Kerja sama diukur dari kesediaan karyawan

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 175 arah garis diagonal, maka model regresi tidak me- menuhi asumsi-asumsi normalitas. Dependent Variable: Kinerja Pegawai Observed Cum Prob 1.00 .75 .50 .25 0.00 E xp e ct e d C u m P ro b 1.00 .75 .50 .25 0.00 Gambar 1. Uji Normalitas P-P Plot Sumber: Hasil pengolahan SPSS Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil regresi dari data primer yang diolah dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagaimana Tabel 1, dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Y = 15,942 + 0,473X Dari nilai formulasi diatas dapat diketahui konstanta sebesar 15,942 yang merupakan nilai tetap yang tidak dipengaruhi oleh Budaya or- ganisasi, artinya jika tidak ada budaya organisasi maka kinerja pegawai pada dinas Kependudkan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe sebesar 15,942 . Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Koeisien X sebesar 0,473 artinya jika budaya organisasi ditingkatkan 100 maka kinerja pega- wai meningkat sebesar 47,3. Berdasarkan Tabel 2, koeisien korelasi R diperoleh nilai sebesar 0,366 atau 36,6; yang bera bahwa rendahnya hubungan korelasi antara budaya organisasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Sedangkan koeisien de- terminasi R 2 sebesar 0, 134 atau 13,4; artinya perubahan-perubahan pada kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan variabel bu- daya organisasi sebesar 13,4. Sedangkan sele- bihnya 86,6 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Pembahasan Berdasarkan hasil uji statistic seperti ditujuk- kan dalam tabel 3 diperoleh nilai hitung pada vari- able diperoleh t hitung sebesar 2,722 yang diperoleh dari hasil output SPSS dan t tabel sebesar 1,677 diperoleh dengan melihat tabel t statistik df = 50-2=48. Hasil menunjukkan bahwa t hitung t tabel yaitu 2,722 1,677 dengan tingkat signiikansi 0,009. Berdasarkan hasil perhitungan di atas se- hingga disimpulkan terima Ha tolak Ho artinya, budaya organisasi berpengaruh secara parsial ter- hadap kinerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Tabel 1 Coeficient a B Unstandardized Coeficients Standardized Coef- icients Std. Error Beta 1 Constant 15.942 2.848 Budaya organisasi .473 .174 .366 a Dependent Variabel: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil pengolahan SPSS Tabel 2 Hasil Uji Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .366a .134 .116 2.785 a Predictors: Constant, Budaya Organisasi b Dependent Variabel: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 176 Jurnal Visioner Strategis N u r m a la KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpul- kan bahwa hasil pembuktian hipotesis diperoleh t hitung sebesar 2,722 dan t tabel sebesar 1,677. Hasil menunjukkan bahwa t hitung t tabel yaitu 2,722 1,677 dengan tingkat signiikansi 0,009. Berdas- arkan hasil perhitungan di atas sehingga disim- pulkan terima Ha tolak Ho dalam artinya budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. SARAN Variabel-variabel lain yang belum muncul pada penelitian ini hendaknya dapat ditindaklan- juti menjadi pertimbangan untuk melakukan pe- nelitian yang lebih mendalam. Tabel 3 Hasil Uji-t Model t Sig. 1 Constant 5.598 .000 Budaya Kerja 2.722 .009 a Dependent Variable: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 177 REFERENSI Arikunto, Suharsimi, 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. ______, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta Assagaf, Yusran. 2012. Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Keputusan Men- pan no 25 Kep M.Pan 4 2002 tentang Pedoman PengembanganBudaya Kerja Aparatur Negara. Jakarta:Kantor Menpan. Brahmasari. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta, Graha Ilmu Donnely, Ivancevich Gibson 1997. Organisasi. Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga 1997 http:id.wikipedia. orgwikiBudaya. Diakses 20 Agustus 2012 David, Drennan 1994 .Faktor Yang Mempengaruhi Budaya kerja.Harian Republika, 27 Juli 1994:8 . http:id.wikipedia.orgwikibudaya . Diakses 21 Agustus 2012. Gibson, 1995, ”Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. Terjemahan, Jakarta: Penerbit Erlangga. Gleser, Susan R, Zamanou, Sonia and Hacker Kenneth. 1987. Measuring and Interpreting Organiza- tional Culture Management Communication Quartely , Vol. 1. No.2 pp 173-178. Hofstede G and Bornd MH. 1984. Hofstede Culture Dimension: An Independent Validation Using Rokeach Value Survey. Journal Of Cross Cultiral Psychology. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ______, 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. PT Reika Aditama: Bandung. Nugraha, Prima sinaga. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi Sumatera Utara . Skripsi. Tidak diplubikasikan. Universi- tas Sumatra Utara. Medan Sugiono. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan kesembilan. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung. 178 Jurnal Visioner Strategis N u r m a la Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 179 Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia This study aimed to examine the effect of exchange rate and inlation on stock market prices in Indonesia. The hypothesis is that the exchange rates and inlation negatively affect the stock market in Indonesia. Data collected by observation methode that use monthly data from January 2010-December 2012. Variable is proxied by stock market Stock Price Index CSPI. The analytical method used is multiple linear regression analysis. The study con- cluded that the exchange rate and inlation variables and signiicant negative effect on the stock price index. Keywords: Exchange rate, inlation, stock market R i s t a t i Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 179-186 180 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i LATAR BELAKANG Perkembangan pasar modal suatu negara tidak lepas dari perkembangan perekonomian ne- gara tersebut. Pertumbuhan ekonomi tinggi dan kondisi bisnis yang baik diharapkan dapat men - ingkatkan harga saham. Selain dari pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga dan inlasi mempengaruhi kinerja pasar modal yang tercermin dari indek harga saham gabungan. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana selain perbankan, dan juga salah satu tempat investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana. Para pemodal dapat melakukan investasi tidak hanya pada aktiva riil real assets tetapi juga inancial assets seperti in- vestasi saham, obligasi, dan sertiikat reksa dana Efni, 2009. Untuk berinvestasi di pasar saham membutuh- kan sejumlah informasi untuk membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan. Pasar saham yang eisien merupakan cerminan semua informasi yang relevan terhadap harga sekuritas saham. Informasi pasar saham mengungkapkan melalui perubahan harga dengan cepat Stiglitz, 1985. Kondisi makroekonomi merupakan salah satu informasi yang relevan bagi investor untuk menentukan apakah akan menginvestasikan dan- anya ke pasar saham atau tidak. Hal ini disebab- kan kondisi pasar saham berkaitan erat dengan kondisi ekonomi. Di saat kondisi ekonomi sedang bertumbuh, maka pasar saham akan bullish, na - mun pada saat kondisi ekonomi terpuruk, maka pasar saham akan bearish. Stabilitas pasar saham mempunyai peranan sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Pasar saham adalah titik perte- muan antara penawaran dengan permintaan su - rat berharga, dimana individu yang mempunyai kelebihan dana surplus funds berinvestasi pada perusahaan entities yang kekurangan dana. Dalam teori portofolio ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan surat berharga seperti kekayaan, suku bunga, kurs, dan tingkat inlasi, sedangkan penawaran surat berharga dipengaruhi oleh proitabilitas perusahaan, inlasi yang dihara- pkan dan aktivitas pemerintah Miskhin, 2008. Inlasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa yang mempunyai pengaruh luas demikian juga terhadap harga saham di pasar modal. Den- gan inlasi maka akan terjadi naik turunnya harga saham. Bagi investor saham, laju inlasi menjadi pertimbangan dalam menyusun portofolio den- gan harapan menghasilkan riel return tertinggi. Real return merupakan return investasi yang ter- sisa setelah komisi, pajak, inlasi dan semua biaya lain. Selama inlasi moderat, pasar saham mem- berikan peluang terbaik kalau dibandingkan den- gan instrument pendapatan tetap dan pasar uang Cahyono, 2011. Pergerakan nilai tukar dan inlasi yang diikuti oleh pergerakan suku bunga sebagai pengendali permintaan dan penawaran uang beredar mau - pun sebagai pengontrol inlasi maka suku bunga dapat digunakan sebagai alat mediasi nilai tukar dan inlasi untuk melihat dampaknya terhadap harga saham. Naik turunnya harga saham yang dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dan inlasi dapat mempengaruhi pengembalian dan tingkat keuntungan, nilai tukar dan inlasi yang wajar akan mendorong pergerakan iklim investasi yang secara langsung mampu mengangkat perekono- mian negara secara makro, karena para investor baik dari dalam maupun luar negeri tertarik un- tuk menanamkan modalnya di dalam negeri yang tentu memberikan keuntungan bagi para investor itu sendiri dan juga negara. Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu Negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan bahwa perekonomian ne - gara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar pereko- nomian negara tersebut dapat berjalan dengan lan- car dan membentuk suatu tren pertumbuhan. Hasil studi yang dilakukan Moradoglu, et al, 2000 me- nyimpulkan bahwa faktor makroekonomi memi- liki hubungan erat dengan perilaku harga saham. Temuan Saadah dan Panjaitan 2006 menemukan hasil yang berbeda yaitu tidak ada interaksi dina- mis yang signiikan antara harga saham dan nilai tukar. Studi Maryanne 2010 mendukung temuan Saadah dan Panjaitan, yang menyatakan bahwa faktor nilai tukar rupiah dan inlasi tidak berpen- garuh terhadap harga saham. Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 181 Berdasarkan ulasan dan hasil studi di atas, maka dalam penelitian ini, saya akan mereplikasi- kan kembali beberapa studi yang sudah dilaku- kan. Apakah temuan ini akan mendukung studi yang menyatakan bahwa faktor makroekonomi berpengaruh terhadap harga saham atau malah se- baliknya bahwa tidak ada pengaruh antara faktor makroekonomi dengan harga saham. TINJAUAN TEORITIS Makroekonomi sebuah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Yang menjelaskan menge- nai perubahan ekonomi dan berdampak kepada masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Makroe- konomi sebuah indicator yang dijadikan investor untuk menafsirkan dan menganalisis guna un- tuk pengambilan keputusan investasi. Indikator ekonomi dapat digunakan untuk memprediksi tren keuangan atau ekonomi di masa depan. Indikator makroekonomi adalah adalah tingkat inlasi, suku bunga bank Indonesia, dan Kurs Mougoue, 1996; Gupta, 2000; dan Moradoglu, et al, 2000. Kurs merupakan nilai tukar mata uang antara satu Negara dengan Negara lain. Harga sebuah mata uang dari suatu Negara yang diukur atau din - yatakan dalam mata uang Negara lain Krugman dan Maurice, 2003. Nopirin 1996 menyebutkan kurs adalah perbandingan antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapatkan perband - ingan nilaiharga antara kedua mata uang tersebut. Kurs atau nilai tukar mata uang juga dapat didein- isikan sebagai harga satu unit mata uang