Uji Multikolinearity Referensi daftar pustaka h. Biodata Penulis daftar riwayat hidupcur-
Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
135
B Arongan masing-masing 318 dan 400 Kepala Keluarga.
Jumlah pemukiman didesa Panggoi meliputi rumah permanen 500 unit, semi permanen 100
unit, non permanen 150 unit dan kumuh sekitar 300 unit. Dalam jasa pendidikan, di Desa panggoi
juga memiliki beberapa sekolah seperti 6 Taman Kanak-kanak TK, 2 Sekolah Dasar SD, SMP
dan SMA Sukma Bangsa. Selain itu ada juga keg- iatan informal seperti balai pengajian, pengajian
biasanya dimulai sore sampai malam hari. Pen-
gajian tidak hanya bagi anak-anak tapi ada juga pengajian pemuda, ibu-ibu bahkan bapak-bapak
jamaah mesjid.
Didesa panggoi juga terdapat beberapa per- kantoran seperti kantor pajak kendaraan, PT.
Sampoerna. Tbk, Gudang garam Jarum dan kan- tor koramil II. Sarana olah raga yang ada di desa
Panggoi yaitu lapangan Futsal. Home industri di desa Panggoi menjahit sedangkan untuk pergu-
dangan ada beberapa diantaranya rokok, kelon- tong dan pupuk. Didesa Panggoi juga terdapat
sebuah mesjid, sebuah meunasah dan 3 mushalla.
Klasiikasi jenis kelamin dalam penelitian ini penulis membagi kedalam dua bagian yaitu laki-
laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui mengenai
frekuensi jenis kelamin responden dalam peneli- tian ini yaitu untuk laki-laki adalah sebanyak 67
responden atau 72,0 persen dan untuk perempuan adalah 26 responden atau 28,0 persen. Responden
dalam penelitian ini lebih didominasi oleh laki-la-
ki karena target dalam penelitian ini adalah kepala keluarga.
Klasiikasi responden menurut umur penulis mengklasiikasikan kedalam 5 tahapan yaitu tahap
pertama adalah 25 tahun, tahap kedua adalah 26-35 tahun, tahap ketiga adalah 36-45 tahun, ta-
hap keempat adalah 46-55 tahun, dan kelima ada- lah 56-65 tahun.
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui responden yang memiliki umur 25 Tahun itu sebanyak 5 re-
sponden atau 5,4 persen, maknanya adalah sedikit responden yang menikah dini. Kemudian re-
sponden yang memiliki umur 26-35 tahun adalah sebanyak 28 responden atau 30,1 persen. Re-
sponden yang memiliki umur 36-45 tahun adalah sebanyak 34 responden atau 36,6 persen, dilanjut-
kan dengan responden yang memiliki umur 46- 55 tahun yaitu sebanyak 17 responden atau 18,3
persen, dan yang terakhir responden yang memi- liki umur 56-65 tahun yaitu sebanyak 9 responden
9,7 persen, responden yang berusia 56-65 tahun diantaranya adalah pensiunan namun ada juga
yang masih produktiv dalam usaha-usahanya. Penggolongan responden menurut status
perkawinan penulis mengklasiikasikan kedalam dua tahap yaitu 1. Kawin, 2 JandaDuda.
Tabel 1 Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki
67 72.0
72.0 72.0
Perempuan 26
28.0 28.0
100.0 Total
93 100.0
100.0
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Tabel 2 Umur Responden
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 25 Tahun
5 5.4
5.4 5.4
26-35 Tahun 28
30.1 30.1
35.4 36-45 Tahun
34 36.6
36.6 72.0
46-55 Tahun 17
18.3 18.3
90.3 56-65 Tahun
9 9.7
9.7 100.0
Total 93
100.0 100.0
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
136
Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i
Status
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kawin
79 84.9
84.9 84.9
JandaDuda 14
15.1 15.1
100.0 Total
93 100.0
100.0
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Tabel 4 Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sekolah Dasar SD
11 11.8
11.8 11.8
Sekolah Menengah Pertama 10
10.8 10.8
22.6 Sekolah Menengah Atas SMA
33 35.5
35.5 58.1
Diploma 9
9.7 9.7
67.7 Strata 1
27 29.0
29.0 96.8
Strata 2 3
3.2 3.2
100.0 Total
93 100.0
100.0
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Tabel 5 Pekerjaan Responden
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PetaniPeternak
15 16.1
16.1 16.1
Pedagang 11
11.8 11.8
28.0 Pegawai Negeri Sipil
21 22.6
22.6 50.5
BUMN 3
3.2 3.2
53.8 Wiraswasta
29 31.2
31.2 84.9
Satpam 4
4.3 4.3
89.2 Buruh
8 8.6
8.6 97.8
Kontraktor 2
2.2 2.2
100.0 Total
93 100.0
100.0
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
Residual
N 93
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 2.71783696
Most Extreme Differences Absolute
.115 Positive
.115 Negative
-.077 Kolmogorov-Smirnov Z
1.109 Asymp. Sig. 2-tailed
.171 a. Test distribution is Normal.
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearity
Coeficients
a
Model Unstandardized
Coeficients Standard-
ized Coef- icients
T Sig.
Correlations Collinearity
Statistics B
Std. Error
Beta Zero-
order
Partial Part
Toler- ance
VIF
1 Constant
140559.601 53822.318 2.612 .011
x1 1.114
.039 .737
28.489 .000 .956
.949 .539 .533
1.875 x2
1.076 .087
.319 12.342 .000
.823 .793 .233
.533 1.875
a. Dependent Variable: Berapa pendapatan saudara per bulan?
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
137
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui respon- den yang statusnya kawin adalah sebanyak 79
responden atau 84,9 persen dan Responden yang sudah JandaDuda itu sebanyak 14 responden atau
15,1 Persen. Jadi, diantara 26 responden perem- puan, 14 orang responden yang berstatus janda.
Pengolongan responden menurut pendidikan penulis mengklasiikasikan kedalam enam tingka-
tan yaitu Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas, Diplo-
ma, Strata 1 dan Strata 2.
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui frekuen- si responden menurut pendidikan yaitu yang
berpendidikan Sekolah Dasar SD yaitu seban- yak 11 responden atau 11,8 persen, kemudian
yan berpendidikan Sekolah Menengah pertama adalah sebanyak 10 responden atau 10,8 persen,
selanjutnya yang berpendidikan Sekolah Menen- gah Atas SMA adalah sebanayak 33 responden
atau 35,5 persen, dan selanjutnya responden yang berpendidikan Diploma adalah sebanayk 9 res-
ponden atau 9,7 persen, lebih lanjut responden yang berpendidikan Strata 1 adalah sebanyak
27 responden atau 29,0 persen, dan yan terakhir responden yang berpendidikan Strata 2 adalah
sebanyak 3 responden atau 3,2 persen. Untuk frekuensi responden menurut pekerjaan dalam
penelitian ini penulis dapat mengklasiikasikan kedalam beberapa jenis pekerjaan yaitu petani
peternak, pedagang, pegawai negeri sipil, BUMN, Wiraswasta, Satpam, Buruh, dan Kontraktor.
Berdasarkan Tabel 5 maka dapat diketahui dengan jelas frekuensi responden menurut peker-
jaannya yaitu responden yang memiliki pekerjaan petanipeternak yaitu sebanyak 15 responden atau
16,1 persen, kemudian responden yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang yaitu sebanyak 11
responden atau 11.8 persen, dan kemudian re- sponden yang memiliki pekerjaan sebagai Pega-
wai Negeri Sipil yaitu sebanyak 22 responden atau 22,6 persen, selanjutnya responden yang memiliki
pekerjaan sebagai BUMN yaitu sebanyak 3 re- sponden atau 3,2 persen, lanjut responden yang
memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta yaitu se- banyak 29 responden atau 31,2 persen, selanjutnya
responden yang memiliki pekerjaan sebagai Sat- pam itu sebanyak 4 responden atau 4,3 persen, dan
selanjutnya responden yang memiliki pekerjaan sebagai buruh yaitu sebanyak 8 responden atau
8,6 persen, dan yang terakhir responden yang me- miliki pekerjaan sebagai kontraktor yaitu seban-
yak 2 responden atau 2,2 persen.
PEMBAHASAN Hasil Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas dilakukan untuk meng- etahui apakah distribusi data penelitian masing-
masing variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas pada penelitian dianalisa dengan
menggunakan Kolmogrov-Smirnov , dimana nilai
uji normalitas dilihat dari besarnya nilai signii- kansi yang berkisar antara 0 - 0,05, apabila nilai
signiikan dibawah 0,05 maka dinyatakan distri- busi data tidak merata dan sebaliknya apabila nilai
signiikan diatas 0,05 maka dinyatakan distribusi data merata.
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui nilai sig- niikan sebesar 0,171 atau 17,1 persen ini berarti
lebih besar daripada 0,05 atau 5 persen, sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwasanya data
dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
Hasil Uji Multikolinearity
Uji multikolinearity bertujuan untuk meng- etahui apakah masing-masing variabel penjelas
saling berhubungan secara linier dalam penggu- naan regresi linier. Untuk mendeteksi multikolin-
earity maka digunakan nilai VIF dimana nilai VIF yang yang berkisar angka 1 bermakna tidak ter-
jadi multikolinearity sementara apabila nilai VIF kurang dari angka 1 dianggap terjadi multikolin-
earity Pratisto, 2004 : 161. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui semua
nilai VIF berkisar diatara angka 1 satu jadi dapat disimpulkan bahwasanya tidak terjadi Multikolo-
nieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang
diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan kepengamatan yang lainnya
Santoso, 2005:242. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi
138
Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Tabel 8 Hasil Estimasi Penelitian
B R
R
2
F
hitung
F
tabel
t
hitung
t
tabel
Konstan 140559.601
.984 .967
1354.447 3.10
X
1
1.114 28.489
1.661 X
2
1.076 12.342
1.661
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah 2013
Tabel 9 Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics R Square
Change F
Change df1
df2 Sig. F
Change
1 .984
a
.968 .967
274786.922 .968 1354.477
2 90
.000 a. Predictors: Constant, Berapa simpanan tabungan saudara perbulan?, Berapa Pengeluaran
Komsumsi Rumah Tangga anda per bulan? b. Dependent Variable: Berapa pendapatan saudara per bulan?
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Tabel 10 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koeisien Korelasi
Interval Koeisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 0,20-0,399
0,40-0,599 0,60-0,799
0,80-1,000 Sangat Rendah
Rendah Sedang
Kuat Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono 2004:183.
Tabel 11 Hasil Uji F Simultan
ANOVA
b
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
2.045 2
1.023 13547.477
.000
a
Residual 6.796
90 7.551
Total 2.113
92
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013
Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
139
Heteroskedastisitas. Suatu regresi dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas apabila titik-titik me-
nyebar secara acak serta tersebar baik diatas mau- pun dibawah angka nol pada sumbu Y.
Berdasarkan Graik Scaterplot dapat di lihat bahwasanya titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model re- gresi, sehingga model regresi layak digunakan un-
tuk memprediksi pendapatan masyarakat didesa
Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseu- mawe berdasarkan masukan dari variabel inde-
penden konsumsi rumah tangga dan tabungan. Hasil estimasi model penelitian dari pengaruh
konsumsi rumah tangga dan tabungan terhadap pendapatan masyarakat desa Panggoi Kecamatan
Muara Dua Kota Lhokseumawe seperti terlihat pada Tabel 8.
Dari hasil koeisien regresi, maka diperoleh persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Y = 140559.601 + 1.114 X
1
+ 1.076 X
2
+ e
1. Nilai konstanta sebesar 140559.601, men- unjukan bahwa jika variabel independen
yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan tabungan dianggap konstan maka pendapatan
masyarakat adalah sebesar 140559.601. 2. Koeisien Regresi konsumsi rumah tangga
dengan nilai sebesar 1.114 menunjukan bah- wa setiap terjadinya peningkatan Pengeluaran
Konsumsi sebesar 1 maka akan meningkatkan Pendapatan Masyarakat 1.114.
