Kesimpulan dan Saran saran tidak meru- Tipe Otokratik

Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Kenderaan di Kota Lhokseumawe Volume 2, Nomor 2, September 2013 109 Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Kenderaan di Kota Lhokseumawe The behavior of the people to feel the ease of transportation is some- thing that can be understood, so that the effect on people’s desire to have a car. In buy private cars consumer price factor into consideration in buy- ing the car. The problem in this study is whether the price effect to buy car in city Lhokseumawe and surrounding areas. This study aims to identify the effect of buying the car in Lhokseumawe. This research us- ing data collection techniques with quisioner. Sample used in this study was 100 respondents. Method data analysis is a simple linear regression. The result of the research show that the variable independent price inlu- ence in purchasing of vehicles in Lhokseumawe. Keywords: Price, purchase Chayril Akhyar Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 109-120 110 Jurnal Visioner Strategis Chayril Akhyar LATAR BELAKANG Setiap konsumen dalam membeli produk mempunyai perilaku yang berbeda antara satu dengan yang lain. Wilkie 1992 berpendapat bahwa perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang disebut faktor eksternal antara lain: budaya, keluarga, kelompok acuan, kondisi lingkungan, kegiatan pemasaran perusahaan, dan situasi. Keputusan membeli ada pada diri konsumen, konsumen akan menggu- nakan berbagai kriteria dalam membeli produk tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, se- leranya, dan daya belinya.Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen baik yang berasal dari diri konsumen maupun luar kon- sumen, seperti yang diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk 2007:7, bahwa ada dua faktor yang mempengaruhipengambilan keputusan pembel- ian oleh konsumen yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Antara faktor internal dan faktor ekster- nal akan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain, sehingga menimbulkan suatu perilaku pembelian yang berbeda-beda antara pembeli yang satu dengan yang lain. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri konsumen itu sendiri. Faktor internal terkait erat dengan 1 Motivasi, adalah tenaga pengger- ak dalam diri individu yang mendorong mereka bertindak; 2 Persepsi, adalah proses yang di- lakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia; 3 Sikap, ada- lah kecenderungan yang dipelajari dalam berper- ilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu obyek tertentu; 4 Kepribadian, adalah ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang merespon lingkungannya; 5 Pembela- jaran, adalah hasil pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh. Pembelian suatu produk, seperti mobil ser- ingkali diputuskan bersama oleh suami dan istri, dengan melibatkan anak-anak atau anggota kelu- arga lainnya. Selain sebagai bagian dari keluarga, seorang konsumen mungkin akan terlibat atau menjadi bagian dari satu atau lebih kelompok. Kelompok ini mempengaruhi proses pembelian yang dibuat oleh seorang konsumen. Kelompok dijadikan acuan oleh konsumen sebagai dasar un- tuk perbandingan atau referensi dalam memberi- kan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilakunya. Anjuran yang bersifat pribadi dalam suatu kelompok rujukan, jauh lebih efektif seba- gai penentu perilaku dibandingkan iklan di media. Kondisi demikian juga terjadi pada konsumen yang mempunyai keputusan untuk membeli mobil di Kota Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Uta- ra .Seiring dengan kondisi daerah yang semakin kondusif maka keputusan masyarakat di Kota Lhokseumawe dan kabupeten Aceh Utara untuk memiliki mobil bertambah besar.Hal ini terlihat dari kondisi jalan raya di Kota Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara yang semakin hari semakin padat dengan berbagai jenis mobil. TINJAUAN TEORITIS Perilaku konsumen menurut Loudon 1993, adalah “Consumer behavior may deined as de- cision process and physical motivity individuals image in the evaluating, actuiting, using or dis- posing of goods and service“ Perilaku konsumen dapat dideinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara isik yang melibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mengunakan atau dapat mempergunakan barang dan jasa. Konsumen merupakan salah satu pihak yang berperan penting dalam kegiatan perekonomian, hal ini terjadi karena konsumen merupakan tar- get atau tujuan utama dari produsen dalam me- masarkan suatu produk yang dihasilkan.Dengan demikian segala sesuatu yang berkaitan dengan konsumen menarik untuk diperhatikan, terutama menyangkut dengan perilaku dan selera konsumen terhadap suatu produk yang terus berkembang.Se- cara sederhana, studi perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk 1994, adalah “bagaimana konsumen membuat keputusan dalam menga- lokasikan sumberdayanya akan barang konsumsi meliputi hal-hal sebagai berikut: apa yang dibeli konsumen, mengapa konsumen membelinya, ka- pan mereka membelinya, di mana mereka mem- belinya, seberapa sering mereka membelinya, dan seberapa sering mereka menggunakannya.” Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Kenderaan di Kota Lhokseumawe Volume 2, Nomor 2, September 2013 111 Perilaku membeli yang rumit akan menimbul- kan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada. Perilaku membeli seperti ini terjadi pada saat membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko, dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti: mobil, televisi, pakaian, jam tangan, komputer pribadi, dan lain-lain. Biasanya konsumen tidak tahu ter- lalu banyak tentang kategori produk dan harus belajar untuk mengetahuinya.Dengan demikian pemasar harus menyusun strategi untuk memberi- kan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusa- haan dan atribut penting lainnya. Berdasarkan beberapa deinisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupa- kan tindakan–tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang-barang atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan. Para pemasar dalam ak- tivitasnya bertujuan untuk memenuhi dan mel- ayani kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan konsumen sasarannya.Pemasar harus mampu mengenal dan memahami tentang perilaku konsumennya agar tujuannya tercapai. Kesulitan sering terjadi, bahkan kecenderungan terjadi dis- torsi yaitu bahwa apa yang mungkin dibutuhkan dan diinginkan konsumen bertolak belakang den- gan apa yang telah dilakukan produsen. Bauran pemasaran adalah stimuli yang dicip- takan oleh produsen dan ditambah dengan stimuli lainnya yaitu meliputi kekuatan dan peristiwa dalam lingkungan konsumen, yaitu ekonomi, teknologi, budaya dan politik. Pada kondisi inilah pemasar ingin memahami bagaimana stimuli da- pat diubah menjadi tanggapan dalam proses inter- nal konsumen melalui variabel psikologinya dan proses pemecahan masalah untuk menentukan al- ternatif pilihan dan akhirnya mempengaruhi kepu- tusan konsumen. Marketing mix adalah suatu istilah yang meng- gambarkan seluruh unsur pemasaran dan faktor produksi yang dikerahkan untuk mencapai tu- juan perusahaan, misalnya keuntungan investasi, peningkatan target penjualan. Perusahaan dapat mengembangkan strategi dari semua unsur pe- masaran atau mengkombinasikan variabel-vari- abel tersebut kedalam suatu strategi. Kombinasi tersebut tidak bersifat konstan tetapi dapat beru- bah ubah sesuai dengan kondisi pasar. Produk merupakan komponen yang diguna- kan dalam kegiatan transaksi antara produsen dengan konsumen. Menurut Kotler Amstrong 1997:274 mendeinisikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan dipasar guna men- dapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencangkup objek secara isik, jasa, orang, tempat, organisasi dan ide. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapat bagi pe- rusahaan, sedangkan unsur lainya menimbulkan biaya pengeluaran.Strategi menetapkan harga, dapat membentuk citra perusahaan dan persepsi yang sering terjadi adalah bahwa harga yang ma- hal dapat mencerminkan kualitas yang baik. Kotler Amstrong 1997 :340 mendeinisi- kan harga adalah jumlah uang yang ditagih untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertu- karkan untuk konsumen memiliki atau mengguna- kan produk atau jasa. Distribusi dalam bauran pemasaran jasa ada- lah tempat yang berhubungan dengan keputusan organisasi menentukan tempat operasi dan melak- sanakan kegiatannya. Pemilihan tempat umumnya berkaitan dengan upaya memudahkan konsumen memperoleh produkjasa yang dibutuhkan dengan cepat dan mudah. Promosi merupakan kegiatan yang terpenting dari rangkaian aktivitas pemasaran dan penjualan produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Program promosi dirancang untuk menghasilkan tindakan yang segera dan spesiik, walaupun pro- mosi berkontribusi dalam membangun kecerdasan atau sikap yang menguntungkan terhadap suatu produk. Namun penggunannya terutama lebih untuk mencapai efek penjualan jangka pendek ketimbang jangka panjang. Menurut Gultinan 1992:23 promosi adalah perangsang ekonomis, hiburan atau informasi yang ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada para pembeli atau distributor berupa pemberian 112 Jurnal Visioner Strategis Chayril Akhyar kupon, harga khusus, pameran, kursus gratis dan pertunjukan. Sedangkan menurut Gitosudarmo 2001:45 promosi merupakan kegiatan yang di- tunjukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian menjadi senang lalu membeli produk tersebut. Stanton 1996 menyatakan bahwa, “Pemasa- ran adalah suatu system keseluruhan yang melipu- ti kegiatan-kegiatan bisnis yang saling mempen- garuhi serta ditujukan untuk membuat rencana, menetapkan harga, mempromosikan, dan mendis- tribusikan produk agar memuaskan kebutuhan un- tuk mencapai pasar target sehingga dapat meraih sasaran-sasaran organisasi.” Secara ilosois, pemasaran bertujuan untuk menciptakan hubungan-hubungan pertukaran yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat pertukaran. Pertukaran nilai tersebut bukan hanya dengan para konsumen. Kegiatan ini merupakan bagian dari masyarakat yang berkem- bang karena pertukaran nilai antara berbagai ang- gota masyarakat sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka. Sastradipoera 2003 menyatakan bahwa, ”Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, peneta- pan harga, promosi, dan penyaluran gagasan, ba- rang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi. Seorang konsumen yang terdorong kebutu- hannya mungkin akan mencariinformasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk itu berada didekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, makakebutu- han konsumen itu hanya kan menjadi ingatan saja. Pencarian informasimemiliki dua tingkat yang berbeda, yaitu perhatian yang meningkat, ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja danpencarian informasi secara aktif, dilaku- kan dengan mencari informasi ke segala sumber. Adapun yang menjadi kerangka berpikir pe- nelitian adalah sebagai berikut: Harga X Pembelian Mobil Y Hipotesis Berdasarkan latar belakang, landasan teori dan penelitian terdahulu maka peneliti mengajukan hi- potesis sebagai berikut : Ho = Produk dan Harga tidak berpengaruh terha- dap keputusan membeli mobil di Kota Lhok- seumawe dan kabupaten Aceh Utara. Ha = Produk dan Harga berpengaruh terhadap keputusan membeli mobil di Kota Lhokseu- mawe dan kabupaten Aceh Utara. METODE PENELITIAN Untuk mengumpulkan data-data yang dibu- tuhkan dilakukan serangkaian kegiatan peneli- tian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Kota Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara Sedangkan objek penelitian adalah konsumen pemakai mobil di kota lhokseumawe dan Kabu- paten Aceh Utara. Arikunto 2002:108 menjelaskan “Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian. Oleh karenanya, apabila seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan peneli- tian populasi. Yang menjadi populasi dalam pe- nelitian ini adalah konsumen yang membeli mo- bil toyota avanza di Kota Lhokseumawe. Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak teridentiikasi jumlahnya. Sedangkan sampel adalah bagian dari popu- lasi. Jadi yang menjadi sampel ini adalah seba- gian konsumen yang membeli mobil di Kota Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara. Oleh karena jumlah populasikonsumen yang membeli mobil toyota Avanza tidak diketahui dengan pasti, maka dengan keterbatasan wak- tu, tenaga dan biaya, peneliti mengambil 100 orang responden dengan menggunakan teknik accindental sampling dan purposive sampling. Menurut Sugiyono 2005:55, acciden- tal sampling adalah teknik penelitian sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat di- gunakan sebagai sampel, bila dipandang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data, dan purposive sampling yaitu sampel yang diambil dengan maksud tertentu. Sese- orang diambil sebagai sampel karena peneliti Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Kenderaan di Kota Lhokseumawe Volume 2, Nomor 2, September 2013 113 menganggap bahwa seseorang sesuatu terse- but memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Untuk mengumpulkan data-data yang relevan dalam penyusunan skripsi ini, maka dilakukan kegiatan pengumpulan data dengan metode, yaitu: 1. Field research, yaitu data-data lapangan yang menjadi data-data utama yang didapat dengan cara :Quisioner, yaitu salah satu cara yang di- lakukan dalam mengumpulkan informasi dan melakukan penggalian data yang diketahui dan dialami subjek. 2. Library Research Penelitian Kepustakaan yaitu dengan membaca buku-buku diperpus- takaan, mengumpulkan hasil-hasil makalah serta bacaan lainnya yang berhubungan den- gan produk dan harga yang mempengaruhi konsumen dalam membeli mobil Toyota Avanza, yang dikutip dari berbagai pakar dan ilmuan sebagai landasan teoritis. Deinisi Operasional Variabel Variabel skripsi ini memiliki 2 variabel yai- tu harga X dan keputusan konsumen membeli mobil Y. Variabel dependent variabel terikat yaitu keputusan membeli mobil . sedangkan vari- abel independent variabel bebas adalah Harga Mobil . Deinisi operasional variabel Harga adalah Pembayaran dalam bentuk uang terhadap barang atau jasa yang diberikan Keputusan Y Membeli Mobil adalah Keingi- nan Konsumen membeli mobil. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas adalah suatu cara yang diguna- kan untuk menentukan apakah suatu model berd- istribusi normal atau tidak, hanya dengan melihat pada histogram residual apakah memiliki bentuk seperti lonceng atau tidak yang hanya berdasar- kan pada pengamatan gambar saja. Ada cara lain untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasio skewness dan rasio kurtosis dapat di- jadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standar error kurtosis. Apabila nilai rasio skewness dan kurtosis berada antara -2 hingga +2, maka distribusi data adalah normal Santoso, 2000 : 53 Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk men- guji apakah dalam model regresi liner kesalahan pengganggu e mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji Heteroskedastisitas da- pat diketahui dari nilai signiikan korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel inde- penden dengan residualnya. Jika nilai signiikan lebih besar dari α 5 maka tidak terdapat Heter- oskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α 5 maka terdapat Heteroskedastisitas.Untuk mengetahui ada tidaknya Heteroskedastisitas, pe- neliti melakukan dengan melihat graik scatterplot antara nilai prediksi variable dependen ZPRED dengan residual SRESID. Multikolinieritas adalah adanya suatu hubun- gan linier yang sempurna mendekati sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas.Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara var- iabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami Multiko- linearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inlation Factor VIF untuk masing-masing ve- riabel independen, yaitu jika suatu variabel inde- penden mempunyai nilai VIF 10 berarti telah terjadi Multikolinearitas Kuncoro, 2003. Untuk mendapatkan nilai VIF untuk masing-masing variabel independen dengan langkah hampir sama dengan mendapatkan nilai Durbin Watson. Metode Analisis Data Setelah data dikumpulkan, maka dalam rangka penganalisaan penulis menggunakan metode pen- ganalisaan data secara kualitatif dan kuantitatif. a. Metode Kualitatif Dalam metode ini data yang diperoleh dan dikumpulkan di lapangan dianalisa bukan dalam bentuk angka atau perhitungan matematika mau- pun statistik, tetapi dibahas berdasarkan landasan teoritis yang selama ini penulis pelajari. b. Metode Kuantitatif Dalam menganalisis data yang dikumpulkan, penulis menggunakan program komputer, yaitu Statistical Package Social Sains atau yang dikenal 114 Jurnal Visioner Strategis Chayril Akhyar dengan SPSS, yang menggunakan metode Regre- si Linier Berganda, yaitu: Y = a + bx + e Dimana Y = Keputusan membeli mobil X = Harga a = Konstanta b = Koeisien Regresi e = Error tern. Untuk melihat pengaruh produk dan harga pada keputusan membeli mobil di Kota Lhok- seumawe dalam pengolahan SPSS digunakan alat ukur koeisien determinasi r 2 . Pengujian Hipotesis pada masing-masing variabel independen dilakukan dengan menggu- nakan uji t t tes yaitu dengan membandingkan t hitung dengan signiikansi t tabel pada tingkat keper- cayaan 95. • Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka hipotesis Ha dapat diterima, sebaliknya Ho ditolak, ar- tinya bahwa harga mobil berpengaruh dalam pembelian mobil di Kota Lhokseumawe • Jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka hipotesis Ho diterima dan Hipotesis Ha ditolak, ar- tinya bahwa harga mobil tidak berpengaruh dalam pembelian mobil di Kota Lhokseumawe Selanjutnya pengujian Hipotesis juga dilaku- kan dengan uji-F dengan membandingkan antara F-Hitung dengan F-Tabel • Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka hipote- sis Ha dapat diterima, sebaliknya Ho ditolak, artinya bahwa harga mobil berpengaruh dalam pembelian mobil di Kota Lhokseumawe • Jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipote- sis Ho diterima dan Hipotesis Ha ditolak, artinya bahwa harga mobil tidak berpengaruh dalam pembelian mobil di Kota Lhokseumawe HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Toyota Motor Corporation TMC adalah se- buah perusahaan mobil yangberpusat di Aichi Jepang. Selain memproduksi mobil TMC juga memberikanpelayanan inansial, dan perpartisi- pasi dalam bidang bisnis lainnya. TMC merupa- kananggota dari Grup Toyota dan memproduksi mobil dengan merek Toyota dan Lexus, dan me- miliki sebagian besar dari Daihatsu. PT Toyota Astra Motor atau biasa disingkat dengan TAM merupakan AgenTunggal Pemegang Merk Mobil Toyota di Indonesia. TAM merupakan perusahaanjoint venture antara PT. Astra Interna- tional Tbk dengan komposisi saham 51 persendan Toyota Motor Corporation, Jepang dengan kom- posisi saham 49 persen. Sejak tanggal 15 Juli 2003 TAM di restruktur- isasi menjadi 2 perusahaan, yaitu : 1. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia disingkat TMMIN yangmerupakan perakit produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku cadangToyota. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah AstraInterna- tional 5 persen dan TMC menjadi 95 persen. 2. PT. Toyota Astra Motor sebagai agen penjua- lan, importir dan distributor produk Toyota di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah Astra International 51 persen sedangkan TMC 49 persen. Diketahui bahwa tidak ada responden yang berumur 18 tahun, jumlah responden yang berumur antara 18-24 tahun sebanyak 23 orang atau 23, jumlah responden yang berumur 25 – 30 tahun sebanyak 36 orang atau 36 dan jumlah responden yang berumur 30 tahun sebanyak 41 orang atau 41.Dan diketahui bahwa jumlah responden yang belum kawin sebanyak 17 orang atau 17. Yang sudah kawin sebanyak 83 orang atau 83 dan tidak ada responden yang bersta- tus dudajanda, bahwa tidak ada responden yang pendapatannya di bawah Rp. 1.500.000, jumlah responden yang pendapatannya Rp. 1.500.000 - Rp 2.000.000 sebanyak 18 orang atau 18, yang pendapatannya Rp 2.000.000 – Rp 2.500.000 se- banyak 36 orang atau 36 dan yang mempunyai pendapatan di atas Rp 2.500.000 sebanyak 46 orang atau sebanyak 46. Berdasarkan pekerjaan bahwa dari 100 responden, yang berprofesi seba- gai PNS sebanyak 15 orang atau 15. Karyawan swasta sebanyak 38 orang atau 38, wiraswasta sebanyak 42 orang atau 42 dan TNIPolri seban- Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Kenderaan di Kota Lhokseumawe Volume 2, Nomor 2, September 2013 115 yak 5 orang atau 5. diketahui bahwa responden terhadap produk jumlah responden yang men- jawab sangat setuju dengan kelengkapan atribut mobil sebanyak 29 orang atau 29, yang men- jawab setuju sebanyak 50 orang atau 50, yang menjawab netral sebanyak 16 orang atau 16 dan yang tidak setuju sebanyak 5 orang atau 5 serta tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Selanjutnya jumlah responden yang megutam- akan merek mobil dengan menjawab sangat setuju sebanyak 20 orang atau 20. Yang menjawab setuju sebanyak 32 orang atau 32. Yang men- jawab netral sebanyak 17 orang dan tidak setuju sebanyak 26 orang. Sedangkan untuk penampilan dan kelengkapan surat mobil umumnya responden menjawab sangat setuju karena konsumen saat ini lebih mengutamakan penampilan dan kelengka- pan surat dalam membeli mobil. Diketahui bahwa bahwa umumnya responden lebih mengutamakan membeli mobil dengan harga yang terjangkau, hal ini sebagaimana jawa- ban responden sebanyak 32 orang atau 32 yang menjawab sangat setuju dan hanya 13 orang yang menjawab tidak setuju. Sedangkan cara pemba- yaran juga lebih diutamakan oleh responden den- gan jawaban 28 menjawab Sangat setuju dan 36 menjawab setuju. Selain itu, sebagian besar responden juga ter- tarik membeli mobil dengan adanya potongan harga yang ditawarkan pada saat-saat tertentu. Jumlah responden yang menjawab sangat setuju dengan potongan harga sebanyak 21 orang atau 21, yang menjawab setuju sebanyak 38 orang atau 38 dan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Untuk kemudahan dalam pembayaran, um- umnya responden sangat mengutamakan kemu- dahan dalam pembayaran mobil baik dilakukan secara tunai atau kredit. Dari data tersebut di atas diketahui bahwa 48 orang atau 48 responden menjawab sangat setuju dan 42 orang atau 42 menjawab setuju. Dan diketahui bahwa jumlah responden yang yakin untuk membeli mobil den- gan menjawab sangat setuju sebanyak 29 orang atau 29 dan yang menjawan setuju sebanyak 35 orang atau 35 dan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju untuk yakin mem- beli mobil. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas adalah untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak. Untuk mengetahuinya maka dapat dilihat dari gambar histogram dari data tersebut. Hasil uji normalitas dengan histo- gram dapat dilihat pada Gambar 1 berikut : 1.50 1.00 .50 0.00 -.50 -1.00 -1.50 -2.00 Undefined error 61644 - Cannot open text file C: U n d e fi n e d e rr o r 6 1 6 2 5 - C a n n o t o p e n t e x t fi le C :\ P R O G R 7 6 5 4 3 2 1 Std. Dev = .96 Mean = 0.00 N = 30.00 Gambar 1. Histogram Hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis graik yaitu dengan menggunakan graik histogram menunjukkan bahwa graik memberi- kan pola distribusi normal. Cara lain untuk menentukan data berdistribu- si normal atau tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Berikut hasil uji nor- malitas dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis Tabel 1 Uji Normalitas N Skewnes Kurtosis Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error Unstandardized Residual 100 -0.3715 0.4269 -0.6415 0.8327 Valid N listwise 100 Dari Tabel 1 tersebut di atas, didapati nilai ra- sio skewness 0.37150.4268 = 0,8703, sedangkan rasio kurtosis -0.64150.8327 = 0.7703. karena nilai rasio skewness dan rasio kurtosis berada antara -2 dan 2, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal. Uji Heteroskedatisitas Berikut adalah Gambar hasil uji heteroskedas- tisitas dengan scatterplot: 116 Jurnal Visioner Strategis Chayril Akhyar Undefined error 61641 - Cannot open text file C:\PR 2 1 -1 -2 -3 2 1 -1 -2 -3 Gambar 2. Scatter Plot Dependent Variabel : Keputusan Membeli Dari Gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa pada model bersifat homoskedastik, tidak terdapat masalah heteroskedastisitas, dimana peningkatan nilai variabel dependen pada sumbu X diikuti den- gan peningkatan residual. Selanjutnya untuk mengetahui adanya masalah heteroskedastisitas seperti terlihat pada Table 2, diketahui bahwa nilai t-statistik dari seluruh vari- abel tidak ada yang signiikan secara statistic se- hingga dapat disimpulkan bahwa model ini tidak mengalami masalah heteroskedatisitas. Uji Multikoloniaritas Untuk menentukan apakah suatu model memi- liki gejala Multikoloniaritas, maka dilakukan den- gan cara VIF Variance Inlation Faktor. Dari hasil Uji Multikolinieritas pada Tabel 3, diketahui terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikut sertakan dalam pembentukan model. Dari data di atas dapat diketahui bahwa seluruh variabel memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara variabel independen tersebut terdapat korelasi atau tidak terdapat ge- jala multikolonieritas. PEMBAHASAN Dalam membeli mobil umumnya konsumen sangat mengutamakan mengenai harga mobil. Hal ini disebabkan karena dari suatu produk yang diperhatikan adalah kelengkapan atribut, merek mobil, penampilan isik mobil dan kelengkapan surat kendaraan sehingga harga mobil yang ter- jangkau, adanya potongan harga dan kemudahan dalam pembayaran. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari vari- abel bebas yaituHarga X, sedangkan variabel terikat adalah keputusan membeli mobil Y. Data dari variabel tersebut di atas selanjutnya dilakukan perhitungan persamaan regresi linier berganda Berikut disajikan ringkasan analisis yang menguji kelinieran dan keberartian persamaan regresi harga terhadap keputusan membeli mobil di Kota Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Uta- ra. Hasil perhitungan dan analisis dengan meng- gunakan model di atas maka diperoleh persamaan seperti terlihat pada Tabel 4 berikut. Data-data dari Tabel 4, bila dimasukkan dalam model penelitian maka hasilnya adalah : Y = 2,861 + 0,361 X 2 + e Persamaan di atas menunjukkan bahwa harga X memiliki kemampuan untuk mempengaruhi naik atau turunnya keputusan membeli mobil Y. harga mempunyai koeisien regresi positif yang membuktikan konstribusinya terhadap naik atau turunnya keputusan membeli. Dari formulasi model di atas, maka variabel konstanta mempunyai nilai sebesar 2,861 yang berarti apabila variabel-variabel harga tidak ada, maka tingkat pembelian mobil 28,6. Sementara nilai variabel harga sebesar 0,361, yang berarti bahwa apabila nilai harga ditingkatkan 1 maka keputusan membeli mobil akan meningkat men- jadi 3,61. Berdasarkan hal tersebut di atas, diketahui pula bahwa faktor yang paling berpengaruh ter- hadap keputusan membeli mobil adalah faktor produk X 1 karena memiliki nilai variabel 0,486 atau 48,6 lebih besar dari pada variabel harga X 2 , yaitu sebesar 0,361 atau 36,1. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat dari nilai koeisien korelasi R. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai koeisien korelasi sebesar 0,906, artinya hubungan antara variabel bebas harga dengan variabel teri- kat keputusan membeli adalah sangat kuat dan bersifat positif, yaitu sebesar 90,6 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel dapat dilihat dari nilai koeisien de- Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Kenderaan di Kota Lhokseumawe Volume 2, Nomor 2, September 2013 117 Tabel 2 Uji Heteroskedatisitas Model B Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients t Sig. Std. Error Beta 1 Constant 2.861 1.217 2.351 .006 Harga .361 .171 .417 2.113 .004 a Dependent Variabel: ABRESID Tabel 3 Uji Multikoloniaritas Model Unstandardized Coeficients Collinearity Statistics B Tolerance VIF 1 Constant 2.861 Harga .361 .164 6.085 Tabel 4 Hasil Regresi Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Mobil Model Variabel Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients t Sig. B Beta 1 Constant 2.861 2.351 .006 Harga .361 .417 2.113 .004 r = 0,906 F-hitung = 61,749 r 2 = 0,821 t-tabel = 1,984 F-Tabel = 3,35 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah 2009 terminasi R 2 sebesar 0,821 atau 82,1. Sedang- kan untuk mengetahui peranan harga dalam mem- pengaruhi keputusan membeli dapat dilihat dari nilai adjusted R square sebesar 0,807 atau 80,7 dan sisanya sebesar 19,3 dipengaruhi oleh vari- abel lainnya yang tidak terobeservasi pada peneli- tian ini error term. Perolehan pengaruh dari strategi produk men- gindikasikan bahwa dalam strategi produk dita- warkan unsur-unsur yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar dalam pengam- bilan keputusan pembelian. menurut penilaian konsumen memnuhi unsur-unsur penting tersebut sehingga mereka berminat untuk membelinya. Konsumen membeli mobil untuk memenuhi ke- butuhan dan keinginannya. Dengan kata lain, di- nilai oleh konsumen mampu memberikan manfaat yang dibutuhkan oleh konsumen. Hasil penelitian juga menunjukkan faktor harga dalam meningka- tkan keputusan membeli. Dimana tingkat harga yang diciptakan akan mempengaruhi permintaan dan kuantitas yang terjual. Uji Parsial Uji t Uji keberartian korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan uji t. Dalam pengujian Hipotesis yang menggunakan uji dua pihak two tail test, maka harga t hitung dibandingkan dengan harga t tabel . Dari pengujian hipotesis dengan uji-t ditemukan nilai t hitung nilai t tabel untuk dk = 98 dk = 100-2 diperoleh 1,984 dengan taraf kesalahan α ditetapkan 5. Dengan demikian Hipotesis Nol H : t -hitung t- tabel ditolak dan menerima Hipotesis yang diajukan Ha : t hitung t tabel yaitu: uji t untuk variabel harga X terhadap keputu- san pembelian mobil Y Toyota Avanza di Kota Lhokseumawe. Hasil uji t hitung untuk variabel harga sebesar 2,113 dan t tabel sebesar 1,984 dengan taraf kesalahan α ditetapkan 5. Dengan demikian dapat diketahui bahwa t hitung untuk variabel harga lebih besar dari t tabel 2,113 1,984. Yang berarti terdapat pengaruh harga X terhadap keputusan membeli mobil toyota Avanza di Kota Lhokseu- mawe. 118 Jurnal Visioner Strategis Chayril Akhyar Uji Silmultan Uji F Selanjutnya pengujian Hipotesis juga di- lakukan dengan uji-F dengan membandingkan antara F Hitung dengan F Tabel . Dari hasil perhitungan ditemukan nilai F hitung sebesar 61,7. Sedangkan ni- lai F tabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 100-2-1=97 untuk taraf kesalahan 5 adalah 3,09. Karena F hitung lebih besar dari F tabel maka ko- eisien yang diuji adalah signiikan. Dari pengujian Hipotesis uji-F sebagaimana tersebut di atas, maka Hipotesis diterima Ha dan menolak Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga mobil berpengaruh dalam pembelian mobil Toyota Avanza di Kota Lhokseumawe. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab-bab sebelumnya, dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Hasil penelitian menunjukkan adanya pen- garuh harga terhadap keputusan membeli mo- bil di Kota Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara. Sehingga dapat diketahui semakin be- sar pengaruh harga maka keputusan konsumen untuk membeli mobil akan semakin besar. b. Hasil analisis korelasi ditemukan harga koe- isien antara variabel harga terhadap keputu- san membeli mobil. Berdasarkan perhitun- gan diperoleh nilai koeisien determinasi r 2 sebesar 0,821. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh harga terhadap keputusan membeli adalah sebesar 0,807 atau 80,7 se- dangkan sisanya 19,3 dijelaskan oleh vari- abel lainnya yang tidak dipakai dalam peneli- tian ini c. Dari pengujian hipotesis dengan uji-t ditemu- kan nilai t hitung untuk variabel harga X terha- dap keputusan pembelian mobil Y. Hasil uji t hitung untuk variabel harga sebesar 2,113 dan t tabel sebesar 1,984 dengan taraf kesalahan α ditetapkan 5. Dengan demikian dapat dik- etahui bahwa t hitung untuk variabel harga lebih besar dari t tabel 2,113 1,984. Yang berarti terdapatpengaruhharga X terhadap keputu- san membeli mobil di Kota Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara. SARAN a. Hasil penelitian menunjukkan strategi pemasa- ran harga berpengaruh positif terhadap kepu- tusan konsumen dalam membeli mobil Dalam hal ini perusahaan Toyota harus mempertahan- kan tingkat permintaan di tengah berubahnya preferensi konsumen dan persaingan yang makin meningkat. b. Perusahaan harus mempertahankan atau men- ingkatkan mutu dan strategi pemasarannya, serta terus mengukur kepuasan konsumen. c. Untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap harga. Perusahaan toyota sebaiknya menciptakan harga terjangkau, sehingga pe- rusahaan bisa mendapatkan pelanggan yang setia dengan harga terjangkau.. Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Kenderaan di Kota Lhokseumawe Volume 2, Nomor 2, September 2013 119 ReFeRenSI Arikunto 2002, Proseur Penelitian Suatu Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Engel James F. Black, Well.1991,Perilaku Konsumen,Terjemahan FX Budiyanto. Binarupa Aksara, Jakarta. Eva Yanti P, 2006 Pengaruh Harga Terhadap Pembelian Sepeda Motor Merk Honda di Kota Lhokseumawe, Skripsi, tidak dipublikasi, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Ghozali, Imam 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Univer- sitas Diponogoro, Semarang. Gitosudarmo, Indriyo 2001,Manajemen strategis, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Gultinan 1992,Manajemen Pemasaran, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kartika, Erna 2008, Analisis Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Mobil Toyota Avanza dan Daihatsun Xenia di Medan, Tesis, Tidak Dipublikasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Kotler. Philip Amstrong, Garry. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran, JilidI. Alih Bahasa Alexander Sin- doro. Prenhallindo, Jakarta. Kotler. Philip. 1995,Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengenda- lian, Buku I dan II. Terjemahan Ancella Anitawi Hermawan. Edisi 8. Salemba empat, Prestice Hall. Kotler, Philip. dan Gary Amstrong. 2001,Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Kuncoro, Mudrajat, 2003, Metode Riset Bisnis Dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti Dan Menulis Te- sis, Penerbit Erlangga: Jakarta. Lamb, Charles W. Jr., Joseph F. Hair, Jr. dan Carl McDaniel, 2002, Marketing, Sixth Edition. Thomp- son Learning: South Western Loudon, David L., dan Albert J. Della Bitta, 1993, Consumer Behavior: Consepts And Applications, Forth Edition, McGraw-Hill Book Company: New York. Mc Carthy dan Perreault, 1993,Model rangsangan – Tanggapan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Sastradipoera, Komaruddin, 2003, Manajemen Marketing: Suatu Pendekatan Ramuan Marketing, Penerbit Kappa-Sigma: Bandung. 120 Jurnal Visioner Strategis Chayril Akhyar Santoso 2000, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS, Penerbit PT Elex Media Kompotindo, Jakarta. Schiffman, Leon dan Kanuk, Leslie, Lazar. 2007. Perilaku Konsumen. PT. Indeks. Jakarta. Schiffman, Leon G., dan Leslie Lazar Kanuk, 1994, Consumer Behaviour , Fifth Editions, rentice- Hall Inc.: New Jersey. Simamora, Bilson, 2003, Membongkar Kotak Hitam Konsumen, Penerbit Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Stanton, William J., 1996, Prinsip Pemasaran, Jilid 1, Alih Bahasa: Yohanes Lamarto, Penerbit Er- langga: Jakarta. Sugiyono, DR 2005, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Tjiptono, Fandy, 2002, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta. Wilkie 1992, Perilaku Konsumen, Edisi Kedelapan Penerbit Djambatan, Jakarta. Pengaruh ROA, ROE dan EPS terhadap CSR pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 121 Pengaruh ROA, ROE dan EPS terhadap CSR pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia This study aims to determine the effect of ROA , ROE and EPS to CSR in mining companies Indonesia Stock Exchange. The data used in this study are the inancial statements of companies listed on the stock exchanges of Indonesia during the years 2010-2011. There are 31 companies listed on the Indonesia Stock Exchange data is available but only 28 companies that are accessed through the website. Data were analyzed using multiple linear regression. The study found that all study variables simultaneously Return on Assets, Return on Equity, and Earning per Share effect on CSR. But only partially ROA and EPS affecting CSR in mining companies in Indonesia Stock Exchange. These results explained that the provision of CSR is strong- ly inluenced by the mining company’s inancial performance. Return on As- sets, despite the signiicant value of 10 , it is because the company is more likely to invest their funds into assets than to use CSR. While ROE does not affect more companies consider CSR as corporate proits to hold its earnings rather than given to CSR. In the context of CSR but EPS does affect dividend investors are more than happy to share, if distributed to CSR will certainly reduce the proceeds received by the investor. Keywords: ROA, ROE, EPS, CSR Jummaini, Ghazali Syamni, dan Saddam Januar Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 121-128 122 Jurnal Visioner Strategis Jummaini, Ghazali Syamni, dan Saddam Januar PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan pro- gram corporate social responsibility CSR seba- gai bagian dari strategi bisnisnya. program CSR tidak hanya berarti memenuhi ekspektasi hukum dan kebijakan pemerintah saja tetapi termasuk mengenai sumber daya manusia, lingkungan dan ekologi yang harmonis dan pengembangan masyarakat Jieyi dan Hui, 2009. Namun demiki- an dalam prakteknya masih ada perusahaan dalam melaksanakan CSR-nya terkesan hanya voluntary saja, dalam pelaporannya pun terkesan hanya un- tuk memenuhi peraturan saja. Pemerintah selaku regulator juga dirasa telah mendukung iklim kegiatan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Seperti yang tertera pada Undang-Undang No. 252007 tentang “Penanaman Modal”, pasal 15 menjelas- kan bahwa penanam modal diwajibkan melak- sanakan pertangungjawaban sosial perusahaan. Penanaman modal juga berkewajiban untuk menghormati tradisi masyarakat sekitar lokasi pe- nanaman modal. Sementara di pasal 16 dan 17, di- jelaskan lebih rinci bahwa perusahaan juga diwa- jibkan untuk menjaga kelestarian hidup. Program CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Pasal 74 Undang- undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tanggung jawab sosial, dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan yang mengelolame- miliki dampak terhadap sumber daya alam dan tidak dibatasi kontribusinya serta dimuat dalam laporan keuangan. Program CSR tidak hanya merupakan keg- iatan kreatif perusahaan dan tidak terbatas hanya pada pemenuhan aturan hukum semata. Namun dalam hal ini untuk meningkatkan proit perusa- haan sehingga perusahaan dapat bersaing dalam pasar persaingan dan dengan adanya program CSR setiap perusahaan dapat mensejahterakan atau menambah nilai perusahaan dengan laba yang maksimal harapan untuk untuk mendapatkan laba perusahaan secara berkelanjutan Adhicahya, 2010:1-2. Oyama 2010; dalam Tauginiene, 2010 menyatakan bahwa CSR merupakan kegia- tan khusus bagi perusahaan besar dan tidak bagi perusahaan kecil. Dengan pelayanan CSR akan membuat klien perusahaan lebih tertarik, men- ingkatnya proit, dan membuat perusahaan lebih berbeda dipandang masyarakat Corporate Social Responsibility adalah sesuatu yang berkaiatan dengan governance perusahaan dan prosedur etika bisnis Wise dan Ali, 2009. Proitabilitas merupakan faktor yang mem- buat manajemen menjadi bebas dan leksibel un- tuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham Heize 1976 dalam Anggraini 2006. Sehingga semakin tinggi ting- kat proitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial Bowman dan Haire 1975. Sedangkan Hactson Milne 1996 menemukan tidak ada hubungan yang signiikan antara tingkat proitabilitas dengan pengungka- pan informasi sosial. Belkaoi dan Karpik 1989 mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terha- dap masyarakat sosial menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi proitable. Dan penelitian Mackey, et.al, 2004 menunjuk- kan bahwa perusahaan yang melakukan aktivi- tas pelaporan sosial tidak saja memaksimumkan present value tapi juga memaksimumkan market value perusahaan . Dalam manajemen keuangan proitabilitas dapat di ukur dengan ROA Return On Aset dan ROE Return On Equity . Husnan dan Pudjihas- tuti 2004:72 mengatakan Return On Aset ROA yaitu rasio untuk mengukur aktiva perusahaan memperoleh laba bersih hasil perusahaan”. Dan menurut Rianto 1994:37 mendeinisikan Return on equity ROE sebagai perbandingan antara jum- lah laba yang tersedia bagi pemilik modal di astu pihak dengan pihak lain, dan Untuk mengukur ki- nerja Corporate Social Responbility CSR dapat di hitung juga dengan rasio pasar yaitu mengeval- uasi kinerja perusahaan melalui basis per lembar saham yaitu dapat di ukur dengan Earning Per Share EPS. Ciaran 2003:148 laba per saham adalah salah satu nilai statistik yang paling ser- ing di gunakan ketika sedang membahas kinerja suatu perusahaan atau nilai saham.Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham Darmadji dan Fakhrud- din, 2001:38. Pengaruh ROA, ROE dan EPS terhadap CSR pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 123 Salah satu sektor bisnis yang memiliki tuntut- an etika bisnis dan atau corporate social responsi- bility CSR, human right , hak buruh, stakeholder, perlindungan lingkungan, hubungan masyarakat, transparansi, korupsi, pengawasan produk, prin- sip dan kode etik adalah sektor usaha minyak dan gas Frynas, 2005. Maka tujuan penelitian ini di- lakukan adalah untuk menguji pengaruh pengaruh ROA, ROE dan EPS terhadap CSR pada perusa- haan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORITIS Pengertian CSR Di wilayah Asia, konsep CSR berkembang sejak tahun 1990-an, tetapi pada waktu tersebut belum Terdapat suatu pengertian maupun pema- haman yang baik tenteng konsep CSR. Sementara itu, di Indonesia konsep CSR mulai menjadi isu yang hangat sejak tahun 2000-an. Pertanggung- jawaban sosial perusahaan atau corporate sosial responsibility adalah mekanisme bagi suatu or- ganisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial dalam operasinya dan sosial kedalam operasi dan inter- aksinya dangan stakeholders yang melebihi tang- gungjawab organisasi di bidang hukum Darwin, 2006. ISO 26000: 2010 memberi pengertian Corporate Social Responsibility CSR adalah tanggung jawab sosial adalah merupakan suatu tanggung jawab suatu organisasi yang merupakan dampak dari keputusan serta kegiatan suatu or- ganisasi pada sosial dan lingkungan. Tanggung jawab tersebut serta muncul karena segala kepu- tusan dan kegiatan perusahaan tersebut memilki dampak pada sosial dan lingkungan. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan menginte- grasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan stakeholders berdasar- kan prinsip kesukarelaan dan kemitraan Nuryana, 2005. Dari beberapa pengertian di atas dapat disim- pulkan bahwa perusahaan dalam operasionalnya tidak hanya mementingkan segi inansial peru- sahaan saja. tapi, perusahaan juga harus melihat lingkungan dan sosial masyarakat dimana perusa- haan itu berada atau melakukan operasionalnya. Perusahan yang memperhatikan lingkungan dan sosial masyarakatnya akan menimbulkan penila- ian yang positif di mata stake holder. Dengan sendirinya akan dapat meningkatkan nilai perusa- haan itu sendiri. Kinerja Keuangan dan CSR Belkaoui dan Karpik 1989 mengatakan bah- wa kepeduliannya terhadap masyarakat sosial membuat manajemen untuk membuat perusahaan menjadi proitable. Namun hasil penelitian selan- jutnya menunjukkan bahwa praktik pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan semakin baik dan investor mulai merespon pengungkapan sosial sebagai suatu good news. Hal ini dibuktikan oleh Zuhroh dan Sukmawati 2003 yang mene- mukan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high proile. Selanjutnya Syamni, et.al. 2012 menyebutkan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang melaporkan dan tidak melaporkan CSR. Beberapa penelitian yang berkaitan kinerja keuangan dengan CSR. Suwarjuwono 2008 melakukan penelitian dengan judul pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan studi empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa efek indonesia pada tahun 2005 dan 2006. Bukti empiris pene- litian ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap variabel ROE t+1 sebagai proksi untuk kinerja keu- angan perusahaan. Artinya, aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan terbukti memiliki dam- pak produktif yang signiikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ardimas 2010 yang me- neliti pengaruh kinerja keuangan dan CSR terha- dap nilai perusahaan pada bank go public di BEI. Hasil penelitian menemukan bahwa ROA, OPM, NPM dan CSR berpengaruh positif dan ROE yang berpengaruh negatif terhadap nilai Perusahaan. Adhicahya 2010 yang menganalisis pen- garuh kinerja keuangan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan studi kasus pada perbankan di Indonesia tahun 2007-2008. Hasil penelitian men- emukan bahwa kinerja keuangan ROA tidak berpengaruh terhadap CSR. Secara parsial hanya 124 Jurnal Visioner Strategis Jummaini, Ghazali Syamni, dan Saddam Januar size dan leverage . terhadap CSR perbankan di in- donesia periode 2007-2008. Su’aidah 2010 yang menganalisis pengaruh ROA dan ROE terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan kepemilikan manaje- rial sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian menemukan bahwa ROA dan ROE berpengaruh signiikan terhadap CSR. Berkaitan dengan EPS dapat mencerminkan pendapatan di masa yang akan datang. EPS merupakan indikator yang ber- pengaruh terhadap pendapatan, karena laba pe- rusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi CSR yang di berikan perusahaan. Dimana apabila EPS meningkat, maka akan meningkatkan harga saham dan proit perusahaan juga akan meningkat sehingga pemberian CSR juga akan meningkatkan harga saham Darmadji dan Fakhruddin, 2001. H1: Return on Asset berpengaruh terhadap corpo- rate social responsibility pada perusahaan per- tambangan di Bursa Efek Indonesia. H2: Return on Equity berpengaruh terhadap cor- porate social responsibility pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia H3: Earning Per Share berpengaruh terhadap cor- porate social responsibility pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan pertamban- gan yang terdaftar di bursa efek Indonesia selama tahun 2010-2011. Ada 31 perusahaan pertamban- gan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia namun data yang tersedia hanya 28 perusahaan yang di- akses melalui website. www.idx.co.id. Adapun nama-nama perusahaan tersebut ada- lah Adaro Energi Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, Ratu Prabu Energi Tbk, ATPK Resources Tbk, Benakat Petroleum Energi Tbk, Borneo Lumbung Energi Tbk Berau Coal Energi Tbk, BUMI Resources Tbk, Bayan Resources Tbk, Cit- ra Mineral Investindo Tbk, Citatah Tbk, Dharma Henwa Tbk, Central Omega Resources Tbk, Delta Dunia Makmur Tbk, Garda Tujuh Buana Tbk, Harum Energi Tbk, Elnusa Tbk, Energi Mega Per- sada Tbk, Internasional Nikel Indonesia Tbk, Indo Tambang Raya Megah Tbk, Resources Alam Tbk, Medco Energi Internasional Tbk, Mitra Investin- do Tbk, Perdana Karya Perkasa Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, Petrosa Tbk, Radiant Utama Interinsco Tbk, dan Timah persero Tbk Deinisi Operasional Variabel Operasional variabel dan pengukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Return on Asset X 1 , yaitu mengukur efek- tivitas perusahaan di dalam menghasilkan ke- untungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya di ukur dengan skala persentase. 