domestik dalam satuan valuta asing. Melemahnya nilai tukar domestik terhadap mata uang asing seperti Ru- piah terhadap US Dollar memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar ekuitas karena pasar ekuitas menjadi tidak punya daya tarik Kurs dis- ebut juga sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnnya Salvatore, 2008. Sedang- kan bukti empiris yang dilakukan Ibrahim 2000 menemukan hubungan positif yang lemah antara perbedaan return saham domestik dikurangi luar negeri dengan perubahan dalam nilai tukar. Inlasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inlasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya. elain itu tingkat inlasi yang tinggi menunjukkan bahwa resiko investasi cukup besar sebab inlasi yang tinggi akan mengurangi ting- kat pengembalian rate of return dari investor Nurdin, 1999. Widjojo dalam Almilia, 2003 yang menyatakan bahwa makin tinggi inlasi akan semakin menurunkan tingkat proitabilitas peru- sahaan. Turunnya proit perusahaan adalah infor- masi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Pasar saham berperilaku seperti semua pasar lainnya dalam suatu ekonomi yang kom- petitif. Harga pasar saham ditentukan oleh paso- kan saham dari penjual dan permintaan saham dari pembeli. Pada dasarnya, aturan penawaran dan permintaan bekerja di sini. Jika lebih banyak orang ingin membeli saham permintaan dari orang-orang yang ingin menjual supply, maka harga bergerak naik. Sebaliknya, jika lebih banyak orang ingin menjual saham daripada membelinya, akan ada pasokan lebih besar daripada permintaan, dan harga akan jatuh. Ketika kinerja harga saham yang besar, semua orang ingin membeli masuk ini membuat sisi permintaan lebih besar di pasar, dan menyebabkan harga lebih tinggi. Sebaliknya, jika permintaan kurang dari suplai, maka penurunan harga ini http:bisnisdaninvestasi.com. Harga saham dapat juga dipengaruhi suatu kondisi diluar kinerja perusahaan yang dinama- kan risiko pasar. Baik berupa tingkat suku bunga SBI yang berdampak pada naik turunnya bunga deposito yang menjadi efek pengalihan dana oleh investor keluar saham. Hal ini akan membawa dampak turunnya harga saham tersebut. Selain tingkat suku bunga faktor inlasi yang tinggi juga memungkinkan berpengaruh terhadap harga suatu saham. Inlasi akan menurunkan daya beli dan penurunan nilai asset perusahaan Permana dan Sularto, 2008. Sementara Moradoglu, et al. 2000, berpen- dapat bahwa perilaku harga saham telah banyak dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan vari- abel makro ekonomi. Penelitian Moradoglu ini mendukung temuan Chen et al. 1986, Geske and Roll 1983, dan Fama 1981. Sedangkan Ajayi dan Mougoue 1996 juga menggunakan vari- 182 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i abel makroekonomi nilai tukar dan harga saham. Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dengan menggunakan bivariate error correction model . Hasil penelitian mereka menunjukkan hubungan yang signiikan antara nilai tukar dan harga saham pasar modal dan pasar uang. Hipotesis Permana dan Sularto 2008 menyatakan bah- wa tingkat bunga SBI, dan tingkat inlasi memiliki pengaruh negatif dan signiikan terhadap harga sa- ham. Sedangkan penelitian yang dilakukan Rika 2001 menyisimpulkan bahwa arah pergerakan return saham agribisnis sulit untuk diperkirakan mengingat dari analisis sensitivitas return saham agribisnis terhadap kedua faktor yaitu SBI dan tingkat inlasi menunjukkan pengaruh yang ber- lawanan, karena kenaikan SBI akan memberikan sentimen positif terhadap return saham agribisnis sementara tingkat inlasi justru memberikan sen- timen negatif Selain itu juga dapat disimpulkan walaupun model APT yang dibentuk hanya mam- pu mejelaskan 27.8 dari variasi return saham ag- ribisnis, namun dari analisis regresi menunjukkan return saham agribisnis dipengaruhi oleh: faktor indeks Nikkei berpengaruh positif, indeks kom - posit Thailand berpengaruh positif, suku bunga SBI berpengaruh positif, faktor pergantian pemer- intah berpengaruh positif dan tingkat inlasi ber- pengaruh negatif. Fatah 2009 menguji variabel makroekonomi Indonesia, indeks harga saham di luar negeri, dan suku bunga terhadap pergerakan indeks harga sa - ham gabungan IHSG, serta melihat hubungan keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek. Hasil studinya menyimpulkan bahwa pengendali- an nilai tukar sebagai salah satu instrumen moneter dan pergerakan indeks harga saham di luar negeri memiliki dampak jangka panjang dan jangka pen- dek terhadap harga-harga saham di pasar modal indonesia. Penelitian Fata mendukung hasil studi yang dilakukan Fama dan French 1981 yang meneliti kaitan antara return saham dengan ting- kat suku bunga, inlasi dan pertumbuhan ekonomi, hanya menemukan pengaruh negatif inlasi terha- dap harga saham dan tidak menemukan pengaruh suku bunga dan pertumbuhan ekonomi terhadap harga saham. Jadi berdasarkan beberapa hasil studi empiris di atas, maka penelitian ini dihipotesiskan sebagai berikut: H 1 : Kurs berpengaruh negatif terhadap harga sa- ham di Bursa Efek Indonesia. H 2 : Inlasi berpengaruh negatif terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan dalam bentuk time series periode Januari 2010-Desember 2012. Data diperoleh dari Bank Indonesia www.bi.go.id, Badan Pusat Statistik www.bps.go.id dan Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Pengukuran Variabel Indek Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam sua- tu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya berapapun porsinya jumlahnya dari suatu perusahaan yang menerbit- kan kertas saham tersebut. Harga saham yang di- gunakan dalam penelitian ini adalah Indek Harga Saham Gabungan IHSG. Kurs merupakan ertukaran uang dari nilai mata uang yang berbeda. Pasar Valuta Asing ini menyediakan pasar sarana isik maupun dalam pasar kelembagaan untuk melakukan perdagan- gan mata uang asing, menentukan nilai tukar mata uang asing, dan menerapkan managemen mata uang asing. Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan nilai mata uang Indonesia RP dengan mata uang Amerika Dollar Inlasi merupakan kenaikan tingkat harga ba- rang dan jasa secara umum dan terus menerus se - lama waktu tertentu. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi liniear berganda mul- tiple regression analysis dengan formulasi seba- gai berikut: Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 183 IHSG = α + β 1 Kurs + β 2 Inlasi 3 + e PEMBAHASAN Uji asumsi klasik digunakan adalah Uji multi- kolinearitas, Uji ini bertujuan ada tidaknya korela- si antar variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas yang didasarkan pada analisis korelasi variabel- variabel independen disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Uji Multikolinearitas Variabel IHSG Kurs Kurs -0,5291 - Inlasi -0,1415 0,0335 Berdasarkan hasil Tabel 1 terlihat bahwa ke- seluruhan variabel independen memiliki korelasi relatif lebih rendah dengan nilai korelasi di bawah 0,8. Ini membuktikan bahwa model tersebut tidak terindikasi masalah multikolinier. Sebuah model memiliki masalah multikolinieritas, jika korelasi antar variabel independen melebihi 0,8 Gujarati, 2003. Hasil persamaan regresi yang digunakan dalam mengestimasikan kurs dan inlai terhadap indeks harga saham adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Estimasi Regresi Variabel Koeisien Constant 10247,52 562,832 17,31495 Kurs -0,55843 0,05858 -9,06246 Inlasi -2,26642 43,3354 -0,04974 R Squared 0,786 Adj, Squared 0,779 F-Statistik 117,205 Prop F-Statistik 0,0000 Keterangan: p1, p5 dan p10 Persamaan regresi pada Table 2 diperoleh nilai koeisien kurs dan inlasi berslope negatif. Slope negatif ini dapat diinterpretasikan bahwa jika setiap penurunan nilai variabel kurs dan inlasi, maka indek harga saham akan mengalami pening- katan, begitu juga sebaliknya. Nilai adjusted R- squared sebesar 0,779. Ini bermakna bahwa nilai indeks harga saham dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam penelitian ini kurs dan inlasi adalah sebesar 77,9, sisanya 22,1 dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel independen yang digunakan seperti pertumbuhan ekonomi, politik, dan kebijakan pemerintah lainnnya. Dari hasil estimasi regresi tabel 2 diperoleh bahwa variabel kurs juga berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham. Ini menandakan bahwa hipotesis H 1 dalam penelitian ini da- pat diterima. Temuan ini juga mendukung studi yang dilakukan Gupta, 2000 dan Moradoglu, et al, 2000, Permana dan Sularto 2008 dan Fatah 2009 yang menyatakan bahwa kurs ber- pengaruh negatif terhadap hargareturn saham. Kurs merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Dengan melakukan investasi dalam bentuk valas investor dapat memperoleh keuntungan dari ter- jadinya kenaikan kurs. Apabila nilai mata uang rupiah mengalami depresiasi maka investor cend- erung akan mengalihkan’investasinya ke dalam valas. Apabila investor saham banyak yang mel- akukan tindakan seperti itu maka dapat berpen - garuh pada turunnya lHSG di pasar modal. Variabel inlasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ini membuktikan bahwa hipotesis penelitian ini H 2 yang menyatakan variabel in- lasi berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham dapat diterima. Hasil studi ini juga meno- lak studi empiris yang dilakukan Saadah dan Pan- jaitan 2006 dan Maryanne 2010 yang menya- takan bahwa inlasi berpengaruh positif terhadap harga saham. Tetapi penelitian ini justru men- dukung studi yang dilakukan Gupta, 2000 dan Moradoglu, et al, 2000, Permana dan Sularto 2008 dan Fatah 2009. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi inlasi akan semakin menurunkan tingkat proitabilitas perusahaan. Turunnya proit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut Wid- jojo dalam Almilia, 2003. Disisi lain inlasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang purchasing power of money. Disamping itu, inlasi yang tinggi juga bias men- gurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh 184 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inlasi suatu Negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil Supar- moko dan Maria, 2000. KESIMPULAN Hasil analisis regresi linier berganda menun- jukkan bahwa variabel kurs berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham. Meskipun varibel inlasi juga signiikan. Jika kondisi kedua variabel tersebt mulai menunjukkan peningkatan sebai- knya investor menjual saham karena hasil peneli- tian ini memprediksikan bahwa harga saham akan turun apabila terjadi kurs dan inlasi mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika kurs dan inlasi menunjukkan penurunan, maka investor tidak perlu menjual saham karena harga saham akan mengalami peningkatan. Penelitian ini membatasi dalam penggunaan variabel kurs dan inlasi, hendaknya jika ada pe- neliti yang ingin menindaklanjuti penelitian ini dapat menambahkan variabel lain seperti pertum- buhan ekonomi, kondisi politik, dan lain-lain. Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 185 REFERENSI Ajayi, R. A, dan Mougoue, M, 1996, On The Dynamic Relation Between Stock Prices and Exchange Rate, Journal of Finance Research, Vol. 19, hal.193-207 Almilia, Luciana Spica, 2003, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi inancial distress Suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi, ke-VI. Cahyono, Jaka Eko, 2011, Archive for the ‘Ekonomi Makro dan Indikatornya’ Category, http:jecahy- ono.wordpress.comcategorytutorialekonomi-makro-dan-indikatornya, Diakses 1 Agustus 2012 Chen, Naifu, 1986, Economic Forces and the Stock Market, The Journal of Business, Vol. 59 Dornbusch, Rudiger, dan Fischer, Stanley, 1992, Makroekonomi, Edisi Keempat, Jakarta: PT. Erlangga Efni, Yulia, 2009, Pengaruh Suku Bunga Deposito, SBI, Kurs dan Inlasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate dan Property di BEI, Jurnal Ekonomi, Vol. 17. No. 1. Fama, E. F dan French, K. R, 1981, The Cross-Section of Expected Stock Returns, Journal of Finance Vol. 47 hal. 527-466 Fama, E, 1981, Stock Returns, Real Activity, Inlation, and Monetery, American Economics Review, Vol. 71. Fatah, Toto Abdul, 2009, Pengaruh Variabel Makroekonomi Indonesia Dan Indeks Harga Saham Di Luar Negeri Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Ihsg Di Bursa Efek Indonesia, Master Tesis, Institut Teknologi Surabaya Geske, R. dan Roll, R, 1983, The Monetery and Fiscal Lingkage Stock Returns and Inlation, The Journal if Finance. Vol. 38. Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometrics, 4 th Edition, Mc Graw Hall Gupta, Jyoti P., Alain Chevalier dan Fran Sayekt. 2000. The Causality Between Interest Rate, Exchange Rate and Stock Price in Emerging Market: The Case Of The Jakarta Stock Exchange, Working Paper Series, EFMA, Athens Ibrahim, Mansor, 2000, Cointegration and Granger Causality Test of Interaction in Malaysia, Asian Economics Bulletin, Vol. 17. Hal. 36-47 Jatiningsih, Oksiana dan Musdholifah, 2007, Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol. 5, No. 1 Krugman, Paul, R dan Maurice, Obsfeld, 2003, International Economics Theory and Policy, 6 th Edition, USA: Addison Wesley Mishkin, Frederic S, 2008, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Jakarta,Salemba Empat 186 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i Moradoglu, G., Fatma Taskin, dan Like Bigan, 2000, Causality Bertween Stock Returns and Macro- economics Variabels in Emerging Markets, Russian and East European Finance and Trade, Vol. 36, hal. 35-53 Nopirin 1996 Ekonomi Moneter, Yogyakarta; BPFE Nurdin, Djayadi, 1999, Resiko Investasi Pada Saham Proprerti di Bursa Efek Jakarta, Usahawan, No.3, hal.17-23. Permana, Yogi dan Lana Sularto, 2008, Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga SBI dan Tingkat Inlasi terhadap Pergerakan Harga Saham. Jurnal Ekonomi Bisnis, No.2 Vol 13 Permana, Yogi, dan Sularto, Lana, 2008, Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga SBI Dan Tingkat Inlasi Terhadap Pergerakan Harga Saham, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 13, No. 2, hal. 103-111. Rika, Azmi, 2001, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Agribisnis Di Bej Menggunakan Model Arbitrange Princing Theory, Masters Thesis, Institut Pertanian Bogor. Sa’adah dan Yunia Panjaitan. 2006, Interaksi Dinamis Antara Harga Saham dengan Nilai Tukar Ru- piah Terhadap Dollar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Salvatore, Dominick, 2008, Theory and Problem of Micro Economic Theory, 3 rd Edition, Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul, Jakarta: PT. Erlangga Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha, dan Kurniasari, Widuri, 2003, Indikator-indikator Pasar Saham dan Pasar Uang yan Saling Berkaitan ditinjau dari Pasar Saham sedang Bullish dan Bearish, Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol 3. No. 3 Stiglitz, JE, 1985, Credit Markets and the Control of Capital, Journal of Money, Credit and Banking, Vol 17, No. 2, Diakses 01 Agustus 2012, http:www.jstor.orgdiscover10.23071992329?uid=3738 224uid=2uid=4sid=21100954540043 Tandelin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogayakarta : BPFE. http:www.bi.go.id http:www.bi.go.idwebidMoneterBI+RatePenjelasan+BI+Rate http:www.bi.go.idwebidMoneter2Inlation+TargetingPengenalan+Inlasi http:www.bisnisdaninvestasi.com http:www.bps.go.id http:www.idx.co.id http:www.kursvalutaasing.com Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara Volume 2, Nomor 2, September 2013 187 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara The purpose of this study is to determine the effect of leadership style on employee performance. The model used in this study is the multiple linear regression analysis using the tools of SPSS 20. The test results obtained simultaneously while the value of 42 012 F count F tabel at a signiicant level α = 5 is equal to 2,741. This shows that the calculation is based on statistical tests F count ≥ F tabel , with a probability level of 0.005. Thus the results of this calculation can be taken a decision that the hypothesis can be accepted and the null hypothesis is rejected, it means that the factor of leadership style, style laiser faire, and democratic signiicant effect on the performance of em- ployees in the national unity of the district. The results partially, t value for the variable autocratic style of ≥ 2,678 t 1,994 tables that accept and reject Hi Ho means that independent variables are factors laiser faire partially signiicant effect on employee performance. Fair laiser variable t for t ≥ 2,183 1,994 tables that accept and reject Hi Ho Variable democratic means independent variable t for t ≤ 4,935 1,994 tables that accept and reject Ho Hi means the independent variable is the democratic factor . The most dominant variable values to the effects of leadership style on employee performance Keywords: Leadership, autocratic style, democratic style, laiser faire style R u s y d i Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 187-198 188 Jurnal Visioner Strategis R u s y d i LATAR BELAKANG Manajemen dan kepemimpinan merupakan hal yang menjadi fokus bagi keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Kedua istilah ini pada prinsipnya tidak