berjalan, kesalahan
mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi.
Konsep Undang-Undang Pajak Penghasilan No 36 tahun 2008
Menurut undang-undang pajak penghasilan pasal 4 ayat 1 penghasilan merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai
kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :
i. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara,
dan sebagainya; ii. penghasilan dari usaha dan kegiatan;
iii. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha; dan iv. penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak. pajak penghasilan digolongkan menjadi dua bagian
antara lain pajak migas dan pajak non migas .pajak migas adalah pajak penghasilan yang diperoleh dari pajak minyak bumi dan gas alam .sedangkan pajak non migas antara lain :
a. Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan .
Subjek pajak PPh pasal 21 adalah : 1. Pegawai
2. Penerima pensiun 3. Penerima honorarium
4. Penerima upah 5. Orang pribadi lainnya yang menerima memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak. b.
Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan dari pemerintah pusat ataupun daerah,instansi,atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
Negara lainnya yang berkenaan atas penyerahan barang,dan badan-badan tertentu baik badan
129 pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain. Tarif PPh pasal 22 atas penjualan instansi pemerintah :
PPh pasal 22 bendaharawan = 1,5 x nilai penjualan Tarif PPh pasal 22 atas import :
1. Bila importir memiliki API Angka Pengenal Impor
PPh pasal 22 impor = 2,5 x nilai import 2.
Bila importir tidak memiliki API PPh pasal 22 impor = 7,5 x nilai import
c. Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diperoleh
atau diterima atas penghasilan wajib pajak dalam negeri dalam bentuk usaha tetap yang berdasarkan dari modal, penyerahan jasa,atau penyelengaraan kegiatan selain yang telah
dipotong pajak penghasilan pph 21,yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri,penyelengara kegiatan,bentuk usaha tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya. Tarif PPh 23:
1. Deviden, royalti, bunga, hadiah penghargaan PPh pasal 23 = 15 x penghasilan bruto
2. Sewa dan jasa PPh pasal 23 = 2 x penghasilan bruto
d. Pajak panghasilan pasal 24 merupakan pajak yang terutang atau yang dibayarkan di luar negeri
atas penghasilan yang diperoleh atau diterima dari luar negeri yang boleh dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang terhadap seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri .
e. Pajak penghasilan pasal 25 merupakan pajak yang diangsurkan dan harus dibayar wajib pajak
untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan . pajak penghasilan pasal 25 bisa di kreditkan dengan seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun dalam surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan sedangkan pajak penghasian pasal 29 merupakan pajak yang masih harus dibayar atas kekurangan pembayaran pajak pada akhir tahun pajak .
f. Pajak penghasilan pasal 26 merupakan pajak yang dikenakan oleh penghasilan yang diterima
oleh wajib pajak luar negeri dari Indonesia,selain penghasilan yang diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
130
Penelitian Terdahulu Tabel 1. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu
No NamaTahun
Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Windy Namwi
Ansyur2012 Analisis
Penerarapan PSAK No 46
pada Laporan Keuangan
pada PT Prima Karya
Manunggal Analisis
deskriptif Perusahaan telah
menerapkan akuntansi
pajak penghasilan pada
laporan keuangannya,
namun belum sepenuhnya
mengakui adanya konsekuensi atas
pajak di masa yang akan datang
berupa perubahan kewajiban jangka
panjang menjadi kewajiban jangka
pendek Penerarapan
PSAK No
46 tentang
pajak penghasilan
Penelitian terdahulu
tidak meneliti
Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008
2 Wulan
Puspitasari 2011
Dampak Penerapan
Undang- Undang No 36
Tahun 2008 Tentang Pajak
penghasilan Terhadap
Jumlah Wajib Pajak dan
penerimaan Pajak
Analisis regresi berganda
Terdapat perbedaan
yang signifikan
terhadap wajib
pajak dan
penerimaan pajak sebelum
dan sesudah undang-
undang nomor 36 tahun 2008
Penerapan Undang-Undang
No 36
Tahun 2008
tentang pajak penghasilan
penelitian sebelumnya
menggunakan analisis
regresi berganda
sedangkan penulis
mengunakan analisis
deskriptif
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif
untuk memberikan gambaran cara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada suatu perusahaan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian adalah PT. Mega Jasakelola Manado. Waktu penelitian dilakukan pada bulan oktober sampai november.
Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Mengajukan Permohonan Penelitian Pada tahap ini dimulai dengan memasukan surat
permohonan penelitian yang sudah dibuat peneliti dengan persetujuan fakultas untuk melakukan penelitian pada objek tersebut.
2. Pengumpulan DataTahap ini dimulai dari mengumpulkan data pendukung penelitan yaitu
stuktur organisasi,PPh pasal 21,PPh pasal 22,PPh pasal 23,PPh pasal 25,PPh pasal 29,laporan keuangan,laporan laba rugi
131 3.
Analisa Data Penelitian Pada tahap ini dilakukan analisa pada data yang ada sesuai dengan judul penelitian untuk melengkapi dan menentukan hasil penelitian yang akan diambil.
4. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini merupakan tahapan akhir dari penelitian dengan
menarik kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Penerapan PSAK nomor 46 dan Undang –
undang nomor 36 tahun 2008 pada PT.Mega Jasakelolah Metode Pengumpulan Data
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini menurut Kuncoro 2003: 124. ada 2 jenis data, yaitu : 1.
Data kuantitatif ,adalah data yang disajikan dan diukur dalam suatu skala numerik atau dalam angka-angka.Dalam penelitian ini data kuantitatif yang di butuhkan adalah hasil jumlah pph
terutang dan laporan keuangan pada PT.Mega jasakelola
2. Data kualitatif ,adalah data yang bersifat deskriptif atau berbentuk uraian atau penjelasan serta
tidak dapat diukur dalam skala numerik.Dalam penelitian ini data kualitatif yang di butuhkan adalah yang merupakan gambaran umum perusahaan tersebut dan stuktur organisasi.
Sumber Data
Sumber data menurut Kuncoro 2003 : 127 dibedakan menjadi dua jenis yaitu 1.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian melalui metode pengamatan dan wawancara langsung kepada pihak yang terkait dengan data-data yang ada.
2. Data sekunder adalah data yang sudah ada, diperoleh secara lisan maupun tulisan menyangkut
dengan objek penelitian . Metode Pengumpulan Data
1. Penelitian Lapangan
a Wawancara, yaitu melakukan kegiatan tanya jawab dengan pimpinan dan
karyawan perusahaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini. b
Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
2. Metode Penelitian Kepustakaan
Library Research Method
Yaitu pengambilan data dari berbagai literatur-literatur dengan masalah yang dihadapi guna mendapatkan landasan teori, tinjauan pustaka, dan analisis yang sesuai dalam memecahkan
masalah tersebut. 3.