3. Koeisien Regresi Tabungan dengan nilai sebesar 1.076 menunjukan bahwa setiap
peningkatan tabungan sebesar 1 maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat sebe-
sar 1.076. Koeisien korelasi R adalah bertujuan un-
tuk melihat dan mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas yang terdiri dari komsumsi
rumah tangga dan tabungan dengan pendapatan masyarakat sebagai variabel terikat. Dari hasil
output SPSS model summary sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel maka dapat dilihat koe-
isien R korelasi sebesar 0,984 98.4 yang menunjukkan hubungan antar variabel adalah
positif dan sangat kuat 0,80-1,000, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10.
Koeisien Determinasi R
2
adalah untuk men- gukur seberapa besar kemampuan dari model
dalam menerangkan variasi variabel dependen yakni kemampuan dari variabel independen yang
terdiri dari konsumsi rumah tangga dan Tabungan mempengaruhi Pendapatan Masyarakat di Desa
Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseu- mawe yang dalam hal ini digunakan adalah koe-
isien determinasi Adjusted R Square yang telah disesuaikan adjusted- R
2
. Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang
diperlihat pada Tabel diatas diperoleh hasil nilai adjusted R
2
Square sebesar 0,967 atau 96,7 . Hal ini menunjukkan bahwa 96,7 besarnya
nilai pendapatan masyarakat dapat dijelaskan oleh variabel independen atau konsumsi rumah tang-
ga dan tabungan sedangkan sisanya 3,3 dipen- garuhi oleh variabel yang lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa konsumsi
rumah tangga dan tabungan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat desa Panggoi Kecamatan
Muara dua Kota Lhokseumawe.
Hasil Pengujian Silmultan Uji F
Dalam pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan pengujian secara serempak atau secara
bersama-sama. Pengujian secara serempak atau uji F dilakukan untuk menguji pengaruh dari vari-
abel bebas dalam hal ini adalah konsumsi rumah tangga dan tabungan terhadap variabel terikat yai-
tu pendapatan masyarakat. Pengujiannya meng- gunakan kriteria bila F
hitung
lebih besar dari F
tabel
pada ά b = 0.05 maka hipotesis yang menyata- kan bahwa konsumsi rumah tangga dan tabungan
mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara dua Kota Lhokseumawe dapat
diterima. Pengujian secara serempak terhadap semua
variabel yang diobservasi dengan uji F. Hasil pengujian ditemukan bahwa nilai F
hitung
sebesar
140
Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i
1354.477 jauh lebih besar dibandingkan nilai kri- tis F
tabel
distribusi yang hanya sebesar 3.10 dengan tingkat signiikansi 0.000. Hal ini bermakna bah-
wa hasil penelitian ini menerima H
i
dan menolak H
o
, yang berarti secara simultan variabel konsum- si rumah tangga dan tabungan berpengaruh terha-
dap pendapatan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe.
Hasil Pengujian Parsial Uji - t
Pengaruh variabel konsumsi rumah tang- ga dan variabel tabungan terhadap pendapatan
masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe akan diukur dari nilai koeisien
regresinya. Jika koeisien regresi positif berarti pengaruhnya positif dan jika koeisien regresinya
negatif berarti pengaruhnya negatif. Untuk men-
guji pengaruh secara parsial di dari nilai t
hitung
den- gan t
tabel
tersebut signiikan atau tidak, diukur dari koeisien t
hitung
dari masing-masing variabel inde- penden. Jika t
hitung
lebih besar dari t-tabel berarti pengaruh tersebut signiikan. Jika t
hitung
lebih kecil dari t-tabel berarti pengaruh tersebut tidak signii-
kan. Untuk mengetahui hasil uji t dapat dilihat pada Tabel diatas. Dari Tabel tersebut diketahui
hasil nilai t
hitung
variabel konsumsi rumah tangga X
1
sebesar 28.489 sedangkan t
tabel
= 1.661. Jadi, 28.489 1.661 dengan nilai signiikansi sebesar
0,000 0,05 artinya bahwa secara parsial kon- sumsi rumah tangga berpengaruh terhadap penda-
patan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe.
Selanjutnya nilai t
hitung
variabel Tabungan X
2
sebesar 12.342 sedangkan t
tabel
= 1.661 12.342 1.661 dengan nilai signiikansi sebesar 0,000
0,05 artinya bahwa secara parsial Variabel tabun- gan berpengaruh terhadap pendapatan Masyarakat
Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseu- mawe.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut: 1. Nilai koefesien korelasi diperoleh sebesar
0,984 98.4, yang berarti bahwa hubungan yang terjadi antara variabel konsumsi rumah
tangga dan tabungan terhadap pendapatan masyarakat didesa Panggoi Kecamata Muara
Dua kota Lhokseumawe adalah berhubungan sangat kuat hal ini menunjukan bahwa Pen-
dapatan Masyarakat sangat ditentukan oleh adanya pengeluaran konsumsi rumah tangga
dan tabungan. 2. Hasil perhitungan nilai adjusted R
2
Square diperoleh sebesar 0,967 atau 96,7 . Sehingga
berdasarkan hal tersebut penulis dapat meny- impulkan bahwa konsumsi rumah tangga dan
tabungan berpengaruh terhadap Pendapatan Masyarakat didesa Panggoi Kecamatan Muara
Dua Kota Lhokseumawe.
SARAN
1. Sebaiknya untuk kepala keluarga yang ada didesa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota
Lhokseumawe agar sedikit mengurangi kon- sumsi sehingga nantinya dapat meningkatkat
tabungan bagi keluarga anda. 2. Sebaiknya harus senantiasa memperhatikan
pendapatan dan pengeluaran agar dapat men- cengah terjadinya utang.
3. Diharapkan penelitian ini menjadi referensi yang bermamfaat bagi para peneliti yang ingin
melanjutkan penelitian ini dengan menambah variabel atau mengganti variabel independen
dengan variabel-variabel lain.
Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
141 ReFeRenSI
Alma, Bukhari 2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Penerbit CV. Alfa Beta,
Bandung
Arikunto, Suharsini 2005, Manajemen Penelitian. Edisi ketujuh, Rineka Cipta. Jakarta
Harahap, Sofyan Syafri 2002. Akutansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara: Jakarta
Kasmir 2002 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Graindo Persada. Jakarta
Nanga, Muana 2005. Makro ekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan, Jakarta : PT. Raja Graindo
Persada. Prakarsa, Jazuli www.pengertiankonsumsi.com Jakarta 2009
Supriana dalam Skripsi Nurhikmah Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kon-
sumsi rumah tangga “Kelurahan Aek Kota Batu Kec nA-IX-X Kab Labuhan Batu Utara. Fakultas ekonomi. USU
Sadono, Sukirno 2002 “Pengantar Ekonomi Makro”. Cetakan ketiga belas. Raja Graindo. Jakarta.
Sadono, Sukirno 2004. Uang dan Bank, BPFe. Yogyakarta
Samuelson, P.A., W.D Nordhaus 2004 ekonomi, edisi Kedua belas, Jilid 1, diterjemahkan oleh A.
Jaka Wasana. Penerbit Erlangga
Santoso, Purbayu Budi 2005. Analisis Statistik dengan MS Excel dan SPSS, Andi. Yogyakarta.
Suharno 2006 Mikro ekonomi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
www.pengertianpendapatan.com Di akses 23 September 2012
142
Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
143
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada
Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia
Corporate governance’s has begun from agency theory that principal as entity’s owner give an authority to agent. The separate authority be-
tween ownership and management would make any different of interest both of them that may make potential conlict. Corporate governance’s perspec-
tive will control the behavior a ixed the conlict among company stake- holder. The reserch about corporate governance’s perspective toward the
perfomance has commonly focused, but any indings show inconsistency re- sult. Further reconciliation of this result, it’s interesting to make research with
different object. This research has purpose to ind any empirical evidence about inluence corporate governance’s mechanism implementation to-
ward to performance of Telecomunication at Bursa Efek Indonesia BEI. The population is corporate listed Telecomunication at Bursa Efek Indonesia
BEI that chooses for 2008-2011 as the sample. Purposif sampling has used to take this sample data. Hypothesis testing used regression analysis. Result
show that corporate governance’s mechanisms that proxymate by independ- ent, otherwise commissioner and audit committee have positively and sig-
niicant inluence, but variabel institutional ownership has negatively and significant influence, commissioner has no significantly influence of
implementation toward to performance of Telecomunication. Generally this result indicating that Indonesian’s banking has begin to implementing corpo-
rate governance’s perspective toward increasing company performance and protect principal interest.
Keywords: Corporate governance’s mechanism, institutional owner- ship, commissioner activities, independent commissioner, audit
committe, CFROA.
M u r h a b a n
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe
JURNAL VISIONER STRATEGIS
Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864
p. 143-160
144
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
PENDAHULUAN
Topik mengenai good corporate governance mulai mengemuka beberapa tahun terakhir diawa-
li dengan terjadinya krisis ekonomi pada perten- gahan tahun 1997 yang melanda sebagain besar
wilayah dunia termasuk Indonesia dan Negara- negara di Asia Timur lainnya. Di Indonesia krisis
tersebut mengakibatkan luktuasi yang luar biasa pada nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Kondisi tersebut berdampak terhadap pertumbu- han ekonomi, tahun 1998 pertumbuhan ekonomi
Indonesia mencapai titik terendah sejak era Soe- harto yakni minus 13.
Menurut Harahap 2003, krisis Asia sebe- narnya terkait dengan masalah fundamental di
dalam struktur ekonomi masing-masing Negara. Selain dipicu oleh aspek luar, terjadinya krisis
juga disebabkan lemahnya aspek internal seperti : kurangnya pengawasan kelembagaan, praktek
perbankan yang bersifat tradisional, keputusan investasi yang kurang tepat. Pendapat lain men-
yatakan bahwa terjadinya krisis ekonomi juga disebabkan karena lemahnya penerapan prin-
sip goodcorporate governance oleh manajemen dalam praktik bisnis, Damiri, 2004; Tjager et al,
2003. Oleh karena itu, good corporate govern- ance menjadi salah satu bahasan penting dalam
rangka mendukung pemulihan ekonomi dan per- tumbuhan ekonomi yang stabil di masa yang akan
datang. Menurut kajian yang dilakukan dari Janne
Vaananen 2005, isu good corporate governace dilatarbelakangi adanya teori agencyagency
theory yang menyatakan bahwa permasalahan agencyagency problem muncul ketika kepengu-
rusan suatu perusahaan terpisah dari pemiliknya. Dewan komisaris dan Direksi yang berperan seba-
gai agent dalam suatu perusahaan diberi kewenan- gan untuk mengurus jalanya perusahaan dan
mengambil keputusan atas nama pemilik, namun agen tersebut mempunyai kepentingan yang ber-
beda dengan pemegang saham pemilik. Sedan- gkan menurut Tjager et al, 2003, agency prob-
lemyang muncul sebagai akibat adanya hubungan antara agent dengan principal terjadi ketika tim-
bul konlik antara harapan dan tujuan pemilik pemegang saham dan para direksi top manage-
ment, para pemilik mengalami kesulitan untuk memferivikasi apa yang sesungguhnya dikerjakan
manajemen dan juga ketika pemilik dan direksi mempunyai sikap yang berbeda terhadap resiko.
Selain itu, menurut Tjager et al 2003 menya- takan bahwa sentralisasi isu good corporate gov-
ernace juga dilatarbelakangi beberapa permasala- han diantaranya adanya tuntutan akan transparansi
dan independensi. Tuntutan akan transpransi dan independen ini terlihat dari adanya tuntutan agar
perusahaan memiliki lebih banyak komisaris inde- penden yang mengawasi tindakan-tindakan para
eksekutif. Dalam upaya mengatasi berbagai fenomena
bisnis tersebut dibutuhkan suatu mekanisme atau cara kerja secara tersistem untuk memantau ter-
hadap seluruh kebijakan yang diambil. Menurut Chamlao 2000:39, Mekanisme good corporate
governance di anggap sebagai solusi dari ber- bagai permasalahan tersebut. Mekanisme good
corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yangjelasantara
pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang melakukan kontrolpengawasan terhadap
keputusan tersebut.
Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mengawasi berarti melihat
dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan kenyataan sesuai dengan yang seharusnya
dilaksanakan rencana. Chamlao 2000:46, megungkapkan bahwa mekanisme dalam penga-
wasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism.
