Nilai yang Dibobot Total Nilai

eksternal kunci. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi dengan mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1= tidak menarik, 2= agak menarik, 3= cukup menarik, 4= sangat menarik. 5 Menghitung Total Nilai Daya Tarik Total Attractiveness Score. Total nilai daya tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot langkah 2 dengan nilai daya tarik langkah 4 dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing- masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik alternaltif strategi tersebut dengan hanya mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci terdekat. 6 Menghitung Penjumlahan total nilai daya tarik. Menambahkan total nilai daya tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik STAS mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Lulu Green House LGH Lulu Green House merupakan usaha kecil perorangan yang dimiliki oleh Ibu Hj. Nurjanah Helmi dan didirikan atas modal pribadi pemilik pada tahun 2010 dengan membudidayakan bunga krisan. Latar belakang didirikannya usaha ini yaitu dikarenakan keinginan pribadi Ibu Hj. Nurjanah Helmi yang senang dan gemar memelihara tanaman hias serta melihat adanya peluang usaha bunga krisan dan lahan yang belum dimanfaatkan di sekitar villa keluarga. Usaha bunga krisan yang dijalankan oleh Ibu Hj. Nurjanah awalnya memiliki dua green house yang sekarang menjadi blok D dan E. Usaha ini hanya dikelola selama dua tahun oleh Ibu Hj. Nurjanah dikarenakan kesibukan Ibu Hj. Nurjanah diluar usaha. Selama dua tahun tersebut Ibu Hj, Nurjanah mempercayai usahanya kepada seorang kepala kebun yang telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lama dalam mengelola usaha budidaya bunga krisan. Selama dua tahun usaha budidaya bunga krisan tersebut mengalami kondisi yang kurang kondusif, keadaan tersebut terjadi karena pemilik menunjuk satu orang untuk bertanggung jawab dari setiap green house yang mengakibatkan adanya kompetisi antara penanggung jawab green house, dan adanya moral hazard dari kepala kebun yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Ibu Hj. Nurjanah merubah sistem tersebut dan memutuskan hubungan kerja beberapa karyawanya yang terindikasi melakukan kegiatan yang merugikan perusahaan. Pada tahun 2012 usaha bunga krisan dikelola oleh Ibu Lina dan telah mengalami perkembangan yang cukup baik, baik dari segi produksi dimana green house yang dimiliki saat ini bertambah menjadi tujuh green house yang terdiri dari 14 blok maupun dari segi sistem manajemen yang sudah mulai menggunakan komputer untuk pencatatan data-data produksi, walaupun LGH sudah berjalan selama tiga tahun, akan tetapi usaha ini belum memiliki badan hukum. Lokasi LGH Lulu Green House terletak di Kampung Selaawi RT 03 RW 11 Desa Cibodas, Kecematan Pacet, Kabupaten Cianjur. Lokasi pembudidayaan bunga krisan ini berada pada salah satu sentra bunga krisan di Jawa Barat dengan ketinggian sekitar 600-1. 400 mdpl dengan temperatur rata-rata 23 C. Kondisi tersebut tentunya sangat menguntungkan bagi perusahaan, suhu optimal untuk tanaman krisan berkisar antara 20 -26 C dan kelembaban 70-80. Visi, dan Misi Perusahaan Visi dan misi perusahaan merupakan arahan perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya serta cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai arahan tersebut. LGH belum memiliki pernyataan secara tertulis mengenai visi dan misi perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara, pemilik menjelaskan bahwa LGH ingin menjadi pemasok bunga krisan ke daerah-daerah di Indonesia, sehingga upaya yang akan dilakukan adalah melakukan pembibitan yang mampu menghasilkan kualitas bunga krisan yang bagus dan melakukan pengelolaan yang baik melalui penerapan GAP. Struktur Organisasi Organisasi merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan bersama dilakukan melalui fungsi manajemen perusahaan. Agar fungsi manajemen tersebut dapat berjalan dengan lancar maka suatu perusahaan harus dapat menggambarkan secara jelas pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab. Lulu Green House didirikan oleh Ibu H. Nurjanah Helmi dan dikelola oleh adik pemilik perusahaan yaitu Ibu Lina. Berikut ini merupakan struktur organisasi pada LGH. Gambar 7 Struktur organisasi Lulu Green House. Sumber : LGH, 2013 Pemilik Nurjnah Helmi Pengelola Lina Produksi Ayi Administrasi Imas Struktur organisasi dari LGH sangat sederhana, hal ini dicirikan dengan sedikitnya departemen yang ada di LGH. LGH dipimpin oleh seorang pemilik yaitu Ibu Hj. Nurjanah Helmi, dibantu oleh seorang pengelola yang bertanggung jawab terhadap kegiatan budidaya bernama Ibu Lina. Di dalam pelaksanaan kegiatan budidaya bunga krisan, Ibu Lina dibantu oleh Bapak Ayi yang bertanggung jawab di dalam produksi serta Ibu Imas yang bertugas sebagai administrasi perusahaan. Pembagian kerja dilakukan agar kegiatan usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keahlian masing- masing sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Fungsi dari struktur organisasi LGH sebagai berikut. 1 Pemilik perusahaan a Menyediakan modal usaha serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh perusahaan b Mengawasi segala kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan 2 Pengelola Fungsi dari pengelola yaitu berperan sebagai manajer yang melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 3 Produksi Melaksanakan kegiatan operasional dibidang produksi sesuai dengan perintah dari pengelola, serta melakukan kegiatan monitoring terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam produksi seperti pupuk, obat-obatan, dll. 4 Administrasi Mengkoordinasikan serta mengendalikan seluruh kegiatan dalam bidang keuangan, serta menjamin tersedianya dana keuangan dan alat-alat serta bahan-bahan yang digunakan dalam produksi, menyusun laporan kegiatan hasil produksi serta melakukan pencatatan terhadap kegiatan pemasaran. Struktur organisasi yang dimiliki oleh LGH memiliki keuntungan berupa biaya yang dikeluarkan untuk mengaji karyawan disetiap divisi tidak terlalu besar, namun struktur organisasi yang demikian juga memiliki kelemahan yaitu pengelola tidak dapat sepenuhnya melakukan pengawasan dikarenakan banyaknya kegiatan diluar usaha. Sarana dan Prasarana Berbagai peralatan yang digunakan pada proses produksi bunga krisan di LGH masih sangat sederhana yaitu cangkul, gunting panen, waring, ember dan drum, terkecuali untuk kegiatan penyemprotan pestisida yang sudah menggunakan alat modern berupa kompresor agar semprotan pestisida dapat stabil. LGH memiliki tujuh buah green house yang dibagi menjadi 14 blok. Masing-masing blok memiliki kapasitas produksi yang berbeda-beda antara 10.000-30.000 batang tergantung dari luas green house. Kapasitas dari green house pada LGH dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kapasitas produksi green house pada LGH GH Blok Luas Total Kapasitas Produksi 1 A1 541 9500 A2 dan A3 1082 20000 2 B1 dan B2 1084 29300 3 C1 dan C2 1082 22000 4 D1 dan D2 1086 22000 5 E1 dan E2 1086 29200 6 F1 Bibit 453 40000 F2 Bibit 451 40000 7 F3 1219 24600 Sumber : LGH, 2012] Tujuh green house yang ada pada LGH terbagi atas 14 blok yang digunakan untuk kegiatan produksi dengan total luas tanah yang digunakan untuk budidaya adalah 8.000 m². Satu green house blok F1 dan F2 digunakan untuk kegiatan pembibitan, dengan masing-masing luasnya mencapai 450 m² dan enam green house lainya digunakan untuk kegiatan budidaya bunga krisan. Green house yang dibangun oleh LGH menggunakan kerangka dari bambu dan atapnya menggunakan plastik UV serta sisi-sisinya menggunakan jaring untuk mencegah serangga-serangga masuk kedalam GH. Sistem Agribisnis Bunga Krisan LGH Sistem agribisnis yang dilakukan oleh LGH terdiri dari tiga subsistem, yaitu subsistem hulu pengadaan input dan sarana produksi, Subsistem onfarm budidaya, subsistem hilir pemasaran. Pengadaan Input  Bibit Bibit yang digunakan untuk kegiatan budidaya didapat dari produksi benih sendiri dengan cara mengambil pucuk daun yang masih muda pada tanaman induk. Umur induk maksimal tiga bulan yang dapat dipanen hingga lima sampai dengan enam kali. Saat ini pemenuhan akan bibit tersebut dipenuhi dengan cara membeli bibit ke petani-petani penyedia bibit dikarenakan LGH sedang melakukan perbaikan terhadap green house yang digunakan untuk proses pembibitan sehingga kegiatan untuk pembibitan di LGH tidak dapat dilakukan. Harga bibit yang siap tanam sudah ada akar Rp 125batang dan Rp 65batang untuk bibit yang akan disemai terlebih dahulu pucuk.  