Mengakses
Website
dan Situs-situs terkait Website atau situs-situs yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi. yaitu suatu metode pembahasan masalah yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, suatu data atau keadaan
serta melukiskan dan menerangkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapatlah ditarik suatu kesimpulan. mengetahui penerapan PSAK No. 46 dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 atas
pajak penghasilan pada PT. Mega Jasakelola sebagai Perusahaan jasa Persewaan Ruangan dan Pengelolaan Kawasan Mega Mas dengan peraturan Undang-undang Perpajakan yang ada.
132
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. Megasurya Nusalestari didirikan pada tanggal 29 Desember 1994 dengan Akta Notaris No 85 yang dibuat dihadapan Notaris Sri Hartini Widjaja, SH, di Ujung Pandang Sulawesi Selatan.
Namun Akte pendirian tersebut telah mengalami perubahan yakni melalui Akta Risalah Rapat Pemegang Saham No. 29 yang dibuat pada tanggal 26 Februari 1999 dihadapan Notaris yang sama.
Sesuai Akta Notaris tersebut, maksud dan tujuan PT. Megasurya Nusalestari adalah untuk bergerak dalam bidang usaha Pembangunan Perumahan, Property dan Developer, kontraktor, Perdagangan
umum, Pertanian dan Perkebunan, industri jasa, dan lain sebagainya. .
bidang Usaha dan aktivitas usaha dari PT. Mega Jasakelola adalah : a.
Jasa Persewaan Ruangan Jasa persewaan Ruangan yang dilakukan tersebut meliputi:
1 Jasa Persewaan Ruangan Kios
2 Jasa Persewaan Ruangan Marquis
3 Jasa Persewaan Ruangan ATM Galery
Jasa Persewaan Lahan b.
Jasa Perparkiran c.
Jasa Keamanan dan Kebersihan d.
Jasa Rekreasi Laut e.
Jasa Penyediaan Listrik Kawasan Hasil Penelitian
PT Mega Jasakelola Neraca
Per 31 Desember 2012 dan 2011 Keterangan
2012 Rp 2011 Rp
Ket AKTIVA
Aktiva lancar Kas
Bank Deposito
Piutang dagang Piutang karyawan
Cadangan Kerugian piutang Persediaan
Pekerjaan dalam pelaksanaan Pembayaran dimuka
Biaya dibayar dimuka Pajak dibayar dimuka
675.158.290 1.948.505.267
1.425.000.000 45.404.767.820
318.110.714 5.348.300.126
5.876.754.868 5.949.5000
2.213.017.296 548.239.384
3.614.810.904 611.600.062
2.336.642.129 379.700.000
35.514.096.442 428.125.864
4.793.297.385 8.797.164.320
- 1.618.532.212
1.022.667.194 1.604.388.665
2 3
Jumlah aktiva lancer
56.682.013.920 47.519.519.505
Investasi jangka panjang Penyusutan modal
1.201.000.000 1.200.000.000
Jumlah investasi jangka panjang 1.201.000.000
1.200.000.000 Aktiva tetap
Bangunan Harga perolehan bangunan
Akum Peny bangunan Mesin dan peralatan
Hp mesin dan peralatan Akum peny mesin dan peralatan
1.376.705.654 2.710.803.674
1.334.094.020 2.448.549.806
5.403.944.008 2.955.394.201
1.512.279.898 270.803.674
1.198.523.776 2.658.665.114
5.236.149.008 2.577.683.893
133
Keterangan 2012 Rp
2011 Rp Ket
Kendaran HP kendaran
Akum peny kendaran Alat kerja
HP alat kerja Akum peny alat kerja
Inventaris HP Inventaris
Akum peny inventaris 5.932.467.771
36.380.934.601 30.448.437.830
36.730.096 204.920.261
168.190.165 112.287.735
1.214.854.921 1.102.647.186
5.312.284.804 35.635.968.945
30.323.684.941 26.724.169
183.740.943 157.016.773
155.856.656 1.187.044.921
10.31.194.265 3
3 3
3 1
Jumlah Aktiva tetap 10.938.506.131
9.665.603.844
Aktiva lain-lain Aktiva pajak tangguhan
Hak guna 3.286.025.885
36.209.500 3.506.004.680
52.434.500
Jumlah aktiva lain-lain 3.332.235.385
3.558.439.188 Jumlah aktiva
72.143.755.456 61.943.562.523
KEWAJIBAN Kewajiban lancar
Hutang dagang Hutang pajak
Biaya yang masih harus dibayar Pendapatan diterima dimuka
Hutang deviden 27.330.176.036
4.369.240.064 11.000.366.252
807.107.994 616.210.660
22.836.494.463 2.231.555.954
10.849.714.360 1.976.216.827
-
Jumlah kewajiban lancar 44.125.109.009
37.893.981.605
Kewajiban jangka panjang Hutang bank
Kewajiban manfat karyawam
6.996.005.192 7.793.495.938
8.016.302.288 7.692.520.656
Jumlah kewajiban
jangka panjang
14.923.183.543 15.708.822.944
EKUITAS Modal saham
Laba rugi ditahan Laba rugi tahun berjalan
5.668.730.349 2.668.448.195
4.797.086.434 5.668.730.348
1.047.345.110 4.953.057.739
Jumlah ekuitas 13.134.272.970
9.574.450.978 Jumlah kewajiban dan ekuitas
85.278.028.435 71.518.0.13.500
Sumber : PT. Mega Jasakelola, 2013 Berdasarkan neraca PT Mega Jasakelola dapat di ketahui bahwa :
1. Kewajiban manfaat karyawan adalah saldo pencadangan untuk imbalan paska kerja karyawan
yang dihitung sebesar 18 kali penghasilan karyawan sebagai pesangon, termasuk juga penghargaan yang dihitung berdasarkan masa kerja karyawan. Namun bagi peraturan perpajakan
yang tidak mengakui konsep konservatisme, maka imbalan paska kerja karyawan hanya akan dibebankan saat telah dibayarkan. Oleh karena itu, kewajiban ini tidak diakui oleh pajak dan
menimbulkan perbedaan sementara.
2. Perusahaan mencadangkan kerugian piutang yang mungkin diperoleh perusahaan akibat tidak
tertagihnya piutang. Hal ini tidak diakui oleh pajak. 3.
Total beban penyusutan dihitung berdasarkan estimasi yang dilakukan perusahaan memiliki beberapa perbedaan dengan aturan perpajakan, sehingga saat rekonsiliasi fiskal terdapat selisih
penyusutan yang boleh diakui perusahaan berdasarkan peraturan perpajakan. 4.