Internal mechanism adalah cara untuk mengenda- likan perusahaan dengan menggunakan struktur
dan proses internal seperti dewan komisaris dan komisaris idependen. Oleh sebab itu praktik cor-
porate governance yang paling eisien dan biaya yang paling murah sebenarnya adalah melalui
mekanisme internal dengan meningkatkan per- an dewan komisaris, menciptakan kompensasi
kepada manajemen dan pola kepemilikan, ka- rena dengan mekanisme ini setiap pihak dewan
komisaris atau pengendali yang terlibat dalam pengendalian perusahaan segera dapat bertindak
untuk mencegah jika munculnya konlik kepent- ingan antara manajer dengan pemegang saham
Lukviarman, 2004. Sedangkan external mech-
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
145
anism adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal,
seperti pengendalian perusahaan seperti komite audit dan kepemilikan institusional serta mekan-
isme pasar yang akan mendisiplinkan kinerja pe- rusahaan yang buruk, relative tidak dapat berperan
dengan baik di Indonesia. Hal ini disebabkan ka- rena pasar modal Indonesia relative masih kecil,
kurang berkembang, kurang likuid dan tidak kuat, sehingga kurang berfungsi dalam mendisiplinkan
dan mengontrol manajemen melalui mekanisme market for corporate control Lukviarman, 2004.
Menurut Midiastuty dan Machfoedz 2003:53, kepemilikan institusional adalah salah
satu mekanisme good corporate governance uta- ma yang membantu mengendalikan pemisahaan
antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan, sehingga emiten dapat memastikan dana yang di
investasikan perusahaan tepat sasaran memesti- kan manajer bertidak sesuai dengan keinginan
perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja peru-
sahaan dan menghasilkan return yang besar bagi emiten.Menurut Tjager et al secara teoritis praktek
good corporate governance dapat meingkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kin-
erja keuangan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cendrung mengun-
tungkan diri sendiri, dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan in-
vestor. Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa value yang dihasilkan dari penerapan good
corporate governance yang baik antara lain berupa kemampuan perusahaan untuk menciptakan kiner-
ja keuangan yang baik dan diikuti oleh reaksi pasar yang positif akibat meningkatnya kepercayaan in-
vestor terhadap performance perusahaan. Pradhono 2004:5 megungkapkan bahwa,
arus kas cash flow menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan
serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusa-
haan dan Cornett et.al, 2006:75 mengungkap- kan bahwa
Cashlow return on assets CFROA merupakan salah satu pengukuran kinerja perusa-
haan yang menunjukkan kemampuan aktiva peru- sahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA
lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja pe- rusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan
harga saham. Berdasarkan latar belakang perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance komisaris
independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional se-
cara parsial terhadap kinerja keuan- gan pada perusahaan di Bursa Efek
Indonesia? 2. Apakah terdapat pengaruh mekanisme good
corporate governance komisarisindepend- en, dewan komisaris, komite audit dan
kepemilikan institusional secara simultan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
di Bursa EfekIndonesia?
TINJAUAN TEORITIS Good Corporate governance GCG mun-
cul karena terjadi pemisahan antara kepemi- likan dengan pengendalian perusahaan, atau
seringkali dikenal dengan istilah masalah kea- genan. Midiastuty dan Machfoedz 2003:53,
menyatakan bahwa:Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan mana-
jer adalah sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih
atau diinvestasikan pada proyek yang tidak men- guntungkan sehingga tidak mendatangkan return,
sehingga dibutuhkan good corporate govern- ance untuk mengurangi permasalahan keagenan
antara pemilik dan manajer.Sebagai salah satu konsep, good corporate governance ternyata
tidak memiliki defmisi tunggal. Menurut, Monks 2003:112:Good corporate governance secara
adalah merupakan sitemyangmengatur dan mengendalikan perusahaan yang dapat mem-
berikan nilaitambah value added untuk semua stakeholder.Good corporate governance GCG
menurut Komite Nasional Kebijakan Govern- ance 2006 adalah salah satu pilar dari sistem
ekonomi pasar. Good Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terha- dap iklim usaha suatu negara.
146
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mengawasi berarti melihat dan
memperhatikan apakah yang dilaksanakan keny- ataan sesuai dengan yang seharusnya dilaksan-
akan rencana. Chamlao 2000:46, megung- kapkan bahwa mekanisme dalam pengawasan
corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal
mechanism adalah cara untuk mengendalikan pe- rusahaan dengan menggunakan struktur dan pros-
es internal seperti dewan komisaris dan komisa- ris idependen. Sedangkan external mechanism
adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti
pengendalian perusahaan seperti komite audit dan kepemilikan institusional serta mekanisme pasar.
Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Govern- ance
Komite Cadbury mendeinisikan Good Cor- porate Governance I Nyoman
Tjager et al, 2003:65 memberikan pengertian Good Corpo-
rate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perushaan dengan tujuan,
agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan,
untuk menjamin kelangsungan eksistennsinya dan pertanggung jawaban kepada steakholders hal ini
berkaitan dengan peraturan kewenangan pemi- lik, direktur, manajer, pemegang saham.
Prinsip-prinsip dasar dari good corporate gov- ernance GCG, yang pada dasarnya memiliki
tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kin- erja suatu perusahaan. Ada beberapa prinsip yang
dibutuhkan untuk membangun suatu budayabis- nis yang sehat, yaitu yang dikenal dengan isti-
lah prinsip dasar good corporate governance. Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN Kep-
117M-MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002 pasal 3 tentang penerapan praktik Good Corporate
Governance bagi perusahaan terdapat lima prin- sip GCG meliputi:
1. Transparansi transparency, yaitu keterbu- kaan dalam melaksanakan proses pengambi-
lan keputusan dan keterbukaan dalam menge- mukakan informasi meteriil dan relevan
mengenai perusahaan. 2. Kemandirian independency, yaitu suatu
keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh maupun tekanan dari pihak mana- pun yang tidak sesuai dengan peraturan pe-
rundang-undangan yang berlaku dari prinsip- prinsip korporasi yang sehat.
3. Akuntanbilitas accountability,yaitu kejela- san fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawa-
ban organisasi sehingga pengelolaan perusa- haan terlaksana secara efektif.
4. Pertanggungjawaban responsibility, yaitu kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang se-
hat. 5 Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kes-
etaraan dalam memenuhi hak-hak stakehold- ers lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang ber- laku.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpul- kan bahwa pada dasarnya prinsip-prinsip good
corporate governance antara lain yaitu: transpar- ansi, independensi, akuntabilitas, pertanggung-
jawaban, dan kewajaran. Prinsip-prinsip tersebut sebaiknya diimbangi dengan good faith bertin-
dak atas itikad baik dan kode etik perusahaan serta pedoman GCG, agar visi dan misi perusa-
haan yang berwawasan nasional dan internasional dapat terwujud. Pedoman GCG yang telah dibuat
oleh Komite Nasional Corporate Governance KNCP hendaknya dijadikan kode etik peru-
sahaan yang dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk melaksanakan GCG secara konsisten
dan konsekuen. Hal ini penting mengingat kecend- erungan aktivitas usaha yang semakin mengglob-
al dan dapat dijadikan sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan
yang lebih baik.
Kinerja Keuangan Perusahaan
Ndaruningpuri 2005:54berpendapat bah- wa pengukuran kinerja hendaknya mengguna-
kan atau mengintegrasikan dimensi penguku- ran yang beragam. Sampai saat ini masih muncul
perdebatan tentang pendekatan yang tepatbagi konseptualisasi pengukuran kinerja organisasi.
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
147
Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, dibutuhkan beberapa rasio keuangan.
Ada tiga macam ukuran yang dapat diguna- kan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif
Hanai, 2003:76, yaitu: 1 Ukuran kriteria tung- galukuran kriteria tunggal single criteria ada-
lah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer; bUkuran
kriteria beragam ukuran kriteria beragam multiple criteria adalah ukuran kinerja yang mengguna-
kan berbagai macam ukuran untuk menilai krite- ria manajer. Kriteria ini mencari berbagai aspek
kinerja manajer, sehingga manajer dapat diukur kinerjanya dari beragam kriteria; dan c Uku-
ran kriteria gabungan ukuran kriteria gabungan composite criteria adalah ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran, untuk memperhitungkan bobot masing-masing ukuran
dan menghitung rataratanya sebagai ukuran yang menyeluruh kinerja manajer.
Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusa- haan diukur dengan CFROA Cash Flow Return
On Asset. Dalam hal menilai kinerja keuangan arus kas mem punyai nilai lebih untuk menjamin
kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Pradhono 2004:78 mengatakan bahwa
arus kas Cash Flow menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan
serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan perusahaan.
Menurut Darmaji 2008:72 mengungkapkan bahwa rasio ROA merupakan rasio keuangan pe-
rusahaan yang berhubungan dengan proitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan atau laba proitabilitas pada ting- kat pendapatan, asset dan modal saham tertentu.
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusa- haan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap
satu rupiah asset yang digunakan. Dengan rasio ROA investor bisa menilai apakah perusahaan
ini efisien dalam memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio
ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas proitabilitas perusahaan karena menunjukkan
efektivitas manajemen dalam menggunakan ak-
tiva untuk memperoleh pendapatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan di sektor telekomunikasi yang tedaftar di Bursa Efek
Indonesia yang menerapkan mekanisme good cor- porate governance selama periode 2008-2011.
Menurut Nazir 2005:271 populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ci-
ri-ciri yang telah ditetapkan. Sedangkan menu- rut
Margono 2004:118 populasi adalah seluruh
data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ru- ang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi,
populasi berhubungan dengan data bukan dengan manusianya. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan pada sektor telekomuni- kasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
dengan periode tahun 2008-2011 berjumlah 6 peru- sahaan yang dimuat dalam situs resmi BEI yaitu
www.idx.com yang diperbaharui 16-11-2011. Sugiyono 2008:116 menyatakan bahwa
sampel adalah sebagian dari jumlah dan karak- teristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method.
Menurut Sugiono 2008:124, purposive sampling method yaitu penentuan sampel atas dasar kes-
esuaian karakteristik dan kriteria tertentu. Ada- pun kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai
berikut: 1. Emiten berada pada sektor telekomunikasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia se- lama periode 2008-2011.
2. Emiten mempublikasikan laporan keuangan semesteran untuk periode 30 Juni dan 31 De-
sember 2008-2011. 3. Laporan keuangan yang di sajikan perusahaan
dalam rupiah. 4. Emiten memiliki data lengkap mengenai struk-
tur kepemilikan, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit serta data yang
diperlukan untuk kinerja keuangan perusa- haan tersebut sesuai dengan varibel yang akan
diteliti. 5. Perusahaan yang tidak mengalami keru-
gian selama tahun 2008-2011 karena hal tersebut akan memungkinkan hasil perhitun-
gan menjadi bias.
148
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 4 peru-
sahaan, karena PT. Inovision Infracom. Tbk men- galami kerugian pada tahun 2010 dan PT. Mo-
bile-8 Telecom mengalami kerugian tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2008 sampai dengan
2010, maka kedua perusaaan ini tidak dapat di- jadikan sampel penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi
pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang
berkaitan dengan topik pembahasan dari peneli- tian ini. Sedangan dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi
sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa laporan keuangan se- mesteran yaitu pada periode 2008-2010. Menurut
Sekaran, 2000:34, data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu
dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu, cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu dengancara mengumpulkan, mencatat, dan meng-
kaji data sekunder yang berupa laporankeuangan auditan perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI
melalui IDX statistix 2008-2011.
Operasionalisasi Variabel Dewan Komisaris Independen
Menurut peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia mengenai komisaris inde-
penden, ditetapkan jumlah komisaris independen proposional dengan jumlah saham yang dimiliki
oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-
kurangnnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris.
Menurut Mas’ud Machfoedz 2003:64, komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak berailiasi dengan manaje- men, anggota dewan komisaris lainnya dan pe-
megang saham pengendali, serta bebas hubun- gan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi
kepentingan perusahaan. Proporsi komisaris inde- penden menurut Effendi 2008:35, diukur ber-
dasarkan jumlah anggota komisaris independen yang terdapat dalam proil perusahaan tersebut.