dapat dipisahkan satu den- gan yang lainnya, dalam suatu sistem organisasi. Tetapi istilah manajemen sering diartikan sebagai proses pencapaian tujuan organisasi melalui keg- iatan orang lain. Implikasi dari pengertian seder- hana ini adalah penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Keterlibatan sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan pada prinsipnya mempunyai akibat yang lebih jauh dan kompleks dalam pemanfaatannya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Untuk itu diperlukan kreativi- tas, yaitu senantiasa mencari cara-cara, peluang- peluang dan terobosan-terobosan baru, karena daya saing ditentukan oleh kreativitas disamp- ing produktivitas. Dengan kreativitas ini dalam pembangunan sumber daya manusia, maka upaya mengembangkan perlu menjadi pemikiran semua pihak yang terkait dalam dunia usaha khususnya jasa telekomunikasi di Indonesia. Usaha ini tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, sebab kepemimpinan hanya bisa berlangsung jika ada yang dipimpin dan jika terjadi interaksi yang postif diantara mereka. Menurut Hersey and Blancahard Syafar, 2003:23 kepemimpinan adalah proses mempen- garuhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pada suatu situasi tert- entu. Salah satu faktor yang dapat digunakan un- tuk meningkatkan kinerja karyawan adalah Gaya kepemimpinan, komunikasi dan motivasi kerja Putu Sunarcaya, 2008. Berkenaan dengan kepemimpinan, serta ke- mampuan pencapaian kinerja karyawan dan tu- juan organisasi maka penelitian ini bermaksud mengkaji perilaku kepemimpinan yang dikemu- kakan oleh Siagian, 1999:75 yang terdiri dari gaya kepemimpinan Otokratik, kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan kharismatik, kepem- impinan Laissez faire, dan kepemimpinan yang demokratik. Menurut Robbins 2006 kepemimpinan mer- upakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Kar- tini 1994 menyatakan bahwa fungsi kepemimpi- nan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, atau memberi motivasi kerja, dan membuat jaringan komunikasi dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Se- hingga setiap pimpinan akan memperlihatkan gaya kepemimpinannya lewat ucapan, sikap ting- kah lakunya yang dirasa oleh dirinya sendiri mau- pun orang lain. Gaya kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan motivasi seseorang untuk ber- prestasi. Sukses tidaknya karyawan dalam prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasannya Regina, 2010. Kinerja karyawan dianggap penting bagi or- ganisasi karena keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja itu sendiri. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Man- gkunegara 2005 menyebutkan, faktor yang mem- pengaruhi kinerja adalah kemampuan ability dan faktor motivasi. Setiap organisasi maupun perusa- haan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berbagai cara ditempuh untuk meningkatkan kinerja karyawan misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, pemberian kompensasi dan motivasi serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Berdasarkan latar belakang masalah maka, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah gaya kepemimpinan otokratik, laissez faire dan demokratik secara simultan mem- punyai pengaruh yang signiikan terhadap ki- nerja karyawan pada SKPK Aceh Utara 2. Gaya kepemimpinan manakah yang mempu- nyai pengaruh dominan terhadap kinerja kar- yawan pada SKPK Aceh Utara TINJAUAN TEORITIS Kepemimpinan dapat diartikan yaitu Proses yang digunakan oleh seseorang untuk mempen- garuhi anggota kelompok kearah pencapaian tu- juan-tujuan kelompok atau organisasi Greenberg Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara Volume 2, Nomor 2, September 2013 189 Baron, 1995 dalam Marwansyah,1999. Atau kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok ke arah penca- paian tujuan Robbin,1993. Sejarah perkembangan teori kepemimpinan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, membuatnya semakin meluas dan kompleks. Ke- pemimpinan adalah fenomena yang kompleks, ka- rena ia merupakan gejala kemanusiaan yang uni- versal. Juga kepemimpinan merupakan salah satu masalah yang paling banyak diminati dan paling sedikit difahami gejalanya di dunia ini. Syafar : 2003 : 24. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang un- tuk mempengaruhi perilaku orang lain. Kekua- saan berkaitan erat dengan lepemimpinan. Kekua- saan digunakan oleh para pemimpin sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Robbins menyebutkan tiga perbedaan antara kepemimpi- nan dan kekuasan 1993. Perbedaan pertama ber- kaitan dengan keselarasan tujuan goal compatibi- lity . Kekuasaan tidak memerlukan kesela-rasan tujuan, melainkan ketergantungan depedency. Kepemimpinan, disisi lain, memerlukan sejumlah keselarasan antara tujuan pemimpin da orang- orang yang dipimpin Para peneliti yang menggu- nakan pendekatan perilaku behavior approach memusatkan perhatian pada dua aspek perilaku kepemimpinan, nyakni fungsi-fungsi kepemimpi- nan dan gaya kepemimpinan. Fungsi kepemimpi- nan adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tugas task-related activities dan pemeliharaan kelompok group-maintenance activities, yang harus dijalankan oleh pemimpin atau orang lain, agar kelompok dapat bekerja secara efektif Ston- er at.al ,1995 Gaya kepemimpinan adalah ber- bagai pola perilaku yang sering digunakan oleh pemimpin pada saat ia mengarahkan dan mem- pengaruhi orang lain Stoner at.al, 1995 Sebagian besar penelitian tentang kepemimpi- nan menekankan pada gaya style Marwansyah 1999. Dalam hal kepemimpinan, teori gaya kepemimpinan meski belum terdapat kesepaka- tan bulat tentang gaya kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, lima gaya kepemimpinan