f ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

35

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

Analisis dan pembahasan yang disajikan dalam bab ini harus dibaca bersama-sama dengan “Ikhtisar Data Keuangan Penting” dan laporan keuangan konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak beserta catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang tidak tercantum dalam Informasi Tambahan ini. Informasi keuangan yang disajikan berikut bersumber dari laporan keuangan konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016, yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan SAK di Indonesia dan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang Rekan, penanggung jawab Indra Sri Widodo, S.E., Ak., CPA, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Analisis dan pembahasan yang disajikan dalam bab ini merupakan tambahan informasi dari analisis dan pembahasan yang terdapat pada prospektus Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan II Tahap I. Pembahasan dalam bab ini dapat mengandung pernyataan yang menggambarkan keadaan di masa mendatang forward looking statement dan merefleksikan pandangan Perseroan saat ini berkenaan dengan peristiwa dan kinerja keuangan di masa mendatang yang hasil aktualnya dapat berbeda secara material sebagai akibat dari faktor-faktor yang telah diuraikan pada Bab Risiko Usaha yang terdapat pada prospektus Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan II Tahap I. Sebagai akibat dari pembulatan, penyajian jumlah beberapa informasi keuangan berikut ini dapat sedikit berbeda dengan penjumlahan yang dilakukan secara aritmatika.