2. Return on Equity X 2 , yaitu menunjukkan tingkat pengembalian yang dihasilkan mana- jemen atas modal yang ditanam pemegang saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditor yang dimilikinya di ukur dengan skala persentase. 3. Earning Per Share X 3 , penghasilan bersih yang diperoleh untuk setiap saham yang diinv- estasikan diukur dengan sekala rupiah. x100 4. Corporate Social Responsibility Y, yaitu bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat dapat di ukur dengan sekala rupi- ah. Menurut Undang-undang nomor 22 tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2004. CSR = laba bersih x 2,5 Motede Analisis Data Metode analisis data digunakan model regresi linier berganda, Adapun formula adalah sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 +e Dimana: Y = corporate social responbility Pengaruh ROA, ROE dan EPS terhadap CSR pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 125 a = konstanta b 1..3 = koefesien regresi X 1 = return on asset X 2 = return on equity X 3 = earning per share e = error term PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1 di bawah ini akan men- yajikan beberapa poin penting, yaitu; model persamaan, pengujian hipotesis dan koeisien determinasi. Pertama, hasil perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS Versi 16 didapatkan model pers- maannya adalah; LnCSR = 13,657 + 1,542ROA - 0,414ROE -1,049EPS. Hasil penelitian menemukan bahwa R 2 adalah 0,29729,7, hal ini menunjukkan bahwa vari- asi variabel independen mampu menjelaskan vari- abel dependen, sedangkan sisanya 70,3 dijelas- kan oleh variabel lain diluar variabel independen. Nilai koefesien korelasi R sebesar 0,545 menun- jukan tidak bersifat kuat variabel independen ter- hadap variabel dependen sebesar 54,5. Temuan lainnya juga menemukan bahwa secara simultan ketiga variabel independen ROA, ROE dan EPS berpengaruh signiikan terhadap CSR. Hal terse- but dapat dilihat pada nilai signiikansi F statistik yaitu 0.035 atau dibawah 5. Hal ini mengindi- kasikan saat ini pemberian CSR dipengaruhi oleh ROA, ROE dan EPS. Nilai konstanta sebesar 13,657 artinya jika variabel ROA, ROE dan EPS konstan, maka be- sarnya CSR adalah sebesar 13,657. Nilai koe- isien regresi Return On Asset sebesar 1,542 men- unjukkan hubungan positif berarti bahwa setiap kenaikan tingkat Return On Asset sebesar 1 maka menyebabkan tingkat CSR meningkat sebe- sar 1,542 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Meskipun sgniikansinya 10, hal tersebut terjadi tidak karena laba ROA untuk perusahaan tidak semunya untuk CSR tetapi di gunakan untuk pengembangan asset.Jadi, pengu- jian hipotesis ROA berpengaruh terhadap CSR adalah didukung. Selanjutnya, ROE nilainya-0,414 menunjuk- kan hubungan negatif yang memberi arti bahwa setiap kenaikan tingkat ROE sebesar 1 maka menyebabkan penurunan CSR. Namun ROE tidak berpengaruh secara signiikan terhadap CSR ka- rena nilai signiikansinya lebih besar 10 atau 0.425 jadi menolak hipotesis 2 yang menyatakan ROE berpengaruh terhadap CSR. Hal ini di sebab- kan karena ROE tidah selalu di gunakan untuk mengukur CSR karena perusahaan lebih senang menahan laba kembali ke perusahaan. Sedangkan EPS adalah -1,049 menunjukkan hubungan negatif yang memberi arti bahwa setiap kenaikan tingkat EPS sebesar 1 maka me- nyebabkan tingkat CSR menurun 1,049. Hal ini di sebabkan karena sebagian modal dan laba yang di- hasilkan dari saham digunakan untuk kepentingan CSR yang mana laba untuk pemegang saham dan laba untuk pemilik perusahaan akan berkurang, sehingga bagi para investor bahwa CSR tidak bagitu penting dalam pengendalian keputusan ka- rena mangakibatkan para invesror mendapatkan deviden yang sedikit, akan tetapi apabila dilihat Tabel 1 Hasil Koeisien Regresi Coeficients a Model Unstandardized Coefi- cients Standardized Coeficients t Sig. F Sig B Std. Error Beta 1 Constant 13.657 1.094 12.479 .000 3.384 0.035 a ROA 1.542 .769 .656 2.006 .056 ROE -.414 .510 -.204 -.812 .425 EPS -1.049 .444 -.823 -2.362 .027 R=0.545 a R 2 =0.297 Adjusted R 2 =0.209 a. Dependent Variable: CSR Sumber : Data diolah 2013 126 Jurnal Visioner Strategis Jummaini, Ghazali Syamni, dan Saddam Januar dari perusahaan maka CSR itu sangatlah penting atau sangat dibutuhkan untuk mempertahankan pandangan masyarakat sekitar perusahaan atau dengan kata lain supaya citra perusahaan baik di dalam masyarakat. Hal ini sesuaikan dengan penelitian oleh Adirmas 2012 dan Adicahya 2010. Jadi kesimpulannya, menerima hipotesis yang menyatakan Earning Per Share berpengaruh terhadap CSR. KESIMPULAN Hasil penelitian menemukan bahwa secara simultan semua variabel penelitian Return On As- set, Return On Equity, Dan Earning Per Share berpengaruh terhadap CSR. Namun secara parsial hanya ROA dan EPS yang berpengaruh terhadap CSR pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pemberian CSR sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan pertambangan. Re- turn On Asset, meskipun nilai signiikan 10, hal tersebut dikarenakan perusahaan lebih cenderung dananya diinvestasikan ke aset dibandingkan un- tuk digunakan CSR. Sedangkan ROE tidak mem- pengaruhi CSR karena perusahaan lebih mem- pertimbangkan laba perusahaan untuk menahan labanya daripada diberikan untuk CSR. Dalam konteks EPS memang mempengaruhi CSR namun investor lebih senang dividennya untuk dibagikan, jika dibagikan untuk CSR tentu akan mengurangi hasil yang diterima oleh investor. Perusahaan pertambangan diharapkan dapat mempertahankan dan terus meningkatkan kiner- janya dengan memberikan perhatian dan pening- katan terhadap eisiensi operasional perusahaan dan melakukan transparansi terhadap penggunaan dana untuk menjaga kepercayaan investor, untuk para investorpara pelaku pasar modal sekiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu strategi atau tolak ukur dalam melakukan analisa dan pengambilan keputusan investasi terhadap portofolionya. Penelitian memiliki ket- erbatasan dari sampel hanya perusahaan pertam- bangan saja. Sebaikknya, penelitian selanjutnya memasukkan perusahaan lainnya dan memasuk- kan nilai good corporate governance. Pengaruh ROA, ROE dan EPS terhadap CSR pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 127 REFERENSI Adhicahya. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Bank Di Indonesia Periode 2007-2008. Jurnal Ilmiah Universitas Indonesia. Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempen- garuhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Simposium Nasional Akuntansi. Pa- dang. Ardiamas, Wahyu. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corperate Social Responbility CSR Terha- dap Nilai Perusahaan Pada Bank Go Publik Yang Terdaftar di BEI. Universitas Negeri Semarang. Sumatra. Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision to Disclose So- sial Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 2, No. 1, p. 36- 51. Bowman, E.H., and Haire, M. 1975. A Strategic Posture Towards Corporate Social Responsibility. Cali- fornia Management Review 18 .2: 48-58 Ciaran. 2003. Manajemen Keuanngan . BPFE. Bandung. Darmaji Tjiptono, Fakhuddin, Hendy M. 2001. Pasar Modal Di Indonesia: Pendakatan Tanya Jawab. Salemba Empat. Jakarta. Darwin, Ali. 2006.Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan, dan Pengungkapan CSR bagi Perusahaan di Indonesia. Economics Business Accounting Review . Edisi III September-Desember. Frynas, J.G. 2005. The false developmental promise of Corporate Social Responsibility: Evidence from multinational oil companies. International Affairs. 81, 3 2005 581 – 598 Hackston Davin and Milne, Markus J. 1996. Some Determinants of Social and Environmental Disclo- sure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing Acountability Journal 9 1: 77-108 Husnan dan Pudjihastuti.2004.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, UPP AMP YKPN Jogyakarta. Jieyi dan Hui. 2009. Pengaruh Sosial Perusahaan Terhadap Likuiditas Saham. Jurnal Ilmiah Universitas Gunadarma. Mackey, Alison; Mackey, Tyson,. and Barney, Jay B. 2004. Corporate Social Responsibility and Firm Performance: Investor Preferences and Corporate Strategies. Academy of Management Review, Ohio State University. Nuryana. 2005. Pengaruh Pengungkapan Corperate Social Responbility Terhadap Proit Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Pada BEI Tahun 2001-2003. Jurnal Ilmiah Univesitas Dipenegoro Semarang. Riyanto, Bambang. 1994. Analisis Fortofolia Saham. Rineka Cipta. Jakarta. 128 Jurnal Visioner Strategis Jummaini, Ghazali Syamni, dan Saddam Januar Su’aidah, Siti. 2010. Pengaruh ROA dan ROE Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR dan Kepemilikian Manajerial Sebagai variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmiah Universitas Indonesia. Suwarjuwono. 2008. Pengaruh Corporate Social Responbility Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Em- piris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di BEI Tahun 2005-2006 Simposium Nasional Akuntansi. Sesi Kedua Syamni, Ghazali, Nurhayati dan Haykal, M 2012 analisis perbedaan kinerja keuangan perusahaan sus- tainability dengan non sustainability reporting dalam pelaporan CSR di bursa efek indonesia, Pro- sididng Tauginiene, Loretta .2010. Corporate Social Responsibility in the Research Management , 16 th EDAM- BA Summer Academy Wise, Victoria, dan Ali, Mahboob Muhammad, 2009. Corporate Governanve and Corporate Social Re- sponsibility in Bangladesh with Special Reference to Commercial Banks, Working Paper. No.AIUB- BUS-ECON, 05 Zuhroh, Diana dan Heri, I Putu Pande Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya,16-17 Agustus Undang-Undang No. 252007 tentang Penanaman Modal Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Tanggung Jawab Sosial, dan Lingkun- gan www.idx.co.id . Diakses November 2012 di Hokseumawe Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 129 Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe This study aimed to analyzed the effect of household consumption and savings to income communities of Panggoi Muara Dua Lhokseumawe. Data collected with distribute of questionnaire in this study is 93 respondents. The model used in this study is the multiple linear regression. The results of the study show that correlation coeficient 98.4 , it means that the relation- ship between household consumption variable and savings to income of the people in the village of Muara Dua Panggoi Kecamata Lhokseumawe. Based on the hypothesis test known household consumption and savings effect to income communities of Panggoi Muara Dua Lhokseumawe. Keywords: Household consumption, savings, income M a r z u k i Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 129-141 130 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i LATAR BELAKANG Pendapatan merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan ke- hidupannya. Pendapatan adalah uang yang dit- erima seseorang baik dari perusahaan maupun dari usaha yang dilakukannya dalam bentuk gaji upah, laba, bunga, tunjangan pengangguran, uang pensiun dan sebagainya. Setiap individu memi- liki jumlah pendapatan yang berbeda semuanya tergantung pada tingkat kemampuannya untuk mendapatkan penghasilan demi memenuhi keper- luan hidupnya. Masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi lebih banyak menggunakan pendapatannya pada kebutuhan konsumsi non makanan seperti pengel- uaran untuk pendidikan, kesehatan, pakaian, trans- portasi, perbaikan rumah, membeli barang-barang pribadi dan mewah dan lain sebagainya. Sedang- kan untuk kebutuhan konsumsi seperti beras, lauk pauk, susu, teh, gula tetap mereka konsumsi juga. Pada kebutuhan konsumsi makan ini masyarakat tidak menguranginya sama sekali karena menurut mereka makanan tersebut merupakan makanan yang harus dipenuhi sehari-hari. Namun hal tersebut terkadang sulit dicapai karena kebutuhan dan keinginan berkembang dengan cepat, sehingga berapapun besarnya pen- dapatan akan selalu tidak cukup untuk memen- uhi segala kebutuhan dan keinginan tersebut. Penduduk Desa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe berjumlah kurang lebih 1.338 Kepala Keluarga, yang terdiri dari empat 4 du- sun dan jumlah penduduk setiap dusun berbeda- beda. Dusun A Bahagia, terdiri dari 318 kepala keluarga, dusun B Arongan sebanyak 400 kepala keluarga, dusun C Alue Seribu sebanyak 520 kepala keluarga dan dusun D Lhoh Tampu se- banyak 100 kepala keluarga. Penduduk dusun D lebih sedikit dibandingkan dengan 3 dusun lain- nya, hal itu disebabkan karena letak dusun D yang lebih jauh dan sulit dijangkau. Masyarakat Desa Panggoi juga memiliki profesi yang berbeda-beda ada Pegawai Negeri Sipil PNS, pegawai swasta, pegawai Badan Usaha Milik Negara BUMN, kontraktor, wiraswasta, petani, pedagang, kuli bangunan bahkan buruh harian. Dalam menda- patkan penghasilanpun caranya berbeda-beda, ada yang berpenghasilan bulanan, mingguan bahkan harian, semua itu tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukannya. Berdasarkan latar belakang di atas maka pe- neliti merumuskan permasalahan bagaimanakah pengaruh konsumsi rumah tangga dan tabungan terhadap pendapatan masyarakat Panggoi Ke- camatan Muara Dua Kota Lhokseumawe baik se- cara simultan maupun secara parsial? TINJAUAN TEORITIS Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat men- gurangi ataupun menghabiskan nilai guna dari suatu barang dan jasa. Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pem- belian barang-barang dan jasa-jasa guna menda- patkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan. Su- harno 2006:18 menjelaskan bahwa pengertian konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang- barang atau jasa-jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup. Barang-barang yang diperlukan untuk me- menuhi kebutuhan hidup ini tergantung dari pen- dapatan yang diperoleh. Prakarsa 2009:49 mendeinisikan konsumsi Consumption adalah Kegiatan mengurangi nilai guna barang dan jasa, dengan tujuan untuk me- menuhi kebutuhan. Alat untuk melakukan kon- sumsi adalah dengan menggunakan pendapatan, maka konsumsi juga sering diartikan bagian pen- dapatan masyarakat yang digunakan untuk mem- beli barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan. Bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil seluruh pendapatannya akan habis dipergu- nakan untuk keperluan konsumsi. Konsumsi ada- lah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Nanga, 2005:12 mendeinisikan Rumah tangga merupakan salah satu unit pengambil keputusan yang menyediakan, dalam arti menjual atau menyewakan faktor-faktor produksi kepada perusahaan. Untuk itu rumah tangga menerima pendapatan berupa upah, bunga, laba atas jasanya menyediakan faktor-faktor tersebut. Rumah tang- ga juga berkewajiban membayar pajak. Konsumsi Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 131 rumah tangga meliputi semua pengeluaran barang ataupun jasa baik yang tahan lama maupun yang tidak tahan lama dikurangi hasil penjualan netto penjualan dikurangi pembelian barang-barang bekas atau yang tidak terpakai yang dilakukan oleh suatu rumah tangga. Selain untuk pengeluar- an makanan, minuman, bahan bakar dan jasa-jasa termasuk juga barang yang tidak ada diproduksi lagi seperti karya seni dan barang antik. Supriana 2008:18 mengatakan bahwa pen- dapatan rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut di beli oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak semua transaksi yang dilakukan rumah tangga digolong- kan konsumsi, ada juga yang termasuk dalam golongan investasi seperti membeli rumah, mobil dan barang berharga lainnya. Keputusan konsumsi rumah tangga dipen- garuhi keseluruhan perilaku baik jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi ru- mah tangga untuk jangka panjang adalah penting karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk analisa jangka pendek peranan- nya penting dalam menentukan permintaan agre- gat. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, namun pertambahan konsumsi yang ter- jadi, lebih rendah dari pada pertambahan penda- patan yang berlaku. Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi atau sama den- gan jumlah pendapatan dikurangi dengan jumlah konsumsi. Observasi langsung telah menunjuk- kan bahwa orang kaya menabung lebih banyak dibandingkan dengan orang miskin, bukan hanya absolut tetapi juga presentase dari pendapatan. “Masyarakat yang terlalu miskin jelas tidak akan mampu menabung sama sekali, mereka bahkan membelanjakan lebih banyak daripada yang mereka peroleh. Kekurangan akan ditutup dari hutang atau mengambil tabungan yang telah ada sebelumnya.” Samuelson dan Nordhaus : 2004:306. Prof Sumitro Djojohadikusuma dalam Kasmir 2002:27 mengartikan tabungan adalah kemam- puan dan kesediaan menahan nafsu konsumsi un- tuk beberapa waktu agar di masa depan terbuka kemungkinan konsumsi yang lebih memuaskan. Pendapatan merupakan uang diterima seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji, upah, bunga, laba, tunjangan pengangguran, upah pensiun dan sebagainya. Menurut Sukirno 2002:31 Pen- dapatan merupakan balas jasa atau penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sek- tor rumah tangga, oleh sektor perusahaan yan berupa gaji, upah, sewa, bunga, atau keuntungan. Lebih lanjut Syafri 2002:58 mengemukakan pendapatan sebagai “kenaikan gross di dalam aset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba”. Kemudian Alma 2003:264 mengatakan bahwa revenue merupa- kan Jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari penjualan produknya. Kerangka pemikiran merupakan model kon- septual tentang bagaimana teori-teori berhubun- gan dengan berbagai faktor yang telah diidenti- ikasi sebagai masalah yang penting. Dari uraian diatas dan juga permasalahan yang telah dibahas pada latarbelakang sebelumnya sehingga peneliti dapat menggambarkan kerangka pemikiran seba- gai berikut. Kerangka Pemikiran Konsumsi Rumah Tangga X1 Pendapatan Y Tabungan X2 Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga X 1 dan tabungan X 2 sebagai var- iabel bebas independent variable. Selanjutnya variabel bebas tersebut mempengaruhi pendapa- tan Y sebagai variabel terikat dependent vari- able dan akan di uji baik secara parsial maupun silmultan. Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang ada, dimana Uji t Uji t Uji F 132 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau uji secara empiris. Adapun yang menjadi hipote- sis dalam penelitian ini, adalah adanya pengaruh pengeluaran rumah tangga dan tabungan terhadap pendapatan masyarakat di Desa Panggoi Kecama- tan Muara Dua Kota Lhokseumawe baik secara simultan maupun parsial METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pang- goi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Panggoi yang terdi- ri dari 4 dusun yaitu dusun A Bahagia, dusun B Arongan, dusun C Alue Seribu dan dusun D Lhoh Tampu. Data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data primer. Data primer adalah subjek uta- ma dari mana data tersebut diperoleh Arikunto, 2005:114. Sumber data primer adalah sumber data pokok dalam penelitian, dimana yang menja- di sumber data primer adalah data quesioner yang dijawab oleh responden. Populasi dalam penelitian ini adalah selu- ruh masyarakat Desa Panggoi yang berjumlah 1.338 Kepala Keluarga pada tahun 2011. Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan ada- lah metode Accidental Sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja yang kebetulan dijumpai peneliti dapat diguna- kan sebagai sampel, dengan menggunakan rumus slovin yang dikutip dalam Umar 2003:141 yaitu sebagai berikut: n = N 1+Ne² Dimana : n = Jumlah Sampel N = Populasi e = Persen Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan Pengambilan Sampel yang masih dapat ditolerir Maka: n = 1.338 1+ 1.338 0,1² n = 1.338 14,38 n = 93, 04 dibulatkan menjadi 93 Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 93 kepala keluarga yang ditetap- kan sebagai responden. Untuk memperoleh data-data di dalam mem- bahas permasalahan penelitian ini, penulis mel- akukan pengumpulan data melalui penelitian Lapangan Field Research yaitu suatu cara untuk mendapatkan data primer yang dilakukan secara langsung ke objek penelitian, dalam pengumpulan data primer teknik yang penulis gunakan adalah melalui quisioner daftar pertanyaan yang diberi- kan langsung kepada responden dalam penelitian ini yaitu masyarakat Desa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Deinisi Operasional variabel ini dilakukan untuk memberi batasan terhadap variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua vari- abel yang digunakan yaitu variabel independen dan dependen. Adapun yang menjadi independen dalam penelitian ini pengeluaran konsumsi rumah tangga X 1 dan tabungan X 2 . Sedangkan vari- abel dependen pendapatan Y. Pengeluaran konsumsi rumah tangga X 1 adalah Pengeluaran konsumsi rumah tangga ada- lah belanja yang dikeluarkan suatu rumah tangga dalam satu periode tertentu dengan tujuan memen- uhi kebutuhan hidupnya. Diukur dalam satuan ru- piah dengan menggunakan skala rasio. Tabungan X 2 adalah Tabungan adalah ba- gian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi atau sama dengan jumlah pendapatan dikurangi konsumsi. Diukur dalam satuan rupiah dengan menggunakan skala rasio Pendapatan Y adalah suatu gambaran ting- kat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebu- tuhannya dalam jangka waktu tertentu umumnya satu bulan. Diukur dalam satuan rupiah dengan menggunakan skala rasio. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Uji nor- malitas pada penelitian dianalisa dengan meng- gunakan Kolmogrov-Smirnov , dimana nilai uji Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 133 normalitas dilihat dari besarnya nilai signiikansi yang berkisar antara 0 - 0,05, apabila nilai signii- kan dibawah 0,05 maka dinyatakan distribusi data tidak merata dan sebaliknya apabila nilai signii- kan diatas 0,05 maka dinyatakan distribusi data merata.