Pupuk Pengadaan pupuk di LGH diperoleh dari toko pertanian yang ada di sekitar LGH. Ada dua jenis pupuk yang digunakan oleh LGH, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik berasal dari pupuk kandang yang berasal sari kotoran kambing, penggunaan pupuk organik ini dilakukan pada saat perendaman tanah pada tahap persiapan lahan. Sedangkan untuk pupuk anorganik yang digunakan adalah Mutiara 25 yang digunakan pada bunga baru berusia satu sampai 40 hari, sedangkan pupuk Mutiara 16 untuk bunga yang sudah berumur 50 sampai 2.5 bulan dengan waktu pemupukan dilakukan setiap 10 hari sekali.  Obat-obatan dan Pestisida Obat-obatan dan pestisida yang digunakan oleh LGH adalah jenis insektisida dan fungisida yang diperoleh dari toko-toko pertanian yang ada di sekitar LGH. Budidaya Kegiatan budidaya krisan dilakukan selama kurang lebih tiga bulan dimulai dari sejak penanaman. Jenih bunga krisan yang dibudidayakan LGH adalah bunga krisan tipe spray dan standar. Kegiatan budidaya di LGH meliputi:  Persiapan Lahan Pengolahan lahan dilakukan secara manual yaitu dengan pencangkulan, pencabutan sisa tanaman dan pembersihan rumput. Pupuk awal yang digunakan adalah pupuk organik dari kotoran kambing yang dibiarkan selama 10 hari. Dosis penggunaan pupuk dasar sebelum penanaman bibit dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Dosis penggunaan pupuk dasar sebelum penanaman bibit produksi dalam 540 m 2 Uraian Takaran3 m Dosis untuk 540 m 2 Pupuk Kambing 2 karung 360 karung Kapur Dolmit 1 karung 180 karung Sumber : LGH, 2013  Penanaman Setelah melalui proses persiapan lahan selama 10 hari, tahap selanjutnya adalah tahap penanaman. Sebelum penanaman dilakukan seleksi bibit yang akan ditanam terlebih dahulu karena kualitas bibit akan berpengaruh terhadap kualitas dari bunga dan produktivitas dari LGH. Penanaman dilakukan di dalam green house dan masing-masing memiliki kapasitas produksi yang berbeda-beda. Untuk penanaman dibantu dengan menggunakan jaring dari kain yang berbentuk kotak-kotak, dengan ukuran masing-masing kotak 10 cm x 10 cm. Di dalam satu kotak terdiri dari dua bunga krisan dengan jarak tanam 10 cm x 5 cm, Tujuan jarak tanam tersebut untuk menghindari kepadatan jumlah tanaman yang membuat pertumbuhan tanaman kurang baik. Selain itu jarak tanam tersebut adalah untuk mempermudah dalam pemberian pupuk. Jumlah penanaman dalam satu green house tergantung dari jumlah bibit yang disemai. Pada tahap ini, bibit harus diberikan pencahayaan dengan lampu 20 watt yang dimulai dari pukul 18.00 sampai 06.00 WIB. Tujuan dari pemberian cahaya ini adalah untuk memacu pertumbuhan tinggi tanaman dan untuk menunda masa generatif.  Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi : a. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi, penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan selang yang disambungkan dengan keran air yang tersedia disetiap green house. b. Pemupukan Pemupukan pertama adalah pada saat tanaman berumur 10 hari setelah penanaman. Jenis pupuk yang diberikan pada saat awal yaitu pupuk Mutiara 25 yang digunakan untuk bunga yang berumur satu hari sampai 40 hari, untuk bunga yang berumur lebih dari 50 hari sampai dengan 2.5 bulan menggunakan pupuk Mutiara 16. Dosis dua kilogram dengan luas 72 m 2 dan dilarutkan kedalam 200 liter air sehingga takaran penggunaan pupuk mutiara untuk satu kali pemupukan dengan luas 2.184 m 2 yaitu 61 kilogram. c. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman OPT Selain pemberian pupuk, LGH juga melakukan pengendalian organisme penggangu tanaman. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan agrimec, confider, dhitane M45, decis dan furadan. Agrimec dan Confider adalah pestisida insektisida yang digunakan untuk membasmi serangga. Dhitane M45 digunakan untuk membasmi jamur, furadan untuk membasmi keong dan Decis untuk membasmi ulat. Pengendalian hama dilakukan pertama kali ketika bibit induk berumur tiga minggu kemudian penyemprotan dapat dilakukan pada pagi hari setiap seminggu sekali. Alat yang digunakan untuk penyemprotan yaitu handsprayer. Satu handsprayer berkapasitas 17 liter untuk luas 90 meter. Penyemprotan obat-obatan dilakukan sampai sembilan kali selama satu periode musim tanam bibit induk atau sampai bibit diganti. Satu tahun terdiri dari tiga periode dan lamanya satu periode yaitu empat bulan. Tabel 11 menunjukkan dosis untuk satu kali penyemprotan untuk luas 462 m 2 . Tabel 11 Dosis penggunaan obat-obatan untuk satu kali penyemprotan dalam 462 m 2 . Uraian Dosis per liter Dosis satu handsprayerluasan 90 m 17 Liter Dosis untuk 462 m 2 Agrimec 1 mlliter 17ml17 liter 412.5 ml Confider 1 mlliter 17 ,l17 liter 412.5 ml Dhitane M45 6 grliter 102 gr17liter 2.5 kg Decis 0.5 mlliter 8.5 ml17 liter 206 ml Furadan 1.5 karung 36 karung Vitabloom Blossom Booster 2 gr liter 34 gr17 liter 825 gr Vitabloom Leaftonic 2 gr liter 34 gr17 liter 825 gr Sumber : LGH, 2013 Pencegahan hama dan penyakit yang pertama dilakukan pada pagi hari ketika tanaman berumur tujuh hari. Pencegahan selanjutnya dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara kimiawi maupun secara mekanis. Sehari sebelum penyemprotan dilakukan monitoring untuk mengetahui hama atau penyakit apa yang ada pada tanaman. Pengendalian tanaman secara mekanis yaitu mengambil langsung ulat yang ada di tanaman, memetik serta membuang daun atau bagian tanaman yang terkena hama penyakit. d. Penyinaran Tambahan Tanaman krisan merupakan tanaman hari yang panjang sehingga memerlukan penambahan cahaya yang bertujuan untuk kebutuhan tanaman akan cahaya matahari untuk memacu pertumbuhan organ vegetatif. Tujuan pemberian cahaya untuk mendapatkan bunga krisan yang bagus. Penyinaran tambahan dilakukan oleh LGH dimulai dari pukul 18.00-06.00 WIB, dengan menggunakan lampu esenssial 20 watt dengan jarak lampu mencapai 2,5 meter sedangkan jarak antar lampu adalah 2,3 meter. e. Pewiwilan Setelah tanaman berumur satu bulan lebih, maka kegiatan pemeliharaan berikutnya adalah pewiwilan, pewiwilan adalah pemotongan tunas-tunas baru pada tanaman krisan. Pada dua tipe krisan yang ada, cara pewiwilan pun berbeda, krisan spray dilakukan ujung tunas agar tumbuh tunas-tunas baru sehingga bunga yang dihasilkan makin banyak. Sedangkan untuk krisan standar, dilakukan pada tunas cabang untuk menyisakan satu bunga saja. f. Panen Umur panen untuk bunga krisan tipe standar dan spray dilakukan pada saat umur tiga bulan, ciri-ciri bunga krisan yang siap panen adalah kemekaraan bunga mencapai 90, sedangkan untuk jenis spray kemekaraan mencapai 90 dengan minimal tiga kuncup bunga yang mekar, dan ketinggian batang untuk setiap batang adalah 80 cm, saat panen bunga terdiri dari tiga jenis grade.Klasifikasi setiap grade seperti yang dijelaskan pada Tabel 12. Tabel 12 Grade bunga krisan pada LGH Jenis Grade Ciri-ciri