Ketiga hal sebelumnya, kewajiban manfaat karyawan, cadangan kerugian piutang dan selisih pembebanan penyusutan merupakan total perbedaan sementara antara peraturan perpajakan
dengan estimasi perusahaan. Total perbedaan ini kemudian dikalikan 25 untuk tahun 2010 setelah 2009, aktiva pajak tangguhan tidak lagi 28 dari total perbedaan.
PT. Mega Jasakelola telah menerapkan Pernyataan standar akuntansi keuangan No 46 dan
undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan mengenai akuntansi pajak
134 penghasilan. Penerapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan ini dalam mengakui konsekuensi
perhitungan pajak penghasilan adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan aktiva pajak tangguhan, perusahaan menentukan selisih sementara antara perhitungan yang dilakukan perusahaan dengan perhitungan yang dilakukan pihak fiskus, hal
ini dilakukan dengan membandingkan neraca menurut perusahaan dengan neraca menurut peraturan perpajakan
balance sheet liability method
; 2.
Menghitung laba fiskal dan hutang pajak, laba fiskal didapatkan dari perhitungan koreksi fiskal yang telah perusahaan lakukan sebelumnya, dengan demikian kemudian diketahuilah utang
pajak kini perusahaan; 3.
Menghitung laba komersial, laba komersial dihitung setelah mengurangkan danatau menambahkan saldo laba tahun berjalan di neraca dengan biaya yang tidak sesuai perhitungan
pajak. Setelah itu dikurangkan dengan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan sehingga didapatkan laba komersial bersih;
PT Mega Jasakelola Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 2012 dan 2011 Keterangan
2012 Rp 2011 Rp
PENDAPATAN USAHA BEBAN USAHA
LABA RUUGI KOTOR PENDAPATAN BEBAN LAIN-LAIN
Pendapatan lain-lain Beban lain-lain
Total pendapatan beban lain-lain LABA
SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN TAKSIRAN PPH BADAN
Beban pajak kini tidak final Beban pajak kini final
Beban manfaat pajak tangguhan LABA RUGI BERSIH SETELAH
PAJAK 69.772.766.019
55.112.046.707 14.660.719.312
6.817.707.413 14.738.328.206
7.420.620.791 7.240.098.519
- 4.813.328.608
2.544.629.957 2.268.698.651
4.971.399.888 66.533.675.461
55.253.616.982
11.200.058.479 8.517.206.005
14.372.480.104 3.855.274.089
7.344.784.390 446.536.250
3.128.290.696 191.177.784
3.506.004.680 3.838.779.710
Sumber : PT. Mega Jasakelola, 2013 PT. Mega Jasakelola telah menerapkan Pernyataan standar akuntansi keuangan No 46 dan
undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan mengenai akuntansi pajak penghasilan. Penerapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan ini dalam mengakui konsekuensi
perhitungan pajak penghasilan yaitu perusahaan menghitung hutang pajak yang masih harus dibayar, karena adanya uang muka PPh yang dibayar perusahaan tiap bulannya PPh 25 masa, maka total
pajak yang harus dibayarkan tidak sebesar utang pajak yang telah dihitung sebelumnya. .
Pembahasan Penerapan PSAK No. 46 Atas Pajak Penghasilan pada PT.Mega Jasakelolah
Jurnal Beban pajak kini
Rp 1.891.783.550 Aktiva pajak kini
Rp 1.891.783.550 Berdasarkan perhitungan beban pajak kini, maka dapat diketahui hutang pajak yang masih
harus dibayar oleh perusahaan dengan mengurangkannya dengan PPh 25 masa yang telah dibayar sebelumnya, sehingga:
Hutang pajak PPh 29 Rp 1.891.783.550
Pajak yang di bayar dimuka 2011 Rp 1.604.288.665 -
Hutang PPh yang masih harus dibayar Rp 287.494.885
135 Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa point-point dalam PSAK No. 46 telah
diterapkan dengan benar pada PT. Mega Jasakelola terutama mengenai pajak tangguhan, laba fiskal dan hutang pajak kini.
Jurnal Pencatatan Kredit Pajak :
Piutang PPh 25 Rp 3.614.810.904
Piutang PPh Pasal 23 Sewa Rp 287.000.000
Kas Rp 3.614.810.904
Pendapatan Sewa Rp 287.000.000
- Jurnal Pencatatan Kurang Bayar : Biaya PPh
Rp 6.887.378.250 Piutang PPh 25
Rp 3.614.810.904 Piutang PPh Sewa
Rp 287.000.000 Kas
Rp 2.985.567.350
- Jurnal Pencacatan Pembayaran PPh
Hutang PPh Rp 2.985.567.350
Kas Rp 2.985.567.350
Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan dalam SPT PPh Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25 tahun berikutnya diangsur setiap bulan,
yaitu dengan cara pajak penghasilan yang terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan dikurangi dengan PPh yang dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar dan terhutang diluar
negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 dua belas bulan. Perhitungan Pajak yang harus diangsur PPh pasal 25 PT. Mega Jasakelola adalah sebagai berikut :
Laba sebelum pajak
Rp 27.549.513.000
Pendapatan tidak teratur Rp10.151.000.000
Laba Dasar Perhitungan PPh pasal 29 Rp 17.398.513.000
Pajak Penghasilan Terutang : - 25 X 17.398.513.000
Jumlah Pajak Penghasilan Terutang Rp 4.349.628.250
Kredit Pajak - PPh Pasal 23 atas Sewa
Rp 287.000.000
Jumlah Kredit Pajak` Rp 287.000.000
PPh yang dibayar sendiri - PPh Pasal 25
Rp 3.614.810.904 Dasar Perhitungan Angsuran per tahun
Rp 447.817.350
Angsuran PPh Pasal 25 per bulan Rp 37.318.112
Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 atas pajak penghasilan pada PT.Mega Jasakelola sudah sesuai peraturan Perpajakan yang ada.
PENUTUP Kesimpulan
Dari uraian pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan PSAK No. 46 atas pajak penghasilan badan pada PT.Mega Jasakelola telah sesuai
dengan PSAK No. 46 terutama mengenai pajak tangguhan, laba fiskal dan hutang pajak kini. 2.
Penerapan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 atas pajak penghasilan pada PT.Mega Jasakelola sudah sesuai peraturan Perpajakan yang ada.
3. PT. Mega Jasakelola telah melaksanakan pelaporan Pajak Penghasilan pada Surat Pemberitahuan
Tahunan, sesuai dengan ketentuan hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif atas biaya yang
non taxable
.
136
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diajukan kepada PT. Mega jasakelola adalah: 1.
Dengan adanya perubahan undang-undang perpajakan yang berlaku maka selama Tahun 2008 pemerintah memberikan pengampunan pajak atau lebih dikenal dengan nama
Sunset Policy
, setiap perusahaan dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah tersebut. Akan
tetapi, setelah dilakukan analisis setiap perusahaan tidak terdapat adanya pelanggaran terhadap kewajiban perpajakannya.