Dewan Komisaris
Menurut Mas Ahmad Damiri 2004:63 de- wan komisaris merupakan bagian dari organ pe-
rusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi. Proporsi de- wan komisaris menurut Effendi 2008:35, diukur
berdasarkan jumlah anggota dewan komisaris yang terdapat dalam proil perusahaan tersebut.
Komite Audit
Menurut Bapepam No. Kep-29M2004, komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris dalam rangka membantu melak- sanakan tugas dan fungsinya”. Menurut Pranata
2007:45 variabel komite audit dapat diukur den- gan jumlah anggota komite audit yang terdapat
dalam proil perusahaan tersebut.
Kepemilikan Institusional
Shien, et.al. 2006:72 mengungkapkan bahwa
kepemilikan institusional merupakan kepemi- likan saham olehpemerintah, institusi keuangan,
institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir
tahun. Beiner, et.al, 2003:45 mengungkapkan bahwa variabel kepemilikan intitusional dapat di-
ukur dari jumlah persentase kepemilikan saham yang dimilki oleh institusional.
Kinerja Keuangan Perusahaan
Variabel kinerja keuangan perusahaan di- ukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu
data yang berasal dari laporan keuangan. Kin- erja keuangan dalam penelitian ini diukur den-
gan menggunakan Cash Flow Return On Asset CFROA. Menurut ComQttet.al, 2006:67 Cash
Flow Return On Asset CFROA merupakan salah satupengukuran kinerja perusahaan yang
menunjukkankemampuan aktivaperusahaan
untuk menghasilkan laba operasi. Isnanta,
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
149
2008:54, mengungkapkan bahwa CFROA dihi- tung dari laba sebelum bunga dan pajak ditam-
bah depresiasi dibagi dengan total aktiva. Darmaji 2008:126 mengungkapkan bahwa
CFROA dapat dihitung dengan rumus turunan yaitu sebagai berikut:
CFROA = EBIT + DEP
Total Aktiva
Dimana : CFROA =
Cashlow return on assets EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak
AKTIVA = Total aktiva Dep = Depresiasi
Metode Analisis Data
Menurut Nurgiyantoro dkk. 2004:42, analisis statistik deskriptif merupakan teknik
deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji
hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan
perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Mean
digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar data yang bersang- kutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum di-
gunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Minimum digunakan untuk
mengetahui jumlah terkecil data yg bersangkutan.
Teknik Pengujian Data
Metode analisis data yang digunakan ada- lah model analisis regresi berganda dengan
bantuan software SPSS for window sversi 17.0. Penggunaan metode analisis regresi dalam pen-
gujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau
tidak. Pengujian meliputi uji normalitas, uji mul- tikolinearitas, uji heteroskesdastisitas dan uji au-
tokolerasi.
Pengujian Hipotesisi
Peneliti ini merumuskan hipotesis dan kemu- dian akan dilakukan pengujian atas hipotesis
tersebut untuk mebuktikan apakah hipotesis terse- but ditolak atau diterima. Setiap hipotesis variabel
independent akan diterima atau ditolak ditentukan dari tanda positif atau negatif dan signiikan koe-
isien regresinya, setelah dilakukan pengujian ter- hadap model regresi. Untuk menguji signiikasnsi
model digunakan alat uji ANOVA F-test dan un- tuk menguji signiikansi koeisien regresi diguna-
kan uji t-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif bertujuan untuk mem- berikan gambaran atau deskripsi dari suatu data
yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, dan
standar deviasi dari masing-masing variabel. Tabel 1 menunjukkan nilai minimun variabel
CFROA adalah 0,17 dan nilai maksimum 1,27 dengan nilai rata-rata sebesar 0,64, sedangkan
standar deviasinya adalah 0,32. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel
CFROA tergolong baik karena nilai standar devi- asinya dibawah 2,5 yaitu hanya 0,32.
Pengukuran statistik deskriptif selanjutnya yaitu terhadap mekanisme good corporate gov-
ernance yang diukur dengan 4 variabel yaitu komisaris independen, dewan komisaris, komite
Tabel 1 Statistik data penelitian
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
CFROA 32
0.17 1.27
0.64 0.32
KI 32
0.69 1.39
0.97 0.30
DK 32
1.61 2.30
1.90 0.31
KA 32
1.39 1.95
1.62 0.18
KIN 32
2.60 4.61
4.15 0.62
Valid N listwise 32
Sumber : Data diolah 2012
150
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
audit, dan kepemilikan institusional. Pertama adalah variabel komisaris independen nilai mini-
mumnya sebesar 0,69 dan nilai maksimun 1,39 dengan nilai rata-rata komisaris independennya
sebesar 0,96 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,30. Dari hasil tersebut dapat disimpul-
kan bahwa seberan data variabel komisaris inde- penden tergolong baik karena nilai standar devias-
inya dibawah 2,5 yaitu 0,30. Pengukuran yang kedua yaitu variabel dewan
komisaris mempunyai nilai minimum sebesar 1,61 dan maksimun sebesar 2,30 dengan nilai rata-rata
1,90 sedangkan nilai standar deviasinya sebe- sar 0,31. Dari hasil tersebut dapat disimpul-
kan bahwa seberan data variabel dewan komisa- ris tergolong baik karena nilai standar deviasinya
masih dibawah 2,5 yaitu 0,31. Pengukuran yang ketiga yaitu variabel
komite audit mempunyai nilai minimum sebe- sar 1,39 dan maksimun sebesar 1,95 dengan nilai
rata-rata 1,62 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,18. Dari hasil tersebut dapat disimpul-
kan bahwa seberan data variabel komite audit ter- golong baik karena nilai standar deviasinya masih
dibawah 2,5 yaitu 0,18. Pengukuran variabel mekanisme GCG yang
terakhir yaitu variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai minimum sebesar 2,60 dan mak-
simun sebesar 4,61 dengan nilai rata-rata 4,15 se- dangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,62. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seberan data variabel dewan komisaris tergolong baik ka-
rena nilai standar deviasinya masih dibawah 2,5 yaitu 0,62.
Normal P-fPlot of Regression Standardized Residual Dependent Variabel: CFROA
Gambar 1. Normality Probability Plot
Sumber : Data Diolah 2012
Histogram Normalitas Data
Gambar 2. Normality Probability Plot
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
151 Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Menurut Ghozali 2006:147 uji normalitas dapat dideteksi dengan dua cara yaitu: analisis
graik Normal P-Plots dan histogram dan anali- sis statistik melalui uji Kolmogrov Smirnov K-s.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan alat ban- tu komputer yang menggunakan program SPSS
17.00, dapat dilihat hasil seperti pada Gambar 1. Ghozali 2006:148 mengungkapkan bahwa
ketentuan graik normality probability plot jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas dan Menurut San-
toso 2004:166 mengungkapkan bahwa uji nor- malitas dapat diketahui dengan melihat distribusi
data pada histogram dengan bentuk lonceng bell shaped. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kanan
dan ke kiri.Berdasarkan hasil output SPSS 17.0 pada di atas menunjukkan bahwa data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan bahwa hasil data berben-
tuk lonceng dan tidak melenceng ke kanan dan ke kiri yaitu -2 ke 2 sejajar. Dari kedua hasil
out put grafik SPSS 17.0 diatas dapat disim- pulkan bahwa data dalam model regresi pe-
nelitian ini berdistribusi normal. Adapun pengujian normalitas dengan meng-
gunakan analisis statistik melalui uji Kolmo- grov Smirnov K-s dengan alat bantu komput-
er yang menggunakan program SPSS 17.0, dapat dilihat pada Tabel 2.
Menurut Ghozali 2006:149 mengungka- pkan bahwa ketentuan uji Kolmogrov Smirnov
K-s jika nilai signiikan 0,05 maka distribusi data normal. Berdasarkan hasil output SPSS 17.0
dari Table di atas terlihat bahwa nilai Kolmogrov Smirnov K-s adalah 0,424 dengan Asymp. Sig.
2-tailed sebesar 0.994 0.05 maka dapat di- simpulkan bahwa bahwa data dalam penelitian
berdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali 2006:125, heteroskedas- tisitas dapat dilihat melalui graik plot antara
nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada graik ditunjukkan dengan ti-
tik-titik menyebar secara acak tanpa pola yang
jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regre- si. Selain menggunakan graik scatterplots. Ber-
dasarkan hasil uji Heteroskedastisitas dengan alat
bantu komputer yang menggunakan program SPSS 17.00.
Dengan melihat Gambar 3 terlihat bahwa tidak adanya polayang jelas, serta titik-titik me-
nyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, mak- adapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisi-
tas pada model regresi ini.
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk men- guji apakah terdapat korelasi antar variabel in-
dependen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolonier-
itas. Cara mendeteksi terhadap ada tidaknya mul- tikolonieritas menurut Ghozali, 2006:95 dengan
melihat nilai tolerance dan variance inlation
factor VIF, Menurut Ghozali 2006:96 suatu
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Analisis Statistik Melalui Uji Kolmogrov Smirnov K-S
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parameters
a
”
b
Mean .0000000
Std. Deviation .17025869
Most Extreme Differences Absolute
.075 Positive
.055 Negative
-.075 Kolmogorov-Smirnov Z
.424 Asymp. Sig. 2-tailed
.994 a.Test distribution is Normal.
b.Calculated from data.
152
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
Gambar 3 Tabel 3
Hasil Uji Multikolonieritas
Coeficients
3
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant KI
0.001 16.003
DK 0.001
10.654 KA
0.092 13.545
KIN 0.068
14.692 Dependent Variable: CFROA
Tabel 4 Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson
Model Summary
15
Model R
R Square Adjusted R Square
Durbin-Watson
1 .852
a
.725 .685
1.989 a. Predictors: Constant, KEI, KI, KA, DK
b. Dependent Variable: CFROA
Tabel 5 Hasil Analisis Regeresi Berganda
Coeficients”
Unstandardized Coeficients
Standardized Coeficients
Collinearity Statistics Model
B Std. Error
Beta T
Sig. Tolerance
VIF 1 Constant
13.577 3.759
3.612 0.001
KI -11.189
3.674 -10.350
-3.045 0.005
0.001 16.003
DK 11.442
3.628 10.742
3.154 0.004
0.001 10.654
KA 1.158
0.348 0.632
3.330 0.003
0.092 13.545
KIN 0.344
0.203 0.656
1.697 0.101
0.068 14.692
a.Dependent Variable: FROA
Tabel 6 Hasil Uji Koeisien Determinasi R
2
Model Sumary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 0.852
a
0.725 0.685
0.1824 1.989
a. Predictors: Constant, KIN, KI, KA, DK b. Dependent Variable: CFROA
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
153
model regresi yang bebas dari masalah multi- kolonieritas apabila mempunyai nilai tolerance
kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. Hasil dari uji multikolonieritas menggunakan
nilai tolerance dan nilai tolerance dan variance inflation factor VIF dengan menggunakkan
software SPSS 17.0 seperti terlihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel in-
dependen komisaris independen, dewan komisa- ris, komite audit dan kepemilikan institusional
lebih dari 10 dan nilai tolerancenyakurang dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel
independen dalam penelitian ini tidak menunjuk- kan adanya masalah multikolinier atau bebas mul-
tikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan
berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu
model regresi dilakukan melalui pengujian terha- dap nilai uji Durbin Watson Uji DW. Menurut
Singgih Santoso 2004:218 jika angka Dur- bin Watson berkisar antara -2 sampai dengan
+2 maka koeisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi sedangkan jika angka DW dibawah
-2 berarti terdapat autokorelasi negatif dan jika angka DW diatas +2 berarti terdapat autokore-
lasi positif. Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan alat bantu komputer yang menggunakan
program SPSS 17.0, seperti terlihat pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai statistik D-W sebe-
sar 1,989. Nilai statistik D-W sebesar 1,989 ter- letak diantara -2 dan +2, dapat disimpulkanbah-
wa tidak terjadi autokorelasi baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.
Analisis Regresi Linear Berganda
Uji regresi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independ-
en terhadap variabel dependen. Berdasarkan dari hasil Uji analisis regresi linier berganda dengan
alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.17.0, dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan hasil Tabel 5 maka dibuat persa- maan regresi sebagai berikut:
Y= 13,557- 11,189 X
1
+ 11,442 X
2
+l,158 X
3
+ 0,344 X
4
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa vari- abel komisaris independen X
1
berpengaruh ke arah negatif terhadap CFROA Kinerja Keuan-
gan Perusahaan sedangkan variabel dewan komisaris X
2
, komite audit X
3
dan kepemi- likan institusional X
4
berpangaruh positif terha- dap CFROA.
