Sistem Pertahanan Tubuh
213
3. Antibodi
Limfosit B membentuk sistem kekebalan di dalam cairan tubuh humor, sehingga efektif dalam mengatasi infeksi oleh bakteri dan virus yang bersifat
ekstraseluler. Sel Limfosit B dapat membentuk struktur protein khusus, yaitu Immunoglobulin
atau disebut juga antibodi. Protein khusus ini dimigrasikan ke bagian membran sel, kemudian berfungsi mengenali dan mengikat sel
asing atau organisme asing yang ditemui, dan melumpuhkannya. Antibodi pada dasarnya adalah protein yang sangat spesifik yang terbentuk sebagai
respons dari kehadiran antigen.
Immunoglobin terdiri dari dua rantai ringan Light Chain, rantai L dan dua rantai berat Heavy Chain, rantai H. Setiap rantai L dan H terdiri atas
dua terminal, yaitu terminal C Constant dan terminal V Variable. Immunoglobin disingkat Ig dibagi menjadi lima kelas, yaitu IgA, IgD, IgE,
IgG , IgM Gambar 11.12.
IgM Pentamer IgG
Monomer IgA
Dimer IgD
Monomer IgE
Monomer
Sumber: Biology, 1998
Gambar 11.12
Immunoglobin terdiri atas lima kelas yaitu IgM, IgG, IgA, IgD,
dan IgE.
IgM merupakan antibodi pertama yang disekresikan sebagai respons kekebalan tubuh. Setelah mengikat antigen, IgM memicu aktifnya protein
komplemen. IgM juga dapat mengikat antigen atau patogen menjadi gumpalan sehingga memudahkan fagositosis makrofag.
Adenoid Tonsil
Timus
Umbai cacing
Sumsum tulang
Kelenjar limfa
Pembuluh limfa
Sumber: Biology, 1999
Gambar 11.11
Sistem peredaran limfatik manusia
Di unduh dari : Bukupaket.com
Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
214
IgG mengaktifkan protein komplemen dan menetralkan banyak racun. Jumlah IgG paling banyak dan tahan lama. IgG merupakan satu-satunya
antibodi yang dapat melewati plasenta dan menjaga janin dengan kekebalan tubuh ibunya. IgG juga disekresikan dalam kolostrum.
IgA mencegah masuknya virus atau bakteri melalui jaringan epitel mukosa sistem pencernaan, pernapasan, dan saluran reproduksi. IgA
ditemukan juga pada air liur, air mata, dan kolostrum. IgE memicu peradangan jika cacing parasit menyerang tubuh. IgE juga
berperan dalam reaksi alergi. IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak dapat melewati
plasenta. IgD diduga berfungsi dalam diferensi sel limfosit B menjadi sel plasma dan sel B memori.
D Mekanisme Sistem Pertahanan Tubuh
Patogen Sinyal
kimiawi Duri
Kulit Sel darah
putih
Pembuluh darah
Sel-sel fagosit
mendekati ke daerah
luka Sel-sel fagosit
memakan bakeri
1. Jaringan kulit
mengalami luka karena tertusuk duri;
pelepasan sinyal kimia, yaitu histamin dan
prostaglandin. 2. Vasodilatasi, tekanan darah
meningkat, meningkatkan pula permeabilitas
pembuluh darah; sel-sel fagosit mendekati luka.
3. Terjadi fagositosis oleh makrofag dan
neutrofil; jaringan yang luka mulai
sembuh.
Sumber: Biology, 1998
Kerjakanlah di dalam buku latihan Anda. 1.
Sebutkan jenis-jenis dari limfosit T dan fungsinya. 2.
Apakah yang dimaksud dengan Immunoglobulin? 3.
Apakah fungsi leukosit?
Soal Penguasaan
Materi
11.3
Ketika Anda mendapatkan luka, maka selain reaksi pembekuan darah, tubuh juga dengan cepat melindungi bukaan pada luka dari infeksi bakteri
dan mikroorganisme lainnya. Adanya luka secara langsung telah merusakkan sistem pertahanan tubuh nonspesifik eksternal.
Ketika terjadi luka, histamin dilepaskan oleh mast cell mastosit, dan sel basofil yang tersebar di seluruh jaringan. Histamin yang diterima reseptor
pada otot polos dan endotelium di dinding kapiler darah menyebabkan kapiler darah mengalami vasodilatasi penambahan diameter, sementara vena
menyempit. Hal ini menyebabkan kapiler darah menjadi lebih permeabel. Daerah tersebut akan terlihat memerah dan membengkak Gambar 11.13.
Gambar 11.13
Proses pertahanan tubuh dari patogen berupa bakteri ketika
terjadi luka di jaringan kulit. Apa yang ter adi pada sel fagosit
setelah memakan bakter i?