2. Selalu memperhatikan dan melakukan komunikasi dengan pihak Fiskus untuk mengetahui
ketentuan-ketentuan baik berupa Keputusan Menteri Keuangan maupun Peraturan Pemerintah lainnya mengenai pajak penghasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, 2009, Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi
dan Penutupan Praktis, ANDI, Yogyakarta.
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati 2009. Pajak Penghasilan Teknik Rekonsiliasi Fiskal
.
Edisi Kedua. Yogyakarta. Ekonisia.
Lubis, Irsan, 2010. Akuntansi Perpajakan. LPMBSTEI. Ciledug Mardiasmo. 2009.
Perpajakan
. Edisi XVI- Revisi 2009. Penerbit Andi Yogyakarta Suandy, Erly 2011. Hukum Pajak. Edisi Pertama. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Elementer Konsep Dasar Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Simamora Hendry 2013. Akuntansi manajemen Edisi III. Stard Date Publiser. Jakarta Siti, Resmi. 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Dua, Salemba Empat ; Jakarta.
Soemitro Rochmat. 2007. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan; PT. Eresco, Bandung . Waluyo. 2011.
Perpajakan Indonesia
. Edisi 10. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
137
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MANADO Hendro J. Rumende
Jantje Tinangon Sherly Pinatik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : hendro_012yahoo.com
ABSTRAK
Pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan pemerintahan. Di negara-negara maju dan berkembang, sebagian
potensi pendapatan negara melalui pajak itu sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan inovasi dan teknologi badan usaha dan industri nasional mereka. Dengan pajak, suatu pemerintahan juga dapat
menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan menggunakan surat paksa
dan surat teguran dan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penagihan pajak dengan surat paksa dan surat teguran pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat
perbedaan yang cukup signifikan. Dimana tingkat efektifitas penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa justru lebih besar pada tahun 2011 dibandingkan 2012. Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruhnya
surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan dapat tertagih atau dilunasi oleh penunggak pajak, antara lain; penanggung pajak lalai dalam melunasi utang pajak, penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak,
penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya. Dari data perhitungan yang di peroleh bahwa penagihan pajak dengan dengan surat teguran pada tahun 2011 dan 2012 tidak efektif di bandingkan dengan
penagihan pajak dengan surat paksa yang tergolong cukup efektif. Dan kontribusi surat teguran terhadap pencairan tunggakan pajak sangat kurang di bandingkan dengan surat paksa yang tergolong cukup baik.
Kata kunci : Penagihan Pajak, Surat Teguran dan Surat Paksa, Tingkat Efektivitas.
ABSTRACT
Tax is a source of income main every country in the world. of existence tax is important in the function state and government. In developed countries and developing world, partly potential state revenue through tax
has been utilized for purposes improvement of innovation and technology business entities and industry national them. With taxes, a government can run policy relating to stabilitasi price inflation so that the rate can r emain
maintained. The purpose of this research is to determine the level effectiveness billing tax by using letter forcibly and warning and to know how big contribution billing tax with letters forcibly and warning on tax
office pratama manado. Based on the data processing, can be seen distinction significantly. Whereby a level effectiveness billing taxes by warning and letters forcedly is larger in 2011 than 2012. Some things which
causes an entirely warning and letters forcedly published can tertagih or r epaid by companies to tax among others; the tax carelees in pay its debts tax underwriter tax not recognize the debt tax underwriter tax unable to
pay its debts assessment. From data calculations in get that billing tax with with warning in 2011 and 2012 ineffective in compare to billing tax with letters forcedly belonging very effective. And contribution warning
against disbursement arrears tax is lacking in compare with letters forcedly belonging good enough.
Keywords : Taxes, Billing the warning letter from forcibly, and a letter of the effectivenes.
138
PENDAHULUAN Latar Belakang
Roda pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka untuk mewujudkan bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tentram dan tertib serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini berarti pembangunan yang dilaksanakan harus ada keseimbangan antara pembangunan fisik dan non fisik, dan dapat menjangkau seluruh daerah dan lapisan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan dan arah
pembangunan yang dimaksud, pembangunan nasional harus dilaksanakan secara terus-menerus, berkesinambungan, dan perlu perencanaan yang matang. Perencanaan pembangunan harus ditata dalam skala
pembangunan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, sehingga pembangunan itu terlaksanakan dengan baik. Untuk menunjang terealisasinnya pembangunan, maka diperlukan investasi dalam jumlah besar yang
pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan sendiri. Oleh karena itu sudah waktunya diletakkan suatu landasan yang lebih menjamin tersedia dana dari sumber-sumber didalam suatu negara, sehingga bantuan luar
negeri merupakan pelengkap, yang makin lama makin kecil peranannya. Untuk itu peran serta seluruh masyarakat Indonesia perlu digalakkan guna memenuhi kebutuhan pembangunan. Salah satu peran serta
tersebut diwujudkan dalam bentuk pembayaran pajak.
Pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan pemerintahan. Di negara-negara maju dan berkembang, sebagian
potensi pendapatan negara melalui pajak itu sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan inovasi dan teknologi badan usaha dan industri nasional mereka. Sebagaimana dimaklumi, pajak berfungsi
dalam pembiayaan budgeter pembangunan, terutama untuk keperluan pengeluaran rutin seperti belanja pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.
Pajak juga berfungsi sebagai pendistribusi pendapatan masyarakat. Dengan pajak, suatu pemerintahan juga dapat menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga.
Stabilitasi dilakukan dengan mengatur peredaran uang, yang dilakukan melalui pemungutan pajak dan dengan pemanfaatannya secara efektif dan efisien.
Penerimaan pajak dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah yang dalam arti seluas-luasnya adalah mulai dari penerimaan dalam dan luar negeri. Penerimaan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting
dalam penerimaan negara, karena disamping cepat dan rendah biayanya, pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat besar potensinya.
Dengan kondisi target penerimaan pajak tahun 2013 yang cukup tinggi maka pemerintah dan Direktorat Jendral Pajak DJP melaksanakan Sensus Pajak Nasional SPN. Dengan tujuan untuk memperluas basis pajak,
meningkatkan penerimaan pajak, dan pemuktahiran data wajib pajak. Peran Direktorat Jendral Pajak mempunyai andil besar sebagai pengawas, pemeriksa, penyidik dan penagih kepada wajib pajak guna
mengurangi tunggakan pajak baik yang murni penghindaran pajak maupun ketidakmampuan membayar pajak. Untuk meminimalisir tunggakan pajak, Direktorat Jendral Pajak melakukan penagihan pajak yang mempunyai
kekuatan hukum yang memaksa. Tindakan penagihan meliputi pemberitahuan surat teguran, penagihan seketika dan sekaligus, pemberian surat paksa, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, serta menjual
barang yang disita berdasarakan ketentuan yang di atur dalam Undang-undang perpajakan Nomor 19 tahun1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2000.