Uji Koeisien Determinasi R
Uji koeisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari koeisien
determinasi seperti terlihat pada Tabel 6, dapat
diketahui bahwa Adjusted R Square R adalah 0,725. Hal ini berarti bahwa 72,5 variable cash
low return on aseet CFROA sebagai penguku- ran kinerja keuangan perusahaan dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu mekanisme GCG yang diukur dari 4 variabel yaitu komisaris in-
dependen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional, sedangkan sisanya
sebesar 27,5 dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianalisis.
Uji Signiikansi Simultan Uji-F
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi vari- abel dependen. Dari hasil uji kesesuaian model
atau Uji-F dengan menggunakan alat ban- tuan komputer dengan program SPSS 17.0, For
Windows mengenaianalisis hubungan kesesuaian model, dapat dilihat pada Tabel 7.
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat signiikansi,
yaitu 0,000 lebih kecil dibandingkan tingkat signiikansi a 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel independen yaitu mekanisme
GCG komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional dalam
model penelitian ini secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
cash low return on aseet CFROA sebagai pengukuran kinerja
keuangan perusahaan.
154
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
Uji Signiikansi Parameter Individual Uji-t
Untuk menguji hipotesis maka analisis statis- tik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen yaitu mekanisme GCG komisaris independen, dewan komisaris, komite audit
dan kepemilikan institusional terhadap vari- abel dependennya yaitu cash flow return on
aseet CFROA sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Hasil uji-t dalam peneli-
tian dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil uji statistik t menunjuk-
kan bahwa dari empat variabel independen me- kanisme GCG yaitu komisaris independen,
dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional yang dimasukkan dalam model re-
gresi, hanya variabel komite audit , komisaris independen , dan dewan komisaris yang signii-
kan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
CFROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai proba- bilitas signiikansi untuk komite audit sebesar
0,003 a0,05, komisaris independen sebesar
0,005 a 0,05 dan dewan komisaris sebesar 0,004 a 0,05, Sedangkan satu variabel lainnya
yaitu kepemilikan intitusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan pe-
Tabel 7 Hasil Uji Simultan Uji-F.
Model Sum of
Squares Df
Mean Square
F Sig.
1 Regression 2.374
4 0.594
17.835 o.ooo
a
Residual 0.899
27 0.033
Total 3.273
31 a. Predictors: Constant, KIN, KI, KA, DK
b. Dependent Variable: CFROA
Tabel 8 Hasil Uji Signiikansi Parameter Individual Uji-t
Coeficients”
Model Unstandardized
Coeficients Standardized
Coeficients T
Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant 13.577
3.759 3.612
0.001 KI
-11.189 3.674
-10.350 -3.045
0.005 0.001
16.003 DK
11.442 3.628
10.742 3.154
0.004 0.001
10.654 KA
1.158 0.348
0.632 3.330
0.003 0.092
13.545 KIN
0.344 0.203
0.656 1.697
0.101 0.068
14.692 b. Dependent Variable: CFROA
rusahaan CFROA karena nilai signiikansinya 0,05 yaitu 0,101. Jadi dapat disimpulkan bahwa
variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari CFROA hanya mempengaruhi tiga
variabel mekanisme GCG yaitu komite audit, komisaris independen dan dewan komisaris.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan pula dengan perusahaan telah menerapkan good cor-
porate governance dengan baik terbukti memiliki pengaruh terhadap pengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Dengan peningkatan kin- erja keuangan perusahaan akan memperoleh be-
berapa manfaat salah satunya adalah peningkatan dalam produktivitas dan eisiensi serta kemuda-
han dalam memperoleh modal. Hal ini tentunya
akan dengan mudah perusahaan tersebut dalam meningkatkan kinerja operasinal perusahaan.
Dengan kemudahan memperoleh modal maka perusahaan dalam meningkatkan tingkat efekti-
itas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga secara tidak langsung dapat mempen-
garuhi kinerja perusahaan.
PEMBAHASAN Pengaruh Komisaris Independen Terhadap
Kinerja Perusahaan
Cornett et al,2006 mengungkapkan bah-
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
155
pektif teori agensi, dewan komisaris mewakili me- kanisme internal utama untuk mengontrol perilaku
oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan
manajer. Xie, Davidson, dan Dadalt 2003 juga menyatakan hal yang sama yaitu makin banyak
dewan komisaris maka pembatasan atas tinda- kan kecurangan dapat dilakukan lebih efektif,
sehingga kinerja akan meningkat. Dalam penelitian ini melalui analisis uji t,
dewan komisaris yang diproksi dengan jumlah anggota dewan komisaris yang ada dalam perusa-
haan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signiikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
dengan nilai signiikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari a 0,05. Dengan demikian, berdasar-
kan hasil penelitian menerima Hi dan menolak H
o
yang menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan CFROA pada tingkat sig- niikan 5. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pranata dan Mas’ud 2003, Cor-
nett et al, 2006, serta Darmawati 2003. Dalton dan Daily, 1999:76 mengungka-
pkan bahwa hubungan antara anggota dewan komisaris dengan kinerja keuangan serta nilai
perusahaan didukung oleh perspektif fungsi ser- vice dan kontrol yang dapat diberikan oleh dewan
komisaris. Fungsi service menyatakan bahwa de- wan komisaris dapat memberikan konsultasi dan
nasehat kepada manajemen dan direksi. Dengan menekankan pada fungsi aktivitas dewan komisa-
ris tersebut, peranan keahlian atau konseling yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan
suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar.
Fama 2003:78 juga mengungkapkan bahwa anggota dewan komisaris yang mempunyai keahl-
ian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi
dan penyelenggaraan perusahaan, dalam rangka mewujudkan kinerja yang prima dalam manaje-
men perusahaan. Sesuai dengan teori agensi, fungsi dewan
komisaris sesuai dengan peranannya akan mer- eduksi terjadinya agency cost yang tinggi. Dengan
adanya peningkatan pengawasan dan transpar- ansi akan berdampak pada penurunan informa-
wa secara teoritisdewan komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan atau outside
director dapat mengurangi tindakan oportu- nis manajemen, sehingga jika anggota dewan
komisaris independen meningkatkan tindakan pengawasan akan berhubungan dengan makin
rendahnya perilaku menyimpang yang dilakukan manajemen, yang pada akhirnya akan meningkat-
kan kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini melalui analisis uji t,
komisaris independen yang diproksi dengan jum- lah anggota komisaris independen yang ada dalam
perusahaan menunjukkan adanya pengaruh sig- niikan kearah negatif terhadap kinerja keuangan
perusahaan dengan nilai signiikansi sebesar 0,005 yang lebih kecil dari a 0,05. Dengan demikian,
berdasarkan hasil penelitian menerima Hi dan menolak H
o
yang menunjukkan bahwa variabel komisaris independen berpenagruh terhadap ki-
nerja keuangan perusahaan CFROA pada tingkat signiikan 5.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pe- nelitian yang dilakukan oleh, Bangun 2006
yang menemukan hasil yang kontradiksi yaitu komisaris independen berpengaruh negatif ter-
hadap kinerja keuangan perusahaan. Sylvia dan Sidharta 2005 juga menyatakan bahwa pengang-
katan dewan komisaris independen oleh perusa- haan mungkin hanya dilakukan untuk pemenu-
han regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance GCG
di dalam perusahaan. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil sur-
vai Asian Development Bank dalam Boediono 2005 yang menyatakan bahwa kuatnya ken-
dali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak in-
dependen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan menjadi
tidak efektif. Keberadaan komisaris independen ini tidak dapat meningkatkan efektiitas monitor-
ing yang dijalankan oleh komisaris.
Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan
Young et al, 2001:78, mengungkap bah- wa fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan
komisaris diambil dari teori agensi. Dari pers-
156
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
tion asymmetry, dan implikasinya monitoring cost pun juga akan mengalami penurunan, se-
hingga eisiensi perusahaan juga dapat terwujud. Hal ini didasarkan pada logika ketika manaje-
men ageri diawasi secara ketat oleh komisaris, mereka akan berupaya unutk menunjukkan kepada
komisaris principal bahwa mereka tidak akan menyalah gunakan kewenangan yang diberikan,
dan manajer akan berbuat demi kebaikan peru- sahaan. Kesadaran akan hal ini memunculkan
upaya efforts dari manajemen agar mereka dipercaya oleh principal. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menunjukkan itikad baik dan memberikan mewujudkan kinerja keuangan
perusahaan yang prima serta komprehensif kepada principal.
Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Perusahaan
Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sig-
niikan variabel komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signiikansi
sebesar 0,003 yang lebih kecil dari a 0,05. Den-
gan demikian, berdasarkan hasil penelitian mener- ima Hi dan menolak H
o
yang menunjukkan bahwa variabel komite audit berpenagruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan CFROA pada ting- kat signiikan 5.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nuryanah 2004, namun sesuai den-
gan hasil penelitian Felo 2003 dan Effendi 2005, Xie, Davidson, Dadalt 2003, Veronica
dan Bachtiar 2004, Wedari 2004, dan Wilopo 2004. Sehingga terbukti bahwa adanya komite
audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena dapat menekan ter-
jadinya penyimpangan-penyimpangan akuntansi yang sering dilakukan oleh banyak perusahaan di
Indonesia. Perusahaan telekomunikasi yang terdaftra di
BEI telah membentuk komite audit sesuai den- gan peraturan yang berlaku mengenai pembentu-
kan komite Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03 PM2000 dan No. Peng-4247BEJ-PEM 09-2002
terbukti dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan karena adanya peningkatan keper- cayaan investor terhadap akuntabilitas perusa-
haan tersebut. Dengan kata lain, investor mulai memperhatikan kepatuhan perusahaan dalam pen-
erapan mekanisme GCG, khususnya keberadaan komite audit dalam proses pengambilan keputusan
sehubungan dengan investasinya pada perusahaan tersebut.
Xie, Davidson, dan Dadalt 2003 menguji efektiitas komite audit dalam mengurangi per-
ilaku disfungsional yang dilakukan oleh pihak manajemen. Komite audit yang berasal dari luar
mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan kecurangan yang dilakukan oleh
pihak manajemen. Hal ini berarti komite audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu mekan-
isme corporate governance mampu mengurangi tindak manipulasi laba oleh manajemen. Dari
sini dapat terlihat bahwa komite audit yang ada di perusahaan perbankan telah menjalankan tugas
dengan semestinya dalam melakukan penga- wasan terhadap perusahaan dengan menjunjung
prinsip good corporate governance, transparansi, fairness, tanggung jawab, dan akuntabilitas
yang pada prosesnya dapat meningkatkan ki- nerja keuangandan nlai perusahaan.
Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusa-
haan akan lebih baik sehingga, konlik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Bradbury et.al, 2004 menyata-
kan bahwa komite audit bertugas membantu de- wan komisaris untuk memonitor proses pelaporan
keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan .Tugas komite audit
meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang dit- erapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian
internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam
pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen,
auditor eksternal dan auditor internal.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan
Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
kepemilikan institusional yang signiikan ter- hadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
157
signiikansi 0,101 yang lebih besar dari a 0,05. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian
menolak Hidan menerima H
o
yang menunjuk- kan bahwa variabel kepemilikan institusional
berpenagruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan CFROA pada tingkat signiikan
5. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Midiastuti dan Mas’ud 2003 dan Sam’ani 2007 yang menemukan bahwa tidak adanya pengaruh
antara kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Daryanto 2004: 89 megungkapkan bahwa kepemilikan institusional tidak berhasil menin-
gkatkan kinerja keuangan perusahaan tapi justru menurunkan nilai perusahaan karena investor in-
stitusional bukan pemilik mayoritas sehingga tidak mampu memonitor kinerja manajer secara baik.