Standar A Batang besar, mekar 90, tinggi 80 cm B Batang besar, mekar 90, tinggi 70 cm C Tinggi kurang dari 70 cm, mekar tidak 90 dan batang kecil Cekeran Asalan Spray A Batang besar, mekar 90, minimal tiga kuncup yang mekar, tinggi 80 cm. B Batang besar, mekar 90, tinggi 70 cm, minimal tiga kuncup yang mekar. C Tinggi kurang dari 70 cm, mekar tidak 90 dan batang kecil Cekeran Asalan Sumber : LGH, 2013 Subsistem Pemasaran Segmen pasar LGH hanya dikhususkan pada florist dan dekorator. Pemasaran bunga krisan LGH dilakukan dengan cara konsumen membeli dan mengambil bunga krisan dilokasi budidaya. Bunga krisan LGH banyak dipasarkan di daerah Jakarta yaitu di pasar tanaman hias di Rawa Belong. Saluran pemasaran yang dimiliki LGH hanya satu saluran, yaitu dari LGH yang menjual bunga krisannya kepada florist dan florist menjual kembali kepada konsumen akhir dalam bentuk rangkaian bunga. Saluran pemasaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Saluran pemasaran LGH Sumber : LGH, 2013 Pengambilan bunga krisan dalam satu minggu dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu hari Minggu, Rabu, dan Jumat. Alasan mengapa LGH hanya melakukan satu saluran distribusi dikarenakan bahwa LGH sudah terikat kontrak dengan toko florist Kusumawardani bahwa bunga krisan produksi LGH tidak akan dijual ke konsumen lain akan tetapi dengan syarat bahwa berapapun dan apapun kualitas yang dihasilkan oleh LGH akan tetap diambil oleh toko florist yang menjadi konsumennya. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk merumuskan strategi yang akan dipakai, perusahaan haruslah mengalisis keadaan lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan ini terdiri dari lingkungan internal yang berisi dari variabel kekuatan dan kelemahaan, serta lingkungan eksternal yang terdiri dari variabel yang menggambarkan peluang dan ancaman. Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada dalam organisasi tersebut, analisis internal perusahaan dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan . Analisis ini mencakup bidang manajemen, keuangan, pemasaran, SDM, operasi atau produksi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer. LGH Konsumen Akhir Florist Manajemen Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam manajemen perusahaan yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut sangat penting dalam menjalankan kegiatan agar semua aktivitas dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. a. Perencanaan Planning Perencanaan adalah proses cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan menyiapkan bagaimana mengatasi kesulitan yang tidak diharapkan dengan sumberdaya yang cukup. Perencanaan sangatlah penting bagi suatu usaha karena dapat menentukan cara pekerjaan dengan efisien. Perencanaan pada LGH belum tersusun dengan baik karena tidak tertulis sehingga tidak dapat dilakukan secara sistematis. Tanpa adanya perencanaan secara tertulis, LGH akan mengalami kesulitan dalam mengukur dan mengevaluasi kinerja karyawan, sehingga tidak dapat mengetahui tercapai tidaknya target karyawan. b. Pengorganisasian Organizing Kualitas sumber daya manusia yang terampil merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisinisnya. Oleh karena itu, identifikasi faktor SDM perusahaan yang meliputi: keragaan sumber daya manusia, perekrutan karyawan, loyalitas karyawan, dan kompensasi perlu dilakukan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi. Perekrutan tenaga kerja pada LGH tidak malalui prosedur yang formal dan terstruktur. Hak tersebut dikarenakan bahwa Ibu Lina tidak mempunyai waktu untuk mewawancarai satu-satu persatu setiap tenaga kerja yang akan masuk, sehingga untuk tugas perekrutan tenaga kerja tambahan diserahkan kepada bapak Ayi sebagai orang yang dipercaya untuk membantu Ibu lina dalam bidang produksi. Pada Gambar 7 menunjukkan struktur organisasi LGH, dapat dilihat bahwa posisi manajemen puncak langsung dipegang oleh pemilik, dimana posisi ini bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang terkait dengan seluruh aktivitas perusahaan namun secara teknis tidak berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan. Banyaknya aktivitas pemilik diluar usaha menjadikan tugas serta peran dari pemilik digantikan oleh Ibu Lina sebagai pengelola usaha. Untuk bagian produksi, ditangani oleh Bapak Ayi sebagai tangan kanan dari Ibu Lina yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang budidaya bunga krisan. Beliau diberi tanggung jawab untuk mangatur segala kegiatan produksi mulai dari penanaman benih sampai panen bunga krisan, sehingga produksi dapat berjalan sesuai dengan yang di instruksikan oleh pengelola. Bidang yang terakhir adalah bidang administrasi,yang bertanggung jawab terhadap bidang ini adalah Ibu Imas, dengan tanggung jawab seperti melakukan pembukuan terkait arus keluar masuk keuangan perusahaan, menjadi kasir saat terjadi transaksi jual beli dan lain-lain, serta mencatat hasil panen dan keluar masuk barang-barang produksi. Hari kerja pada LGH dilaksanakan selama enam hari kerja dan satu hari libur yaitu hari Jumat. Jam kerja yang diterapkan oleh LGH yaitu mulai pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Upah yang diberikan kepada karyawan adalah upah harian sebesar Rp 20.000 yang dibayarkan setiap hari Kamis c. Pelaksanaan Actuating Pelaksanaan dari kegiatan budidaya bunga krisan ini dilakukan oleh tujuh tenaga kerja yang terdiri dari tiga tenaga kerja laki-laki dan empat tenaga kerja perempuan, dimana satu orang perempuan bertugas sebagai administrasi dan enam tenaga kerja lainnya bertugas di kebun. Selama ini tidak ada pembagian tugas yang spesifik dari keenam tenaga kerja tersebut, sehingga mereka bekerja berdasarkan kondisi di lapangan. d. Pengawasan Controlling Pengawasan dilakukan perusahaan mulai dari pasokan input, proses produksi, perawatan, pemanenan. Pengawasan bertujuan untuk mengidentifikasi dan memastikan berlangsungnya kegiatan perusahaan agar sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan. Sedangkan pencegahan dilakukan pada saat perusahaan menemukan adanya gangguan dalam kegiatan operasionalnya sehingga diperlukan tindakan-tindakan khusus untuk mengatasi masalah tersebut, contoh pencegahan yang dilakukan adalah memberikan pestisida kepada tanaman agar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Akan tetapi pengawasan tersebut tidak dapat dilakukan sepenuhnya, dikarenakan pengelola LGH memiliki kesibukan di luar usaha bunga krisan. Keuangan Keuangan merupakan suatu hal yang penting dan menjadi kebutuhan utama dalam suatu usaha, pengelolaan keuangan yang tidak baik dapat membawa dampak kemunduran bahkan kebangkrutan suatu usaha. Tujuan dari pengaturan keuangan yang baik adalah untuk memaksimalkan laba yang diperoleh. Untuk mendirikan usaha bunga krisan, LGH menggunakan modal pribadi. Namun, modal yang berasal dari milik pribadi menjadi suatu keterbatasan untuk pengembangan usaha karena modal yang dibutuhkan relatif cukup besar untuk meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan pelanggan serta untuk melakukan kegiatan promosi yang lebih intensif. Sistem laporan keuangannya dilakukan LGH masih sederhana dengan mencatat jumlah seluruh pengeluaran, pemasukan usaha, serta pencatatan untuk investasi. Pemasaran Analisis pemasaran menggunakan pendekatan strategi bauran pemasaran yang diadopsi dari Kotler 2005, marketing mix atau yang lebih dikenal dengan 4P Product, Price, Place, dan Promotion. Analisis yang lebih jelas mengenai bauran pemasaran, dapat dilihat pada uraian di bawah ini: a. Produk Produk yang dihasilkan oleh LGH berupa bunga krisan. Krisan yang dibudidayakan terdiri dari dua tipe yaitu standar dan spray