Tujuan Penelitian
Untuk mengukur tingkat efektivitas dan kontribusi penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak KPP Manado.
TINJAUAN PUSTAKA Pajak
Istilah pajak atau fiskal berasal dari bahasa latin
fiscolis
yang berasal dari kata benda yaitu
fiscus
atau
fisc
dalam bahasa Perancis yang berarti kerangka uang. Batasan atau definisi pajak bermacam-macam, dalam
139 hubungannya dengan penelitian yang merupakan landasan atau pedoman dalam teori penganalisaan terdapat
beberapa pendapat atau definisi tentang pajak. Undang-undang No.28 tahun 2007 tetang Perubahan Ketiga atas Undang-undang No.6 thun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang tertutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarakan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo 2008;1 ada 2 fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Penerimaan
Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 2. Fungsi Mengatur
regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak terbagi atas tiga Mardiasmo, 2008, 7-8 yaitu:
1. Official Assessment System,
sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya: a.
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. b.
Wajib Pajak bersifat pasif. c.
Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assessment System,
adalah suatu system pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya: a.
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri. b.
Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. c.
Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3.
With Holding System,
adalah suatu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terhutang menurut Wajib Pajak Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus
dan Wajib Pajak. Asas Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Maka terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih
diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak menurut Waluyo 2008;13 menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada:
1. Equity
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau
ability to pay
dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa tiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran
pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta. 2.
Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak herus mengetahui
secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. 3.
Convenience Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan
wajib pajak, sebagai contoh pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan. 4.
Economy Secara ekonomi biaya pemungutan pajak dan biaya pemenuhan pajak kewajiban pajak bagi wajib pajak
diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.
140
Efektivitas Berikut adalah beberapa pengertian efektivitas menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Sondang P. Siagian
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan jumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
2. Menurut Abdurahmat,
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
3. Menurut Hidayat
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
4. Menurut Roulette Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang
panjang, baik pada organisasi tersebut dan pelanggan. Hal terpenting yang perlu dicatat bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang beberapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut, efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan
adalah perbandingan realisasi penerimaan pajak dengan potensi pajak. Penagihan Pajak
Menurut Haula Rosdiana Edi Irianto 2010;245: Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997. Undang-undang
ini kemudian diubah dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Penerbitan Surat Teguran
Dalam buku KUP Pelaksanaan penagihan pajak dilakukan dengan menerbitkan Surat Teguran oleh Dirjen Pajak. Keputusan Dirjen Pajak yang menyetujui penanggung pajak untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak mengakibatkan tidak adanya upaya penagihan pajak kecuali penanggung pajak tidak menepati keputusan tersebut.
Penerbitan Surat Teguran harus dilakukan dengan mempertimbangkan upaya hukum Wajib Pajak karena upaya hukum keberatan dan banding atas utang pajak mulai tahun pajak 2008 menyebabkan tertangguhnya jatuh
tempo dengan syarat Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya atas SKPKBSKPKBT dalam pembahasan akhir, adalah sebagai berikut:
1. Apabila Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak yang terutang dalam
pembahasan akhir dan ternyata tidak mengajukan permohonan keberatan atas ketetapan hasil pemeriksaan tersebut, Surat Teguran disampaikan setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo
pengajuan keberatan. Tujuan menunggu jatuh tempo pengajuan keberatan 3tiga bulan sejak diterbitkannya SKPKBSKPKBT karena dalam jangka waktu tersebut Wajib Pajak mempunyai hak
mengajukan permohonan keberatan.
2. Apabila wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak yang terutang dalam
pembahasan akhir dan tidak mengajukan upaya permohonan banding atas keputusan keberatan SKPKBSKPKBT, surat teguran disampaikan setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pengajuan
banding. Tujuan menunggu jatuh tempo pengajuan keberatan 3tiga bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan
atas keberatan SKPKBSKPKBT karena dalam jangka waktu tersebut Wajib Pajak masih mempunyai hak mengajukan permohonan banding.
3. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib Pajak mengajukan:
141 a.
Permohonan keberatan atas SKPKBSKPKBT, Surat Teguran disampaikan setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo berdasarkan Keputusan Keberatan jatuh tempo keputusan keberatan adalah
1 satu bulan sejak tanggal penerbitan keputusan tersebut. b.
Permohonan banding atas Keputusan Keberatan sehubungan dengan SKPKBSKPKBT,Surat Teguran disampaikan setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo berdasarkan putusan banding
jatuh tempo putusan banding adalah 1 satu bulan sejak tanggal penerbitan putusan tersebut. 4.
Dalam hal Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Surat Teguran disampaikan setelah 7tujuh hari sejak saat jatuh tempo pelunasan 1
bulan setelah tanggal penerbitan SKPKBSKPKBT 5.
Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas SKPKBSKPKBT, Surat Teguran disampaikan setelah 7tujuh hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut
Surat Teguran dalam rangka penagihan pajak atas utang Pajak Bumi dan Bangunan dan atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana tercantum dalam STP PBB, SKBKB, SKBKBT, atau Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah disampaikan kepada Wajib Pajak setelah 7tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo.
Penerbitan Surat Paksa
Menurut pasal 8 ayat 1 UU PPSP, Surat Paksa diterbitkan apabila: 1.
Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan sekaligus
3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan
angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Tata cara pemberitahuan Surat Paksa diatur dalam pasal 10 ayat 1 UU PPSP yaitu pemberitahuan
Surat Paksa dilakukan oeh juru sita dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa kepada penanggung pajak yang dituangkan dalam berita acara.
Daluwarsa Penagihan Pajak
Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Kurang Bayar tambahan, dan surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Surat
Putusan Peninjauan Kembali Billy Ivan Tansuria, 2010; 304.Daluwarsa penagihan pajak tertangguh dapat melampaui 5 lima tahun disebabkan hal-hal sebagai berikut:
1. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat teguran dan menyampaikan surat paksa kepada Penanggung
Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian surat paksa tersebut.
2. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara sebagai berikut.
a. Wajib pajak mengajukan permohonan angsuran dan penundaan pembayaran utang pajak
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh
Direktur Jenderal Pajak. b.
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengajuan keberatan. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal surat keberatan Wajib Pajak diterima Direktur Jenderal Pajak.
c. Wajib Pajak melaksanakan pembayaran sebagian utang pajaknya. Dalam hal seperti itu
daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang tersebut. 3.