Jika dilihat dari pola hubungannya, maka pen- garuhnya adalah negatif. Artinya, semakin tinggi
tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin rendah kinerja keuangan perusahaan
tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan atau konsep Porter 1999 yang mengatakan bahwa
kepemilikan institusional adalah pemilik sementa- ra dan lebih memfokuskan pada laba jangka pen-
dek current earnings Jika perubahan laba jangka pendek current earnings ini tidak dirasakan men-
guntungkan oleh investor, maka mereka akan me- likuidasi sahamnya. Oleh karena investor institu-
sional memiliki saham dalam jumlah yang besar, jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempen-
garuhi nilai saham secara keseluruhan dan kinerja keuangan perusahaan akan rendah.
KESIMPULAN
Penelitian ini untuk menguji pengaruh me- kanisme good corporate governance yang ter-
diri dari komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional
terhadap kinerja keuangan perusahaan teleko- munikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel komisaris independen, komite audit
dan dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keungan. Akan tetapi variabel kepemilikan institu-
sional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuan- gan. Adapun hasil penelitian secara ringkas dapat
dijabarkan sebagai berikut: 1. Penelitian ini memberikan hasil bahwa me-
kanisme GCG yang diteliti dari empat vari- abel yaitu komisaris independen, komite
audit, kepemilikan institusional dan dewan komisaris secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan cash low return on asset
CFROA perusahaan telekomunikasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Secara parsial penelitian ini, memberikan hasil
bahwa mekanisme GCG yang diteliti dari empat variabel yaitu komisaris independen,
komite audit, kepemilikan institusional dan dewan komisaris. Hanya tiga variabel yang
berpengaruh secara signiikan terhdap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari cash-
low return on asset CFROA pada perusa- haan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yaitu variabel komite audit, komisaris independen dan dewan komisaris.
Sedangkan variabel kepemilikan institusional.
SARAN
Adapun saran-saran yang diberikan dalam pe- nelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar, tidak hanya menggu-
nakan satu bentuk perusahaan saja serta rent- ang waktu penelitian yang lebih lama sehingga
hasil penelitian lebih objektif. 2. Perlunya mempertimbangkan model berbeda
yang akan digunakan dalam menentukan pe- nilaian kinerja keuangan perusahaan sehingga
dapat melihat tingkat kinerja keuangan peru- sahaan dengan sudut pandang yang berbeda
seperti: Tobin‘s Q yang lebih mengfokuskan pada penilaian nilai perusahaan yang tinggi se-
hingga menunjukkan kemakmuran pemegang saham.
3. Economic Value Aded EVA karena dari per- hitungan kinerja keuangan menggunakan EVA
investor dapat menganalisis investasi hasil perhitungan EVA dapat menggambarkan ting-
kat pengembalian biaya modal.
158
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
ReFeRenSI Bangun, N. 2006. Analisis komponen good corporate governance terhadap manajemen laba den-
gan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI. Fakultas Ekonomi. Tarumane-
gara.
BAPEPAM. 2004 Peraturan IX.1.5.2004 tentang Pembentukan dan Pedoman P e l a k s a n a Kerja Komite audit.
http:www.bapepamlk.Depkeu.go.idoldhukumperaturanemiten.Diakses tanggal 14 Agustus 2011.
Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann 2003.s Board zise Anlndependent Corporate Governance Mechanism.
Dalam terjemahan http:www.wwz.unibaz.chcoipublica- tionspaper200306.03.pdf. Diakses Tanggal 23 Oktober 2011.
Boediono, Gideon SB. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Bradbury, M. E., Mak.2004 “Board Characteristics, Audit Committee Characteristics and Ab-
normal Accruals”, Working Paper, Unitec New Zealand dan National University of Singapore, Dalam terjemahan.
Chamloa, Jean Bedard. 2000. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper.
Universite Laval, Quebec City, Canada. http:papers.ssrn.com, Dalam terjemahan. Diakses tanggal 20 Oktober 2011.
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. 2006. Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance.
http:papers.ssrn.com, Dalam terjemahan. Diakses tanggal 24 November 2011.
Dalton, C, Daily, D., 1999. “Board of directors leadership and structure: Control andperformance implications”, Entrepreneur ship theory and practice, Vol. 17, pp. 65-81. Dalam terjemahan.
Daniri, Mas Ahmad, 2005. Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya di Indone- sia, Jakarta, Ray Indonesia.
Darmadji, 2008
Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta: PT.
Bursa Efek.
Darmawati, Deni. 2003. “Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 5, No. 1, h. 47-68.
Effendi, M. Arief, 2009, “Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan,”
Jurnal Akuntansi Pemerintah, Volume 1, No. 1, Jakarta.
FCGI. 2001 Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan. Jilid II, Edisi 2.
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
159
Felo, Andrew 2003. Audit Committee Characteristics and the Perceived Quality of Financial Report- ing: An Empirical Analysis,
http:papers.ssrn.com. Dalam terjemahan. Ghozali, Imam. 2006.
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cet. IV. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, M. Mamduh. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua,Yogyakarta: UPP
AMP YKPN Hal.76. Harahap, Sofyan Syafri 2003. Berbagai Fungsi Organ Pengawasan Dalam Konsep Good Corporate
Governance. Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No.2,200, pp187-208.
Isnanta, Rudi. 2008 Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan FE,Univ.Islam. Yogjakarta. Diakses 7 Oktober 2011.
Janne Vaananen 2005. Corporate Governance: Mechnisms to Align Interest of Owners and Manager. Seminar in Business Strategy and International Business.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117M-MBU2002 tentang good corpo- rate governance.
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006. Pedoman Tentang Komisaris
Independen. http: www.governance-indonesia.or.idmain.htm Diakses tanggal 14 Agustus 2011.
Lukviarman, N. 2004. Ownership Structure and Firm Performance: The Case of Indonesia. DBA The- sis. Curtin University of Technology.
Midiastuty dan Machfoedz 2003. Analisis Hubungan Mekanisme GCG dan Indikasi Manajemen Laba. SNA VI Surabaya: 176-196.
Monks, Robert A.G, dan Minow, N. 2003, Corporate governance 3
rd
Edition, Blackwell Publishing Dalam Terjemahan.
Machfoedz, Mas’ud, Suranta, 2003.
Analisis Struktur Kepemilikan, nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi. Simposioum Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober 2003.
Ndaruningpuri, Wulandari 2005,
Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Ter- hadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia, thesis, Program Magister Akuntansi,
Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Ghalia Indonesia, Jakarta. Nurgiantoro .2004. Metode Penelitian Bisnis. Yogjakarta: BPFE
OECD Principles of Corporate Governance,. 2004. Organisation for Economic Co-Operation and
Develovment, www.iasplus.com. Diakses: 14 agustus 2011.
Pradhono. 2004.Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas
160
Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n
Operasi Terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham Studi pada Perusa- haan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek JakartaJurnal Akuntansi dan Keuangan.
Vol 6 No November : 140-166.
Pranata,Yudha. 2007.”Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuan- gan”, Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Islam In-
donesia.
Porter, M., 1999. “Capital Disadvantage: America’s Failing Capital Investment System”, Harvard
Business Review, Vol. 70,pp. 65-82. Dalam terjemahan. Santoso, 2001
SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Gramedia, Jakarta. Sekaran, Uma. 2000. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesebelas, Alfabeta, Bandung. Sylvia, Veronica, dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusa-
haan, dan Praktek Corporate Governance terhadap pengelolaan Laba Earning Management.
Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal 15-16 September 2005.
Tjager et al 2003. Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indone- sia. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Veronica, Sylvia NPS dan Yanivi S. Bachtiar.2004. Good Governance, Information Asymmetry, and Earning Management. Simposium Nasional Akuntansi 7, Denpasar-Bali, hal.57-69.
Xie, Biao, Wallace N Davidson III, and Peter J. Dadalt. 2003. Earnings Management and Corpo- rate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee. Journal of Corporate Finance
Volume 9 Juni: 295-316. Terjemahan.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisarisdan Ke- beradaan Komite Audit Simposium Nasional AkuntansiVII, Denpasar-Bali, hal.963-974.
Wilopo. 2004. The Analysis of Relationship of Independent Board of Directors,Audit Commit- tee, Corporate Governance: The Role of Companies with SmallBoard of Directors. Journal
of Financial Economics 40, 185-211. Dalam terjemahan.
Young, M., 2001. “Accounting Irregularities and Financial Fraud: A Corporate Governance Guide”, Harcourt, Inc. Dalam terjemahan.
Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
161
Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity pada Perusahaan Jasa
Transportasi di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh current ratio dan total asset turnover terhadap returrn on equity pada perusahaan jasa trans-
portasi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan yang menjadi populasi seluruh perusahaan sektor konsumsi yang terdaf-
tar di Bursa Efek Indonesia dan teknik penarikan sampel dilakukan dengan purposive sampling yang berjumlah 15 perusahaan. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah studi dokumentasi. Variabel independen yang digunakan adalah current ratio dan total asset turnover, sementara variabel
dependen adalah returrn on equity. Hasil penelitian menunjukkan current ratio dan total asset turnover mampu menjelaskan returrn on equity. Ke-
mudian uji secara simultan menunjukkan bahwa current ratio dan total as- set turnover
berpengaruh signiikan terhadap returrn on equity. Uji secara parsial bahwa current ratio dan total asset turnover
berpengaruh signiikan terhadap returrn on equity.
Keywords: Current ratio, total asset turnover, returrn on equity N a z i r
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh,
Lhokseumawe
JURNAL VISIONER STRATEGIS
Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864
p. 161-169
162
Jurnal Visioner Strategis N a z i r
LATAR BELAKANG
Perusahaan jasa transportasi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang mobilisa-
si barang dan penumpang dan telah berkembang secara dinamis serta berperan di dalam pemban-
gunan politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan. Pertumbuhan di sektor
ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai per-
anan penting dan strategis. Keberhasilan sektor ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam men-
unjang serta mendorong peningkatan ekonomi na- sional. Dalam kerangka makro ekonomi, transpor-
tasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan
maupun di pedesaaan. Stabilitas politik termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang
diindikasikan melalui berbagai indikator trans- portasi antara lain kapasitas, kualitas pelayanan,
aksesibilitas keterjangkauan, beban publik, dan utilisasi.
Dalam mengoperasikan perusahaan dibutuh- kan aktiva lancar yang cukup agar perusahaan
berada pada posisi yang liquid, perusahaan yang baik adalah perusahaan dalam keadaan liqiud.
Liquiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajaban inansialnya pada
saat jatuh tempo yaitu di bawah satu tahun. Posisi
liquiditas salah satunya tercermin pada current ra- tio. Current ratio merupakan perbandingan antara
aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin tinggi current ratio tersebut berarti semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewa- jiban inansial jangka pendek. Aktiva lancar yang
dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga dan persediaan Atmaja, 2008:416. Current ratio
yang tinggi menunjukkan adanya uang kas yang
berlebihan dibanding dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah li-
kuiditasnya yang berlebihan. Current ratio yang tinggi tersebut baik dari sudut pandang kreditur,
namun jika dilihat dari sudut pandang investor menjadi kurang baik karena aktiva lancar tidak
didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya cur- rent ratio yang rendah relatif lebih riskan tetapi
menunjukkan bahwa manajemen telah mengope- rasikan aktiva lancar secara efektif Djarwanto,
2001:130. Current ratio yang mengakibatkan peruba-
han jumlah aktiva lancar atau hutang lancar, baik masing-masing atau keduanya akan mengakibat-
kan perubahan current ratio, yang berarti men- gakibatkan perubahan tingkat likuiditas. Nilai
likuiditas yang terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap earning power karena adanya idle
cash atau menunjukkan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan menurunkan
kesempatan memperoleh keuntungan, Riyanto, 2001. Dengan demikian sangat dimungkinkan
hubungan current ratio dengan return on equity
adalah negatif. Semakin tinggi current ratio maka semakin rendah tingkat return on equity, perband-
ingan terbalik antara proitabilitas dengan likuidi- tas, Van Horne dan Wachowicz, 1997. Namun
hasil penelitian Aminatuzzahra 2010 menunjuk- kan bahwa current ratio
berpengaruh signiikan terhadap return on equity. Kemudian hasil peneli-
tian Orniati 2009 juga menunjukkan bahwa cur- rent ratio berpengaruh positif terhadap return on
equity. Total assets turnover menunjukkan perputaran
total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena penggunaan aktiva yang
efektif dalam menghasilkan penjualan, sehingga dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan juga
tinggi dan dengan demikian kinerja keuangan semakin baik. Semakin tinggi eisien penggu-
naan asset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas Halim, 2007. Apabila total
assets turnover meningkat maka return on equity
akan naik, hal ini menunjukkan bahwa total assets turnover
berpengaruh signiikan terhadap return on equity
Aminatuzzahra, 2010. Selanjutnya penelitian santosa 2009 dan
Kwandinata 2005 menunjukkan adanya pen- garuh positif total assets turnover terhadap return
on equity, dimana perusahaan dalam pengelolaan asset perusahaan mampu menghasilkan kinerja
perusahaan yang tinggi yang tercermin dalam pe- rubahan return on equity melalui perputarannya
sehingga berdampak pada peningkatan tingkat kembalian return
yang di dapat investor. Total assets turnover sendiri merupakan rasio antara
Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
163
penjualan dengan total aktiva yang mengukur eisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bah- wa perusahaan beroperasi pada volume yang me-
madai bagi kapasitas investasinya.