dengan berbagai varietas. Tabel 12 menunjukkan kualitas yang ada di LGH yang terdiri dari tiga kualitas A, B, dan C. Jika dilihat dari kualitas dari bunga krisan yang dihasilkan oleh LGH, bunga krisan di LGH memiliki keunggulan dibanding dengan produsen-produsen bunga krisan yang ada disekitar LGH. Hal ini dikarenakan bahwa bunga krisan produksi LGH digunakan hanya untuk hiasan di hotel-hotel berbintang dan acara-cara yang diadakan oleh perusahaan besar. Keunggulan tersebut dicirikan dengan batang yang dihasilkan oleh LGH lebih besar dengan ketinggian bunga mencapai 80 cm, serta mempunyai daya tahan kesegaran yang lama yaitu mampu bertahan kurang lebih selama seminggu dan umumnya konsumen menyebut kualitas dari bunga krisan produksi LGH adalah bunga kualitas PT. b. Harga Price Harga yang ditetapkan oleh LGH menggunakan harga pasar yang berlaku. Meskipun harga bunga krisan berdasarkan harga pasar, akan tetapi harga tersebut cenderung stabil. Hal tersebut dikarenakan LGH sudah terikat kontrak dengan konsumennya, sehingga harga jual bunga krisan di LGH tidak dipengaruhi oleh permintaan yang ada dipasar. Harga jual bunga krisan di LGH berbeda-beda berdasarkan dari kualitas yang dihasilkan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Harga jual bunga krisan LGH Tipe Krisan Standar HargaIkat Rp Tipe Krisan Spray HargaIkat Rp Grade A 10. 000 Grade A 9. 000 Grade B 9. 000 Grade B 8. 000 Grade C 6. 000 Grade C 6. 000 Cekeran 3. 000 Cekeran 3. 000 Sumber : LGH, 2013 Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa harga bunga krisan tipe standar lebih mahal dibandingkan dengan tipe spray. Akan tetapi untuk semua jenis krisan dengan grade C dan cekeran memiliki tingkat harga jual yang sama yaitu sebesar Rp 6.000 dan Rp 3.000 per ikat. Sistem pembayaran yang digunakan LGH adalah pembayaran kredit. Jangka waktu yang diberikan adalah tiga hari setelah pengambilan barang. c. Tempat Strategi bauran tempat yang diterapkan perusahaan meliputi lokasi dan saluran distribusi. Lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam menarik konsumen, karena keputusan konsumen membeli suatu produk dipengaruhi juga oleh kemudahan memperolehnya. Lokasi usaha terletak di Kampung Selaawi RT 03 RW 11 Desa Cibodas, Kecamatan Pacet, Cianjur. Jarak lokasi usaha yang relatif dekat dengan Jakarta menjadi salah satu keunggulan bagi LGH untuk memasarkan bunga krisan ke Pasar Rawa Belong. Waktu yang ditempuh sekitar 120 menit apabila ditempuh pada malam hari. Alasan pengambilan bunga oleh konsumen pada malam hari karena puncak kegiatan transaksi di Pasar Rawa Belong Jakarta terjadi pada pukul 03.00-07.00 WIB. Pengambilan bunga krisan pada malam hari lebih menguntungkan bagi konsumen karena perjalanan ke Jakarta tidak mengalami kemacetan yang dapat mengurangi biaya bensin mobil serat waktu tempuh yang lebih cepat sehingga kualitas bunga krisan tetap terjaga. d. Promosi Promosi merupakan salah satu strategi untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan agar lebih dikenal oleh masyarakat. LGH hanya melakukan kegiatan promosi sebanyak satu kali sejak awal berdiri hingga sampai saat ini, Promosi tersebut hanya pada awal berdirinya LGH melakukan promosi yaitu menawarkan bunga ke toko florist yang bernama Kusumawardani dan langsung terikat kontrak sampai saat ini, dengan sistem kontrak tersebut maka LGH hanya mempunyai satu konsumen saja dan tidak melakukan kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk bunga krisan yang dihasilkan oleh LGH ke konsumen lain. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia yang terampil sangat dibutuhkan sebagai salah satu faktor pendukung pengembangan industri bunga potong krisan sehingga kualitas SDM sangat menentukan mutu kerja dalam perusahaan. SDM yang ada di LGH sebagian besar merupakan masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan warga sekitar dan juga sebagai bentuk pembangunan daerah dengan cara memberikan keterampilan dalam bidang pertanian khususnya bunga krisan. Karyawan LGH memiliki disiplin dan moral kerja yang tinggi. Moral kerja yang tinggi ditunjukkan oleh loyalitas karyawan terhadap perusahaan karena sebagian besar karyawan bekerja sejak perusahaan berdiri. LGH memiliki tujuh orang tenaga kerja yang terdiri tiga laki-laki dan empat perempuan dengan tingkat pendidikan karyawan sebesar 28.5 karyawannya berpendidikan SMP serta 71.5 berpendidikan SMA. Tidak adanya spsesialisai kerja tidak menghambat kegiatan budidaya yang dilakukan oleh LGH. Hal tersebut dikarenakan tenaga kerja yang dimiliki LGH merupakan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dibidang perkebunan dan bercocok tanam. Untuk terus meningkatkan kemampuan dan keterampilan pekerjanya yang ada LGH hanya memberikan pengarahan dalam proses operasional yang sedang berjalan yang dibantu oleh satu orang pekerja dari bagian produksi. LGH belum melakukan pelatihan-pelatihan khusus baik yang diadakan secara internal maupun bekerjasama dengan instansi lain yang terkait. Produksi dan Operasi Pada proses kegiataan produksi meliputi persiapan lahan, pengolahan lahan, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Untuk persiapan dan pengolahan lahan diperlukan waktu selama sepuluh sampai dengan lima belas hari, sedangkan untuk penanaman sampai masa panen memakan waktu sekitar tiga bulan 12 minggu sampai 14 minggu. Belum adanya jadwal penanam yang secara tertulis dapat menjadi kelemahan dibidang produksi, tujuan dari penjadwalan penanaman tersebut adalah untuk mempermudah dalam pengawasan yang akan dilakukan oleh pengelola. Produk yang dihasilkan oleh LGH adalah bunga krisan, luas lahan yang dimiliki oleh LGH adalah sebesar 4,8 ha namun yang digunakan untuk usaha budidaya bunga krisan hanya sebesar 8.000 m 2 serta memiliki tujuh green house. Pada tahun 2012, LGH telah memproduksi bunga krisan sebanyak 24.773 ikat dengan produksi rata-rata sebesar 2.064 ikat Tabel 3. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya dengan produk rata-raa mencapai 2.804 ikat dengan jumlah produksi selama tahun 2011 sebesar 33.650 ikat. Saat ini LGH sedang tidak memproduksi bibit sendiri dikarenakan green house yang digunakan untuk proses produksi bibit sedang mengalami kerusakan akibat diterjang oleh angin kencang. Akibatnya LGH harus membeli bibit yang tersedia dipasaran dengan kualitas yang berfluktuatif, kondisi tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil dan kegiatan produksi. Kerusakan tidak hanya terjadi pada green house yang digunakan untuk kegiatan pembibitan, ada tiga green house yang mengalami kondisi serupa yaitu blok B, C, dan D, ketiga blok tersebut digunakan untuk kegiatan produksi bunga krisan. Penelitian dan Pengembangan Salah satu bagian yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru dan riset pasar adalah kegiatan penelitian dan pengembangan. Biasanya perusahaan memiliki anggaran biaya tersendiri untuk menjalankan kegiatan tersebut. LGH belum membuat divisi penelitian dan pengembangan tersebut dikarenakan kondisi dari kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki masih sangat rendah serta adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh pemilik LGH. Untuk membuat litbang, memerlukan perencanaan yang matang dan modal yang besar untuk membeli peralatan, sehingga saat ini LGH masih fokus kedalam kegiatan produksi, sedangkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan LGH hanya mengandalkan informasi-informasi yang berasal dari petani-petani lain ataupun informasi dari dinas-dinas yang terkait seperti Dinas Pertanian dan Balai Penelitian Tanaman Hias yang ada di Kabupaten Cianjur. Sistem Informasi Manajemen SIM Dalam menyampaikan informasi antar penanggung jawab, LGH masih mengandalkan perbincangan yang dilakukan secara informal dan pencatatan yang masih sederhana. Informasi yang dicatat berupa informasi mengenai data hasil panen serta faktur-faktur pengambilan bunga krisan oleh konsumen dan data-data tersebut tersimpan di dalam komputer. Pencatatan data yang lengkap serta terstruktur akan sangat berguna untuk melakukan evaluasi serta tindakan koreksi apa bila terjadi kesalahan-kesalahan pada saat proses produksi. Analisis Lingkungan Ekternal Analisis lingkungan eksternal perusahaan berkaitan dengan keadaan luar perusahaan yang berpengaruh terhadap kegiatan di perusahaan. Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal sangat dibutuhkan karena merupakan keadaan yang tidak dapat dikendalikan secara langsung. Analisis lingkungan eksternal dilakukan terhadap lingkungan makro dan industri. Pada lingkungan makro terdiri dari politikpemerintah, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Sedangkan lingkungan industri terdiri dari persaingan diantara perusahaan yang ada, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar menawar pembeli dan pemasok, ancaman produk pengganti. Lingkungan Makro PolitikPemerintah Kebijakan politik Negara mampu mempengaruhi iklim perdagangan yang terjadi di dalam Negara tersebut. Kebijakan pemerintah dibidang hortikultura yaitu adanya penerapan enam pilar pengembangan hortikultura di Indonesia. Kebijakan tersebut merupakan fokus kegiatan prioritas dalam mengembangkan hortikultura yang dilaksanakan secara simultan dan terintegrasi antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dalam memfasilitasi dan mempermudah akses swasta atau pengusaha dalam mengembangkan hortikultura Dinas Pertanian, 2008. Ke enam pilar kegiatan pengembangan hortikultura tersebut adalah: 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penataan manajemen rantai pasokan supply chain management. 3. Penerapan budidaya pertanian yang baik Good Agricultural PracticesGAP dan Standart Operating Procedure SOP. 4. Fasilitas terpadu investasi hortikultura. 5. Pengembangan kelembagaan usaha. 6. Peningkatan konsumsi dan akselerasi ekspor Kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan hortikultura yang sangat membantu tumbuhnya kelompok tani dibidang produksi bunga potong khususnya bunga krisan. kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Bupati Cianjur Nomor 520KEP. 240-Distan2012 tentang pewilayahan komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura. LGH terletak di wilayah salah satu pewilayahan komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura yang telah direncanakan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur. Dinas Hortikultura Kab Cianjur pemerintah telah membentuk 27 kelompok tani bunga krisan yang tersebar dikecamatan Sukaresmi, Pacet dan Cugena dan kelompok tani tersebut secara bergantian mendapatkan bantuan berupa bibit, modal atau alat-alat pertanian. Pada bulan April 2010 pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai kenaikan harga eceran tertinggi HET pupuk bersubsidi. Peningkatan HET yang ditetapkan pemerintah yaitu sebesar 33 sampai 45. Kenaikan HET diperlukan karena HPP Harga Pokok Produki pupuk cenderung meningkat, sedangkan anggaran pemerintah yang tersedia untuk subsidi terbatas. Pada tahun 2011, HET pupuk telah direncanakan akan dinaikkan, tetapi kemudian dibatalkan dan tetap menggunakan HET tahun 2010, dan khusus untuk pupuk organik kembali pada posisi harga tahun 2009 yaitu Rp 500kg. Tidak naiknya HET dilandasi oleh pertimbangan untuk meringankan beban petani seandainya terjadi kegagalan tanam karena kebanjiran sebagai akibat dari kondisi iklim yang ekstrim basah. Tidak naiknya HET selama tahun 2006-2009 dan 2011 mencerminkan bahwa kebijakan subsidi pupuk tetap berpihak kepada petani BAPPENAS, 2012. Meskipun telah terdapat kebijakan pemerintah dibidang hortikultura mengenai enam pilar pengembangan hortikultura, akan tetapi saat ini fokus pemerintah terhadap kebijakan tersebut yaitu kepada kelompok-kelompok petani kecil. Sehingga keseluruhan program yang digalakan oleh pemerintah ditujukan untuk kelompok tani. Selain itu kebijakan pemerintah terhadap pengembangan hortikultura difokuskan pada komoditas unggulan tiap wilayah. Kecamatan Pacet termasuk kedalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura program pewilayah pemerintah Kabupaten Cianjur dengan komoditas unggulan bunga krisan. Sehingga program yang ada hanya untuk kelompok tani yang membudidayakan bunga krisan. Hal tersebut menunjukkan bahwa belum adanya dukungan pemerintah daerah untuk pelaku usaha bunga krisan yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Kurangnya dukungan dari pemerintah dapat menjadi suatu ancaman bagi perusahan untuk dapat mengembangkan usaha bunga potong krisan. Faktor Ekonomi Keadaan ekonomi suatu negara merupakan faktor eksternal yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perkembangan bisnis tanaman hias baik secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan kondisi perekonomian berpengaruh terhadap strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan dan dapat menyebabkan keberhasilan ataupun kegagalan strategi tersebut. Pertumbuhan PDBkapita dan Pendapatan Nasionalkapita dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 baik atas harga yang berlaku maupun harga konstan menunjukan tren yang terus meningkat setiap tahunnya BPS 2013. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang diperlihatkan oleh PDB yang terus meningkat menggambarkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Semakin sejahtera masyarakat semakin tinggi daya beli masyarakat, hal ini didukung dengan data peningkatan pendapatan nasional per kapita Indonesia yang terus meningkat mencapai Rp 9.490.533 pada tahun 2012. Bank Indonesia 2013, menjelaskan perkirakan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2012 diperkirakan tumbuh 6.3 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi kisaran 6.3- 6.7. Membaiknya kondisi ekonomi dapat menjadi salah satu faktor yang memacu meningkatnya konsumsi akan tanaman hias yang merupakan produk tersier yang biasa dikonsumsi setelah kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder terpenuhi. Faktor Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Perubahan sosial, demografi, budaya dan lingkungan mempunyai dampak besar terhadap produk, jasa, pasar dan pelanggan. Kondisi sosial terpusat pada nilai dan sikap orang, pelanggan dan karyawan yang mempengaruhi strategi perusahaan. Nilai-nilai ini terwujud kedalam perubahan gaya hidup yang mempengaruhi permintaan terhadap produk ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan David,2006. Zaman dahulu produk florikultur di Indonesia digunakan hanya untuk kegiatan keagamaan dan kegiatan adat. Akan tetapi, seiring dengan adanya kecendrungan global pada masyarakat dunia mengenal gaya hidup kembali ke alam back to nature dan taraf hidup yang semakin meningkat, menyebabkan terjadinya perubahaan pola permintaan serta adanya alokasi kebutuhan masyarakat kepada produk bunga saat ini. Pada perayaan pesta pernikahan, krisan menjadi bunga pilihan untuk menjadi pengisi dalam rangkaian hiasan meja, pelaminan dekorasi ruangan, bahkan rangkaian ucapan selamat. Sedangkan pada saat ulang tahun, kelahiran, kematian, dan pembukaan gedung atau perkantoran yang baru umumnya bunga krisan menjadi pilihan untuk mengisi rangkaian ucapan selamat. Selain itu pada saat perayaan hari-hari istimewa seperti tahun baru, valentine, imlek, kemerdekaan, dan natal, bunga krisan juga banyakan digunakan oleh masyarakat, sehingga pada saat terjadi peristiwa-peristiwa tersebut permintaan bunga krisan meningkat. Terjadinya