diakui keberadaanya yang dikemukakan oleh, Siagian, 1999:76 yaitu: gaya yang otokratik, gaya paternalistik, gaya kharismatik, gaya yang laissez faire dan gaya yang demokratik. Dalam pencapaian tujuan organisasi, yang ber- orientasi pada kinerja karyawan maka peran gaya kepemimpinan yang diterapkan memiliki kontri- busi yang sangat besar. Seorang pemimpin harus memiliki beberapa referensi tentang kepemipinan Berkenaan dengan kepemimpinan, serta ke- mampuan pencapaian kinerja karyawan dan tu- juan organisasi maka penelitian ini bermaksud mengkaji perilaku kepemimpinan yang dikemu- kakan oleh Siagian : 1999 : 75 yang terdiri dari gaya kepemimpinan Otokratik, kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan kharismatik, kepem- impinan Laissez faire, dan kepemimpinan yang demokratik, dan didukung oleh Pandji Anoraga 2000 yang menyatakan bahwa ada tiga tipe Kepemimpinan a tipe otokratis, b tipe demokra- tis dan c laiser faire. Keberhasilan seorang pemimpin menurut te- ori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organ- isasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan terten- tu menurut Sondang P. Siagian 1994:129 adalah 1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; 2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; 3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; 4. Norma yang dianut kelompok; 5. Rentang kendali; 6. Ancaman dari luar organisasi; 7. Tingkat stress; 8. Iklim yang terdapat dalam organisasi. Gaya biasanya dikaitkan dengan perilaku sese- orang dalam mendekati atau melaksanakan sesua- tu. Pengambilan keputusan tidak terlepas dari gaya dan sifat seorang pemimpin yang sifatnya tidak tetap ixed. Pemimpin memberikan motivasi dan kesempatan kepada bawahannya untuk ber- partisipasi dalam merumuskan dan menetapkan sasaran, didukung oleh situasi yang mendukung untuk mempengaruhi pelaksanaan dalam menca- pai sasaran yang telah ditetapkan Dalam kepem- impinan pendidikan cara bekerjanya harus dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk ikut serta mengerjakan sesuatu 190 Jurnal Visioner Strategis R u s y d i yang berguna bagi lembaganya. Dalam manaje- men dewasa ini dikenal lima tipe kepemimpinan, yaitu; otokratik, paternalistik, kharismatik, laissez ire, dan demokratis. Masing-masing tipe ini me- miliki karakteristik tersendiri yang membedakan satu tipe dengan satu tipe yang lain sebagaimana akan dijelaskan berikut ini.

a. Tipe Otokratik

Dalam pembahasan ini, kepemimpinan otokra- tik adalah seorang pemimpin yang egois dan ego- isme tersebut sangat besar dan akan mendorong seorang pemimpin untuk memutarbalikkan fakta yang sebenarnya, sesuai dengan subjektiitas in- dividu pemimpin. Tipe kepemimpinan ini meru- pakan tipe kepemimpinan yang memaksakan atau sangat mendesakkan kekuasaannya kepada bawa- han. Suatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai suatu yang tidak baik, dengan demikian akan disingkirkan, bila perlu dengan tindakankekerasan. Dalam organ- isasi tetap diperlukan pemimpin yang memiliki gaya otoriter untuk menggerakkan anggota atau bawahan yang kurang atau tidak tanggung jawab terhadap pekerjaan maupun tugas, selain itu un- tuk menyegarkan suasana yang lebih disiplin dan berorientasi kepada amanat yang diterima.

b. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik banyak terda- pat dilingkungan masyarakat yang masih bersi- fat tradisional, umumnya di masyarakat agraris. Popularitas pemimpin tipe ini disebabkan oleh be- berapa factor seperti; kuatnya ikatan primordial, extended family system, kehidupan organisasi yang komunalistik, pengaruh adapt istiadat yang kuat, serta adanya kemungkinan hubungan pribadi antara seorang anggota dengan anggota organisasi yang lain.

c. Tipe Kharismatik

Tipe pemimpin ini mampu menguasai pengi- kutnya karena mereka diliputi kepercayaan yang luar biasa sekali terhadap pemimpinnya, dan pem- impin dirasa mempunyai daya tarik yang sangat tinggi. Pemimpin tipe ini dianggap mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa diluar kemam- puan orang-orang biasa. Mengenai tipe kharis- matis ini belum ditemukan sebab-sebab seorang pemimpin mempunyai kharisma. Kepemimpinan kharismatis adalah suatu kepemimpinan yang didasarkan pada kepercayaan loyalitas. Kharis- matis berarti penumpahan ampun, kepatuhan dan kesetiaan para pengikut timbul dari kepercayaan yang penuh pada pemimpin yang dicintai, dihor- mati, bukan karena adanya benar tidaknya alasan dan tindakan pemimpin.

d. Tipe Laissez Faire

Tipe ini dapat dideinisikan bahwa persepsi seorang pemimpin adalah berkisar pada pandan- gannya tentang umumnya suatu organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena ang- gota organisasi terdiri dari orang-orang yang su- dah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organsisasi. Singkatnya pemimpin tipe ini seolah-olah menjadi polisi lalu lintas; pemimpin hanya sebagai pengawas jalannya organisasi den- gan anggapan bahwa bawahannya sudah mampu menginterpretasikan buah pikirannya yang men- jadi tujuan organisasi dan dapat menjalankan aturan main yang berlaku. Tipe pemimpin sep- erti ini tidak banyak turun tangan dan campur tangan. Pemimpin membiarkan anak buahnya bertindak sesuka hatinya. Anak buah boleh berkarya, boleh memakai apa saja, asal tidak mengganggu hak orang lain dan umum. Pada kepemimpian semacam ini pemimpin berkeyaki- nan bahwa perannya hanyalah mendampingi dan melayani apabila diperlukan. Pemimpin Laissez Faire dalam memimpin lembaga dan para bawa- hannya biasanya bersikap permisimistis dalam arti para anggota lembaga boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan menganggap guru atau anggotanya sudah dewasa dan sudah matang dalam menjalankan kinerjanya agar tujuan lemba- ganya tercapai.