TINJAUAN TEORITIS Current ratio diperoleh dengan menghitung
total aktiva lancar dibagi dengan kewajiban jang- ka pendek. Rasio ini menujukkan kemampuan pe-
rusahaan untuk membayar kewajiban jangka pen- deknya dengan menggunakan aktiva lancarnya
Horne Wachowicz, 2007. Current ratio meru- pakan rasio yang membandingkan antara aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar disini meliputi kas,
piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lan-
car lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek me- luputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank,
hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus di bayar Sutrisno, 2001:247. Current ratio digu-
nakan untuk mengukur penyelesaian jangka pen-
dek. Sejauh mana tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat
dikonversi ke kas dalam jangka waktu yang kira- kira sama dengan jatuh tempo tagihan.
Current yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya di
bandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, Wes-
ton dan Copeland, 1995. Sedangkan menurut Riyanto 2001 current ratio merupakan perband-
ingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Selanjutnya Fahmi, 2011 berpendapat bahwa
current ratio
rasio lancar adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, ke-
mampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Kemudian Hahardjapu-
tra 2009 menyatakan bahwa current ratio adalah perbandingan antara current asset
harta lancar dengan current liabilities
utang lancar. Cur- rent ratio menunujukkan kemampuan suatu pe-
rusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dalam satu periode tertentu.
Kasmir 2011:110 mengemukakan bahwa ra- sio lancar current ratio
, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mem-
bayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara kes-
eluruhan, Lebih lanjut Kasmir merumuskan return on equity adalah aktiva lancar current assets
dibagi dengan utang lancar current liabilities .
Horne 2005:205 berpendapat bahwa current ra- tio merupakan rasio yang digunakan untuk men-
gukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan mengguna-
kan aktiva lancar yang dimilikinya. Return on equity
ROE digunakan untuk mengukur kemam- puan perusahaan dengan membandingkan laba
serta modal perusahaan Fahmi, 2012:65.
Total asset turnover merupakan salah satu
rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan
dalam menggunakan sumber dayanya yang beru- pa asset. Semakin tinggi rasio ini semakin eisien
penggunaan asset dan semakin cepat pengem- balian dana dalam bentuk kas Halim, 2007. To-
tal assets turnover sendiri merupakan rasio antara
penjualan dengan total aktiva yang mengukur eisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bah- wa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang
memadai bagi kapasitas investasinya. Sedangkan menurut Weston dan Brigham 1995, total as-
set turnover merupakan rasio pongelolaan aktiva
terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan. Apabila perusahaan
tidak menghasilkan volume usaha yang cukup un-
tuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, pen- jualan harus ditingakatkan. Beberapa aktiva harus
dijual, atau gabungan dari langkah-langkah terse- but harus dilakukan.
Arthur et al 2008 menyatakan bahwa total asset turnover merupakan perbandingan antara
penjualan dengan total aktiva. Total assets turno- ver disebut juga dengan perputaran total aset. Ra-
sio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara
efektif Fahmi, 2011. Kemudian Atmaja 2008 mengemukakan rumus dari total asset turnover
adalah salespenjualandibagi dengan total assets. Total Assets Turnover merupakan rasio antara
penjualan dengan total aktiva yang mengukur efesiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
164
Jurnal Visioner Strategis N a z i r
Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bah- wa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang
memadai bagi kapasitas investasinya. Rasio total asset turnover menunjukan efektiv-
itas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggam-
barkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan
dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perpu- tarannya lambat, menunjukan bahwa aktiva yang
dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan ke- mampuan untuk menjual Sawir, 2000:17. Rasio
putaran aktiva assets turnover ratio mengukur
efesiensi sebuah perusahaan dalam memakai ak- tivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio
ini ditentukan dengan membagi penjulan bersih dengan aktiva rata-rata selama periode tertentu
Simamora, 2003:227. Sedangkan pada penger- tian lainnya, total assets turnover merupakan uku-
ran keseluruhan perputaran seluruh aset. Rasio ini cukup sering digunakan karena cakupannya yang
menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik
dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjua- lan Prihadi, 2011:127.
Return on Equity
Setiap perusahaan didirikan bertujuan untuk meraih keuntungan, kemampuan untuk meraih
keuntungan tersebut salah satunya tercermin dari return on equity. Return on equity merupakan
pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh
atas investasi dalam saham biasa perusahaan un- tuk suatu periode waktu tertentu Sartono, 2001.
Besarnya return on equity sangat dipengaruhi
oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan
semakin meningkatkan return on equity. Sedang- kan return on equity merupakan rasio antara laba
sesudah pajak terhadap total modal sendiri ekui- tas yang berasal dari seroran pemilik, laba tidak
dibagi dan cadangan lain yang dimiliki oleh peru- sahaan Ang, 1997. Lebih lanjut Ang merumus-
kan return on equity adalah perbandingan antara
earnig after tax dengan total equity.
K
asmir 2011:114 menyatakan bahwa hasil pengembalian ekuitas return on equityROE atau
rentabilitas modal sendiri, merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan eisiensi penggu- naan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini makin
baik artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rasio ini menun-
jukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila di- ukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin
bagus Harahap, 2008:304. Menurut Hanai dan Halim 2005:85 return on equity merupakan per-
bandingan antara laba bersih sesudah pajak den-
gan modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri re- turn on equity
menunjukan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak
net proit after taxes, yang tersedia bagi pemegang saham, dengan jum-
lah modal pada perusahaan Sawir, 2003:3. Ross et al
2009:90 berpendapat bahwa re- turn on equity merupakan ukuran dari hasil yang
diperoleh pemegang saham sepanjang tahun. Se- mentara Atmaja 2008:417 merumuskan return
on equity adalah laba bersih sesudah pajak dibagi dengan penjualan. Kemudian Sartono 2001:124
mengemukakan bahwa return on equity atau return
on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang sa-
ham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi
utang makin besar maka rasio ini juga makin be- sar. Selanjutnya Martono dan Harjito 2005:60
menyatakan bahwa return on equity ROE atau
sering disebut rentabilitas modal sendiri dimak- sudkan untuk mengukur seberapa banyak keun-
tungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Lebih lanjut Martono dan Harjito merumuskan
return on equity adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total modal sendiri.
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012 yaitu
sebanyak 20 perusahaan. Adapun teknik sampling dilakukan dengan non probabilty sampling den-
gan metode purposive sampling, yaitu memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa
karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian Kuncoro, 2003:119.
Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
165
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini se- banyak 15 perusahaan dengan pertimbangan ada-
lah perusahaan jasa transportasi yang terdaftar se- belum periode penelitian di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan jasa transportasi yang telah mempub- likasikan laporan keuangan secara lengkap dan
berturut-turut dari tahun 2009 – 2012 di Bursa Efek Indonesia.
Adapun model analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh current ratio dan to- tal asset turnover terhadap return on equity adalah
dengan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program software SPSS Statistical Pack-
age For Social Science dengan persamaan seba-
gai berikut:
Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + e
Dimana: Y = Return on Equity
X1 =
Current Ratio X2
= Total Asset Turnover ß0 = Intercept
ß1..ß2 = Parameter Regresi
e = Error Term
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Current Ratio dan Total Asset
Turnover Terhadap Return on Equity Pada Perusahaan Jasa Transportasi di Bursa Efek
Indonesia. Uji Normalitas Data dilakukan dengan tujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, vari- abel penggangu atau residual memiliki distribusi
normal. Untuk melihat normalitas residual dapat dilakukan dengan analisis graik normal prob-
ability plot PP-Plot of regression standarized
residual yang membandingkan distribusi komu- latif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual nor- mal, maka garis akan yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya Ghozali, 2012:161. Disamping itu juga dapat di-
lakukan dengan uji statistik non parametrik yaitu Kolmogorov-Smirnov
K-S. Dalam uji ini dika- takan residual terdistribusi normal apabila nilai
signiikansi K-S lebih besar dari 0,05 Ghozali, 2012:164. Adapun hasil uji normalitas berdasar-
kan analisis graik normal probability plot PP- Plot of regression standarized residual dapat di
lihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1: Graik Probabiliy Plot
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Data diolah
Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa data tersebar disekitar garis diagonal, den-
gan demikian dapat disimpulkan residual terdistri- busi normal.
Berdasarkan dari Tabel 1, hasil analisis nor- malitas secara. statistik non parametrik yaitu Kol-
mogorov-Smirnov K-S. Dimana nilai Kolmogo-
rov Smirnov Z diperoleh sebesar 1,088 dengan
nilai Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0.189. Nilai
signiikansi ini jauh lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai residual
atau variabel peganggu model regresi terdistribusi secara normal. Hasil analisis statistik ini konsis-
ten dengan hasil analisis graik normal probability plot di atas.
Koeisien Korelasi dan Determinasi
Koeisien korelasi berguna untuk melihat se- jauhmana hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Hasil analisis nilai
166
Jurnal Visioner Strategis N a z i r
koeisien korelasi R diperoleh sebesar 0,829. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat variabel independen yang terdiri dari current ratio dan total asset turnover terhadap
variabel dependen yaitu return on equity pada pe- rusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia
sebesar 82,9. Kemudian koeisien determinasi R Square
digunakan untuk mengukur sejauh- mana variabel independen dapat menjelaskan
variabel dependen. Hasil analisis diperoleh nilai koeisien determinasi adalah sebesar 0,686. Hasil
ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel in-
Tabel 1 Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean
.0531623 Std. Deviation
1.13749120 Most Extreme Differences
Absolute .140
Positive .134
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z 1.088
Asymp. Sig. 2-tailed .189
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah
Tabel 2. Koeisien Korelasi dan Determinasi
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.829a .686
.675 .3464660383
a Predictors: Constant, total asset turnover, current ratio
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah
Tabel 3 Hasil Pengujian Secara Simultan
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Regression 14.979
2 7.490
62.394 .000a
Residual 6.842
57 .120
Total 21.821
59 a Predictors: Constant, total asset turnover, current ratio
b Dependent Variable: return on equity
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah
Tabel 4 Hasil Pengujian Secara Parsial
Model Unstandardized
Coeficients Standardized
Coeficients t
Sig. B
Std. Error Beta
Constant 1.331
198 6.707
.000 Current Ratio
.375 .081
.357 4.641
.000 Total Asset Turn Over
.831 .097
.661 8.600
.000 a Dependent Variable: return on equity
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah
dependen yang terdiri dari current ratio dan total asset turnover terhadap variabel dependen yaitu
return on equity pada perusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia sebesar 68,6, sedang-
kan sisanya 31,4 dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari model penelitian ini.
Pengujian Simultan Uji F
Uji secara simultan Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpen-
garuh secara simultan terhadap variabel depend- en secara statistik. Dari hasil pengujian secara
Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
167
mendukung penelitian Aminatuzzahra 2010 dan penelitian Omiati 2009.
Variabel total asset turnover X2 mempunyai
nilai koeisien sebesar 0,831, yang berarti apabila meningkatkan total asset turnover maka akan naik
retur on equity sebesar 83,1 dengan asumsi cete-
ris paribus. Hasil penelitian ini menunjukkan ba- hwa meningkatnya total asset turnover maka akan
naik retur on equity. Hasil ini konsisiten dengan penelitian Aminatuzzahra, 2010, santosa 2009,
dan Kwandinata 2005.