perubahan iklim saat ini serta cuaca yang tidak menentu menjadi kendala bagi perusahaan dalam kegiatan budidaya bunga potong. Cuaca yang ekstrim, terkadang hujan secara tiba-tiba setelah sebelumnya mengalami pagi atau siang yang cerah, dan terkadang menimbulkan angin kencang yang dapat merusak green house. Cuaca ekstrim juga mengakibatkan munculnya hama dan penyakit apabila kelembaban terlalu tinggi, munculnya hama dan penyakit dapat mempengaruhi kualitas dan juga kuantitas bunga potong yang dihasilkan oleh LGH. Keadaan ini merupakan suatu ancaman yang perlu diantisipasi oleh pihak manajeman LGH. Teknologi Kemajuan teknologi akan mempengaruhi kuantitas maupun kualitas produk, jasa, pasar, pemasok distributor, pelanggan, hingga posisi bersaing. Perkembangan teknologi mengalami perkembangan yang pesat, baik bagi bisnis maupun bagi bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Perkembangan teknologi ini mampu menjadi ancaman dan peluang bagi suatu bisnis. Selain itu dengan semakin berkembangnya teknologi juga dapat mempengaruhi strategi bisnis yang harus diterapkan oleh perusahaan baik dibidang produksi maupun pemasaran. Teknologi yang dapat mempengaruhi perusahaan antara lain dibidang informasi, budidaya tanaman, dan transportasi. Penerapan teknologi dalam budidaya krisan yaitu berupa penggunaan rumah naungan green house dan alat-alat pertanian modern seperti sprinkler, timer contractor dan hand sprayer. Sedangkan teknologi dalam teknis budidaya yaitu cyclic of lamp atau night break, dan aplikasi pupuk cair susulan. Teknologi informasi dan komunikasi yang juga semakin berkembang dapat menjadi peluang bagi perusahaan sebagai sarana untuk mempromosikan produk yang dihasilkan. Adanya alat komunikasi yang semakin canggih seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat proses komunikasi antara produsen dengan pemasok dan pembeli, serta media internet sebagai sarana untuk mempromosikan produk dan juga sebagai sarana belajar bagi pemilik dan pengelola LGH. Perkembangan teknologi dalam bidang transportasi juga dapat menjadi peluang perusahaan untuk mempermudah mendapatkan pasokan bahan baku dari pemasok serta mendistribusikan produknya kepada pelanggan Penerapan teknologi dalam budidaya bunga krisan di LGH yaitu berupa penggunaan green house yang dibuat denganbahan yang sederhana yaitu dari bambu. Pemanfaatan teknologi oleh LGH masih sangat sederhana, pengunaan mesin diminimisasi karena perusahaan bersifat padat karya bukan padat modal. Hanya terdapat peralatan khusus seperti penyemprotan pestisida yang mampu mengefisienkan penggunaan pestisida. Lingkungan Industri Industri dapat didefinisikan sebagai kumpulan atau kelompok perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sejenis yang dapat saling menguntungkan. Pemahaman karakteristik industri sangat penting dalam upaya merumuskan strategi bersaing. Kekuatan dalam bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor, yaitu ancaman terhadap masuknya pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, ancaman produk substitusi, dan kekuatan persaingan di antara para anggota industri. Kelima kekuatan persaingan diatas secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan profitabilitas dalam industri dan kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang paling besar akan menentukan serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi. Ancaman Pendatang Baru Jawa Barat merupakan sentra produksi bunga potong di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan sejenis yang ada di daerah Jawa Barat. Seperti Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Cipanas Lampiran 1. Potensi pasar yang masih terbuka, maka peluang masuknya pendatang baru juga cukup besar sehingga membuat persaingan semakin ketat. Selain itu adanya adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan hortikultura, dimana di dalamnya terdapat program-program pengembangan hortikultura yang sangat membantu tumbuhnya kelompoktani di bidang produksi bunga potong. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan dalam industri dengan ancaman menaikkan harga atau menurunkan mutu produkjasa yang dibeli. Porter 1991 menjelaskan kondisi pemasok yang kuat ditandai para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan yang lebih terkonsentrasi, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain dalam industri, perusahaan atau industri bukan pelanggan penting bagi pemasok, produk pemasok merupakan penting bagi perusahaan atau industri, produk pemasok terdeferensiasi, atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan, kelompok pemasok menunjukkan ancaman integrasi maju. Pada usaha budidaya krisan di LGH, bibit didapatkan melalui produksi sendiri, sehingga tidak ada ketergantungan terhadap pemasok bibit. Sedangkan dalam pemasokan bahan operasional seperti pestisida dan pupuk, dibeli di toko yang telah menjadi langganan perusahaan. Beberapa hal tersebut menjadi alasan rendahnya daya tawar pemasok bagi LGH. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pembeli merupakan salah satu unsur penting dalam suatu sistem perniagaan. Pembeli merupakan saluran terakhir dari jalur distribusi permintaan pasar, permintaan pasar tersebut yang digunakan untuk menentukan tingkat kapasitas suatu produk. Tingkat produksi yang tepat akan membawa keuntungan bagi perusahaan dalam bentuk laba optimal David, 2006. Kekuatan tawar menawar pembeli terhadap LGH dikatakan kuat, hal ini dikarenakan konsumen yang dihadapi oleh LGH merupakan konsumen terkonsentrasi serta memiliki kemampuan untuk membeli dalam jumlah besar serta satunya-satunya konsumen yang dimiliki oleh LGH. Selain itu produk bunga krisan yang dihasilkan oleh LGH meskipun cukup beragam dalam jenis dan warna serta mempunyai kualitas bagus yang ditandai dengan batang yang dihasikan besar-besar namun produk tersebut merupakan produk yang cukup banyak dapat ditemukan diprodusen lain sehingga konsumen dari LGH juga mengambil bunga krisan dari produsen-produsen tersebut. Ancaman Produk Pengganti Produk pengganti merupakan produk lain yang muncul dalam bentuk berbeda tetapi keberadaannya mampu memberikan kepuasan atas fungsi yang sama. Pada industri bunga krisan, terdapat beberapa produk bunga yang dapat digolongkan menjadi produk pengganti dari bunga krisan. Produk tersebut seperti mawar, garbera, aster atau daisy, anggrek, camation, gladiol dan lili. Produk substitusi tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pembelian akan bunga krisan, namun untuk membuat rangkaian-rangkaian bunga yang digunakan untuk acara-acara yang diadakan masyarakat seperti pernikahan,ulang tahun dll, bunga krisan merupakan bunga yang utama dan harus ada di setiap rangkaian bunga tersebut dan sulit digantikan dengan bunga lain. Persaingan Antar Usaha Sejenis Persaingan yang cukup tinggi terhadap bunga potong saat ini menjadikan industri bunga potong mengalami perkembangan yang cukup baik. Perkembangan dalam industri mampu menyediakan peluang bagi perusahaan untuk tumbuh, namun persaingan tersebut tidak terlalu dirasakan oleh LGH, dikarenakan LGH sudah melakukan kontrak kerja sama dengan konsumen. Upaya yang harus dilakukan oleh LGH saat ini adalah terus memperbanyak produksi dari bunga krisan yang di produksinya. Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan hasil analisis lingkungan Lulu Green House LGH, diperoleh faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, Tabel 14 menunjukan faktor-faktor yang termasuk dalam kekuatan dan kelemahan perusahaan. Tabel 14 Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan LGH Bidang Kekuatan Kelemahan 1. Manajemen  Ketekunan pemilik dalam mengelola usaha  Kualitas SDM yang rendah