e. Tipe Demokratik

Pemimpin yang mempunyai gaya demokra- tis sadar bahwa dia mengatur manusia-manusia. Manusia-manusia pada dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama, sehingga pemimpin tetap berusaha menghormati dan memperhitungkan pendapat serta saran orang lain. Pemimpin yang demokratis tidak selalu merupakan pemimpin yang paling efektif dalam suatu organisasi karena ada kalanya dalam hal bertindak dan mengambil keputusan bisa terjadi keterlambatan sebagai kon- Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara Volume 2, Nomor 2, September 2013 191 sekuensi keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Tetapi dengan berbagai kelemahannya pemimpin yang demokratis tetap dipandang sebagai pemimpin terbaik karena kel- ebihankelebihannya mengalahkan kekurangan- kekuranganya. Pemimpin demokratis dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakun- ya dalam kehidupan organisasi, perilakunya men- dorong bawahan menimbulkan dan mengembang- kan daya inovasi dan kreativitasnya. Kinerja merupakan prestasi kerja, yakni per- bandingan antara hasil kerja dengan standar kerja yang ditetapkan Dessler, 1997 Dengan demikian kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya. Menu- rut Siagian 2003 Kinerja adalah konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karya berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan. Kinerja merupakan perilaku manusia dalam suatu organisasi yang memenuhi standar perilaku yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Mangkunegara 2005 Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan. Gib- son et al. 1997 Menyatakan kinerja adalah ca- tatan terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau aktivitas tertentu dalam periode waktu tertentu. Beberapa faktor yang berperan dalam kinerja an- tara lain adanya efektivitas keseimbangan antara pekerja dan lingkungan yang berada di dekatnya yang meliputi individu, sumber daya, kejelasan kerja dan umpan balik. Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat proit oriented dan non proit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu ,Fahmi 2011. Secara lebih tegas Armstrong dan Baron mengatakan ki- nerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubngan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi Armstrong dan Baron ,1998:15 dan lebih jauh Indra Bastian menyatakan bahwa keni- erja adalah gambaran mengenai tingkat penca- paian pelaksanaan suatu kegiatan program ke- bijaksanaan dalam mewujudkan sasaran.tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam peru- musan skema strategis strategic planning suatu organisasi. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis melakukan pe- nelitian pada SKPK Aceh Utara yang berlokasi di sekretariat daerah Kabupaten Aceh Utara, objek penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada dinas tersebut. Sampel menurut Supomo 2002:130, meru- pakan bagian yang berguna bagi tujuan penelitian populasi dan aspek-aspeknya. Sampel adalah ba- gian dari populasi yang diambil untuk diteliti. Me- tode pengamilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling yaitu siapa saja yang secara kebetulaninsidental bertemu dengan peneliti da- pat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Teknik Pengumpulan Data Penulis memperoleh data dengan berbagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini di- Gaya Kepemimpinan X Gaya Otokratis x1 Gaya Laiser Faire X2 Gaya Demokratis X3 Kinerja Karyawan Y Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Model Pengujian Regresi dan Korelasi Berganda M. Aqbal Hasan: 1999: 20 192 Jurnal Visioner Strategis R u s y d i lakukan secara acak metode yang dipilih adalah : 1. Kuesioner, yaitu dengan cara melakukan pen- gumpulan data yang disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan kepada responden terkaiat dengan pelayanan yang diterima se- hingga responden dapat memberikan jawaban atas pertanyaan secara tertulis. 2. Wawancara Interview yaitu kegiatan wawan- carai sumber informasi, dalam hal ini adalah konsumen masyarakat yang menjadi sasaran pelayanan. Sumber Data 1. Data Primer, Menurut Umar 2000:130, data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber pertama baik dari individu atau per- seorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer dalam pe- nelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner kepada karyawan. 2. Data Sekunder, Menurut Umar 2000:130, data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Skala Pengukuran Data Penelitian ini menggunakan skala Likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya ter- hadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Un- tuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel-variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 1 sampai 5 ting- kat Likert yang memungkinkan konsumen da- pat menjawab pertanyaan dari setiap butir yang didalamnya menguraikan lima dimensi kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan konsumen den- gan bentuk penilaian sebagai berikut : Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas ini diperoleh dengan cara meng- korelasi setiap skor indikator dengan total skor in- dikator variabel, kemudian hasil korelasi diband- ingkan dengan nilai kritis pada taraf siginiikan 0,05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan se- jauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Menurut Sugiyono 2005:138, cara yang digu- nakan adalah dengan analisa Item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan dikore- lasikan dengan total nilai seluruh butir pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Syarat minimum untuk dianggap valid adalah nilai r hitung dari nilai r tabel . Uji reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik Arikunto 2002:154. Untuk mengeta- hui kuesioner tersebut sudah reliabel akan dilaku- kan pengujian reliabilitas kuesioner dengan ban- tuan komputer program SPSS. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data berdasarkan pada masalah, tujuan dan penelitian serta memperhati- kan sifat-sifat data yang dikumpulkan maka ana- lisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis linear regresi berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji signii- kasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji f dan uji t. Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e i Dimana : Y = kinerja karyawan variabel terikat X 1 = Gaya Otokratik X 2 = Gaya Laissez Faire X 3 = Gaya Demokratis b 1 , b 2 , b 3 = Koeisien regresi a = Konstanta e i = Error Term HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Pada Tabel 1 terlihat karakteristik jenis kel- amin responden dapat diketahui bahwa untuk frekuensi jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama, laki-laki berjumlah 36 orang 50,7 dan perempuan berjumlah 35 orang 49,3.