Di unduh dari : Bukupaket.com
Sistem Pertahanan Tubuh
215
Imunitas humoral
Imunitas seluler
Virus Sel fagosit
Protein MHC Antigen virus
Makrofag Kompleks MHC -
antigen Reseptor
sel T Sel B
Sel T Sitotoksin
Sel T penolong
Interleukin menginduksi
pembelahan sel T penolong
Interleukin mengaktifkan sel T
dan sel B
Selain mengeluarkan histamin, mastosit juga menghasilkan faktor kemotaksis untuk ‘menarik’ dan mengaktifkan eosinofil, neutrofil, dan
monosit sel fagosit, serta faktor pengaktif keping darah yang akan terlibat dalam proses pembekuan darah. Sel fagosit, baru akan terlihat di sekitar
daerah luka setelah sekitar 30 sampai 90 menit kemudian.
Eosinofil berperan dalam menghambat dan mengurangi konsentrasi histamin yang dikeluarkan mastosit, agar tidak terjadi reaksi yang berlebihan.
Jika terjadi infeksi oleh bakteri, maka neutrofil akan mengaktifkan lisosom. Lisosom melepaskan enzim lysozim yang akan mendegradasi bakteri dan sel-
sel dari jaringan yang rusak di sekitar luka.
Monosit dan makrofag juga menghasilkan endogenous pyrogen. Zat ini memberikan sinyal pada pengatur suhu di hipotalamus, untuk menaikkan
suhu tubuh beberapa derajat. Kita menyebut situasi ini sebagai demam. Hal ini terjadi terutama jika infeksi yang diderita cukup berat. Naiknya suhu
tubuh dimaksudkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau organisme patogen, agar lebih mudah dilumpuhkan. Respons tubuh ini dapat dikatakan
sebagai respons sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan belum melibatkan sel-sel limfosit.
Makrofag, yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah keseluruhan leukosit ini memainkan peranan penting. Makrofag memiliki
protein MHC macrophage’s histocompatibility complex yang kemudian akan berikatan dengan antigen pada mikroba. Kompleks MHC-antigen ini
kemudian dimigrasikan ke membran sel makrofag Gambar 11.14.
Sel tidak memiliki kontrol yang sempurna terhadap zat yang
boleh masuk dan keluar. Racun, seperti karbon monoksida dan
sianida, dapat dengan mudah memasuki sel dan membunuh
sel tersebut.
Sumber: Heath Biology
Wawasan
Biologi
Sumber: Biology Concepts Connections, 2006
Gambar 11.14
Aktivasi oleh sel T penolong. Sel T penolong akan membelah
diri dan mengaktifkan sel B dan sel T sitoksin.
Apa fungsi kompleks M HC- antigen?
Sel limfosit juga turut serta dalam melumpuhkan mikroba yang masuk ke dalam tubuh, hanya saja dengan mekanisme yang berbeda. Sel limposit B
dengan reseptor komplemen berikatan dengan antigen dari bakteri atau organisme patogen. Hal ini untuk mengenali antigen tersebut. Limfosit B akan
membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma. Sel plasma menyekresikan antibodi yang dapat melumpuhkan mikroba yang masuk ke
dalam cairan tubuh humor. Target operasi limfosit B adalah bakteri, virus yang berada di luar sel, jamur dan protista. Limfosit T membentuk sistem
kekebalan seluler. Sel sitotoksik akan menempel pada sel yang sudah terinfeksi virus, sel kanker, atau sel asing yang ditransplantasikan ke tubuh.
Reseptor pada sel T penolong berikatan dengan kompleks MHC-antigen makrofag. Ikatan ini menyebabkan sel T penolong menghasilkan hormon
interleukin yang menginduksi sel T penolong untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori. Sel T penolong juga dapat berikatan
Di unduh dari : Bukupaket.com
Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
216
dengan sel limfosit B dan menginduksi dengan bantuan hormon interleukin sel limfosit B untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori dan
sel plasma. Sel plasma akan menyekresikan antibodi. Antibodi yang disekresikan sel plasma akan berikatan dengan antigen
mikroba, untuk kemudian dapat dikenali oleh makrofag dan dicerna. Fenomena ini disebut opsonic adherence Opsin adalah istilah yang berarti
bersiap untuk makan atau opsonisasi. Proses ini pada dasarnya adalah mekanisme penandaan sel mikroba pelumpuh antigen dengan antibodi.
Sel T sitotoksik juga dapat aktif membelah dan berdiferensiasi dengan bantuan hormon interleukin yang disekresikan dari sel T penolong. Sel
sitotoksik mengenali sel-sel asing atau sel yang terinfeksi virus di dalam tubuh, kemudian menguraikan membran selnya dengan protein yang dihasilkannya.
Hal ini sangat penting, karena antibodi tidak dapat menyerang patogen yang telah menginfeksi sel tubuh.
Sistem kekebalan tubuh dapat tidak berfungsi jika sistem ini bereaksi dengan molekul asing dengan berlebihan. Beberapa contoh di antaranya
alergi, autoimunitas, dan AIDS.
1. Alergi