2. Produksi

 Kualitas bunga krisan yang bagus  Keadaan alam yang ideal untuk budidaya bunga krisan  Bahan baku berupa bibit didapatkan melalui produksi sendiri  Belum adanya SOP dalam kegiatan budidaya bunga krisan

3. Keuangan

4. Pemasaran

5. Sistem

Informasi Manajemen  Penerapan sistem informasi manajemen SIM yang masih sederhana Kekuatan Lulu Green House LGH 1. Kualitas bunga krisan yang bagus Kualitas bunga yang bagus dengan kriteria batang dari bunga krisan yang besar-besar, sehingga diberi julukan bunga PT yang artinya bunga krisan produksi LGH hanya dipakai oleh acara besar di Jakarta yang diadakan di hotel-hotel berbintang serta bunga krisan produksi LGH mempunyai kesegaran yang tahan lama bisa mencapai 10 hari, dibandingkan bunga krisan dari produsen lain yang hanya tahan sampai 3-5 hari saja. 2. Keadaan alam yang ideal untuk budidaya bunga krisan LGH berada diketinggian berkisar antara 600-1.400 mdpl dengan temperatur rata-rata 23 C. Kondisi tersebut menjadikan keuntungkan bagi perusahaan, suhu optimal untuk tanaman krisan berkisar antara 20 -26 C dan kelembaban 70-80. 3. Bahan baku berupa bibit didapatkan melalui produksi sendiri, Kualitas bibit yang ada dipasaran sangat berfluktuatif dan sangat mempengaruhi dari kualitas bunga krisan yang dihasilkan, sehingga dengan demikian LGH memproduksi bibit sendiri dan dapat mengkontrol dari kualitas bibit yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas. 4. Ketekunan pemilik dalam mengelola usaha Ketekunan, kesabaran serta kerajinan yang dimiliki oleh pemilik maupun pengelola menjadikan bisnis bunga krisan tersebut bertahan hingga sekarang. Pada awal usahanya, meskipun pemilik tidak mempunyai kemampuan atau dasar sebagai petani bunga potong krisan, akan tetapi pemilik LGH mau berusaha mempelajari seluruh pengetahuan tentang bunga krisan. Kecintaan pemilik terhadap tenaman hias dan bunga menjadikan pemilik sering mencari berbagai informasi tentang cara budidaya bunga krisan. Berkat ketekunan pemilik, usaha bunga potong krisan LGH masih berkelanjutan hingga saat ini. Kelemahan Lulu Green House LGH 1. Kualitas SDM yang rendah Tingkat pendidikan tenaga kerja di LGH sangat beragam, Tingkat pendidikan paling tinggi yang dimiliki oleh karyawan adalah SMA, sehingga tingkat pendidikan tenaga kerja di LGH bisa dibilang masih sangat rendah, disertai tidak adanya tenaga ahli untuk mengawasi proses produksi bunga krisan. Para pekerja tidak diberikan pelatihan khusus oleh pemilik. Tidak adanya spesialisasi job description menjadi kelemahan bagi LGH, dikarenakan akan banyak tumpang tindih pekerjaan dalam kegiatan produksinya. Kegiatan usaha tidak dapat bergantung kepada satu orang pengelolamanajer saja, karena akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Spesialisasi pekerjaan sangat diperlukan agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. 2. Belum adanya SOP dalam kegiatan budidaya bunga krisan SOP Standart Operational procedur menjadi acuan dasar bagi pelaksanaan budidaya krisan dilapangan. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan telah mengeluarkan buku tentang SOP budidaya krisan pada tahun 2007, dengan mengacu kepada SOP maka LGH dapat membudidayakan krisan potong dengan baik dan benar untuk menghasilkan produk bermutu tinggi yang efsien dan ramah lingkungan. Penerapan SOP juga memudahkan penelusuran prosedur secara cepat apabila terjadi penyimpangan di dalam proses produksi, sehingga kesalahan proses produksi dapat diperbaiki. Akan tetapi, LGH belum merumuskan SOP tersebut dalam melaksanakan kegiatan budidaya bunga krisan dikarenakan keterbatasan SDM serta informasi untuk membuat SOP tersebut. 3. Penerapan sistem informasi manajemen SIM yang masih sederhana Sampai saat ini LGH sudah melakukan sistem informasi manajemen yang terkomputerisasi dalam usahanya hanya saja belum optimal. Komputer hanya digunakan untuk menginput data panen dan faktur saja. Hal ini dikarenakan usahanya yang masih kecil dan ditunjang oleh tingkat pendidikan dari tenaga kerjanya yang masih sangat rendah, sehingga untuk menerapkan sistem informasi masih sangat sulit dilakukan. Meskipun kegiatan ini dipandang sebagai kegiatan yang belum perlu untuk dilakukan oleh pemilik, dikarenakan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh perusahaan, namun dapat menjadi kelemahan bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan pencatatan perusahaan yang masih secara manual dapat mengakibatkan hilangnya data, sehingga menyebabkan perusahaan tidak mengetahui kondisi sebenarnya. Identifikasi Faktor Eksternal Hasil dari identifikasi faktor eksternal perusahaan diperoleh empat peluang dan tiga ancaman. Peluang dan ancaman ini diperoleh dari hasil identifikasi terhadap faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi, serta analisis terhadap lingkungan industri perusahaan. Lingkungan industri perusahaan dilihat dari lima kekuatan bersaing Porter. Peluang dan ancaman ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15 Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan Bidang Peluang Ancaman 1. Faktor Politik  Kurangnya dukungan pemerintah terhadap usahatani perseorangan