KESIMPULAN
Current ratio dan total asset turnover dapat
mempengaruhi return on equity pada perusahaan
jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia. Semakin tinggi nilai current ratio maka semakin tinggi pula
nilai return on equity, hal ini dikarenakan tinggin- nya nilai current ratio maka perusahaan dapat me-
mutarkan dana jangka pendek untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal yang terlihat pada
return on equity. Kemudian meningkatnya nilai total asset turnover maka akan meningkat pula
nilai return on equity, karena semakin cepat per- putaran total aktiva maka semakin besar memper-
oleh keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham yang tergambarkan pada return on equity.
SARAN
Return on equity perusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia antara lain dipengaruhi
oleh current ratio dan total asset turnover. Untuk meningkatkan return on equity maka perusahaan
mempertahankan current ratio yang dimilikinya, disamping itu juga perusahaan hendaknya men-
ingkatkan total asset turnover dengan cara me- naikkan omzet penjualan, dengan demikian dapat
meningkatkan keuntungannya yang tergambarkan pada return on equity.
simultan sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 62,394 den-
gan signiikansi alpha sebesar 0,000 pada taraf ke- percayaan 95. Sedangkan Ftabel sebesar 4,01.
Maka Fhitung Ftabel dan nilai signiikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian menolak Ho,
yang berarti current ratio dan total asset turnover secara simultan berpengaruh signiikan terhadap
return on equity pada perusahaan jasa transportasi
di Bursa Efek Indonesia.
Pengujian Secara Parsial Uji t
Uji secara parsial Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen secara statis- tik. Dari hasil pengujian secara parsial pada Tabel
4, maka didapat persamaan regresi linear bergan- da sebagai berikut:
Y = 1,331+ 0,375X1+ 0,831X2
Dari hasil uji parsial sebagaimana di tunjukkan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kedua variabel
independen memiliki nilai t
hitung
t
tabel
dan signi- ikan pada taraf uji 95 dengan nilai signiikan
α = 0,05, di mana ttabel diperoleh nilai 2,0025. Adapun current ratio mempunyai nilai thitung
sebesar 4,641 dengan nilai signiikansi 0,000 dan total asset turnover mempunyai nilai thitung sebe-
sar 8,600 dengan nilai signiikansi 0,000. Dengan demikian maka current ratio dan total asset tur-
nover berpengaruh signiikan terhadap variabel
dependen yaitu terhadap return on equity pada pe- rusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia
pada taraf kepercayaan 95. Variabel current ratio
X1 mempunyai nilai koeisien sebesar 0,375, yang berarti apabila me-
ningkatnya current ratio 100 maka akan naik
retur on equity sebesar 37,5 dengan asumsi
ceteris paribus. Hasil ini menunjukkan bahwa apabila meningkatnya current ratio maka dapat
menaikkan retur on equity. Penelitian ini dapat
168
Jurnal Visioner Strategis N a z i r
REFERENSI
Aminatuzzahra. 2010. Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Proin Margin Terhadap Return on Equity, Skripsi Undip, Semarang
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market
. Penerbit Mediasoft Indonesia, Jakarta Arthur, J. Keown, John, D. Martin. J. William Petty, David. F. Scott. JR. 2008. Manajemen Keuangan,
Edisi Kesepuluh, Penerbit PT. Macanan Jaya Cemerlang,.Jakarta Atmaja, Lukas Setia .2008. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
Djarwanto .2001. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi 1. Penerbit BPFE-UGM. Yogyakarta. Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Alfabeta, Bandung
____________2012. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Alfabeta, Bandung Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20. Edisi 6. Cetakan
Keenam. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor
Hanai, Mamduh dan Halim, Abdul. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Unit Penerbitan dan Percetakan AMP – YKPN, Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Penerbit PT RajaGraindo Per-
sada, Jakarta Horne,Van James C. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis
Tesis, Penerbit Erlangga, Jakarta Kwandinata, Kwan. Billy. 2005. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Net Proit Margin, Total As-
sets Turnover dan Institutional Ownership Terhadap Return on Equity. Tesis Universitas Diponegoro Semarang.
Martono dan Harjito, Agus. 2005. Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta Orniati, Yuli. 2009. Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Tahun 14 Nomor 3 November 2009. Prihadi, Toto. 2011. Analisis Laporan Keuangan ”Teori dan Aplikasi”. Penerbit PPM Manajemen,
Jakarta
Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
169
Raharjaputra, Hendra. S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Untuk Eksekutif Perusahaan, ce- takan pertama. Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat. Penerbit Badan Pener- bit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta
Ross, Westerield, Jordan. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan “Corperate Finance Fundamentals. Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Santosa, Debora. Setiati. 2009. Analisis Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio Terhadap ROE. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, Penerbit BPFE, Yog- yakarta
Sawir, Agnes. 2000. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
_____________ 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan keuangan Perusahaan, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Simamora, Henry. 2003. Akuntansi ”Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”. Edisi II. . Penerbit UPP
AMP YKPN. Jakarta Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama Cetakan Kedua.
Penerbit Ekonisia,Yogyakarta Van Horne, James C John M. Wachowicz Jr .1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta Weston, J. Fred dan Thomas, E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan Edisi Rivisi, Edisi Kesembi-
lan. Penerbit Erlangga, Jakarta Weston, J. Fred. dan Eugene, F. Brigham. 1995. Manajemen Keuangan. Penerbit Erlangga, Jakarta
170
Jurnal Visioner Strategis N a z i r
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
171
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe
The purpose of the study to determine whether there is inluence between organizational culture to performance of employees at the Department of
Population and Civil Registration Lhokseumawe. The data results showed that organizational culture affects the performance of employees on duty
Population and Civil Registration Lhokseumawe. This research was con- ducted using the survey method of data collection. This study collected data
directly by handing out questionnaires to the side to responde. Questionnaire in this study contains a list of questions based on the variables studied. The
method of sample selection in this study performed using census, because the population is very little that the entire population sampled as many as
50. Based on the results of this study concluded that organizational culture affects the performance of employees at the Department of Population and
Civil Registration Lhokseumawe.
Keywords: organizational culture, performance
N u r m a l a
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh,
Lhokseumawe
JURNAL VISIONER STRATEGIS
Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864
p. 171-177
172
Jurnal Visioner Strategis N u r m a la
LATAR BELAKANG
Mengapa budaya organisasi penting, karena merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi
dalam hirarki organisasi yang mewakili norma- norma perilaku yang diikuti oleh para anggota
organisasi. Budaya yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi menjadi kuat
dan mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan jalan-
nya organisasi atau perusahaan tentunya diwarnai oleh perilaku individu yang merasa berkepentin-
gan dalam kelompoknya masing-masing. Perilaku individu yang berada dalam organisasi atau peru-
sahaan tentunya sangat mempengaruhi organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung,
hal ini akibat adanya kemampuan individu yang berbeda-beda dalam menghadapi tugas atau ak-
tivitasnya. Setiap manusia atau seseorang selalu mempertimbangkan perilakunya terhadap segala
apa yang diinginkan agar dapat tercapai tanpa menimbulkan konlik baik secara individu mau-
pun kelompok, sehingga kinerja dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Kemampuan
pemimpin dalam menggerakkan dan member- dayakan karyawan akan mempengaruhi kinerja
karyawan. Penilaian atas pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan pegawai atau sering disebut se-
bagai penilaian kinerja atau penilaian prestasi juga mutlak dilakukan untuk melihat sampai sejauh
mana keberhasilan pelatihan dan pemberian mo- tivasi kepada pegawai tersebut sistem penilaian
kinerja pegawai ini merupakan hasil kerja pega- wai dalam lingkup tanggung jawabnya yang ten-
tunya mengacu pada suatu sistem formal dan ter- struktur yang digunakan sebagai instrumen untuk
mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, mengendalikan per-
ilaku pegawai, termasuk tingkat ketidakhadiran, hasil kerja, membuat keputusan yang berkaitan
dengan kenaikan gaji, pemberian bonus, promosi dan penempatan pegawai pada posisi yang sesuai.
Bertolak dari pemikiran bahwa kinerja pegawai mutlak harus diupayakan agar tetap tinggi dan
terus ditingkatkan, maka diperlukan upaya-upaya untuk membangkitkan motivasi yang positif,
membangun budaya organisasi yang lebih baik yang dapat menciptakan suasana kerja yang lebih
kondusif sangat perlu untuk dilakukan. Hasil pengamat penulis pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhok- seumawe bahwa penerapan budaya kerja pada
dinas tersebut tidak begitu optimal, hal ini ditan- dai dengan masih ada pegawai yang belum disip-
lin dalam mentaati peraturan kerja seperti datang terlambat dari jam yang di tentukan dan pulang
lebih awal dari jam yang telah di tentukan, dis- amping itu sikap pegawai yang tidak memegang
teguh amanah dalam melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya sebagai pegawai. Tindakan-
tindakan seperti tersebut di atas akan berdampak negatif pada kinerja pegawai dan juga kurangnya
pelayanan kepada masyarakat.
TINJAUAN TEORITIS Budaya Organisasi
Pengertian budaya organisasi banyak diung- kapkan oleh para ilmuwan yang merupakan ahli
dalam ilmu budaya organisasi, namun masih sedikit kesepahaman tentang arti konsep budaya
organisasi atau bagaimana budaya organisasi harus diobservasi dan diukur Brahmasari,2004.
Lebih lanjut Brahmasari mengemukakan bahwa hal tersebut dikarenakan oleh kurangnya kesepa-
haman tentang formulasi teori tentang budaya or- ganisasi, gambarannya dan kemungkinan hubun-
gan dengan dampak kerja. Ndraha 2003 dalam Brahmasari 2004 mengemukakan bahwa budaya
perusahaan corporate culture merupakan aplika- si dari budaya organisasi organizational culture
terhadap badan usaha atau perusahaan. Kedua is- tilah ini sering dipergunakan untuk maksud yang
sama secara bergantian. Glaser et al 1987 dalam Koesmono 2005 mengemukakan bahwa budaya
organisasional sering kali digambarkan dalam arti yang dimiliki bersama. Pola - pola dari keper-
cayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan mitos- mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan
berfungsi sebagai perekat yang menyatukan or- ganisasi. Hostede 1986 dalam Kosmono 2005
mengemukakan bahwa budaya dapat dideinisikan sebagai berbagai interaksi dari cirri-ciri kebiasaan
yang mempengaruhi kelompok-kelompok orang
dalam lingkungannya.
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ...
Volume 2, Nomor 2, September 2013
173 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya
Organisasi
Budaya organisasi terbentuk dari berbagai un- sur yang mempengaruhinya unsur-unsur tersebut
bisa berasal dari dalam atau internal lingkungan kerja itu sendiri namun juga tidak menutup ke-
mungkinan unsur tersebut berasal dari luar ling- kungan kerja dalam suatu organisasi, salah satu
unsur yang paling berbengaruh dalam pemben- tukan budaya organisasi adalah regulasi atau atu-
ran yang di berlakukan oleh pemerintah, karena bagaimanapun setiap organisasi atau badan usaha
harus mengikuti aturan-aturan yang telah di tetap- kan oleh pemerintah, hal inilah yang kemudian
secara lebih luas akan mencerminkan budaya or- ganisasi dari suatu negara.
Menurut Assagaf 2012, menyebutkan ada dua faktor utama yang menentukan kekuatan bu-
daya organisasi yaitu: 1. Kebersamaan adalah sejauh mana anggota
organisasi mempunyai nilai-nilai inti yang dianut secara bersama. Derajat kebersamaan
dipengaruhi oleh unsur orientasi dan imbalan. Orientasi dimaksudkan pembinaan kepada
anggota-anggota organisasi khususnya ang- gota baru maupun melalui program-program
latihan. Melalui program orientasi, anggota- anggota baru organisasi diberi nilai-nilai bu-
daya yang perlu dianut secara bersama oleh anggota-anggota organisasi. Di samping ori-
entasi kebersamaan, juga dipengaruhi oleh imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan
promosi, hadiah-hadiah, tindakan-tindakan lainnya yang membantu memperkuat komit-
men nilai-nilai inti budaya kerja.