h ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

37 Sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia, rugi fiskal dapat dibawa hingga lima tahun terhitung sejak rugi pajak tersebut terjadi. Perseroan mengakui aset dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan beda temporer antara akuntansi dan perlakuan pajak untuk beberapa biaya. Beda temporer ini utamanya terkait dengan rugi fiskal, cadangan imbalan pasca kerja dan depresiasi. Perseroan diwajibkan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai “PPN” sebesar 10 dari pelanggan Perseroan. Namun, Perseroan dapat mengkreditkan PPN yang dibayar kepada pemasok untuk pembayaran barang dan jasa terhadap PPN yang dibayarkan oleh pelanggan Perseroan. PPN tidak dimasukkan sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian Perseroan dan langsung disetorkan ke Pemerintah. Regulasi Pemerintah Kegiatan usaha Perseroan tunduk pada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai pembangunan dan pengoperasian sites menara. Sebelum memulai konstruksi sites menara, Perseroan menjalankan proses untuk mendapatkan izin warga dari masyarakat setempat, Izin Mendirikan Bangunan “IMB” atau Izin Mendirikan Bangunan Menara “IMBM” serta perizinan lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan praktek umum di Indonesia. Namun dikarenakan panjangnya waktu yang diperlukan untuk memproses persetujuan dan perizinan termasuk IMB atau IMBM, Perseroan terkadang memulai dan menyelesaikan konstruksi menara dan memasang BTS milik pelanggan Perseroan sebelum persetujuan dan perizinan diperoleh secara lengkap dari pejabat yang berwenang. Jika persetujuan dan perizinan tersebut pada akhirnya tidak diperoleh, pejabat daerah yang berwenang dapat mengeluarkan perintah untuk membongkar dan memindahkan menara Perseroan. Peningkatan regulasi Pemerintah terkait bisnis penyewaan menara telekomunikasi dapat meningkatkan waktu dan biaya dalam membangun menara build-to-suit, dan juga biaya dalam mematuhi keseluruhan peraturan untuk portofolio sites. Perubahan keadaan ekonomi Indonesia dan teknologi baru Seluruh kegiatan usaha Perseroan melalui Entitas Anak dijalankan di Indonesia dan tingkat permintaan pelanggan terhadap tambahan penyewaan sites telekomunikasi utamanya bergantung pada kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Produk Domestik Bruto PDB Indonesia tumbuh sebesar 4,79 dan 5,02 per tahun masing- masing di tahun 2015 dan 2016 menurut data Badan Pusat Statistik. Sementara tingkat inflasi tercatat sebesar sebesar 3,35 dan 3,35 per tahun masing-masing di tahun 2015 dan 2016 menurut data Badan Pusat Statistik. Teknologi baru, seperti 3G dan 4G, diharapkan akan meningkatkan kebutuhan para operator telekomunikasi dan penyedia jasa data wireless akan tower space, baik dari permintaan atas pembangunan menara telekomunikasi baru atau untuk meningkatkan kolokasi pada menara yang telah ada.