5.1. f

aktor yang m emPengarUhI k ondISI k eUangan dan h aSIl o PeraSIonal P erSeroan Kondisi keuangan dan hasil operasional Perseroan telah dan akan terus dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, termasuk berikut ini: Kualitas kredit dari pelanggan Perseroan Pendapatan Perseroan diperoleh di muka dan kontrak dengan pelanggan dilakukan dalam skema jangka panjang biasanya 10 tahun untuk sites menara telekomunikasi dan sites shelter-only. Per 31 Desember 2016, pendapatan kontrak dengan pelanggan Perseroan untuk semua jenis penyewaan adalah sekitar Rp22.568 miliar dan rata-rata sisa periode perjanjian penyewaan adalah sekitar 6,0 tahun. Karenanya, Perseroan bergantung pada kualitas kredit dan kondisi keuangan dari para pelanggan Perseroan. Pelanggan utama Perseroan terdiri dari operator-operator telekomunikasi di Indonesia dimana sekitar 83,4 dan 82,8 dari pendapatan Perseroan masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2016 berasal dari: Telkomsel, Telkom, Indosat dan XL Axiata yang masing-masing memiliki peringkat investasi dari setidaknya satu perusahaan pemeringkat kredit. Bilamana pelanggan Perseroan mengalami kesulitan keuangan, hal ini akan menyebabkan keterlambatan atau tidak dapat tertagihnya dalam pembayaran piutang usaha dari pelanggan Perseroan, yang mengharuskan Perseroan untuk melakukan penghapusan atau mencatatkan penurunan nilai dari piutang usaha. Perubahan dalam jumlah penyewaan dan rasio kolokasi Pembangunan menara build-to-suit.Perseroan tidak melakukan spekulasi dalam pembangunan site menara dan pembangunan site menara baru pada umumnya baru dilakukan apabila telah mendapatkan komitmen kontrak penyewaan tower space jangka panjang yang umumnya berjangka waktu 10 tahun dari pelanggan Perseroan. Selama tahun 2015 dan 2016, Perseroan menambah masing-masing 564 dan 1.150 sites menara telekomunikasi build-to-suit. Rasio Kolokasi. Perseroan berupaya secara konsisten untuk terus meningkatkan jumlah kolokasi dari menara telekomunikasi yang ada untuk mendukung peningkatan arus kas dan marjin laba operasi. Hal ini terjadi karena biaya tambahan yang timbul sehubungan dengan kolokasi relatif rendah dibandingkan dengan tambahan pendapatan atas kolokasi tersebut. Menara telekomunikasi Perseroan yang kapasitasnya telah atau hampir penuh berdasarkan kekuatan struktur menara, dapat diperkuat agar bertambah kapasitasnya sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan atas penyewaan tambahan dengan belanja modal yang relatif kecil. Meskipun 36 penambahan kolokasi meningkatkan pendapatan, Perseroan dapat diminta untuk memberikan diskon kepada penyewa utama di menara-menara tertentu seiring dengan dilakukannya kolokasi tambahan di menara-menara tersebut. Meskipun Perseroan telah meningkatkan jumlah penyewaan dari 19.796 penyewaan per 31 Desember 2015 menjadi 20.486 penyewaan per 31 Desember 2016, rasio kolokasi Perseroan masih belum stabil dari waktu ke waktu dikarenakan jumlah menara terus bertambah terutama melalui pembangunan menara build-to-suit. Rasio kolokasi turun menjadi 1,63 pada tanggal 31 Desember 2016 terutama disebabkan dari penghentian penyewaan Telkom Flexi. Telkom menutup jaringan Flexi CDMA mereka di mana sisa dari pendapatan sewa terkait dengan penyewaan ini telah dibayarkan lebih awal oleh Telkom di bulan Oktober 2016. Dengan demikian, seiring dengan penambahan jumlah penyewaan melalui konstruksi sites menara build-to-suit dan penambahan jumlah kolokasi, Perseroan umumnya mengalami peningkatan pendapatan. Akuisisi portofolio sites. Dari waktu ke waktu, Perseroan berupaya memperbesar jumlah portofolio sites melalui proses akuisisi yang selektif. Portofolio sites yang diakuisisi Perseroan umumnya telah memiliki pelanggan, sehingga Perseroan langsung mengalami peningkatan pendapatan setelah transaksi akuisisi diselesaikan. Namun demikian, besarnya peningkatan pendapatan yang dicapai Perseroan dan kemampuan untuk meningkatkan rasio kolokasi dari sites yang diakuisisi tersebut berbeda dengan sites build-to-suit karena tarif sewa dan rasio kolokasi yang ada dari tiap sites yang diakuisisi berbeda. Perseroan hanya akan melakukan akuisisi apabila telah memenuhi kriteria investasi Perseroan, yang termasuk antara lain, tingkat pengembalian investasi, potensi kolokasi di masa mendatang, kemudahan untuk memperpanjang sewa atau membeli lahan, kemudahan mendapatkan izin warga dari masyarakat sekitar dan kualitas kredit calon pelanggan. Perseroan menyelesaikan akuisisi terakhirnya pada tanggal 2 Agustus 2012 dimana Perseroan membeli 2.500 menara telekomunikasi dari Indosat. Beban Bunga Utang Perseroan dalam Dolar AS dan Rupiah merupakan sumber pendanaan yang signifikan untuk pembangunan menara build-to-suit, maupun akuisisi portofolio perusahaan penyewaan menara atau portofolio sites yang dimilikinya. Oleh sebab itu, beban bunga merupakan komponen yang signifikan pada beban lain-lain untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2015 dan 2016. Seluruh utang bank Perseroan selain surat utang jangka panjang dalam Dolar AS memiliki bunga mengambang, dan sejalan dengan kenaikan jumlah pokok utang bank, yang telah dan akan dapat menyebabkan penambahan beban bunga serta mengalami fluktuasi seiring dengan perubahan tingkat suku bunga. Namun demikian, Perseroan dari waktu ke waktu berupaya untuk melakukan lindung nilai hedging atas sebagian atau seluruh risiko yang diakibatkan perubahan suku bunga danatau nilai tukar dengan kontrak swap. Belanja Modal Kegiatan usaha Perseroan merupakan kegiatan usaha padat modal capital intensive. Biaya konstruksi menara umumnya terdiri dari pembelian material besi untuk menara, beban sewa atas lahan, aktivitas konstruksi menara termasuk transportasi, tenaga kerja, dan juga biaya untuk perizinan, termasuk izin warga dari masyarakat sekitar, dan konstruksi shelter. Perseroan juga memasukkan penambahan aset tetap, penambahan properti investasi, akuisisi dan penyertaan saham, serta pembelian dan sewa atas lahan sebagai belanja modal. Belanja modal Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2016 adalah Rp1.365,3 miliar. Perpajakan Tarif pajak perusahaan maksimum di Indonesia sejak tahun 2009 sampai saat ini adalah 25. Estimasi beban pajak penghasilan kini Perseroan adalah sebesar Rp135,1 miliar pada tahun 2016. Perbedaan dari tarif pajak efektif Perseroan dengan tarif pajak perusahaan maksimum terutama disebabkan oleh perbedaan perlakuan penyusutan properti investasi dalam perhitungan pajak penghasilan Perseroan. Untuk tujuan perpajakan, Perseroan mendepresiasikan aset tetap dan properti investasi menggunakan metode garis lurus dan metode double-declining berdasarkan masa manfaat dari aset terkait. Untuk tujuan laporan keuangan, Perseroan hanya mendepresiasikan aset tetap, sementara properti investasi diukur pada nilai wajar. Perubahan nilai wajar properti investasi diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. 37 Sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia, rugi fiskal dapat dibawa hingga lima tahun terhitung sejak rugi pajak tersebut terjadi. Perseroan mengakui aset dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan beda temporer antara