PANDUAN UMUM KULIAH FE UNIMED 15
BAB 3 MODEL STUDI KASUS
3.1 Latar Belakang
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistemik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan
langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena data digunakan untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan kecuali pada penelitian
eksploratif. Pengumpulan data selalu memiliki hubungan dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan
mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak dapat dipecahkan karena metode untuk pengumpulan
data tidak memungkinkan atau metode ada tidak dapat menghasilkan data yang diinginkan.
Data yang dikumpulkan haruslah cukup valid untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari
pengambilan data cukup valid. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah natural seting, laboratorium untuk eksperimen, dirumah untuk berbagai responden,
seminar, dikusi, dan lain-lain. Jika dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Bila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara interview, angket questionare,
pengamatan observation, atau gabungan ketiganya. Data yang sudah didapat ini diukur dengan menggunakan skala pengukuran
PANDUAN UMUM KULIAH FE UNIMED 16
a. Pengertian Model Studi Kasus
Studi kasus merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrumen
penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan, dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti menjadi instrumen kunci the key instrument. Untuk itu,
validitas dan reliabilitas data kualitatif banyak tergantung pada ketrampilan metodologis, kepekaan, dan integritas peneliti sendiri.
Untuk dapat memahami makna dan menafsirkan fenomena dan simbol-simbol interaksi di lokasi penelitian dibutuhkan keterlibatan dan
penghayatan peneliti terhadap subjek penelitian di lapangan. Dengan keterlibatan dan penghayatan tersebut peneliti memberikan judgement
dalam menafsirkan makna yang terkandung di dalamnya. Hal ini menjadi alasan lain kenapa peneliti harus menjadi instrumen kunci penelitian.
Sebagai instrumen kunci, kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran
dari subjek penelitian dibandingkan dengan penggunaan alat nonhuman seperti instrumen angket, sebab dengan demikian peneliti dapat
mengkonfirmasi dan mengadakan pengecekan kembali pada subjek apabila informasinya kurang atau tidak sesuai dengan tafsiran peneliti
melalui pengecekan anggota member checks. Sebagai instrumen kunci, peneliti menyadari bahwa dirinya
merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi pelapor dari hasil penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti harus
bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan. Hubungan baik antara peneliti dan subjek penelitian sebelum, selama maupun
sesudah memasuki lapangan merupakan kunci utama dalam keberhasilan
PANDUAN UMUM KULIAH FE UNIMED 17
pengumpulan data. Hubungan yang baik dapat menjamin kepercayaan dan saling pengertian. Tingkat kepercayaan yang tinggi akan membantu
kelancaran proses penelitian, sehingga data yang diinginkan dapat diperoleh denga mudah dan lengkap. Peneliti harus menghindari kesan-
kesan yang merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti dilapangan diketahui secara terbuka oleh subjek penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data dalam Studi Kasus