5.2. h

aSIl k egIatan o PeraSIonal Pendapatan. Pendapatan pada tahun 2016 meningkat sebesar 8,5 menjadi Rp 3.711,2 miliar dibandingkan pada tahun 2015 sebesar Rp3.421,2 miliar terutama disebabkan oleh pertumbuhan organik melalui penambahan sebanyak 690 penyewaan. Sebagai akibatnya, jumlah penyewaan meningkat menjadi 20.486 per 31 Desember 2016 dari sebelumnya 19.796 per 31 Desember 2015, dengan 7 operator telekomunikasi dan 2 operator WiMAX. Beban pokok pendapatan. Beban pokok pendapatan pada tahun 2016 turun sebesar 7,0 menjadi Rp417,7 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2015 sebesar Rp448,9 miliar terutama dikarenakan adanya efisiensi operasional. Amortisasi sewa lahan dan perizinan. Amortisasi sewa lahan dan perizinan pada tahun 2016 turun sebesar 8,8 menjadi Rp208,0 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2015 sebesar Rp228,1 miliar terutama disebabkan oleh berkurangnya amortisasi perizinan dan lahan di 2016. Perbaikan dan pemeliharaan. Beban perbaikan dan pemeliharaan turun sebesar 5,0 menjadi Rp120,8 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp127,1 miliar pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh penurunan harga dengan kontraktor 38 Keamanan. Beban keamanan meningkat sebesar 0,3 menjadi Rp38,6 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp38,4 miliar pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah sites menara telekomunikasi. Asuransi. Beban asuransi turun sebesar 13,9 menjadi Rp23,3 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp27,0 miliar pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh turunnya tarif premi asuransi yang dibayarkan Perseroan. Listrik. Beban listrik mengalami kenaikan sebesar 2,1 menjadi Rp13,6 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp13,3 miliar pada tahun 2015. Penurunan tersebut dikarenakan meningkatnya sites yang membutuhkan genset. Penyusutan menara bergerak. Beban penyusutan menara bergerak pada tahun 2016 adalah tetap sebesar Rp3,6 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2015. Lainnya. Beban lainnya turun sebesar 13,0 menjadi Rp9,8 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp11,2 miliar pada tahun 2015. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya perjalanan dinas ke sites Perseroan. Laba kotor. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba kotor Perseroan meningkat sebesar 10,8 menjadi Rp3.293,5 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2015 sebesar Rp2.972,3 miliar. Hal ini sejalan dengan peningkatan pendapatan Perseroan yang disertai penurunan beban pokok pendapatan. Beban usaha. Beban usaha meningkat sebesar 1,3 menjadi Rp 315.6 miliar pada tahun 2016 dari Rp311,4 miliar pada tahun 2015, terutama disebabkan oleh peningkatan biaya depresiasi gedung dan gaji dan tunjangan, dan penurunan biaya sewa kantor. Gaji dan tunjangan meningkat 1,0 menjadi Rp174,6 miliar pada tahun 2016 dari Rp172,8 miliar pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh tambahan karyawan yang dipekerjakan Perseroan sedangkan kenaikan biaya depresiasi gedung sebesar 63,9 menjadi Rp30,5 miliar pada tahun 2016 dari Rp18,6 miliar pada tahun 2015 dikarenakan adanya penambahan aset gedung di tahun 2016. Kenaikan tersebut sebagian di-offset dengan penurunan sewa kantor menjadi Rp16,2 miliar pada tahun 2016 dari Rp20,1 miliar pada tahun 2016. Laba dari operasi. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba dari operasi Perseroan meningkat sebesar 11,9 atau setara dengan Rp317,1 miliar menjadi Rp2.997,9 miliar pada tahun 2016 dari Rp2.660,8 miliar pada tahun 2015. Beban lain – Bersih. Beban lain – Bersih Perseroan adalah sebesar Rp1.614,0 miliar pada tahun 2016 dibandingkan Rp1.571,6 miliar pada tahun 2015. Kenaikan nilai wajar atas properti investasi. Kenaikan nilai wajar atas properti investasi adalah sebesar Rp213,8 miliar pada tahun 2016 dibandingkan dengan Rp196,0 miliar pada tahun 2015. Peningkatan kenaikan nilai wajar ini sejalan dengan penambahan sites dan jumlah penyewaan yang dimiliki oleh Perseroan. Perhitungan kenaikan nilai wajar ini dilakukan oleh konsultan independen pada setiap periode audit. Pendapatan bunga. Pendapatan bunga turun menjadi Rp5,5 miliar pada tahun 2016 dari Rp7,3 miliar pada tahun 2015 terutama sebagai akibat saldo rata-rata kas dan bank yang lebih rendah selama 2016. Beban pajak atas penilaian kembali aset. Perseroan mencatat Rp80,3 miliar atas revaluasi aset yang dilakukan di tahun 2016 Rugi selisih kurs - Bersih. Perseroan mencatatkan laba selisih kurs - bersih sebesar Rp25,3 miliar pada tahun 2016 dibandingkan dengan rugi selisih kurs sebesar Rp45,3 miliar pada tahun 2015. Pergerakan ini disebabkan karena menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap USD di akhir tahun 2016 dibandingkan akhir tahun 2015. Beban keuangan - Bunga. Beban keuangan - Bunga meningkat menjadi Rp1.691,8 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp1.472,5 miliar pada tahun 2015, terutama disebabkan oleh saldo rata-rata utang yang lebih tinggi selama tahun 2016. 39 Beban keuangan - Lainnya. Beban keuangan - Lainnya turun menjadi Rp99,1 miliar pada tahun 2016 dari Rp134,3 miliar pada tahun 2015. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pembebanan sisa biaya pinjaman dari fasilitas yang telah dilunasi. Kerugian atas penurunan nilai wajar goodwill. Kerugian atas penurunan nilai wajar goodwill adalah sebesar Rp40,1 miliar pada tahun 2016. Penurunan nilai tersebut didasarkan kepada hasil perhitungan nilai wajar yang dilakukan oleh kantor penilai independen. Lainnya - Bersih. Laba lainnya - Bersih meningkat menjadi Rp52,7 miliar pada tahun 2016 dari rugi Rp55,5 miliar pada tahun 2015. Laba sebelum pajak penghasilan. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba sebelum pajak penghasilan Perseroan meningkat sebesar 25,2 menjadi Rp1.364,0 miliar pada tahun 2016 dari Rp1.089,2 miliar pada tahun 2015. Manfaat beban pajak penghasilan. Beban pajak penghasilan - bersih pada tahun 2016 adalah sebesar Rp62.6 miliar, dan manfaat pajak penghasilan – bersih pada tahun 2015 adalah sebesar Rp355,8 miliar. Pajak kini. Pajak kini Perseroan naik sebesar 92,6 menjadi Rp135,1 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp70,1 miliar pada tahun 2015 sesuai dengan kenaikan laba sebelum pajak penghasilan. Pajak tangguhan. Pajak tangguhan turun sebesar 83,0 menjadi Rp72,5 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp426,0 miliar pada tahun 2015. Perolehan manfaat pajak tangguhan pada tahun 2016 tersebut terutama karena semakin tingginya perbedaan antara nilai buku komersial dibandingkan dengan nilai buku fiskal. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan diatas, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Perseroan turun sebesar 9,8 menjadi Rp1.290,4 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp1.429,9 miliar pada tahun 2015. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali turun menjadi Rp11,0 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp15,1 miliar pada tahun 2015, terutama disebabkan oleh penurunan laba bersih Perseroan. Laba bersih tahun berjalan. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba bersih tahun berjalan Perseroan turun sebesar 9,9 menjadi Rp1.301,4 miliar pada tahun 2016 dari sebelumnya Rp1.445,0 miliar pada tahun 2015. Grafik berikut menyajikan pertumbuhan pendapatan, laba kotor, laba dari operasi dan laba bersih tahun berjalan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2015 dan 2016 Tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2015 3.421.177 2.972.267 2.660.844 1.445.027 3.711.174 3.293.509 2.977.908 1.301.393 2016 40

5.3. a