Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD
7. 8.
9. 10.
11. 12.
Sungai Gosong Pasir Pantai
Pasir Sungai Saluran Irigasi
Waduk Maksud Ganda Muara
167,11 27,93
21,08 3,17
2,72 2,11
0,82 0,14
0,1 0,02
0,01 0,01
168,31 26,92
20,07 3,17
2,72 2,3
0,82 0,13
0,1 0,02
0,01 0,01
+ 1,2 - 1,01
- 1,01
+ 0,19 + 0,01
- 0,005 - 0,005
+ 0,001
Jumlah 20.471,65 100
20.471,65 100
Sumber: Hasil analisis, tahun 2014
Besar perubahan penggunaan lahan yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2013 tidak semua mengalami perubahan yang drastis. Hasil perhitungan yang
paling besar mengalami penurunan yaitu hutan sekunder formasi klimatik yang mengalami penurunan lahan sebesar 166,61 Ha atau sebesar 0,81. Selain itu
hutan sekunder formasi edhapik mengalami penurunan sebesar 99,35 Ha atau 0,48 selanjutnya yang mengalami penurunan gosong pasir sungai dan pasir
pantai dari hasil perhitungan mengalami penurunan sebesar 1,01 Ha atau 0,005. Selain itu penggunaan lahan yang mengalami perubahan peningkatan
terbesar yaitu tanaman musiman sebesar 208,68 Ha atau dengan persentase peningkatan sebesar 1,01. Perkebunan juga mengalami peningkatan luas
sebesar 49,43 Ha atau peningkatan 0,24. Penggunaan lahan lain yang mengalami peningkatan yakni tambak sebesar 6,27 Ha atau 0,03. kampung
mengalami penambahan sebesar 1,21 Ha atau 0,01. sungai mengalami peningkatan 1,2 Ha atau 0,01 selanjutnya muara mengalami peningkatan 0,19
Ha yang hanya berkisar 0,001.
3. Perbandingan Arahan RTRW Dengan Penggunaan Lahan Tahun 2013
a. Kawasan Budidaya Hutan Produksi, Pertanian, Perkebunan.
Perbandingan yang didapatkan dari hasil analisis yaitu, seperti yang tercantum dalam Tabel 5.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD
Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisis Kawasan Budidaya Hutan Produksi, pertanian dan perkebunanTahun 2013 dengan Arahan RTRW
No. Jenis Kawasan
Luas Ha Perbandingan
Ha Analisis
tahun 2013 Arahan
RTRW
1.
2. 3.
Kawasan budidaya hutan produksi
Kawasan perkebunan Kawasan Pertanian
Lahan Kering dan Lahan Basah
8.343,2
10.030,79 719,64
6.604,56
11.796,8 971
+1.738,64
-1.766,01 -197,36
Sumber: Hasil perhitungan, tahun 2014
Perbandingan tersebut menunjukkan Kecamatan Sausu kawasan budidaya hutan produksinya terdapat 8.343,2 Ha, sedangkan menurut proporsi arahan
RTRW bahwa di Kecamatan Sausu terdapat 6.604,56 Ha. Data tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Sausu masih memiliki lebih 1.738,64 Ha
hutan produksinya. Selain itu untuk kawasan perkebunan di Kecamatan Sausu terdapat 10.030,79 Ha, sedangkan menurut proporsi arahan RTRW terdapat
11.796,8 Ha, hal ini menunjukan di Kecamatan Sausu memiliki kawasan perkebunan kurang 1.766,01 Ha yang sesuai dengan proporsi arahan RTRW.
Dan yang terakhir kawasan pertanian baik lahan basah dan kering, hasil menunjukkan di Kecamatan Sausu terdapat 719,64 Ha kawasan pertanian,
adapun proporsi arahan RTRW yakni 971 Ha, data ini menunjukan masih kurangnya kawasan pertanian di kecamatan ini yang sesuai dengan arahan yaitu
seluas 197,36 ha. Perbandingan kawasan peruntukan permukiman ini akan ditampilkan pada
Tabel 6. Tabel 6. Perbandingan Hasil Analisis Permukiman Tahun 2013 dengan Arahan
RTRW
Jenis Kawasan Luas Ha
Perbandingan Ha
Analisis tahun 2013
Arahan RTRW
Kawasan Permukiman 192,12
331,02 -138,9
Sumber: Hasil perhitungan, tahun 2014
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD
Data ini menunjukaan bahwa Kecamatan Sausu, dari analisis permukiman tahun 2013 existing condition menunjukan permukiman seluas 192,12 Ha,
sedangkan Arahan dokumen RTRW Kabupaten Parigi Moutong tahun 2010-2030 yaitu seluas 331,02 Ha. Data ini menunjukan masih kurangnya permukiman yaitu
seluas 138,9 Ha. Hasil analisis peneliti mendapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi
perbedaan tersebut, yaitu yang pertama dokumen RTRW Kabupaten Parigi Moutong ini memiliki jangka waktu tahun 2010-2030 sehingga dokumen ini
berlaku dengan masa 20 tahun atau hingga 16 tahun akan datang, yang kedua kawasan peruntukan permukiman ini belum terisi semua sesuai dengan arahan
dokumen RTRW tersebut dan yang terakhir yakni tingkat ketelitian yang berbeda. Skala yang digunakan pada peta dokumen RTRW Kabupaten Parigi Moutong
menggunakan skala 1:400.000 sedangkan pada penelitian ini menggunakan skala 1:25.000, hal ini mempengaruhi dari segi kenampakan pada objeknya.
4. KESIMPULAN