Terdapat surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan yang diterbitkan terhadap Wajib Pajak karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkan
putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan ketetapan pajak tersebut.
142
Penelitian Terdahulu No
Nama PenelitiThn
Judul Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Mayang
Wijoyanti 2010
Pengaruh Penagihan
Pajak dengan
Surat Paksa Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama
Jakarta Mampang
Prapatan Untuk
mengetahui pengaruh
yang timbul dari
penagihan pajak
dengan surat paksa
terhadap kepatuhan
wajib pajak. Statistik
linier sedehana
Dari hasil yang diperoleh,
membuktikan bahwa
penagihan pajak dengan surat
paksa mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap kepatuhan wajib
pajak. Penelitian
sebelumnya melakukan
penelitian yang sama
yaitu tetang penagihan
pajak dengan
surat paksa. Metode
analisis penelitian
sebelumnya menggunak
an metode analisis
statistik linier
sederhana. Sedangkan
peneliti menggunak
an metode penelitian
deskriptif.
2. Stella
Meiliza Bringkanae
2010 Penerbitan
surat paksa sebagai
upaya penagihan
aktif dan kontribusiny
a terhadap pembayaran
tunggakan pajak pada
KPP Pratama
Makasar Utara
Untuk memahami
tingkat efektivitas
dan kontribusi
penagihan pajak
dengan surat paksa dalam
rangka meningkatka
n pembayaran
tunggakan pajak di
KPP Pratama
Maksar Utara.
Deskriptif Efektivitas
penagihan pajak dengan surat
paksa dalam rangka
menginkatkan pembayaran
tunggakan pajak dan masalah
yang behubungan
dengan hal tersebut, seperti
kurang pengawasan
dalam pembuatan surat
teguran harus meneliti satu per
satu wajib pajak yang
menyebabkan tunggakan pajak
berkurang sehingga
menyulitkan pengawasan
dalam penagihan aktif.
Menguraik an tetang
penagihan pajak
dengan surat paksa
Penelitian sebelumnya
memaparka n upaya
penagihan aktif
terhadap pembayara
n tunggakan
pajak. Sedangkan
peneliti menghitung
efektivitas penagihan
pajak terhadap
penerimaan pajak.
143
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1.
Data Kualitatif adalah data berupa data verbal atau keterangan, seperti sejarah singkat, struktur organisasi beserta pembagian tugas, Undang-undang perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, dan
data lain yang relevan dengan objek penulisan. 2.
Data Kuantitafif, data yang berupa angka-angka seperti, jumlah penerbitan surat paksa dan surat teguran, pencairan tunggakan, serta data lainnya yang dibutuhkan dalam penulisan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1.
Data Primer merupakan data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus.
2. Data Sekunder merupakan data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaaninstansi dan
sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan penulisan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi literatur dengan mengumpulkan literatur
dan buku tetang perpajakan serta melakukan observasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan data, menyusun, mengolah, dan menganalisis data angka, agar dapat
memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio efektivitas dan rasio kontribusi.
a Rasio efektivitas penagihan surat teguran dan surat paksa. Untuk mengetahui apakah suatu organisasi dikatakan efektif harus diperlukan suatu indikator sebagai tolak
ukur untuk mengetahui tingkat keefektivan suatu objek. Untuk menghitung tingkat rasio keefektivan penerbitan Surat Paksa dan Teguran.
Jumlah Penagihan yang dibayar Efektivitas = x 100
Jumlah Penagihan yang diterbitkan b Rasio kontribusi penagihan surat eguran dan surat paksa.
Untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerbitan surat teguran dan surat paksa terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Manado.
Kontribusi penerbitan surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP dihitung dengan menggunakan rumus:
Pencairan tunggakan pajak melalui Surat teguran dan surat paksa
Kontribusi = x 100
Jumlah seluruh pencairan tunggakan pajak
144
PEMBAHASAN
Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran
Tabel 4.3 Pembayaran Surat Teguran di KPP Pratama Manado
Tahun 2011 dan 2012
2011 11.388.411.546 884.488.392
7,76 2012
2.089.561.057 65.714.964 3,14
Tahun Tingkat Efektivitas
ST Terbit Rp ST Bayar Rp
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manadodata diolah
Dilihat dari tabel 4.3 penagihan surat teguran tahun 2011 di KPP Pratama Manado tercatat sebesar Rp 11.388.411.546 dan yang dibayar sebesar Rp 884.488.392 atau sekitar 7,76. Berdasarkan indikator
pengukuran tingkat efektivitas penagihan dengan surat teguran tahun 2011 tergolong tidak efektif. Tahun 2012 penagihan surat teguran mengalami penurunan yakni sebesar Rp 2.089.561.057 dan yang di
bayar sebesar Rp 65.714, 964 atau sekitar 3,14 . Berdasarkan indikator perhitungan tingkat efektivitas penagihan surat teguran tahun 2012 tidak efektif.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dapat dilihat bahwa penagihan pajak dengan surat teguran mengalami penurunan baik dari segi jumlah lembar maupun nominal nya pada tahun 2012, ini disebabkan
karena tunggakan pajak berkurang pada tahun 2012. Jika dilihat tingkat efektifitas penagihan pajak 2011 lebih besar dibandingkan penagihan tahun 2012, namun hasil presentasi penagihan pajak dengan surat teguran tahun
2011 dan 2012 tergolong tidak efektif.
Adapun hal-hal yang menyebabkan tidak seluruhnya surat teguran yang diterbitkan dapat tertagih atau dilunasi oleh Penunggak Pajak, sehingga analisis tidak efektif antara lain:
a Penanggung Pajak lalai dalam melunasi utang pajak.
b Penanggung Pajak tidak mengakui adanya utang pajak.
c Penanggung Pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya.
d Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya.
e Kondisi keuangan penanggung pajak tidak memungkinkan jika dibayar sekaligus.
Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Tabel 4.4
Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Manado Tahun 2011 dan 2012
Tahun SP Terbit Rp
SP Bayar Rp Tingkat Efektivitas
2011 12.003.784.719
10.395.492.542 86,60
2012 2.886.858.583
2.258.259.375 78,22
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manado data diolah
Penagihan surat paksa di KPP Pratama Manado tahun 2011 tercatat sebesar Rp 12.003.784.719 dan yang di bayar sebesar Rp 10.395.492.542 atau sekitar 86,60. Berdasarkan indikator pengukuran tingkat
efektivitas penagihan surat paksa, penagihan tahun 2011 tergolong cukup efektif. Tahun 2012 penagihan surat paksa sebanyak Rp 2.886.858.583 dan dibayar sebesar Rp 2.258.259.375
atau sebesar 78,22. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2012 tergolong kurang efektif.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dapat dilihat bahwa penagihan pajak dengan surat paksa mengalami penurunan dari segi jumlah lembar dan nominalnya. Jika dilihat dari tingkat efektivitas penagihan
145 pajak dengan surat paksa tahun 2011 lebih besar dari tahun 2012. Namun presentase secara keseluruhan
penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Pratama Manado tergolong cukup efektif. Kontribusi Penagihan Pajak dengan Surat Teguran Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP
Pratama Manado
Tabel 4.5 Perbandingan Penagihan Tunggakan Pajak Denagan Surat Teguran
Terhadap Jumlah Pencairan Tunggakan Pajak KPP Pratama Manado Tahun 2011 dan 2012
Tahun Penagihan
dengan Surat Teguran
Rp Penagihan aktif lainya
Surat Paksa,SPMP, Lelang, Pemblokiran
Rekening, Pencegahan PP ke LN, Penyanderaan
Rp Jumlah Pencairan
Tunggakan Pajak dari Tindakan
Penagihan Rp
Kontribusi
2011 884.488.392
10.727.901.641 11.612.390.033
7,61 2012
65.714.964 3.498.335.318
3.564.050.282 1,81
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manado data diolah
Dilihat dari tabel 4.5 pada tahun 2011 kontribusi penagihan pajak dengan surat teguran sebesar 7,61. Berdasrakan kriteria perhitungan kontribusi, penagihan pajak dengan surat teguran terhadap jumlah pencairan
tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado tergolong sangat kurang. Pada tahun 2012 kontribusi penagihan pajak dengan surat teguran sebesar 1,84. Berdasarkan kriteria
perhitungan kontribusi, maka penagihan pajak dengan surat teguran tahun 2012 terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado tergolong sangat kurang.
Beberapa hal yang menyebabkan kontribusi pencairan surat teguran tergolong sangat kurang terhadap penerimaan pajak secara keseluruhan antara lain:
1. Penanggung pajak belum mengakui adanya utang pajak.
2. Penanggung pajak lalai dalam membayar tunggakan pajak.
3. Jurusita pajak tidak dapat menemukan alamat penanggung pajak.
Kontribusi Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Manado Tabel 4.6
Perbandingan Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Jumlah Pencairan Tunggakan Pajak KPP Pratama Manado Tahun 2011 dan 2012
Tahun Penagihan dengan
Surat Paksa Rp
Penagihan aktif lainya Surat
Teguran,SPMP, Lelang, Pemblokiran
Rekening, Pencegahan PP ke
LN, Penyanderaan Rp
Jumlah Pencairan Tunggakan Pajak
dari Tindakan Penagihan
Rp Kontribusi
2011 10.395.492.542
1.216.897.491 11.612.390.033
89,52 2012
2.258.259.375 1.305.790.907
3.564.050.282 63,36
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Manado data diolah
Dilihat dari tabel 4.6 besarnya kontribusi penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado pada tahun 2011
sebesar 89,52. Berdasarkan kriteria perhitungan kontribusi, maka kontribusi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa tahun 2011 tergolong sangat baik.
146 Tahun 2012 kontribusi penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa tergolong sangat baik juga
terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif di KPP Pratama Manado yakni hanya sebesar 63,36.
Beberapa hal yang menyebabkan kontribusi penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa tergolong sangat baik terhadap pencairan tunggakan pajak antara lain:
1. Penanggung pajak telah mengakui adanya hutang pajak.
2. Jurusita pajak berperan aktif dalam melaksanakan tugasnya.
Dari rasio perhitungan kontribusi diatas dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak dengan surat paksa tahun 2011 dan 2012 terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Manado memiliki kontribusi yang cukup
besar dibandingkan dengan penagihan pajak dengan surat teguran.
PENUTUP Kesimpulan
Penagihan dengan surat teguran pada tahun 2011 dan 2012 di KPP Pratama Manado tergolong tidak efektif baik ditinjau dari segi jumlah lembar maupun nilai nominal yang tertera pada surat teguran. Penyebab pencairan
surat teguran tidak mencapai 100 antara lain penanggung pajak belum mengakui adanya utang pajak, penanggung pajak keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya, dan penanggung pajak lalai dalam membayar
pajak. Sedangkan penagihan dengan surat paksa pada tahun 2011 dan 2012 di KPP Pratama Manado tergolong cukup efektif ditinjau dari jumlah lembar maupun nilai nominal yang tertera pada surat paksa, dikarenakan
penanggung pajak telah mengakui adanya utang pajak setelah di terbitkan surat paksa.
Kontribusi penagihan surat paksa pada tahun 2011 dan 2012 di KPP Pratama Manado terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak dari tindakan penagihan aktif tergolong sangat baik di bandingkan dengan penagihan
pajak dengan surat teguran. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu penagihan pajak dengan dengan surat teguran dan surat paksa dalam pelaksanaanya masing belum efektif dilihat dari penagihan tunggakan pajak, maka saran yang dapat
penulis berikan adalah:
1. KPP harus mengintensifikasi kegiatan mapping penunggak pajak terbesar agar penagihan pajak lebih
efektif 2.
Direktorat Jenderal Pajak agar lebih menggencarkan sosialisasi perpajakan terhadap wajib pajak tentang peraturan-peraturan perpajakan agar kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak meningkat.
3. Jurusita Pajak meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam proses penagihan pajak agar
lebih memudahkan jurusita pajak dalam menjalankan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Biringkanae, Stella Meiliza. 2012.
Penerbitan Surat Paksa Sebagai Upaya Penagihan Aktif dan Kontribusinya Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Pada KPP Pratama Makassar Utara.
Fakultas Ekonomi. Universitas Hassanudin. Makassar.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 149PMK.032011 tanggal 12 September 2011 tentang Sensus Pajak Nasional.
Jakarta. Mardiasmo. 2008.
Perpajakan
. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset. Rosdiana, Haula dan Irioanto, Edi Slamet. 2011.
Panduan Lengkap Tata Cara Perpajakan di Indonesia
. Jakarta: Visi Media.
Tansuria, Billy Ivan. 2010.
Pokok-pokok Ketentuan Umum Perpajakan
. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga ataRealisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012 dan Target Penerimaan Pajak Tahun 2013
.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tetang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
.
147
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tetang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tetang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Wijoyanti, Mayang. 2010.
Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan.
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jakarta.
Waluyo. 2008.
Perpajakan Indonesia
. Jakarta: Salemba Empat.