2. Faktor Ekonomi

 Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin membaik

3. Faktor sosial, Budaya,

Demografi Dan Lingkungan  Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat di kota-kota besar  Terjadinya perubahan iklim

4. Faktor Teknologi

 Kemajuan Teknologi

5. Kekuatan Tawar

Menawar Pembeli 6. Ancaman Produk Pengganti  Tidak adanya produk subsitusi penuh

7. Persaingan di Antara

Para Pesaing Yang Ada

8. Ancaman Pendatang

Baru  Banyaknya pesaing-pesaing baru yang bermunculan Peluang LGH 1. Kemajuan teknologi Perkembangan teknologi informasi, budidaya tanaman, dan transportasi yang mengalami kemajuan yang semakin pesat, sangat mendukung dalam kegiatan bisnis perusahaan. Penerapan teknologi dalam budidaya krisan yaitu berupa penggunaan rumah naungan green house dan alat-alat pertanian modern seperti sprinkler, timer contractor dan hand sprayer. Sedangkan teknologi dalam teknis budidaya yaitu cyclic of lamp atau night break, dan aplikasi pupuk cair susulan. Teknologi informasi dan komunikasi yang juga semakin berkembang dapat menjadi peluang bagi perusahaan sebagai sarana untuk mempromosikan produk yang dihasilkan. Adanya alat komunikasi yang semakin canggih saat ini seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat proses komunikasi antara produsen dengan pemasok dan pembeli, serta media internet sebagai sarana untuk mempromosikan produk dan juga sebagai sarana belajar bagi pemilik dan pengelola LGH. Perkembangan teknologi dalam bidang transportasi juga dapat menjadi peluang perusahaan untuk mempermudah mendapatkan pasokan bahan baku dari pemasok serta mendistribusikan produknya kepada pelanggan. Keseluruhan teknologi ini dapat menjadikan perusahaan lebih efisien dan hal ini menjadi suatu peluang bagi perusahaan. 2. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Faktor perekonomian sangat sangat besar pengaruhnya terhadap berbagai hal khususnya bagi kelangsungan usaha. Pertumbuhan ekonomi yang membaik tersebut digambarkan oleh PBD atas harga berlaku dan atas harga konstan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan tersebut didukung juga dengan meningkatnya PNB serta pendapatan nasional baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan, sehingga dengan demikian dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang semakin sejahtera dan meningkatnya daya beli masyarakat. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan permintaan bunga potong krisan dan menjadi peluang bagi LGH. 3. Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat di kota-kota besar Pada perayaan pesta pernikahan, krisan menjadi bunga pilihan untuk menjadi pengisi dalam rangkaian hiasan meja, pelaminan dekorasi ruangan, bahkan rangkaian ucapan selamat. Sedangkan pada saat ulang tahun, kelahiran, kematian, dan pembukaan gedung atau perkantoran yang baru umumnya bunga krisan menjadi pilihan untuk mengisi rangkaian ucapan selamat. Selain itu pada saat perayaan hari-hari istimewa seperti tahun baru, valentine, imlek, kemerdekaan, dan natal, bunga krisan juga banyakan digunakan. Sehingga pada saat terjadi peristiwa-peristiwa tersebut permintaan bunga krisan meningkat dan tentunya kondisi tersebut menjadikan peluang bagi LGH untuk meningkatkan penjualannya. 4. Tidak adanya produk subsitusi penuh Produk pengganti merupakan produk lain yang muncul dalam bentuk berbeda-beda tetapi keberadaannya mampu memberikan kepuasan atas fungsi yang sama. Ancaman dari produk pengganti tidak berpengaruh terhadap usaha bunga krisan, hal ini dikarenakan produk bunga krisan merupakan bunga potong yang unik, memiliki variasi bentuk dan warna yang indah. Selain itu krisan juga termasuk bunga utama dalam rangkaian bunga dan produk bunga yang lain tidak dapat secara sempurna menggantikannya. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk terus dapat mengembangkan usaha bunga krisan Ancaman LGH 1. Kurangnya dukungan pemerintah terhadap usahatani perseorangan Meskipun telah terdapat kebijakan pemerintah dibidang hortikultura mengenai enam pilar pengembangan hortikultura, akan tetapi saat ini fokus pemerintah terhadap kebijakan tersebut yaitu kepada kelompok-kelompok petani kecil. Sehingga keseluruhan program yang digalakan oleh pemerintah ditujukan untuk kelompok tani. Selain itu kebijakan pemerintah terhadap pengembangan hortikultura difokuskan pada komoditas unggulan tiap wilayah. Kecamatan Pacet termasuk kedalam program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura pewilayah pemerintah Kabupaten Cianjur dengan komoditas unggulan bunga krisan. Hal tersebut menunjukkan bahwa belum adanya dukungan pemerintah daerah untuk pelaku usaha bunga krisan yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Kurangnya dukungan dari pemerintah dapat menjadi suatu ancaman bagi perusahan untuk dapat mengembangkan usaha bunga potong krisan. 2. Terjadinya perubahan iklim Terjadinya perubahan iklim saat ini serta cuaca yang tidak menentu menjadi kendala bagi perusahaan dalam kegiatan budidaya bunga potong. Cuaca yang ekstrim, terkadang hujan secara tiba-tiba dan terkadang menimbulkan angin kencang yang dapat merusak green house. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan munculnya hama dan penyakit apabila kelembaban terlalu tinggi, munculnya hama dan penyakit dapat mempengaruhi kualitas dan juga kuantitas bunga potong yang dihasilkan oleh LGH. 3. Banyaknya pesaing-pesaing baru bermunculan Jawa Barat merupakan sentra produksi bunga potong di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan sejenis yang ada di daerah Jawa Barat seperti Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Cipanas Lampiran 1. Potensi pasar yang sangat besar maka peluang masuknya pendatang baru juga cukup besar sehingga membuat persaingan semakin ketat. Pesaing-pesaing tersebut dapat menghasilkan bunga krisan yang lebih berkualitas dari LGH, walupun LGH sudah mempunyai kontrak kerjasama tidak menutup kemungkinan apabila pesaing tersebut lebih unggul secara kualitas, maka konsumen dari LGH akan beralih ke produsen lain dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bunga krisan. Analisis Matriks IFE Internal Factor Evaluation Matriks IFE disusun setelah dilakukan identifikasi faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan dari LGH, data dan informasi mengenai aspek internal diperoleh dari hasil identifikasi faktor melalui wawancara, pengamatan lapang, dan diskusi langsung dengan pemilik dan pengelola LGH. Kegiatan diskusi dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dari pihak internal yang diwakili oleh pengelola LGH. Persetujuan tersebut untuk lebih memastikan keberadaan faktor tersebut dan memastikan pengaruhnya secara langsung pada LGH. Bobot dari masing-masing faktor ditentukan oleh responden yang terdiri dari empat orang pihak internal. Hasil perhitungan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Matriks IFE Internal Factor Evaluation No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan A Ketekunan pemilik dalam mengelola yang usaha 0.16 3.8 0.62 B Kualitas bunga krisan yang bagus 0.12 4.0 0.50 C Keadaan alam yang ideal untuk budidaya bunga krisan 0.16 3.0 0.49 D Bahan baku berupa bibit didapatkan melalui produksi sendiri 0.14 3.0 0.42 Total kekuatan 2.05 Kelemahan E Kualitas SDM yang rendah 0.12 1.30 0.16 F Belum adanya penerapan SOP 0.13 2.00 0.26 G Penerapan sistem informasi manajemen SIM yang masih sederhana 0.14 1.30 0.18 Total kelemahan 0.62 Total 2.67