148
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MANADO Sikfrit Herold Marines Abast
Jantje Tinangon Inggriani Elim
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
email: sikfrit.abastgmail.com
ABSTRAK
Pajak Hiburan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan suatu daerah, dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi daerah
yang diamanatkan melalui Undang-undang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Teknik penelitian yang digunakan adalah mengumpulkan data-data informasi,
gambaran umum, permasalahan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Manado yang digunakan untuk menganalisa dan mengolah data Pajak Hiburan tersebut. Hasil penelitian dapat disimpulkan kontribusi Pajak
Hiburan terhadap Pendapat Asli Daerah Kota Manado sangat kurang, begitu pula terhadap pertumbuhan penerimaan Pajak Hiburan meskipun Pajak Hiburan terjadi peningkatan pertumbuhan penerimaanya namun
berdasarkan indeks laju pertumbuhan penerimaan Pajak Hiburan dibawah rata-rata sehingga mendapat predikat tidak berhasil, dari sisi trend penerimaan Pajak Hiburan menggunakan metode kuadrat terkecil diperkirakan akan
meningkat penerimaanya secara signifikan 10 tahun yang akan datang. Agar penerimaan dan pertumbuhan Pajak Hiburan Kota Manado memperoleh indeks predikat baik. Penulis menyarankan Dinas Pendapatan Kota Manado
membangun sistim informasi perpajakan berbasis data base dan sistim pembayaran pajak online sehingga memudahkan fiskus mengawasi subjek Pajak Hiburan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Kata kunci: analisis, pajak hiburan
ABSTRACT
Entertainment tax one source revenue sources used to finance the implementation of the wheels of government and the development of an area, so the area is able to implement regional autonomy mandated by the Act. The
method used in this research is descriptive qualitative analysis method. The technique used in this study is to collect data information, the general picture, the problems on the Entertainment Tax Revenue Office of Manado City used
to analyze and process data of the Entertainment Tax. The results of this study concluded contributions Entertainment Tax to the original local Opinions Manado is very less , so does the tax revenue growth despite
Leisure Entertainment Tax increased the revenue growth but the growth rate of the index is based on entertainment tax revenue is below the average so that a predicate is not successful , in terms of Entertainment Tax receipts trend
using the least squares method is expected to increase significantly the revenue coming 10 years . In order for acceptance and growth of Entertainment Tax Manado obtain good predicate index. The author suggests Manado
City Revenue Service tax -based information systems to build a data base and online tax payment systems to facilitate tax authorities overseeing subject Entertainment Tax in implementing their tax obligations.
Keywords:
analysis, entertainment tax
149
PENDAHULUAN Latar Belakang
Peranan Pajak Daerah sangat penting sebab pajak daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan demi
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat suatu daerah. Dengan demikian daerah tersebut mampu melaksanakan otonomi daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang, yaitu mampu mengatur dan membiayai
penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan secara mandiri.
Atas dasar itu Pemerintah Kota Manado menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah yang mengatur jenis-jenis pajak daerah apa yang akan dikenakan dikota manado, sebagai berikut:
1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan;
4. Pajak Reklame;
5. Pajak Penerangan Jalan;
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7. Pajak Parkir;
8. Pajak Air Tanah;
9. Pajak Sarang Burung Walet;
10. Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan; 11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Hiburan adalah salah satu jenis pajak daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Manado tercermin dalam Target Penerimaan PAD Dinas Pendapatan Kota Manado Tahun Anggaran 2012 sebagai berikut.
Tabel 1. Target Penerimaan PAD Kota Manado Tahun Anggaran 2012
No. Uraian
Jenis Pajak Target Penerimaan
2012 Rupiah 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 10.
11. 12.
Pajak Hotel Pajak Restoran
Pajak Hiburan Pajak Reklame
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Parkir
Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet
BPHTB Retribusi Kebersihan
Pajak Penerangan Jalan 10.350.000.000
28.000.000.000 4.250.000.000
4.200.000.000 100.000.000
2.100.000.000 500.000.000
20.000.000 30.000.000.000
6.300.000.000 30.000.000.000
Sumber Data Dinas Pendapatan Kota Manado
Dari jenis-jenis Pajak Daerah tersebut, penulis bermaksud menganalisa Penerimaan, Pertumbuhan dan Trend Pajak Hiburan dikota Manado, mengingat kota Manado salah satu kota di Indonesia yang menjadi tujuan
wisata baik wisatawan domestik maupun internasional serta salah satu kota besar yang banyak menyediakan tempat hiburan sebagai fasilitas untuk para wisatawan
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah.
1.
Untuk mengetahui kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado. 2.
Untuk mengetahui pertumbuhan Pajak Hiburan di Kota Manado. 3.
Untuk mengetahui perkembangan Pajak Hiburan di Kota Manado
150
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi
Halim 2004:138, Pengertian akuntansi dapat dijelaskan dengan dua pendekatan yaitu dari segi progresnya dan segi fungsinya.
1. Dilihat dari segi progresnya akuntansi adalah suatu keterampilan dalam mencatat, menggolongkan dan meringkas transaksi keuangan yang dilakukan suatu lembaga atau perusahaan, serta melaporkan hasilnya
dalam suatu laporan keuangan. 2. Dilihat dari segi fungsinya akuntansi asalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya menyediakan data kualitatif
yang bersifat keuangan dari suatu lembaga atau suatu satuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam rangka memilih berbagai alternative tindakan.
Akuntansi Pajak
Muljono 2010:91, Pengertian akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan, yang mengacu pada peraturan, Undang-undang dan aturan pelaksanaanya. Prinsip-prinsip
yang diakui dalam dalam akuntansi perpajakan meliputi : 1.
Kesatuan akuntansi 2.
Kesinambungan 3.
Harga pertukaran yang objektif 4.
Konsistensi dan konservatif
Konsep Pajak
Soemitro dalam Mardiasmo 2011:1, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 1.
Mardiasmo 2011:1 ada dua fungsi pajak. a.
Fungsi budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur
regulerend
, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. Mardiasmo 2011:5 pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Menurut golonganya, pajak langsung dan pajak tidak langsung.
b. Menurut sifatnya, pajak subjektif dan pajak objektif.
c. Menurut lembaga pemungutanya, pajak pusat dan pajak daerah.
3. Mardiasmo 2011:1 ada dua sistim pemungutan pajak.
a. Official assessment system.
b. Self assessment system.
c. With Holding System
Pajak Daerah
Pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah, pajak daerah merupakan pendapatan
daerah yang berasal dari pajak.
Pasal 2 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi dua yaitu pajak provinsi dan pajak daerah.
Pajak Hiburan
Pasal 1 angka 24 dan 25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan, dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
151
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan
Dasar hukum pemungutan Pajak Hiburan pada kabupatenkota adalah, Undang –undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan perubahan atas Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Subjek dan Objek Pajak Hiburan
Pasal 43 Undang-undang Nomor 28 T ahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, m enyebutkan subjek Pajak Hiburan yaitu sebagai berikut:
1. Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. 2. Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
METODE PENELITIAN Jenis Data dan Sumber Data