2. Uji Multikolinearity

Dalam penggunaan model analisis regresi linier berganda apabila terjadinya pelanggaran terhadap asumsi klasik, maka dalam penelitian akan diperbaiki dengan menggunakan Uji Mul- tikolinearity yaitu pengujian yang bertujuan un- tuk mengetahui apakah masing-masing variabel penjelas saling berhubungan secara linier dalam penggunaan regresi linier. Apabila hubungan antara semua atau beberapa variabel penjelas san- gat erat berarti terjadi multikolinieritas, akibatnya variabel penaksir cenderung menjadi terlalu besar sehingga t- hitung menjadi terlalu kecil dan tidak sig- niikan. Untuk mendeteksi multikolinearity maka dui- gunakan nilai VIF dimana nilai VIF yang yang berkisar angka 1 bermakna tidak terjadi multiko sementara apabila nilai VIF kurang dari angka 1 dianggap terjadi multikolinearity Pratisto, 2004 : 161. Pengujian Heterokedastisitas Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan ke peengamatan yang lainnya Santoso, 2005:242. Artinya, setiap observasi pengamatan mempunyai reabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatar be- lakangi tidak terangkum dalam spesiikasi model. Jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisi- tas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Suatu regresi dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisi- tas apabila titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu y. Metode Analisis Data Adapun metode analisis data yang penulis gu- nakan dalam penelitian ini adalah dengan meng- gunakan alat ukur regresi linear berganda yang diolah melalui bantuan komputer pada Program SPSS Statistic Package for Social Science Se- cara matematis alat ukur regresi linear berganda di formulasikan sebagai berikut : Gujarat, 2004 : 96. Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Dimana: Y = Pendapatan a = Konstanta b = Koeisien X 1 = Pengeluaran rumah tangga X 2 = Tabungan e = Error term Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan dua kriteria pengujian yaitu uji-F statistika dan uji-t statistik. Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan penjabarannya sebagai beri- kut: Uji Signiikan Simultan Uji-F Uji-F pada dasarnya menunjukkan semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terha- dap variabel terikat atau tidak. Langkah-langkah tersebut di uji mengunakan uji dua arah. Bentuk pengujiannya adalah : H0 : b1, b2, = 0, artinya konsumsi rumah tangga dan tabungan secara simultan tidak berpen- garuh terhadap pendapatan masyarakat Pang- goi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseu- mawe. Hi : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya konsumsi rumah tang- ga dan tabungan secara simultan berpengaruh terhadap Pendapatan Masyarakat Panggoi Ke- camatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Selanjutnya untuk kriteria pengujian uji-F ada- lah sebagai berikut : Jika F hitung F tabel pada α = 5 berarti Ho dito- lak dan menerima Hi. Sedangkan jika F hitung F tabel pada α = 5 berarti Ho diterima dan menolak. Uji Signiikan Parsial Uji-t Untuk menguji parameter dugaan regresi dari masing - masing variabel bebas mengunakan uji- t statistika. Uji-t bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang signiikan dari 134 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i variabel bebas terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah : H0 : b1 = 0, artinya konsumsi rumah tangga secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Hi : b1 ≠ 0, artinya konsumsi rumah tangga se- cara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. H0 : b2 = 0, artinya Tabungan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Hi : b2 ≠ 0, Artinya artinya Tabungan secara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Untuk langkah-langkah pengujian dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika t hitung t tabel pada α = 5 berarti Ho ditolak dan menerima Hi, sedangkan; Jika t hitung t tabel pada α = 5 berarti Ho diterima dan menolak Hi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daer- ah, peningkatan status Lhokseumawe menjadi kota administratif dengan Nota Dinas Bupati Kepala Daerah TK II Aceh Utara Nomor:1255080 tang- gal 02 Mei 1980 Drs. Mahyiddin AR ditunjuk se- bagai ketua Tim Perencana Kota Lhokseumawe menjadi kota administratif di bawah arahan bupati Aceh Utara Kol. H. Ali Basyah pada tanggal 14 Agustus 1986 dengan peraturan pemerintah Lhok- seumawe ditandatangani oleh Presiden Soeharto dengan walikotifnya Drs. Mahyiddin AR yang dilantik oleh Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Aceh Prof. DR. Ibrahim Hasan, MBA. Peresmian dan pelantikan walikotif secara dejure dan defacto , Lhokseumawe telah menjadi kota administrative terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat. Kemudian pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta, Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri meresmikan Pemerintahan Kota Lhokseumawe bersama 12 kabupatenkota seluruh Indonesia. Selanjutnya pada 02 November 2001 bertempat di Banda Aceh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Bapak Ir, H. Abdullah Puteh melantik Drs. H. Rachmatsyah sebagai walikota pemerinta- han Lhokseumawe yang pertama. Lahirnya berba- gai kebijakan pemerintah seiring dengan reformasi pemerintahan di Negara kita, telah mengakibatkan perubahan paradigma pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Undang- Undang No.23 Tahun 2004, tentang pemerintahan daerah telah merubah paradigma pemerintahan daerah dari paradigma sentralisasi pemerintah kea rah desentralisasi den- gan pemberian Otonomi Daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab. Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe berdiri pada tahun 2001 dan disah- kan dengan Perda 42001. Salah satu pokok Sek- retariat Daerah Kota Lhokseumawe adalah mel- aksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang kesejahteraan dan ekonomi. Adapun luas pemerintahan Kota Lhokseu- mawe 181,10 KM 2 yang meliputi 4 empat ke- camatan yaitu: Banda Sakti, Muara Dua, Muara Satu dan Blang Mangat dengan batas-batas seba- gai berikut: 1. Sebelah Utara dengan Selat Malaka 2. Sebelah Timur dengan Kecamatan Syamtalira Bayu Aceh Utara 3. Sebelah Selatan dengan Kuta Makmur Aceh Utara 4. Sebelah Barat dengan Kecamatan Dewantara Aceh Utara Lhokseumawe memiliki beberapa kecamatan salah satunya Kecamatan Muara Dua, yang terdiri dari 12 desa, salah satunya adalah Desa Panggoi. Luas wilayah Desa Panggoi 1.320 Ha, dengan jumlah 4 dusun yaitu dusun A Bahagia, Dusun B Arongan, dusun C Alue Seribu dan Dusun D Lhoh Tampu. Jumlah penduduk sebanyak 1.338 Kepala Keluarga. Diantara ke 4 dusun tersebut dusun C Alue Seribu merupakan dusun yang paling banyak masyarakatnya yaitu 520 Kepala Keluarga sedan- gkan yang paling sedikit dusun D Lhoh Tampu yaitu 100 Kepala Keluarga, dusun A Bahagia dan Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 135 B Arongan masing-masing 318 dan 400 Kepala Keluarga. Jumlah pemukiman didesa Panggoi meliputi rumah permanen 500 unit, semi permanen 100 unit, non permanen 150 unit dan kumuh sekitar 300 unit. Dalam jasa pendidikan, di Desa panggoi juga memiliki beberapa sekolah seperti 6 Taman Kanak-kanak TK, 2 Sekolah Dasar SD, SMP dan SMA Sukma Bangsa. Selain itu ada juga keg- iatan informal seperti balai pengajian, pengajian biasanya dimulai sore sampai malam hari. Pen- gajian tidak hanya bagi anak-anak tapi ada juga pengajian pemuda, ibu-ibu bahkan bapak-bapak jamaah mesjid. Didesa panggoi juga terdapat beberapa per- kantoran seperti kantor pajak kendaraan, PT. Sampoerna. Tbk, Gudang garam Jarum dan kan- tor koramil II. Sarana olah raga yang ada di desa Panggoi yaitu lapangan Futsal. Home industri di desa Panggoi menjahit sedangkan untuk pergu- dangan ada beberapa diantaranya rokok, kelon- tong dan pupuk. Didesa Panggoi juga terdapat sebuah mesjid, sebuah meunasah dan 3 mushalla. Klasiikasi jenis kelamin dalam penelitian ini penulis membagi kedalam dua bagian yaitu laki- laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui mengenai frekuensi jenis kelamin responden dalam peneli- tian ini yaitu untuk laki-laki adalah sebanyak 67 responden atau 72,0 persen dan untuk perempuan adalah 26 responden atau 28,0 persen. Responden dalam penelitian ini lebih didominasi oleh laki-la- ki karena target dalam penelitian ini adalah kepala keluarga. Klasiikasi responden menurut umur penulis mengklasiikasikan kedalam 5 tahapan yaitu tahap pertama adalah 25 tahun, tahap kedua adalah 26-35 tahun, tahap ketiga adalah 36-45 tahun, ta- hap keempat adalah 46-55 tahun, dan kelima ada- lah 56-65 tahun. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui responden yang memiliki umur 25 Tahun itu sebanyak 5 re- sponden atau 5,4 persen, maknanya adalah sedikit responden yang menikah dini. Kemudian re- sponden yang memiliki umur 26-35 tahun adalah sebanyak 28 responden atau 30,1 persen. Re- sponden yang memiliki umur 36-45 tahun adalah sebanyak 34 responden atau 36,6 persen, dilanjut- kan dengan responden yang memiliki umur 46- 55 tahun yaitu sebanyak 17 responden atau 18,3 persen, dan yang terakhir responden yang memi- liki umur 56-65 tahun yaitu sebanyak 9 responden 9,7 persen, responden yang berusia 56-65 tahun diantaranya adalah pensiunan namun ada juga yang masih produktiv dalam usaha-usahanya. Penggolongan responden menurut status perkawinan penulis mengklasiikasikan kedalam dua tahap yaitu 1. Kawin, 2 JandaDuda. Tabel 1 Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 67 72.0 72.0 72.0 Perempuan 26 28.0 28.0 100.0 Total 93 100.0 100.0 Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Tabel 2 Umur Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 25 Tahun 5 5.4 5.4 5.4 26-35 Tahun 28 30.1 30.1 35.4 36-45 Tahun 34 36.6 36.6 72.0 46-55 Tahun 17 18.3 18.3 90.3 56-65 Tahun 9 9.7 9.7 100.0 Total 93 100.0 100.0 Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 136 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i Status Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kawin 79 84.9 84.9 84.9 JandaDuda 14 15.1 15.1 100.0 Total 93 100.0 100.0 Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Tabel 4 Pendidikan Terakhir Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sekolah Dasar SD 11 11.8 11.8 11.8 Sekolah Menengah Pertama 10 10.8 10.8 22.6 Sekolah Menengah Atas SMA 33 35.5 35.5 58.1 Diploma 9 9.7 9.7 67.7 Strata 1 27 29.0 29.0 96.8 Strata 2 3 3.2 3.2 100.0 Total 93 100.0 100.0 Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Tabel 5 Pekerjaan Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid PetaniPeternak 15 16.1 16.1 16.1 Pedagang 11 11.8 11.8 28.0 Pegawai Negeri Sipil 21 22.6 22.6 50.5 BUMN 3 3.2 3.2 53.8 Wiraswasta 29 31.2 31.2 84.9 Satpam 4 4.3 4.3 89.2 Buruh 8 8.6 8.6 97.8 Kontraktor 2 2.2 2.2 100.0 Total 93 100.0 100.0 Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 93 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 2.71783696 Most Extreme Differences Absolute .115 Positive .115 Negative -.077 Kolmogorov-Smirnov Z 1.109 Asymp. Sig. 2-tailed .171 a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearity Coeficients a Model Unstandardized Coeficients Standard- ized Coef- icients T Sig. Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero- order Partial Part Toler- ance VIF 1 Constant 140559.601 53822.318 2.612 .011 x1 1.114 .039 .737 28.489 .000 .956 .949 .539 .533 1.875 x2 1.076 .087 .319 12.342 .000 .823 .793 .233 .533 1.875 a. Dependent Variable: Berapa pendapatan saudara per bulan? Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 137 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui respon- den yang statusnya kawin adalah sebanyak 79 responden atau 84,9 persen dan Responden yang sudah JandaDuda itu sebanyak 14 responden atau 15,1 Persen. Jadi, diantara 26 responden perem- puan, 14 orang responden yang berstatus janda. Pengolongan responden menurut pendidikan penulis mengklasiikasikan kedalam enam tingka- tan yaitu Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas, Diplo- ma, Strata 1 dan Strata 2. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui frekuen- si responden menurut pendidikan yaitu yang berpendidikan Sekolah Dasar SD yaitu seban- yak 11 responden atau 11,8 persen, kemudian yan berpendidikan Sekolah Menengah pertama adalah sebanyak 10 responden atau 10,8 persen, selanjutnya yang berpendidikan Sekolah Menen- gah Atas SMA adalah sebanayak 33 responden atau 35,5 persen, dan selanjutnya responden yang berpendidikan Diploma adalah sebanayk 9 res- ponden atau 9,7 persen, lebih lanjut responden yang berpendidikan Strata 1 adalah sebanyak 27 responden atau 29,0 persen, dan yan terakhir responden yang berpendidikan Strata 2 adalah sebanyak 3 responden atau 3,2 persen. Untuk frekuensi responden menurut pekerjaan dalam penelitian ini penulis dapat mengklasiikasikan kedalam beberapa jenis pekerjaan yaitu petani peternak, pedagang, pegawai negeri sipil, BUMN, Wiraswasta, Satpam, Buruh, dan Kontraktor. Berdasarkan Tabel 5 maka dapat diketahui dengan jelas frekuensi responden menurut peker- jaannya yaitu responden yang memiliki pekerjaan petanipeternak yaitu sebanyak 15 responden atau 16,1 persen, kemudian responden yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang yaitu sebanyak 11 responden atau 11.8 persen, dan kemudian re- sponden yang memiliki pekerjaan sebagai Pega- wai Negeri Sipil yaitu sebanyak 22 responden atau 22,6 persen, selanjutnya responden yang memiliki pekerjaan sebagai BUMN yaitu sebanyak 3 re- sponden atau 3,2 persen, lanjut responden yang memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta yaitu se- banyak 29 responden atau 31,2 persen, selanjutnya responden yang memiliki pekerjaan sebagai Sat- pam itu sebanyak 4 responden atau 4,3 persen, dan selanjutnya responden yang memiliki pekerjaan sebagai buruh yaitu sebanyak 8 responden atau 8,6 persen, dan yang terakhir responden yang me- miliki pekerjaan sebagai kontraktor yaitu seban- yak 2 responden atau 2,2 persen. PEMBAHASAN Hasil Uji Normalitas Data Pengujian normalitas dilakukan untuk meng- etahui apakah distribusi data penelitian masing- masing variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas pada penelitian dianalisa dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov , dimana nilai uji normalitas dilihat dari besarnya nilai signii- kansi yang berkisar antara 0 - 0,05, apabila nilai signiikan dibawah 0,05 maka dinyatakan distri- busi data tidak merata dan sebaliknya apabila nilai signiikan diatas 0,05 maka dinyatakan distribusi data merata. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui nilai sig- niikan sebesar 0,171 atau 17,1 persen ini berarti lebih besar daripada 0,05 atau 5 persen, sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwasanya data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal. Hasil Uji Multikolinearity Uji multikolinearity bertujuan untuk meng- etahui apakah masing-masing variabel penjelas saling berhubungan secara linier dalam penggu- naan regresi linier. Untuk mendeteksi multikolin- earity maka digunakan nilai VIF dimana nilai VIF yang yang berkisar angka 1 bermakna tidak ter- jadi multikolinearity sementara apabila nilai VIF kurang dari angka 1 dianggap terjadi multikolin- earity Pratisto, 2004 : 161. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui semua nilai VIF berkisar diatara angka 1 satu jadi dapat disimpulkan bahwasanya tidak terjadi Multikolo- nieritas antar variabel independen dalam model regresi. Hasil Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan kepengamatan yang lainnya Santoso, 2005:242. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi 138 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Tabel 8 Hasil Estimasi Penelitian B R R 2 F hitung F tabel t hitung t tabel Konstan 140559.601 .984 .967 1354.447 3.10 X 1 1.114 28.489 1.661 X 2 1.076 12.342 1.661 Sumber: Hasil Penelitian, data diolah 2013 Tabel 9 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .984 a .968 .967 274786.922 .968 1354.477 2 90 .000 a. Predictors: Constant, Berapa simpanan tabungan saudara perbulan?, Berapa Pengeluaran Komsumsi Rumah Tangga anda per bulan? b. Dependent Variable: Berapa pendapatan saudara per bulan? Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Tabel 10 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koeisien Korelasi Interval Koeisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber : Sugiyono 2004:183. Tabel 11 Hasil Uji F Simultan ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.045 2 1.023 13547.477 .000 a Residual 6.796 90 7.551 Total 2.113 92 Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2013 Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 139 Heteroskedastisitas. Suatu regresi dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas apabila titik-titik me- nyebar secara acak serta tersebar baik diatas mau- pun dibawah angka nol pada sumbu Y. Berdasarkan Graik Scaterplot dapat di lihat bahwasanya titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model re- gresi, sehingga model regresi layak digunakan un- tuk memprediksi pendapatan masyarakat didesa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseu- mawe berdasarkan masukan dari variabel inde- penden konsumsi rumah tangga dan tabungan. Hasil estimasi model penelitian dari pengaruh konsumsi rumah tangga dan tabungan terhadap pendapatan masyarakat desa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe seperti terlihat pada Tabel 8. Dari hasil koeisien regresi, maka diperoleh persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = 140559.601 + 1.114 X 1 + 1.076 X 2 + e 1. Nilai konstanta sebesar 140559.601, men- unjukan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan tabungan dianggap konstan maka pendapatan masyarakat adalah sebesar 140559.601. 2. Koeisien Regresi konsumsi rumah tangga dengan nilai sebesar 1.114 menunjukan bah- wa setiap terjadinya peningkatan Pengeluaran Konsumsi sebesar 1 maka akan meningkatkan Pendapatan Masyarakat 1.114. 3. Koeisien Regresi Tabungan dengan nilai sebesar 1.076 menunjukan bahwa setiap peningkatan tabungan sebesar 1 maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat sebe- sar 1.076. Koeisien korelasi R adalah bertujuan un- tuk melihat dan mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas yang terdiri dari komsumsi rumah tangga dan tabungan dengan pendapatan masyarakat sebagai variabel terikat. Dari hasil output SPSS model summary sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel maka dapat dilihat koe- isien R korelasi sebesar 0,984 98.4 yang menunjukkan hubungan antar variabel adalah positif dan sangat kuat 0,80-1,000, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10. Koeisien Determinasi R 2 adalah untuk men- gukur seberapa besar kemampuan dari model dalam menerangkan variasi variabel dependen yakni kemampuan dari variabel independen yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan Tabungan mempengaruhi Pendapatan Masyarakat di Desa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseu- mawe yang dalam hal ini digunakan adalah koe- isien determinasi Adjusted R Square yang telah disesuaikan adjusted- R 2 . Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang diperlihat pada Tabel diatas diperoleh hasil nilai adjusted R 2 Square sebesar 0,967 atau 96,7 . Hal ini menunjukkan bahwa 96,7 besarnya nilai pendapatan masyarakat dapat dijelaskan oleh variabel independen atau konsumsi rumah tang- ga dan tabungan sedangkan sisanya 3,3 dipen- garuhi oleh variabel yang lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa konsumsi rumah tangga dan tabungan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat desa Panggoi Kecamatan Muara dua Kota Lhokseumawe. Hasil Pengujian Silmultan Uji F Dalam pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan pengujian secara serempak atau secara bersama-sama. Pengujian secara serempak atau uji F dilakukan untuk menguji pengaruh dari vari- abel bebas dalam hal ini adalah konsumsi rumah tangga dan tabungan terhadap variabel terikat yai- tu pendapatan masyarakat. Pengujiannya meng- gunakan kriteria bila F hitung lebih besar dari F tabel pada ά b = 0.05 maka hipotesis yang menyata- kan bahwa konsumsi rumah tangga dan tabungan mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara dua Kota Lhokseumawe dapat diterima. Pengujian secara serempak terhadap semua variabel yang diobservasi dengan uji F. Hasil pengujian ditemukan bahwa nilai F hitung sebesar 140 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i 1354.477 jauh lebih besar dibandingkan nilai kri- tis F tabel distribusi yang hanya sebesar 3.10 dengan tingkat signiikansi 0.000. Hal ini bermakna bah- wa hasil penelitian ini menerima H i dan menolak H o , yang berarti secara simultan variabel konsum- si rumah tangga dan tabungan berpengaruh terha- dap pendapatan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Hasil Pengujian Parsial Uji - t Pengaruh variabel konsumsi rumah tang- ga dan variabel tabungan terhadap pendapatan masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe akan diukur dari nilai koeisien regresinya. Jika koeisien regresi positif berarti pengaruhnya positif dan jika koeisien regresinya negatif berarti pengaruhnya negatif. Untuk men- guji pengaruh secara parsial di dari nilai t hitung den- gan t tabel tersebut signiikan atau tidak, diukur dari koeisien t hitung dari masing-masing variabel inde- penden. Jika t hitung lebih besar dari t-tabel berarti pengaruh tersebut signiikan. Jika t hitung lebih kecil dari t-tabel berarti pengaruh tersebut tidak signii- kan. Untuk mengetahui hasil uji t dapat dilihat pada Tabel diatas. Dari Tabel tersebut diketahui hasil nilai t hitung variabel konsumsi rumah tangga X 1 sebesar 28.489 sedangkan t tabel = 1.661. Jadi, 28.489 1.661 dengan nilai signiikansi sebesar 0,000 0,05 artinya bahwa secara parsial kon- sumsi rumah tangga berpengaruh terhadap penda- patan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Selanjutnya nilai t hitung variabel Tabungan X 2 sebesar 12.342 sedangkan t tabel = 1.661 12.342 1.661 dengan nilai signiikansi sebesar 0,000 0,05 artinya bahwa secara parsial Variabel tabun- gan berpengaruh terhadap pendapatan Masyarakat Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseu- mawe. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai koefesien korelasi diperoleh sebesar 0,984 98.4, yang berarti bahwa hubungan yang terjadi antara variabel konsumsi rumah tangga dan tabungan terhadap pendapatan masyarakat didesa Panggoi Kecamata Muara Dua kota Lhokseumawe adalah berhubungan sangat kuat hal ini menunjukan bahwa Pen- dapatan Masyarakat sangat ditentukan oleh adanya pengeluaran konsumsi rumah tangga dan tabungan. 2. Hasil perhitungan nilai adjusted R 2 Square diperoleh sebesar 0,967 atau 96,7 . Sehingga berdasarkan hal tersebut penulis dapat meny- impulkan bahwa konsumsi rumah tangga dan tabungan berpengaruh terhadap Pendapatan Masyarakat didesa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. SARAN 1. Sebaiknya untuk kepala keluarga yang ada didesa Panggoi Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe agar sedikit mengurangi kon- sumsi sehingga nantinya dapat meningkatkat tabungan bagi keluarga anda. 2. Sebaiknya harus senantiasa memperhatikan pendapatan dan pengeluaran agar dapat men- cengah terjadinya utang. 3. Diharapkan penelitian ini menjadi referensi yang bermamfaat bagi para peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini dengan menambah variabel atau mengganti variabel independen dengan variabel-variabel lain. Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Tabungan terhadap Pendapatan Masyarakat ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 141 ReFeRenSI Alma, Bukhari 2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Penerbit CV. Alfa Beta, Bandung Arikunto, Suharsini 2005, Manajemen Penelitian. Edisi ketujuh, Rineka Cipta. Jakarta Harahap, Sofyan Syafri 2002. Akutansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara: Jakarta Kasmir 2002 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Graindo Persada. Jakarta Nanga, Muana 2005. Makro ekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan, Jakarta : PT. Raja Graindo Persada. Prakarsa, Jazuli www.pengertiankonsumsi.com Jakarta 2009 Supriana dalam Skripsi Nurhikmah Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kon- sumsi rumah tangga “Kelurahan Aek Kota Batu Kec nA-IX-X Kab Labuhan Batu Utara. Fakultas ekonomi. USU Sadono, Sukirno 2002 “Pengantar Ekonomi Makro”. Cetakan ketiga belas. Raja Graindo. Jakarta. Sadono, Sukirno 2004. Uang dan Bank, BPFe. Yogyakarta Samuelson, P.A., W.D Nordhaus 2004 ekonomi, edisi Kedua belas, Jilid 1, diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana. Penerbit Erlangga Santoso, Purbayu Budi 2005. Analisis Statistik dengan MS Excel dan SPSS, Andi. Yogyakarta. Suharno 2006 Mikro ekonomi. Penerbit Andi, Yogyakarta. www.pengertianpendapatan.com Di akses 23 September 2012 142 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 143 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia Corporate governance’s has begun from agency theory that principal as entity’s owner give an authority to agent. The separate authority be- tween ownership and management would make any different of interest both of them that may make potential conlict. Corporate governance’s perspec- tive will control the behavior a ixed the conlict among company stake- holder. The reserch about corporate governance’s perspective toward the perfomance has commonly focused, but any indings show inconsistency re- sult. Further reconciliation of this result, it’s interesting to make research with different object. This research has purpose to ind any empirical evidence about inluence corporate governance’s mechanism implementation to- ward to performance of Telecomunication at Bursa Efek Indonesia BEI. The population is corporate listed Telecomunication at Bursa Efek Indonesia BEI that chooses for 2008-2011 as the sample. Purposif sampling has used to take this sample data. Hypothesis testing used regression analysis. Result show that corporate governance’s mechanisms that proxymate by independ- ent, otherwise commissioner and audit committee have positively and sig- niicant inluence, but variabel institutional ownership has negatively and significant influence, commissioner has no significantly influence of implementation toward to performance of Telecomunication. Generally this result indicating that Indonesian’s banking has begin to implementing corpo- rate governance’s perspective toward increasing company performance and protect principal interest. Keywords: Corporate governance’s mechanism, institutional owner- ship, commissioner activities, independent commissioner, audit committe, CFROA. M u r h a b a n Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 143-160 144 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n PENDAHULUAN Topik mengenai good corporate governance mulai mengemuka beberapa tahun terakhir diawa- li dengan terjadinya krisis ekonomi pada perten- gahan tahun 1997 yang melanda sebagain besar wilayah dunia termasuk Indonesia dan Negara- negara di Asia Timur lainnya. Di Indonesia krisis tersebut mengakibatkan luktuasi yang luar biasa pada nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Kondisi tersebut berdampak terhadap pertumbu- han ekonomi, tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai titik terendah sejak era Soe- harto yakni minus 13. Menurut Harahap 2003, krisis Asia sebe- narnya terkait dengan masalah fundamental di dalam struktur ekonomi masing-masing Negara. Selain dipicu oleh aspek luar, terjadinya krisis juga disebabkan lemahnya aspek internal seperti : kurangnya pengawasan kelembagaan, praktek perbankan yang bersifat tradisional, keputusan investasi yang kurang tepat. Pendapat lain men- yatakan bahwa terjadinya krisis ekonomi juga disebabkan karena lemahnya penerapan prin- sip goodcorporate governance oleh manajemen dalam praktik bisnis, Damiri, 2004; Tjager et al, 2003. Oleh karena itu, good corporate govern- ance menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan per- tumbuhan ekonomi yang stabil di masa yang akan datang. Menurut kajian yang dilakukan dari Janne Vaananen 2005, isu good corporate governace dilatarbelakangi adanya teori agencyagency theory yang menyatakan bahwa permasalahan agencyagency problem muncul ketika kepengu- rusan suatu perusahaan terpisah dari pemiliknya. Dewan komisaris dan Direksi yang berperan seba- gai agent dalam suatu perusahaan diberi kewenan- gan untuk mengurus jalanya perusahaan dan mengambil keputusan atas nama pemilik, namun agen tersebut mempunyai kepentingan yang ber- beda dengan pemegang saham pemilik. Sedan- gkan menurut Tjager et al, 2003, agency prob- lemyang muncul sebagai akibat adanya hubungan antara agent dengan principal terjadi ketika tim- bul konlik antara harapan dan tujuan pemilik pemegang saham dan para direksi top manage- ment, para pemilik mengalami kesulitan untuk memferivikasi apa yang sesungguhnya dikerjakan manajemen dan juga ketika pemilik dan direksi mempunyai sikap yang berbeda terhadap resiko. Selain itu, menurut Tjager et al 2003 menya- takan bahwa sentralisasi isu good corporate gov- ernace juga dilatarbelakangi beberapa permasala- han diantaranya adanya tuntutan akan transparansi dan independensi. Tuntutan akan transpransi dan independen ini terlihat dari adanya tuntutan agar perusahaan memiliki lebih banyak komisaris inde- penden yang mengawasi tindakan-tindakan para eksekutif. Dalam upaya mengatasi berbagai fenomena bisnis tersebut dibutuhkan suatu mekanisme atau cara kerja secara tersistem untuk memantau ter- hadap seluruh kebijakan yang diambil. Menurut Chamlao 2000:39, Mekanisme good corporate governance di anggap sebagai solusi dari ber- bagai permasalahan tersebut. Mekanisme good corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yangjelasantara pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang melakukan kontrolpengawasan terhadap keputusan tersebut. Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mengawasi berarti melihat dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan kenyataan sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan rencana. Chamlao 2000:46, megungkapkan bahwa mekanisme dalam penga- wasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism adalah cara untuk mengenda- likan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti dewan komisaris dan komisaris idependen. Oleh sebab itu praktik cor- porate governance yang paling eisien dan biaya yang paling murah sebenarnya adalah melalui mekanisme internal dengan meningkatkan per- an dewan komisaris, menciptakan kompensasi kepada manajemen dan pola kepemilikan, ka- rena dengan mekanisme ini setiap pihak dewan komisaris atau pengendali yang terlibat dalam pengendalian perusahaan segera dapat bertindak untuk mencegah jika munculnya konlik kepent- ingan antara manajer dengan pemegang saham Lukviarman, 2004. Sedangkan external mech- Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 145 anism adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian perusahaan seperti komite audit dan kepemilikan institusional serta mekan- isme pasar yang akan mendisiplinkan kinerja pe- rusahaan yang buruk, relative tidak dapat berperan dengan baik di Indonesia. Hal ini disebabkan ka- rena pasar modal Indonesia relative masih kecil, kurang berkembang, kurang likuid dan tidak kuat, sehingga kurang berfungsi dalam mendisiplinkan dan mengontrol manajemen melalui mekanisme market for corporate control Lukviarman, 2004. Menurut Midiastuty dan Machfoedz 2003:53, kepemilikan institusional adalah salah satu mekanisme good corporate governance uta- ma yang membantu mengendalikan pemisahaan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan, sehingga emiten dapat memastikan dana yang di investasikan perusahaan tepat sasaran memesti- kan manajer bertidak sesuai dengan keinginan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja peru- sahaan dan menghasilkan return yang besar bagi emiten.Menurut Tjager et al secara teoritis praktek good corporate governance dapat meingkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kin- erja keuangan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cendrung mengun- tungkan diri sendiri, dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan in- vestor. Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa value yang dihasilkan dari penerapan good corporate governance yang baik antara lain berupa kemampuan perusahaan untuk menciptakan kiner- ja keuangan yang baik dan diikuti oleh reaksi pasar yang positif akibat meningkatnya kepercayaan in- vestor terhadap performance perusahaan. Pradhono 2004:5 megungkapkan bahwa, arus kas cash flow menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusa- haan dan Cornett et.al, 2006:75 mengungkap- kan bahwa Cashlow return on assets CFROA merupakan salah satu pengukuran kinerja perusa- haan yang menunjukkan kemampuan aktiva peru- sahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja pe- rusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham. Berdasarkan latar belakang perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional se- cara parsial terhadap kinerja keuan- gan pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance komisarisindepend- en, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional secara simultan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan di Bursa EfekIndonesia? TINJAUAN TEORITIS Good Corporate governance GCG mun- cul karena terjadi pemisahan antara kepemi- likan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah kea- genan. Midiastuty dan Machfoedz 2003:53, menyatakan bahwa:Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan mana- jer adalah sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak men- guntungkan sehingga tidak mendatangkan return, sehingga dibutuhkan good corporate govern- ance untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.Sebagai salah satu konsep, good corporate governance ternyata tidak memiliki defmisi tunggal. Menurut, Monks 2003:112:Good corporate governance secara adalah merupakan sitemyangmengatur dan mengendalikan perusahaan yang dapat mem- berikan nilaitambah value added untuk semua stakeholder.Good corporate governance GCG menurut Komite Nasional Kebijakan Govern- ance 2006 adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Good Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terha- dap iklim usaha suatu negara. 146 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mengawasi berarti melihat dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan keny- ataan sesuai dengan yang seharusnya dilaksan- akan rencana. Chamlao 2000:46, megung- kapkan bahwa mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism adalah cara untuk mengendalikan pe- rusahaan dengan menggunakan struktur dan pros- es internal seperti dewan komisaris dan komisa- ris idependen. Sedangkan external mechanism adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian perusahaan seperti komite audit dan kepemilikan institusional serta mekanisme pasar. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Govern- ance Komite Cadbury mendeinisikan Good Cor- porate Governance I Nyoman Tjager et al, 2003:65 memberikan pengertian Good Corpo- rate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perushaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistennsinya dan pertanggung jawaban kepada steakholders hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemi- lik, direktur, manajer, pemegang saham. Prinsip-prinsip dasar dari good corporate gov- ernance GCG, yang pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kin- erja suatu perusahaan. Ada beberapa prinsip yang dibutuhkan untuk membangun suatu budayabis- nis yang sehat, yaitu yang dikenal dengan isti- lah prinsip dasar good corporate governance. Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN Kep- 117M-MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002 pasal 3 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance bagi perusahaan terdapat lima prin- sip GCG meliputi: 1. Transparansi transparency, yaitu keterbu- kaan dalam melaksanakan proses pengambi- lan keputusan dan keterbukaan dalam menge- mukakan informasi meteriil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Kemandirian independency, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh maupun tekanan dari pihak mana- pun yang tidak sesuai dengan peraturan pe- rundang-undangan yang berlaku dari prinsip- prinsip korporasi yang sehat. 3. Akuntanbilitas accountability,yaitu kejela- san fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawa- ban organisasi sehingga pengelolaan perusa- haan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggungjawaban responsibility, yaitu kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang se- hat. 5 Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kes- etaraan dalam memenuhi hak-hak stakehold- ers lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang ber- laku. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpul- kan bahwa pada dasarnya prinsip-prinsip good corporate governance antara lain yaitu: transpar- ansi, independensi, akuntabilitas, pertanggung- jawaban, dan kewajaran. Prinsip-prinsip tersebut sebaiknya diimbangi dengan good faith bertin- dak atas itikad baik dan kode etik perusahaan serta pedoman GCG, agar visi dan misi perusa- haan yang berwawasan nasional dan internasional dapat terwujud. Pedoman GCG yang telah dibuat oleh Komite Nasional Corporate Governance KNCP hendaknya dijadikan kode etik peru- sahaan yang dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk melaksanakan GCG secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting mengingat kecend- erungan aktivitas usaha yang semakin mengglob- al dan dapat dijadikan sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang lebih baik. Kinerja Keuangan Perusahaan Ndaruningpuri 2005:54berpendapat bah- wa pengukuran kinerja hendaknya mengguna- kan atau mengintegrasikan dimensi penguku- ran yang beragam. Sampai saat ini masih muncul perdebatan tentang pendekatan yang tepatbagi konseptualisasi pengukuran kinerja organisasi. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 147 Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, dibutuhkan beberapa rasio keuangan. Ada tiga macam ukuran yang dapat diguna- kan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif Hanai, 2003:76, yaitu: 1 Ukuran kriteria tung- galukuran kriteria tunggal single criteria ada- lah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer; bUkuran kriteria beragam ukuran kriteria beragam multiple criteria adalah ukuran kinerja yang mengguna- kan berbagai macam ukuran untuk menilai krite- ria manajer. Kriteria ini mencari berbagai aspek kinerja manajer, sehingga manajer dapat diukur kinerjanya dari beragam kriteria; dan c Uku- ran kriteria gabungan ukuran kriteria gabungan composite criteria adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, untuk memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rataratanya sebagai ukuran yang menyeluruh kinerja manajer. Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusa- haan diukur dengan CFROA Cash Flow Return On Asset. Dalam hal menilai kinerja keuangan arus kas mem punyai nilai lebih untuk menjamin kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Pradhono 2004:78 mengatakan bahwa arus kas Cash Flow menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan perusahaan. Menurut Darmaji 2008:72 mengungkapkan bahwa rasio ROA merupakan rasio keuangan pe- rusahaan yang berhubungan dengan proitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba proitabilitas pada ting- kat pendapatan, asset dan modal saham tertentu. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusa- haan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan rasio ROA investor bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas proitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan ak- tiva untuk memperoleh pendapatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada perusahaan di sektor telekomunikasi yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerapkan mekanisme good cor- porate governance selama periode 2008-2011. Menurut Nazir 2005:271 populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ci- ri-ciri yang telah ditetapkan. Sedangkan menu- rut Margono 2004:118 populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ru- ang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data bukan dengan manusianya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan pada sektor telekomuni- kasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dengan periode tahun 2008-2011 berjumlah 6 peru- sahaan yang dimuat dalam situs resmi BEI yaitu www.idx.com yang diperbaharui 16-11-2011. Sugiyono 2008:116 menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karak- teristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method. Menurut Sugiono 2008:124, purposive sampling method yaitu penentuan sampel atas dasar kes- esuaian karakteristik dan kriteria tertentu. Ada- pun kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Emiten berada pada sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia se- lama periode 2008-2011. 2. Emiten mempublikasikan laporan keuangan semesteran untuk periode 30 Juni dan 31 De- sember 2008-2011. 3. Laporan keuangan yang di sajikan perusahaan dalam rupiah. 4. Emiten memiliki data lengkap mengenai struk- tur kepemilikan, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit serta data yang diperlukan untuk kinerja keuangan perusa- haan tersebut sesuai dengan varibel yang akan diteliti. 5. Perusahaan yang tidak mengalami keru- gian selama tahun 2008-2011 karena hal tersebut akan memungkinkan hasil perhitun- gan menjadi bias. 148 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 4 peru- sahaan, karena PT. Inovision Infracom. Tbk men- galami kerugian pada tahun 2010 dan PT. Mo- bile-8 Telecom mengalami kerugian tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2008 sampai dengan 2010, maka kedua perusaaan ini tidak dapat di- jadikan sampel penelitian. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari peneli- tian ini. Sedangan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan se- mesteran yaitu pada periode 2008-2010. Menurut Sekaran, 2000:34, data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu, cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu dengancara mengumpulkan, mencatat, dan meng- kaji data sekunder yang berupa laporankeuangan auditan perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI melalui IDX statistix 2008-2011. Operasionalisasi Variabel Dewan Komisaris Independen Menurut peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia mengenai komisaris inde- penden, ditetapkan jumlah komisaris independen proposional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang- kurangnnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris. Menurut Mas’ud Machfoedz 2003:64, komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berailiasi dengan manaje- men, anggota dewan komisaris lainnya dan pe- megang saham pengendali, serta bebas hubun- gan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi komisaris inde- penden menurut Effendi 2008:35, diukur ber- dasarkan jumlah anggota komisaris independen yang terdapat dalam proil perusahaan tersebut. Dewan Komisaris Menurut Mas Ahmad Damiri 2004:63 de- wan komisaris merupakan bagian dari organ pe- rusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Proporsi de- wan komisaris menurut Effendi 2008:35, diukur berdasarkan jumlah anggota dewan komisaris yang terdapat dalam proil perusahaan tersebut. Komite Audit Menurut Bapepam No. Kep-29M2004, komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melak- sanakan tugas dan fungsinya”. Menurut Pranata 2007:45 variabel komite audit dapat diukur den- gan jumlah anggota komite audit yang terdapat dalam proil perusahaan tersebut. Kepemilikan Institusional Shien, et.al. 2006:72 mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional merupakan kepemi- likan saham olehpemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun. Beiner, et.al, 2003:45 mengungkapkan bahwa variabel kepemilikan intitusional dapat di- ukur dari jumlah persentase kepemilikan saham yang dimilki oleh institusional. Kinerja Keuangan Perusahaan Variabel kinerja keuangan perusahaan di- ukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kin- erja keuangan dalam penelitian ini diukur den- gan menggunakan Cash Flow Return On Asset CFROA. Menurut ComQttet.al, 2006:67 Cash Flow Return On Asset CFROA merupakan salah satupengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkankemampuan aktivaperusahaan untuk menghasilkan laba operasi. Isnanta, Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 149 2008:54, mengungkapkan bahwa CFROA dihi- tung dari laba sebelum bunga dan pajak ditam- bah depresiasi dibagi dengan total aktiva. Darmaji 2008:126 mengungkapkan bahwa CFROA dapat dihitung dengan rumus turunan yaitu sebagai berikut: CFROA = EBIT + DEP Total Aktiva Dimana : CFROA = Cashlow return on assets EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak AKTIVA = Total aktiva Dep = Depresiasi Metode Analisis Data Menurut Nurgiyantoro dkk. 2004:42, analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersang- kutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum di- gunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yg bersangkutan. Teknik Pengujian Data Metode analisis data yang digunakan ada- lah model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS for window sversi 17.0. Penggunaan metode analisis regresi dalam pen- gujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian meliputi uji normalitas, uji mul- tikolinearitas, uji heteroskesdastisitas dan uji au- tokolerasi. Pengujian Hipotesisi Peneliti ini merumuskan hipotesis dan kemu- dian akan dilakukan pengujian atas hipotesis tersebut untuk mebuktikan apakah hipotesis terse- but ditolak atau diterima. Setiap hipotesis variabel independent akan diterima atau ditolak ditentukan dari tanda positif atau negatif dan signiikan koe- isien regresinya, setelah dilakukan pengujian ter- hadap model regresi. Untuk menguji signiikasnsi model digunakan alat uji ANOVA F-test dan un- tuk menguji signiikansi koeisien regresi diguna- kan uji t-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif bertujuan untuk mem- berikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Tabel 1 menunjukkan nilai minimun variabel CFROA adalah 0,17 dan nilai maksimum 1,27 dengan nilai rata-rata sebesar 0,64, sedangkan standar deviasinya adalah 0,32. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel CFROA tergolong baik karena nilai standar devi- asinya dibawah 2,5 yaitu hanya 0,32. Pengukuran statistik deskriptif selanjutnya yaitu terhadap mekanisme good corporate gov- ernance yang diukur dengan 4 variabel yaitu komisaris independen, dewan komisaris, komite Tabel 1 Statistik data penelitian N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CFROA 32 0.17 1.27 0.64 0.32 KI 32 0.69 1.39 0.97 0.30 DK 32 1.61 2.30 1.90 0.31 KA 32 1.39 1.95 1.62 0.18 KIN 32 2.60 4.61 4.15 0.62 Valid N listwise 32 Sumber : Data diolah 2012 150 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n audit, dan kepemilikan institusional. Pertama adalah variabel komisaris independen nilai mini- mumnya sebesar 0,69 dan nilai maksimun 1,39 dengan nilai rata-rata komisaris independennya sebesar 0,96 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,30. Dari hasil tersebut dapat disimpul- kan bahwa seberan data variabel komisaris inde- penden tergolong baik karena nilai standar devias- inya dibawah 2,5 yaitu 0,30. Pengukuran yang kedua yaitu variabel dewan komisaris mempunyai nilai minimum sebesar 1,61 dan maksimun sebesar 2,30 dengan nilai rata-rata 1,90 sedangkan nilai standar deviasinya sebe- sar 0,31. Dari hasil tersebut dapat disimpul- kan bahwa seberan data variabel dewan komisa- ris tergolong baik karena nilai standar deviasinya masih dibawah 2,5 yaitu 0,31. Pengukuran yang ketiga yaitu variabel komite audit mempunyai nilai minimum sebe- sar 1,39 dan maksimun sebesar 1,95 dengan nilai rata-rata 1,62 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,18. Dari hasil tersebut dapat disimpul- kan bahwa seberan data variabel komite audit ter- golong baik karena nilai standar deviasinya masih dibawah 2,5 yaitu 0,18. Pengukuran variabel mekanisme GCG yang terakhir yaitu variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai minimum sebesar 2,60 dan mak- simun sebesar 4,61 dengan nilai rata-rata 4,15 se- dangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,62. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seberan data variabel dewan komisaris tergolong baik ka- rena nilai standar deviasinya masih dibawah 2,5 yaitu 0,62. Normal P-fPlot of Regression Standardized Residual Dependent Variabel: CFROA Gambar 1. Normality Probability Plot Sumber : Data Diolah 2012 Histogram Normalitas Data Gambar 2. Normality Probability Plot Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 151 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Menurut Ghozali 2006:147 uji normalitas dapat dideteksi dengan dua cara yaitu: analisis graik Normal P-Plots dan histogram dan anali- sis statistik melalui uji Kolmogrov Smirnov K-s. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan alat ban- tu komputer yang menggunakan program SPSS 17.00, dapat dilihat hasil seperti pada Gambar 1. Ghozali 2006:148 mengungkapkan bahwa ketentuan graik normality probability plot jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas dan Menurut San- toso 2004:166 mengungkapkan bahwa uji nor- malitas dapat diketahui dengan melihat distribusi data pada histogram dengan bentuk lonceng bell shaped. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kanan dan ke kiri.Berdasarkan hasil output SPSS 17.0 pada di atas menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan bahwa hasil data berben- tuk lonceng dan tidak melenceng ke kanan dan ke kiri yaitu -2 ke 2 sejajar. Dari kedua hasil out put grafik SPSS 17.0 diatas dapat disim- pulkan bahwa data dalam model regresi pe- nelitian ini berdistribusi normal. Adapun pengujian normalitas dengan meng- gunakan analisis statistik melalui uji Kolmo- grov Smirnov K-s dengan alat bantu komput- er yang menggunakan program SPSS 17.0, dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Ghozali 2006:149 mengungka- pkan bahwa ketentuan uji Kolmogrov Smirnov K-s jika nilai signiikan 0,05 maka distribusi data normal. Berdasarkan hasil output SPSS 17.0 dari Table di atas terlihat bahwa nilai Kolmogrov Smirnov K-s adalah 0,424 dengan Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0.994 0.05 maka dapat di- simpulkan bahwa bahwa data dalam penelitian berdistribusi normal. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali 2006:125, heteroskedas- tisitas dapat dilihat melalui graik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada graik ditunjukkan dengan ti- tik-titik menyebar secara acak tanpa pola yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regre- si. Selain menggunakan graik scatterplots. Ber- dasarkan hasil uji Heteroskedastisitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS 17.00. Dengan melihat Gambar 3 terlihat bahwa tidak adanya polayang jelas, serta titik-titik me- nyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, mak- adapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisi- tas pada model regresi ini. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk men- guji apakah terdapat korelasi antar variabel in- dependen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolonier- itas. Cara mendeteksi terhadap ada tidaknya mul- tikolonieritas menurut Ghozali, 2006:95 dengan melihat nilai tolerance dan variance inlation factor VIF, Menurut Ghozali 2006:96 suatu Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Analisis Statistik Melalui Uji Kolmogrov Smirnov K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 32 Normal Parameters a ” b Mean .0000000 Std. Deviation .17025869 Most Extreme Differences Absolute .075 Positive .055 Negative -.075 Kolmogorov-Smirnov Z .424 Asymp. Sig. 2-tailed .994 a.Test distribution is Normal. b.Calculated from data. 152 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n Gambar 3 Tabel 3 Hasil Uji Multikolonieritas Coeficients 3 Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant KI 0.001 16.003 DK 0.001 10.654 KA 0.092 13.545 KIN 0.068 14.692 Dependent Variable: CFROA Tabel 4 Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson Model Summary 15 Model R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson 1 .852 a .725 .685 1.989 a. Predictors: Constant, KEI, KI, KA, DK b. Dependent Variable: CFROA Tabel 5 Hasil Analisis Regeresi Berganda Coeficients” Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF 1 Constant 13.577 3.759 3.612 0.001 KI -11.189 3.674 -10.350 -3.045 0.005 0.001 16.003 DK 11.442 3.628 10.742 3.154 0.004 0.001 10.654 KA 1.158 0.348 0.632 3.330 0.003 0.092 13.545 KIN 0.344 0.203 0.656 1.697 0.101 0.068 14.692 a.Dependent Variable: FROA Tabel 6 Hasil Uji Koeisien Determinasi R 2 Model Sumary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 0.852 a 0.725 0.685 0.1824 1.989 a. Predictors: Constant, KIN, KI, KA, DK b. Dependent Variable: CFROA Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 153 model regresi yang bebas dari masalah multi- kolonieritas apabila mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. Hasil dari uji multikolonieritas menggunakan nilai tolerance dan nilai tolerance dan variance inflation factor VIF dengan menggunakkan software SPSS 17.0 seperti terlihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel in- dependen komisaris independen, dewan komisa- ris, komite audit dan kepemilikan institusional lebih dari 10 dan nilai tolerancenyakurang dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini tidak menunjuk- kan adanya masalah multikolinier atau bebas mul- tikolinieritas. Uji Autokorelasi Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terha- dap nilai uji Durbin Watson Uji DW. Menurut Singgih Santoso 2004:218 jika angka Dur- bin Watson berkisar antara -2 sampai dengan +2 maka koeisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi sedangkan jika angka DW dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi negatif dan jika angka DW diatas +2 berarti terdapat autokore- lasi positif. Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS 17.0, seperti terlihat pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai statistik D-W sebe- sar 1,989. Nilai statistik D-W sebesar 1,989 ter- letak diantara -2 dan +2, dapat disimpulkanbah- wa tidak terjadi autokorelasi baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif. Analisis Regresi Linear Berganda Uji regresi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independ- en terhadap variabel dependen. Berdasarkan dari hasil Uji analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.17.0, dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil Tabel 5 maka dibuat persa- maan regresi sebagai berikut: Y= 13,557- 11,189 X 1 + 11,442 X 2 +l,158 X 3 + 0,344 X 4 Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa vari- abel komisaris independen X 1 berpengaruh ke arah negatif terhadap CFROA Kinerja Keuan- gan Perusahaan sedangkan variabel dewan komisaris X 2 , komite audit X 3 dan kepemi- likan institusional X 4 berpangaruh positif terha- dap CFROA. Uji Koeisien Determinasi R Uji koeisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari koeisien determinasi seperti terlihat pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa Adjusted R Square R adalah 0,725. Hal ini berarti bahwa 72,5 variable cash low return on aseet CFROA sebagai penguku- ran kinerja keuangan perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu mekanisme GCG yang diukur dari 4 variabel yaitu komisaris in- dependen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional, sedangkan sisanya sebesar 27,5 dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianalisis. Uji Signiikansi Simultan Uji-F Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi vari- abel dependen. Dari hasil uji kesesuaian model atau Uji-F dengan menggunakan alat ban- tuan komputer dengan program SPSS 17.0, For Windows mengenaianalisis hubungan kesesuaian model, dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat signiikansi, yaitu 0,000 lebih kecil dibandingkan tingkat signiikansi a 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu mekanisme GCG komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional dalam model penelitian ini secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu cash low return on aseet CFROA sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan. 154 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n Uji Signiikansi Parameter Individual Uji-t Untuk menguji hipotesis maka analisis statis- tik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu mekanisme GCG komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional terhadap vari- abel dependennya yaitu cash flow return on aseet CFROA sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Hasil uji-t dalam peneli- tian dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil uji statistik t menunjuk- kan bahwa dari empat variabel independen me- kanisme GCG yaitu komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional yang dimasukkan dalam model re- gresi, hanya variabel komite audit , komisaris independen , dan dewan komisaris yang signii- kan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan CFROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai proba- bilitas signiikansi untuk komite audit sebesar 0,003 a0,05, komisaris independen sebesar 0,005 a 0,05 dan dewan komisaris sebesar 0,004 a 0,05, Sedangkan satu variabel lainnya yaitu kepemilikan intitusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan pe- Tabel 7 Hasil Uji Simultan Uji-F. Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.374 4 0.594 17.835 o.ooo a Residual 0.899 27 0.033 Total 3.273 31 a. Predictors: Constant, KIN, KI, KA, DK b. Dependent Variable: CFROA Tabel 8 Hasil Uji Signiikansi Parameter Individual Uji-t Coeficients” Model Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 13.577 3.759 3.612 0.001 KI -11.189 3.674 -10.350 -3.045 0.005 0.001 16.003 DK 11.442 3.628 10.742 3.154 0.004 0.001 10.654 KA 1.158 0.348 0.632 3.330 0.003 0.092 13.545 KIN 0.344 0.203 0.656 1.697 0.101 0.068 14.692 b. Dependent Variable: CFROA rusahaan CFROA karena nilai signiikansinya 0,05 yaitu 0,101. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari CFROA hanya mempengaruhi tiga variabel mekanisme GCG yaitu komite audit, komisaris independen dan dewan komisaris. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan pula dengan perusahaan telah menerapkan good cor- porate governance dengan baik terbukti memiliki pengaruh terhadap pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan peningkatan kin- erja keuangan perusahaan akan memperoleh be- berapa manfaat salah satunya adalah peningkatan dalam produktivitas dan eisiensi serta kemuda- han dalam memperoleh modal. Hal ini tentunya akan dengan mudah perusahaan tersebut dalam meningkatkan kinerja operasinal perusahaan. Dengan kemudahan memperoleh modal maka perusahaan dalam meningkatkan tingkat efekti- itas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga secara tidak langsung dapat mempen- garuhi kinerja perusahaan. PEMBAHASAN Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perusahaan Cornett et al,2006 mengungkapkan bah- Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 155 pektif teori agensi, dewan komisaris mewakili me- kanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer. Xie, Davidson, dan Dadalt 2003 juga menyatakan hal yang sama yaitu makin banyak dewan komisaris maka pembatasan atas tinda- kan kecurangan dapat dilakukan lebih efektif, sehingga kinerja akan meningkat. Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, dewan komisaris yang diproksi dengan jumlah anggota dewan komisaris yang ada dalam perusa- haan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signiikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signiikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari a 0,05. Dengan demikian, berdasar- kan hasil penelitian menerima Hi dan menolak H o yang menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan CFROA pada tingkat sig- niikan 5. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranata dan Mas’ud 2003, Cor- nett et al, 2006, serta Darmawati 2003. Dalton dan Daily, 1999:76 mengungka- pkan bahwa hubungan antara anggota dewan komisaris dengan kinerja keuangan serta nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi ser- vice dan kontrol yang dapat diberikan oleh dewan komisaris. Fungsi service menyatakan bahwa de- wan komisaris dapat memberikan konsultasi dan nasehat kepada manajemen dan direksi. Dengan menekankan pada fungsi aktivitas dewan komisa- ris tersebut, peranan keahlian atau konseling yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Fama 2003:78 juga mengungkapkan bahwa anggota dewan komisaris yang mempunyai keahl- ian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan, dalam rangka mewujudkan kinerja yang prima dalam manaje- men perusahaan. Sesuai dengan teori agensi, fungsi dewan komisaris sesuai dengan peranannya akan mer- eduksi terjadinya agency cost yang tinggi. Dengan adanya peningkatan pengawasan dan transpar- ansi akan berdampak pada penurunan informa- wa secara teoritisdewan komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan atau outside director dapat mengurangi tindakan oportu- nis manajemen, sehingga jika anggota dewan komisaris independen meningkatkan tindakan pengawasan akan berhubungan dengan makin rendahnya perilaku menyimpang yang dilakukan manajemen, yang pada akhirnya akan meningkat- kan kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, komisaris independen yang diproksi dengan jum- lah anggota komisaris independen yang ada dalam perusahaan menunjukkan adanya pengaruh sig- niikan kearah negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signiikansi sebesar 0,005 yang lebih kecil dari a 0,05. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menerima Hi dan menolak H o yang menunjukkan bahwa variabel komisaris independen berpenagruh terhadap ki- nerja keuangan perusahaan CFROA pada tingkat signiikan 5. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pe- nelitian yang dilakukan oleh, Bangun 2006 yang menemukan hasil yang kontradiksi yaitu komisaris independen berpengaruh negatif ter- hadap kinerja keuangan perusahaan. Sylvia dan Sidharta 2005 juga menyatakan bahwa pengang- katan dewan komisaris independen oleh perusa- haan mungkin hanya dilakukan untuk pemenu- han regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance GCG di dalam perusahaan. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil sur- vai Asian Development Bank dalam Boediono 2005 yang menyatakan bahwa kuatnya ken- dali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak in- dependen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif. Keberadaan komisaris independen ini tidak dapat meningkatkan efektiitas monitor- ing yang dijalankan oleh komisaris. Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan Young et al, 2001:78, mengungkap bah- wa fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris diambil dari teori agensi. Dari pers- 156 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n tion asymmetry, dan implikasinya monitoring cost pun juga akan mengalami penurunan, se- hingga eisiensi perusahaan juga dapat terwujud. Hal ini didasarkan pada logika ketika manaje- men ageri diawasi secara ketat oleh komisaris, mereka akan berupaya unutk menunjukkan kepada komisaris principal bahwa mereka tidak akan menyalah gunakan kewenangan yang diberikan, dan manajer akan berbuat demi kebaikan peru- sahaan. Kesadaran akan hal ini memunculkan upaya efforts dari manajemen agar mereka dipercaya oleh principal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menunjukkan itikad baik dan memberikan mewujudkan kinerja keuangan perusahaan yang prima serta komprehensif kepada principal. Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Perusahaan Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sig- niikan variabel komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signiikansi sebesar 0,003 yang lebih kecil dari a 0,05. Den- gan demikian, berdasarkan hasil penelitian mener- ima Hi dan menolak H o yang menunjukkan bahwa variabel komite audit berpenagruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan CFROA pada ting- kat signiikan 5. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nuryanah 2004, namun sesuai den- gan hasil penelitian Felo 2003 dan Effendi 2005, Xie, Davidson, Dadalt 2003, Veronica dan Bachtiar 2004, Wedari 2004, dan Wilopo 2004. Sehingga terbukti bahwa adanya komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena dapat menekan ter- jadinya penyimpangan-penyimpangan akuntansi yang sering dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia. Perusahaan telekomunikasi yang terdaftra di BEI telah membentuk komite audit sesuai den- gan peraturan yang berlaku mengenai pembentu- kan komite Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03 PM2000 dan No. Peng-4247BEJ-PEM 09-2002 terbukti dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena adanya peningkatan keper- cayaan investor terhadap akuntabilitas perusa- haan tersebut. Dengan kata lain, investor mulai memperhatikan kepatuhan perusahaan dalam pen- erapan mekanisme GCG, khususnya keberadaan komite audit dalam proses pengambilan keputusan sehubungan dengan investasinya pada perusahaan tersebut. Xie, Davidson, dan Dadalt 2003 menguji efektiitas komite audit dalam mengurangi per- ilaku disfungsional yang dilakukan oleh pihak manajemen. Komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hal ini berarti komite audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu mekan- isme corporate governance mampu mengurangi tindak manipulasi laba oleh manajemen. Dari sini dapat terlihat bahwa komite audit yang ada di perusahaan perbankan telah menjalankan tugas dengan semestinya dalam melakukan penga- wasan terhadap perusahaan dengan menjunjung prinsip good corporate governance, transparansi, fairness, tanggung jawab, dan akuntabilitas yang pada prosesnya dapat meningkatkan ki- nerja keuangandan nlai perusahaan. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusa- haan akan lebih baik sehingga, konlik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Bradbury et.al, 2004 menyata- kan bahwa komite audit bertugas membantu de- wan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan .Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang dit- erapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh kepemilikan institusional yang signiikan ter- hadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 157 signiikansi 0,101 yang lebih besar dari a 0,05. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menolak Hidan menerima H o yang menunjuk- kan bahwa variabel kepemilikan institusional berpenagruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan CFROA pada tingkat signiikan 5. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Midiastuti dan Mas’ud 2003 dan Sam’ani 2007 yang menemukan bahwa tidak adanya pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan. Daryanto 2004: 89 megungkapkan bahwa kepemilikan institusional tidak berhasil menin- gkatkan kinerja keuangan perusahaan tapi justru menurunkan nilai perusahaan karena investor in- stitusional bukan pemilik mayoritas sehingga tidak mampu memonitor kinerja manajer secara baik. Jika dilihat dari pola hubungannya, maka pen- garuhnya adalah negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin rendah kinerja keuangan perusahaan tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan atau konsep Porter 1999 yang mengatakan bahwa kepemilikan institusional adalah pemilik sementa- ra dan lebih memfokuskan pada laba jangka pen- dek current earnings Jika perubahan laba jangka pendek current earnings ini tidak dirasakan men- guntungkan oleh investor, maka mereka akan me- likuidasi sahamnya. Oleh karena investor institu- sional memiliki saham dalam jumlah yang besar, jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempen- garuhi nilai saham secara keseluruhan dan kinerja keuangan perusahaan akan rendah. KESIMPULAN Penelitian ini untuk menguji pengaruh me- kanisme good corporate governance yang ter- diri dari komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan teleko- munikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel komisaris independen, komite audit dan dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keungan. Akan tetapi variabel kepemilikan institu- sional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuan- gan. Adapun hasil penelitian secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Penelitian ini memberikan hasil bahwa me- kanisme GCG yang diteliti dari empat vari- abel yaitu komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan dewan komisaris secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan cash low return on asset CFROA perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Secara parsial penelitian ini, memberikan hasil bahwa mekanisme GCG yang diteliti dari empat variabel yaitu komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan dewan komisaris. Hanya tiga variabel yang berpengaruh secara signiikan terhdap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari cash- low return on asset CFROA pada perusa- haan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu variabel komite audit, komisaris independen dan dewan komisaris. Sedangkan variabel kepemilikan institusional. SARAN Adapun saran-saran yang diberikan dalam pe- nelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar, tidak hanya menggu- nakan satu bentuk perusahaan saja serta rent- ang waktu penelitian yang lebih lama sehingga hasil penelitian lebih objektif. 2. Perlunya mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam menentukan pe- nilaian kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat melihat tingkat kinerja keuangan peru- sahaan dengan sudut pandang yang berbeda seperti: Tobin‘s Q yang lebih mengfokuskan pada penilaian nilai perusahaan yang tinggi se- hingga menunjukkan kemakmuran pemegang saham. 3. Economic Value Aded EVA karena dari per- hitungan kinerja keuangan menggunakan EVA investor dapat menganalisis investasi hasil perhitungan EVA dapat menggambarkan ting- kat pengembalian biaya modal. 158 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n ReFeRenSI Bangun, N. 2006. Analisis komponen good corporate governance terhadap manajemen laba den- gan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI. Fakultas Ekonomi. Tarumane- gara. BAPEPAM. 2004 Peraturan IX.1.5.2004 tentang Pembentukan dan Pedoman P e l a k s a n a Kerja Komite audit. http:www.bapepamlk.Depkeu.go.idoldhukumperaturanemiten.Diakses tanggal 14 Agustus 2011. Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann 2003.s Board zise Anlndependent Corporate Governance Mechanism. Dalam terjemahan http:www.wwz.unibaz.chcoipublica- tionspaper200306.03.pdf. Diakses Tanggal 23 Oktober 2011. Boediono, Gideon SB. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Bradbury, M. E., Mak.2004 “Board Characteristics, Audit Committee Characteristics and Ab- normal Accruals”, Working Paper, Unitec New Zealand dan National University of Singapore, Dalam terjemahan. Chamloa, Jean Bedard. 2000. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper. Universite Laval, Quebec City, Canada. http:papers.ssrn.com, Dalam terjemahan. Diakses tanggal 20 Oktober 2011. Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. 2006. Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. http:papers.ssrn.com, Dalam terjemahan. Diakses tanggal 24 November 2011. Dalton, C, Daily, D., 1999. “Board of directors leadership and structure: Control andperformance implications”, Entrepreneur ship theory and practice, Vol. 17, pp. 65-81. Dalam terjemahan. Daniri, Mas Ahmad, 2005. Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya di Indone- sia, Jakarta, Ray Indonesia. Darmadji, 2008 Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta: PT. Bursa Efek. Darmawati, Deni. 2003. “Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 5, No. 1, h. 47-68. Effendi, M. Arief, 2009, “Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan,” Jurnal Akuntansi Pemerintah, Volume 1, No. 1, Jakarta. FCGI. 2001 Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan. Jilid II, Edisi 2. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 159 Felo, Andrew 2003. Audit Committee Characteristics and the Perceived Quality of Financial Report- ing: An Empirical Analysis, http:papers.ssrn.com. Dalam terjemahan. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cet. IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hanafi, M. Mamduh. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua,Yogyakarta: UPP AMP YKPN Hal.76. Harahap, Sofyan Syafri 2003. Berbagai Fungsi Organ Pengawasan Dalam Konsep Good Corporate Governance. Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No.2,200, pp187-208. Isnanta, Rudi. 2008 Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan FE,Univ.Islam. Yogjakarta. Diakses 7 Oktober 2011. Janne Vaananen 2005. Corporate Governance: Mechnisms to Align Interest of Owners and Manager. Seminar in Business Strategy and International Business. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117M-MBU2002 tentang good corpo- rate governance. Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006. Pedoman Tentang Komisaris Independen. http: www.governance-indonesia.or.idmain.htm Diakses tanggal 14 Agustus 2011. Lukviarman, N. 2004. Ownership Structure and Firm Performance: The Case of Indonesia. DBA The- sis. Curtin University of Technology. Midiastuty dan Machfoedz 2003. Analisis Hubungan Mekanisme GCG dan Indikasi Manajemen Laba. SNA VI Surabaya: 176-196. Monks, Robert A.G, dan Minow, N. 2003, Corporate governance 3 rd Edition, Blackwell Publishing Dalam Terjemahan. Machfoedz, Mas’ud, Suranta, 2003. Analisis Struktur Kepemilikan, nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi. Simposioum Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober 2003. Ndaruningpuri, Wulandari 2005, Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Ter- hadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia, thesis, Program Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak Dipublikasikan. Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Ghalia Indonesia, Jakarta. Nurgiantoro .2004. Metode Penelitian Bisnis. Yogjakarta: BPFE OECD Principles of Corporate Governance,. 2004. Organisation for Economic Co-Operation and Develovment, www.iasplus.com. Diakses: 14 agustus 2011. Pradhono. 2004.Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas 160 Jurnal Visioner Strategis M u r h a b a n Operasi Terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham Studi pada Perusa- haan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek JakartaJurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 6 No November : 140-166. Pranata,Yudha. 2007.”Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuan- gan”, Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Islam In- donesia. Porter, M., 1999. “Capital Disadvantage: America’s Failing Capital Investment System”, Harvard Business Review, Vol. 70,pp. 65-82. Dalam terjemahan. Santoso, 2001 SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Gramedia, Jakarta. Sekaran, Uma. 2000. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesebelas, Alfabeta, Bandung. Sylvia, Veronica, dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusa- haan, dan Praktek Corporate Governance terhadap pengelolaan Laba Earning Management. Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal 15-16 September 2005. Tjager et al 2003. Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indone- sia. PT. Prenhallindo, Jakarta. Veronica, Sylvia NPS dan Yanivi S. Bachtiar.2004. Good Governance, Information Asymmetry, and Earning Management. Simposium Nasional Akuntansi 7, Denpasar-Bali, hal.57-69. Xie, Biao, Wallace N Davidson III, and Peter J. Dadalt. 2003. Earnings Management and Corpo- rate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee. Journal of Corporate Finance Volume 9 Juni: 295-316. Terjemahan. Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisarisdan Ke- beradaan Komite Audit Simposium Nasional AkuntansiVII, Denpasar-Bali, hal.963-974. Wilopo. 2004. The Analysis of Relationship of Independent Board of Directors,Audit Commit- tee, Corporate Governance: The Role of Companies with SmallBoard of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-211. Dalam terjemahan. Young, M., 2001. “Accounting Irregularities and Financial Fraud: A Corporate Governance Guide”, Harcourt, Inc. Dalam terjemahan. Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 161 Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity pada Perusahaan Jasa Transportasi di Bursa Efek Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh current ratio dan total asset turnover terhadap returrn on equity pada perusahaan jasa trans- portasi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan yang menjadi populasi seluruh perusahaan sektor konsumsi yang terdaf- tar di Bursa Efek Indonesia dan teknik penarikan sampel dilakukan dengan purposive sampling yang berjumlah 15 perusahaan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi dokumentasi. Variabel independen yang digunakan adalah current ratio dan total asset turnover, sementara variabel dependen adalah returrn on equity. Hasil penelitian menunjukkan current ratio dan total asset turnover mampu menjelaskan returrn on equity. Ke- mudian uji secara simultan menunjukkan bahwa current ratio dan total as- set turnover berpengaruh signiikan terhadap returrn on equity. Uji secara parsial bahwa current ratio dan total asset turnover berpengaruh signiikan terhadap returrn on equity. Keywords: Current ratio, total asset turnover, returrn on equity N a z i r Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 161-169 162 Jurnal Visioner Strategis N a z i r LATAR BELAKANG Perusahaan jasa transportasi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang mobilisa- si barang dan penumpang dan telah berkembang secara dinamis serta berperan di dalam pemban- gunan politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan. Pertumbuhan di sektor ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai per- anan penting dan strategis. Keberhasilan sektor ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam men- unjang serta mendorong peningkatan ekonomi na- sional. Dalam kerangka makro ekonomi, transpor- tasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaaan. Stabilitas politik termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang diindikasikan melalui berbagai indikator trans- portasi antara lain kapasitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas keterjangkauan, beban publik, dan utilisasi. Dalam mengoperasikan perusahaan dibutuh- kan aktiva lancar yang cukup agar perusahaan berada pada posisi yang liquid, perusahaan yang baik adalah perusahaan dalam keadaan liqiud. Liquiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajaban inansialnya pada saat jatuh tempo yaitu di bawah satu tahun. Posisi liquiditas salah satunya tercermin pada current ra- tio. Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin tinggi current ratio tersebut berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewa- jiban inansial jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga dan persediaan Atmaja, 2008:416. Current ratio yang tinggi menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibanding dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah li- kuiditasnya yang berlebihan. Current ratio yang tinggi tersebut baik dari sudut pandang kreditur, namun jika dilihat dari sudut pandang investor menjadi kurang baik karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya cur- rent ratio yang rendah relatif lebih riskan tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengope- rasikan aktiva lancar secara efektif Djarwanto, 2001:130. Current ratio yang mengakibatkan peruba- han jumlah aktiva lancar atau hutang lancar, baik masing-masing atau keduanya akan mengakibat- kan perubahan current ratio, yang berarti men- gakibatkan perubahan tingkat likuiditas. Nilai likuiditas yang terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap earning power karena adanya idle cash atau menunjukkan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan menurunkan kesempatan memperoleh keuntungan, Riyanto, 2001. Dengan demikian sangat dimungkinkan hubungan current ratio dengan return on equity adalah negatif. Semakin tinggi current ratio maka semakin rendah tingkat return on equity, perband- ingan terbalik antara proitabilitas dengan likuidi- tas, Van Horne dan Wachowicz, 1997. Namun hasil penelitian Aminatuzzahra 2010 menunjuk- kan bahwa current ratio berpengaruh signiikan terhadap return on equity. Kemudian hasil peneli- tian Orniati 2009 juga menunjukkan bahwa cur- rent ratio berpengaruh positif terhadap return on equity. Total assets turnover menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena penggunaan aktiva yang efektif dalam menghasilkan penjualan, sehingga dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan juga tinggi dan dengan demikian kinerja keuangan semakin baik. Semakin tinggi eisien penggu- naan asset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas Halim, 2007. Apabila total assets turnover meningkat maka return on equity akan naik, hal ini menunjukkan bahwa total assets turnover berpengaruh signiikan terhadap return on equity Aminatuzzahra, 2010. Selanjutnya penelitian santosa 2009 dan Kwandinata 2005 menunjukkan adanya pen- garuh positif total assets turnover terhadap return on equity, dimana perusahaan dalam pengelolaan asset perusahaan mampu menghasilkan kinerja perusahaan yang tinggi yang tercermin dalam pe- rubahan return on equity melalui perputarannya sehingga berdampak pada peningkatan tingkat kembalian return yang di dapat investor. Total assets turnover sendiri merupakan rasio antara Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 163 penjualan dengan total aktiva yang mengukur eisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bah- wa perusahaan beroperasi pada volume yang me- madai bagi kapasitas investasinya. TINJAUAN TEORITIS Current ratio diperoleh dengan menghitung total aktiva lancar dibagi dengan kewajiban jang- ka pendek. Rasio ini menujukkan kemampuan pe- rusahaan untuk membayar kewajiban jangka pen- deknya dengan menggunakan aktiva lancarnya Horne Wachowicz, 2007. Current ratio meru- pakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar disini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lan- car lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek me- luputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus di bayar Sutrisno, 2001:247. Current ratio digu- nakan untuk mengukur penyelesaian jangka pen- dek. Sejauh mana tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat dikonversi ke kas dalam jangka waktu yang kira- kira sama dengan jatuh tempo tagihan. Current yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya di bandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, Wes- ton dan Copeland, 1995. Sedangkan menurut Riyanto 2001 current ratio merupakan perband- ingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Selanjutnya Fahmi, 2011 berpendapat bahwa current ratio rasio lancar adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, ke- mampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Kemudian Hahardjapu- tra 2009 menyatakan bahwa current ratio adalah perbandingan antara current asset harta lancar dengan current liabilities utang lancar. Cur- rent ratio menunujukkan kemampuan suatu pe- rusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dalam satu periode tertentu. Kasmir 2011:110 mengemukakan bahwa ra- sio lancar current ratio , merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mem- bayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara kes- eluruhan, Lebih lanjut Kasmir merumuskan return on equity adalah aktiva lancar current assets dibagi dengan utang lancar current liabilities . Horne 2005:205 berpendapat bahwa current ra- tio merupakan rasio yang digunakan untuk men- gukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan mengguna- kan aktiva lancar yang dimilikinya. Return on equity ROE digunakan untuk mengukur kemam- puan perusahaan dengan membandingkan laba serta modal perusahaan Fahmi, 2012:65. Total asset turnover merupakan salah satu rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang beru- pa asset. Semakin tinggi rasio ini semakin eisien penggunaan asset dan semakin cepat pengem- balian dana dalam bentuk kas Halim, 2007. To- tal assets turnover sendiri merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur eisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bah- wa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. Sedangkan menurut Weston dan Brigham 1995, total as- set turnover merupakan rasio pongelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup un- tuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, pen- jualan harus ditingakatkan. Beberapa aktiva harus dijual, atau gabungan dari langkah-langkah terse- but harus dilakukan. Arthur et al 2008 menyatakan bahwa total asset turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva. Total assets turno- ver disebut juga dengan perputaran total aset. Ra- sio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif Fahmi, 2011. Kemudian Atmaja 2008 mengemukakan rumus dari total asset turnover adalah salespenjualandibagi dengan total assets. Total Assets Turnover merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efesiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. 164 Jurnal Visioner Strategis N a z i r Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bah- wa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. Rasio total asset turnover menunjukan efektiv- itas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggam- barkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perpu- tarannya lambat, menunjukan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan ke- mampuan untuk menjual Sawir, 2000:17. Rasio putaran aktiva assets turnover ratio mengukur efesiensi sebuah perusahaan dalam memakai ak- tivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini ditentukan dengan membagi penjulan bersih dengan aktiva rata-rata selama periode tertentu Simamora, 2003:227. Sedangkan pada penger- tian lainnya, total assets turnover merupakan uku- ran keseluruhan perputaran seluruh aset. Rasio ini cukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjua- lan Prihadi, 2011:127. Return on Equity Setiap perusahaan didirikan bertujuan untuk meraih keuntungan, kemampuan untuk meraih keuntungan tersebut salah satunya tercermin dari return on equity. Return on equity merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan un- tuk suatu periode waktu tertentu Sartono, 2001. Besarnya return on equity sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan return on equity. Sedang- kan return on equity merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri ekui- tas yang berasal dari seroran pemilik, laba tidak dibagi dan cadangan lain yang dimiliki oleh peru- sahaan Ang, 1997. Lebih lanjut Ang merumus- kan return on equity adalah perbandingan antara earnig after tax dengan total equity. K asmir 2011:114 menyatakan bahwa hasil pengembalian ekuitas return on equityROE atau rentabilitas modal sendiri, merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan eisiensi penggu- naan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini makin baik artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rasio ini menun- jukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila di- ukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus Harahap, 2008:304. Menurut Hanai dan Halim 2005:85 return on equity merupakan per- bandingan antara laba bersih sesudah pajak den- gan modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri re- turn on equity menunjukan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak net proit after taxes, yang tersedia bagi pemegang saham, dengan jum- lah modal pada perusahaan Sawir, 2003:3. Ross et al 2009:90 berpendapat bahwa re- turn on equity merupakan ukuran dari hasil yang diperoleh pemegang saham sepanjang tahun. Se- mentara Atmaja 2008:417 merumuskan return on equity adalah laba bersih sesudah pajak dibagi dengan penjualan. Kemudian Sartono 2001:124 mengemukakan bahwa return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang sa- ham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga makin be- sar. Selanjutnya Martono dan Harjito 2005:60 menyatakan bahwa return on equity ROE atau sering disebut rentabilitas modal sendiri dimak- sudkan untuk mengukur seberapa banyak keun- tungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Lebih lanjut Martono dan Harjito merumuskan return on equity adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total modal sendiri. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012 yaitu sebanyak 20 perusahaan. Adapun teknik sampling dilakukan dengan non probabilty sampling den- gan metode purposive sampling, yaitu memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian Kuncoro, 2003:119. Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 165 Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini se- banyak 15 perusahaan dengan pertimbangan ada- lah perusahaan jasa transportasi yang terdaftar se- belum periode penelitian di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan jasa transportasi yang telah mempub- likasikan laporan keuangan secara lengkap dan berturut-turut dari tahun 2009 – 2012 di Bursa Efek Indonesia. Adapun model analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh current ratio dan to- tal asset turnover terhadap return on equity adalah dengan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program software SPSS Statistical Pack- age For Social Science dengan persamaan seba- gai berikut: Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + e Dimana: Y = Return on Equity X1 = Current Ratio X2 = Total Asset Turnover ß0 = Intercept ß1..ß2 = Parameter Regresi e = Error Term HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover Terhadap Return on Equity Pada Perusahaan Jasa Transportasi di Bursa Efek Indonesia. Uji Normalitas Data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, vari- abel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk melihat normalitas residual dapat dilakukan dengan analisis graik normal prob- ability plot PP-Plot of regression standarized residual yang membandingkan distribusi komu- latif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual nor- mal, maka garis akan yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya Ghozali, 2012:161. Disamping itu juga dapat di- lakukan dengan uji statistik non parametrik yaitu Kolmogorov-Smirnov K-S. Dalam uji ini dika- takan residual terdistribusi normal apabila nilai signiikansi K-S lebih besar dari 0,05 Ghozali, 2012:164. Adapun hasil uji normalitas berdasar- kan analisis graik normal probability plot PP- Plot of regression standarized residual dapat di lihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1: Graik Probabiliy Plot Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Data diolah Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa data tersebar disekitar garis diagonal, den- gan demikian dapat disimpulkan residual terdistri- busi normal. Berdasarkan dari Tabel 1, hasil analisis nor- malitas secara. statistik non parametrik yaitu Kol- mogorov-Smirnov K-S. Dimana nilai Kolmogo- rov Smirnov Z diperoleh sebesar 1,088 dengan nilai Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0.189. Nilai signiikansi ini jauh lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai residual atau variabel peganggu model regresi terdistribusi secara normal. Hasil analisis statistik ini konsis- ten dengan hasil analisis graik normal probability plot di atas. Koeisien Korelasi dan Determinasi Koeisien korelasi berguna untuk melihat se- jauhmana hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis nilai 166 Jurnal Visioner Strategis N a z i r koeisien korelasi R diperoleh sebesar 0,829. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat variabel independen yang terdiri dari current ratio dan total asset turnover terhadap variabel dependen yaitu return on equity pada pe- rusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia sebesar 82,9. Kemudian koeisien determinasi R Square digunakan untuk mengukur sejauh- mana variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil analisis diperoleh nilai koeisien determinasi adalah sebesar 0,686. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel in- Tabel 1 Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual N 60 Normal Parametersa,b Mean .0531623 Std. Deviation 1.13749120 Most Extreme Differences Absolute .140 Positive .134 Negative -.140 Kolmogorov-Smirnov Z 1.088 Asymp. Sig. 2-tailed .189 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah Tabel 2. Koeisien Korelasi dan Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .829a .686 .675 .3464660383 a Predictors: Constant, total asset turnover, current ratio Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah Tabel 3 Hasil Pengujian Secara Simultan Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 14.979 2 7.490 62.394 .000a Residual 6.842 57 .120 Total 21.821 59 a Predictors: Constant, total asset turnover, current ratio b Dependent Variable: return on equity Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah Tabel 4 Hasil Pengujian Secara Parsial Model Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients t Sig. B Std. Error Beta Constant 1.331 198 6.707 .000 Current Ratio .375 .081 .357 4.641 .000 Total Asset Turn Over .831 .097 .661 8.600 .000 a Dependent Variable: return on equity Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah dependen yang terdiri dari current ratio dan total asset turnover terhadap variabel dependen yaitu return on equity pada perusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia sebesar 68,6, sedang- kan sisanya 31,4 dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari model penelitian ini. Pengujian Simultan Uji F Uji secara simultan Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpen- garuh secara simultan terhadap variabel depend- en secara statistik. Dari hasil pengujian secara Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 167 mendukung penelitian Aminatuzzahra 2010 dan penelitian Omiati 2009. Variabel total asset turnover X2 mempunyai nilai koeisien sebesar 0,831, yang berarti apabila meningkatkan total asset turnover maka akan naik retur on equity sebesar 83,1 dengan asumsi cete- ris paribus. Hasil penelitian ini menunjukkan ba- hwa meningkatnya total asset turnover maka akan naik retur on equity. Hasil ini konsisiten dengan penelitian Aminatuzzahra, 2010, santosa 2009, dan Kwandinata 2005. KESIMPULAN Current ratio dan total asset turnover dapat mempengaruhi return on equity pada perusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia. Semakin tinggi nilai current ratio maka semakin tinggi pula nilai return on equity, hal ini dikarenakan tinggin- nya nilai current ratio maka perusahaan dapat me- mutarkan dana jangka pendek untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal yang terlihat pada return on equity. Kemudian meningkatnya nilai total asset turnover maka akan meningkat pula nilai return on equity, karena semakin cepat per- putaran total aktiva maka semakin besar memper- oleh keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham yang tergambarkan pada return on equity. SARAN Return on equity perusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia antara lain dipengaruhi oleh current ratio dan total asset turnover. Untuk meningkatkan return on equity maka perusahaan mempertahankan current ratio yang dimilikinya, disamping itu juga perusahaan hendaknya men- ingkatkan total asset turnover dengan cara me- naikkan omzet penjualan, dengan demikian dapat meningkatkan keuntungannya yang tergambarkan pada return on equity. simultan sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 62,394 den- gan signiikansi alpha sebesar 0,000 pada taraf ke- percayaan 95. Sedangkan Ftabel sebesar 4,01. Maka Fhitung Ftabel dan nilai signiikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian menolak Ho, yang berarti current ratio dan total asset turnover secara simultan berpengaruh signiikan terhadap return on equity pada perusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia. Pengujian Secara Parsial Uji t Uji secara parsial Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen secara statis- tik. Dari hasil pengujian secara parsial pada Tabel 4, maka didapat persamaan regresi linear bergan- da sebagai berikut: Y = 1,331+ 0,375X1+ 0,831X2 Dari hasil uji parsial sebagaimana di tunjukkan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kedua variabel independen memiliki nilai t hitung t tabel dan signi- ikan pada taraf uji 95 dengan nilai signiikan α = 0,05, di mana ttabel diperoleh nilai 2,0025. Adapun current ratio mempunyai nilai thitung sebesar 4,641 dengan nilai signiikansi 0,000 dan total asset turnover mempunyai nilai thitung sebe- sar 8,600 dengan nilai signiikansi 0,000. Dengan demikian maka current ratio dan total asset tur- nover berpengaruh signiikan terhadap variabel dependen yaitu terhadap return on equity pada pe- rusahaan jasa transportasi di Bursa Efek Indonesia pada taraf kepercayaan 95. Variabel current ratio X1 mempunyai nilai koeisien sebesar 0,375, yang berarti apabila me- ningkatnya current ratio 100 maka akan naik retur on equity sebesar 37,5 dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini menunjukkan bahwa apabila meningkatnya current ratio maka dapat menaikkan retur on equity. Penelitian ini dapat 168 Jurnal Visioner Strategis N a z i r REFERENSI Aminatuzzahra. 2010. Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Proin Margin Terhadap Return on Equity, Skripsi Undip, Semarang Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market . Penerbit Mediasoft Indonesia, Jakarta Arthur, J. Keown, John, D. Martin. J. William Petty, David. F. Scott. JR. 2008. Manajemen Keuangan, Edisi Kesepuluh, Penerbit PT. Macanan Jaya Cemerlang,.Jakarta Atmaja, Lukas Setia .2008. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta Djarwanto .2001. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi 1. Penerbit BPFE-UGM. Yogyakarta. Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Alfabeta, Bandung ____________2012. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Alfabeta, Bandung Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20. Edisi 6. Cetakan Keenam. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor Hanai, Mamduh dan Halim, Abdul. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Unit Penerbitan dan Percetakan AMP – YKPN, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Penerbit PT RajaGraindo Per- sada, Jakarta Horne,Van James C. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Penerbit Erlangga, Jakarta Kwandinata, Kwan. Billy. 2005. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Net Proit Margin, Total As- sets Turnover dan Institutional Ownership Terhadap Return on Equity. Tesis Universitas Diponegoro Semarang. Martono dan Harjito, Agus. 2005. Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta Orniati, Yuli. 2009. Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun 14 Nomor 3 November 2009. Prihadi, Toto. 2011. Analisis Laporan Keuangan ”Teori dan Aplikasi”. Penerbit PPM Manajemen, Jakarta Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Equity ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 169 Raharjaputra, Hendra. S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Untuk Eksekutif Perusahaan, ce- takan pertama. Penerbit Salemba Empat, Jakarta Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat. Penerbit Badan Pener- bit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta Ross, Westerield, Jordan. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan “Corperate Finance Fundamentals. Penerbit Salemba Empat, Jakarta Santosa, Debora. Setiati. 2009. Analisis Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio Terhadap ROE. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, Penerbit BPFE, Yog- yakarta Sawir, Agnes. 2000. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta _____________ 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan keuangan Perusahaan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Simamora, Henry. 2003. Akuntansi ”Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”. Edisi II. . Penerbit UPP AMP YKPN. Jakarta Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama Cetakan Kedua. Penerbit Ekonisia,Yogyakarta Van Horne, James C John M. Wachowicz Jr .1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Weston, J. Fred dan Thomas, E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan Edisi Rivisi, Edisi Kesembi- lan. Penerbit Erlangga, Jakarta Weston, J. Fred. dan Eugene, F. Brigham. 1995. Manajemen Keuangan. Penerbit Erlangga, Jakarta 170 Jurnal Visioner Strategis N a z i r Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 171 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe The purpose of the study to determine whether there is inluence between organizational culture to performance of employees at the Department of Population and Civil Registration Lhokseumawe. The data results showed that organizational culture affects the performance of employees on duty Population and Civil Registration Lhokseumawe. This research was con- ducted using the survey method of data collection. This study collected data directly by handing out questionnaires to the side to responde. Questionnaire in this study contains a list of questions based on the variables studied. The method of sample selection in this study performed using census, because the population is very little that the entire population sampled as many as 50. Based on the results of this study concluded that organizational culture affects the performance of employees at the Department of Population and Civil Registration Lhokseumawe. Keywords: organizational culture, performance N u r m a l a Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 171-177 172 Jurnal Visioner Strategis N u r m a la LATAR BELAKANG Mengapa budaya organisasi penting, karena merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili norma- norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi. Budaya yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi menjadi kuat dan mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan jalan- nya organisasi atau perusahaan tentunya diwarnai oleh perilaku individu yang merasa berkepentin- gan dalam kelompoknya masing-masing. Perilaku individu yang berada dalam organisasi atau peru- sahaan tentunya sangat mempengaruhi organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini akibat adanya kemampuan individu yang berbeda-beda dalam menghadapi tugas atau ak- tivitasnya. Setiap manusia atau seseorang selalu mempertimbangkan perilakunya terhadap segala apa yang diinginkan agar dapat tercapai tanpa menimbulkan konlik baik secara individu mau- pun kelompok, sehingga kinerja dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan dan member- dayakan karyawan akan mempengaruhi kinerja karyawan. Penilaian atas pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan pegawai atau sering disebut se- bagai penilaian kinerja atau penilaian prestasi juga mutlak dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana keberhasilan pelatihan dan pemberian mo- tivasi kepada pegawai tersebut sistem penilaian kinerja pegawai ini merupakan hasil kerja pega- wai dalam lingkup tanggung jawabnya yang ten- tunya mengacu pada suatu sistem formal dan ter- struktur yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, mengendalikan per- ilaku pegawai, termasuk tingkat ketidakhadiran, hasil kerja, membuat keputusan yang berkaitan dengan kenaikan gaji, pemberian bonus, promosi dan penempatan pegawai pada posisi yang sesuai. Bertolak dari pemikiran bahwa kinerja pegawai mutlak harus diupayakan agar tetap tinggi dan terus ditingkatkan, maka diperlukan upaya-upaya untuk membangkitkan motivasi yang positif, membangun budaya organisasi yang lebih baik yang dapat menciptakan suasana kerja yang lebih kondusif sangat perlu untuk dilakukan. Hasil pengamat penulis pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhok- seumawe bahwa penerapan budaya kerja pada dinas tersebut tidak begitu optimal, hal ini ditan- dai dengan masih ada pegawai yang belum disip- lin dalam mentaati peraturan kerja seperti datang terlambat dari jam yang di tentukan dan pulang lebih awal dari jam yang telah di tentukan, dis- amping itu sikap pegawai yang tidak memegang teguh amanah dalam melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya sebagai pegawai. Tindakan- tindakan seperti tersebut di atas akan berdampak negatif pada kinerja pegawai dan juga kurangnya pelayanan kepada masyarakat. TINJAUAN TEORITIS Budaya Organisasi Pengertian budaya organisasi banyak diung- kapkan oleh para ilmuwan yang merupakan ahli dalam ilmu budaya organisasi, namun masih sedikit kesepahaman tentang arti konsep budaya organisasi atau bagaimana budaya organisasi harus diobservasi dan diukur Brahmasari,2004. Lebih lanjut Brahmasari mengemukakan bahwa hal tersebut dikarenakan oleh kurangnya kesepa- haman tentang formulasi teori tentang budaya or- ganisasi, gambarannya dan kemungkinan hubun- gan dengan dampak kerja. Ndraha 2003 dalam Brahmasari 2004 mengemukakan bahwa budaya perusahaan corporate culture merupakan aplika- si dari budaya organisasi organizational culture terhadap badan usaha atau perusahaan. Kedua is- tilah ini sering dipergunakan untuk maksud yang sama secara bergantian. Glaser et al 1987 dalam Koesmono 2005 mengemukakan bahwa budaya organisasional sering kali digambarkan dalam arti yang dimiliki bersama. Pola - pola dari keper- cayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan mitos- mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai perekat yang menyatukan or- ganisasi. Hostede 1986 dalam Kosmono 2005 mengemukakan bahwa budaya dapat dideinisikan sebagai berbagai interaksi dari cirri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-kelompok orang dalam lingkungannya. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 173 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi Budaya organisasi terbentuk dari berbagai un- sur yang mempengaruhinya unsur-unsur tersebut bisa berasal dari dalam atau internal lingkungan kerja itu sendiri namun juga tidak menutup ke- mungkinan unsur tersebut berasal dari luar ling- kungan kerja dalam suatu organisasi, salah satu unsur yang paling berbengaruh dalam pemben- tukan budaya organisasi adalah regulasi atau atu- ran yang di berlakukan oleh pemerintah, karena bagaimanapun setiap organisasi atau badan usaha harus mengikuti aturan-aturan yang telah di tetap- kan oleh pemerintah, hal inilah yang kemudian secara lebih luas akan mencerminkan budaya or- ganisasi dari suatu negara. Menurut Assagaf 2012, menyebutkan ada dua faktor utama yang menentukan kekuatan bu- daya organisasi yaitu: 1. Kebersamaan adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai nilai-nilai inti yang dianut secara bersama. Derajat kebersamaan dipengaruhi oleh unsur orientasi dan imbalan. Orientasi dimaksudkan pembinaan kepada anggota-anggota organisasi khususnya ang- gota baru maupun melalui program-program latihan. Melalui program orientasi, anggota- anggota baru organisasi diberi nilai-nilai bu- daya yang perlu dianut secara bersama oleh anggota-anggota organisasi. Di samping ori- entasi kebersamaan, juga dipengaruhi oleh imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan promosi, hadiah-hadiah, tindakan-tindakan lainnya yang membantu memperkuat komit- men nilai-nilai inti budaya kerja.

2. Intensitas adalah derajat komitmen dari ang-

gota-anggota perusahaan kepada nilai-nilai inti budaya kerja. Derajat intensitas bisa meru- pakan suatu hasil dari struktur imbalan. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan perlu mem- perhatikan dan mentaati struktur imbalan yang diberikan kepada anggota-anggota perusahaan guna menanamkan nilai-nilai budaya organ- isasi. Selanjutnya pendapat yang dikemukakan oleh Hasibuan 2002 tentang faktor-faktor yang mem- berikan pengaruh terhadap budayaorganisasi ter- diri dari:

1. Komitmen, kesetian karyawan terhadap

pekerjaan maupun kesetiaan terhadap institus- inya dapat di aktualisasikan dalam bentuk: a. komitmen dalam mencapai visi misi dan tujuan organisasi. b. komitmen dalam melaksanakan peker- jaan sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam organisasi. c. komitmen dalam mengembangkan keber- samaan tim kerja secara efektif dan eisien. d. komitmen untuk berdedikasi pada organ- isasi secara kritis dan rasional

2. Kedisiplinan pegawai dalam melaksanakan

dan mematuhi praturan-praturan yang telah ditetapkan sebagai acuan tindakan dalam ber- organisasi.

3. Kreativitas, kemampuan karyawan dalam

mengembangkan kreativitas dan mengeluar- kan potensi yang dimiliki dalam menyelesai- kan pekerjaannya sehingga bekerja lebih ber- daya guna dan berhasil guna.

4. Kerja sama diukur dari kesediaan karyawan

dalam berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lain sehingga tercipta interaksi antar karyawan yang harmonis. Pengertian Kinerja Secara etimologi, kinerja berasal dari kata pr- estasi kerja performance.Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang yaitu hasil kerja secara kuali- tas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pega- wai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja in- dividu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok Mangkunegara, 2005. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja kuali- tas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pega- wai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Man- gkunegara, 2005. Kinerja karyawan merupakan 174 Jurnal Visioner Strategis N u r m a la suatu ukuran yang dapat digunakan untuk men- etapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organ- isasi Gibson et al. 1996. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari seluruh rangkaian target atau capaian yang telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan, walaupun kinerja hanya memberikan dua jawaban yang pasti atas target yang telah di tetapkan, yaitu kinerja yang baik dan kinerja yang buruk, namun yang perlu di fahami bahwa kinerja adalah rang- kaian dari proses panjang dan sangat rumit dalam satu kegiatan organisasi maupun perusahaan, hasil akhir dari kinerja dapat disimpulkan sebagai aku- mulasi dari proses panjang tersebut, terlepas dari rumitnya proses yang dilalui dalam membangun kinerja ada beberapa faktor yang memberikan kontribusi pada proses terbentuknya kinerja. Ki- nerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja in- dividu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja work effort dan dukungan organisasi Mangkunegara, 2007. Selanjutnya menurut Robert dan Jackson 2001, mengutarakan faktor-faktor yang mem- pengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1. Kemampuan mereka 2. Motivasi, 3. Dukungan yang diterima 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dalam pengumpulan data. Peneli- tian ini mengumpulkan data-data secara langsung dengan membagi-bagikan kuisioner untuk disisi kepada responde. Kuisioner dalam penelitian ini berisi daftar pertanyaan berdasarkan variabel yang diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah pega- wai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Dalam riset metode ilmiah seharusnya meng- gunakan banyak sampel untuk meningkatkan va- liditas eksternalnya. Dengan memperhatikan hal tersebut maka dalam riset ini peneliti mengguna- kan responden pegawai pada Dinas Kependudu- kan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe dengan begitu diharapkan dapat meningkatlkan validitas eksternal dari penelitian dan dapat di- generalisasi pada waktu yang berbeda dan pada banyak tempat. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ampling jenuh sensus, karena jumlah populasi sangat sedikit se- hingga seluruh populasi dijadikan sampel seban- yak 50 . Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel Sugiyono, 2008. Variabel independen dalam penelitian ini ada- lah Budaya Organisasi, sedangkan variabel de- penden adalah kinerja pegawai. Deinisi Operasional Varibel Deinisi oprasional variabel masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Budaya Organisasi X adalah sistem pe- nyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan men- garahkan perilaku anggota-anggotanya. 2. Kinerja Pegawai Y merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas Untuk pengujian normalitas data dalam penel- itian ini dideteksi melalui graik yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Dari hasil pengujian normalitas seperti terlihat pada pada Gambar 1, dapat disimpulkan bahwa data digunakan menunjukkan indikasi normal. Santoso 2000 menyatakan bahwa, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 175 arah garis diagonal, maka model regresi tidak me- menuhi asumsi-asumsi normalitas. Dependent Variable: Kinerja Pegawai Observed Cum Prob 1.00 .75 .50 .25 0.00 E xp e ct e d C u m P ro b 1.00 .75 .50 .25 0.00 Gambar 1. Uji Normalitas P-P Plot Sumber: Hasil pengolahan SPSS Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil regresi dari data primer yang diolah dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagaimana Tabel 1, dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Y = 15,942 + 0,473X Dari nilai formulasi diatas dapat diketahui konstanta sebesar 15,942 yang merupakan nilai tetap yang tidak dipengaruhi oleh Budaya or- ganisasi, artinya jika tidak ada budaya organisasi maka kinerja pegawai pada dinas Kependudkan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe sebesar 15,942 . Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Koeisien X sebesar 0,473 artinya jika budaya organisasi ditingkatkan 100 maka kinerja pega- wai meningkat sebesar 47,3. Berdasarkan Tabel 2, koeisien korelasi R diperoleh nilai sebesar 0,366 atau 36,6; yang bera bahwa rendahnya hubungan korelasi antara budaya organisasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Sedangkan koeisien de- terminasi R 2 sebesar 0, 134 atau 13,4; artinya perubahan-perubahan pada kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan variabel bu- daya organisasi sebesar 13,4. Sedangkan sele- bihnya 86,6 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Pembahasan Berdasarkan hasil uji statistic seperti ditujuk- kan dalam tabel 3 diperoleh nilai hitung pada vari- able diperoleh t hitung sebesar 2,722 yang diperoleh dari hasil output SPSS dan t tabel sebesar 1,677 diperoleh dengan melihat tabel t statistik df = 50-2=48. Hasil menunjukkan bahwa t hitung t tabel yaitu 2,722 1,677 dengan tingkat signiikansi 0,009. Berdasarkan hasil perhitungan di atas se- hingga disimpulkan terima Ha tolak Ho artinya, budaya organisasi berpengaruh secara parsial ter- hadap kinerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Tabel 1 Coeficient a B Unstandardized Coeficients Standardized Coef- icients Std. Error Beta 1 Constant 15.942 2.848 Budaya organisasi .473 .174 .366 a Dependent Variabel: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil pengolahan SPSS Tabel 2 Hasil Uji Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .366a .134 .116 2.785 a Predictors: Constant, Budaya Organisasi b Dependent Variabel: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 176 Jurnal Visioner Strategis N u r m a la KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpul- kan bahwa hasil pembuktian hipotesis diperoleh t hitung sebesar 2,722 dan t tabel sebesar 1,677. Hasil menunjukkan bahwa t hitung t tabel yaitu 2,722 1,677 dengan tingkat signiikansi 0,009. Berdas- arkan hasil perhitungan di atas sehingga disim- pulkan terima Ha tolak Ho dalam artinya budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. SARAN Variabel-variabel lain yang belum muncul pada penelitian ini hendaknya dapat ditindaklan- juti menjadi pertimbangan untuk melakukan pe- nelitian yang lebih mendalam. Tabel 3 Hasil Uji-t Model t Sig. 1 Constant 5.598 .000 Budaya Kerja 2.722 .009 a Dependent Variable: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kependudukan ... Volume 2, Nomor 2, September 2013 177 REFERENSI Arikunto, Suharsimi, 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. ______, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta Assagaf, Yusran. 2012. Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Keputusan Men- pan no 25 Kep M.Pan 4 2002 tentang Pedoman PengembanganBudaya Kerja Aparatur Negara. Jakarta:Kantor Menpan. Brahmasari. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta, Graha Ilmu Donnely, Ivancevich Gibson 1997. Organisasi. Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga 1997 http:id.wikipedia. orgwikiBudaya. Diakses 20 Agustus 2012 David, Drennan 1994 .Faktor Yang Mempengaruhi Budaya kerja.Harian Republika, 27 Juli 1994:8 . http:id.wikipedia.orgwikibudaya . Diakses 21 Agustus 2012. Gibson, 1995, ”Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. Terjemahan, Jakarta: Penerbit Erlangga. Gleser, Susan R, Zamanou, Sonia and Hacker Kenneth. 1987. Measuring and Interpreting Organiza- tional Culture Management Communication Quartely , Vol. 1. No.2 pp 173-178. Hofstede G and Bornd MH. 1984. Hofstede Culture Dimension: An Independent Validation Using Rokeach Value Survey. Journal Of Cross Cultiral Psychology. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ______, 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. PT Reika Aditama: Bandung. Nugraha, Prima sinaga. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi Sumatera Utara . Skripsi. Tidak diplubikasikan. Universi- tas Sumatra Utara. Medan Sugiono. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan kesembilan. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung. 178 Jurnal Visioner Strategis N u r m a la Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 179 Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia This study aimed to examine the effect of exchange rate and inlation on stock market prices in Indonesia. The hypothesis is that the exchange rates and inlation negatively affect the stock market in Indonesia. Data collected by observation methode that use monthly data from January 2010-December 2012. Variable is proxied by stock market Stock Price Index CSPI. The analytical method used is multiple linear regression analysis. The study con- cluded that the exchange rate and inlation variables and signiicant negative effect on the stock price index. Keywords: Exchange rate, inlation, stock market R i s t a t i Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 179-186 180 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i LATAR BELAKANG Perkembangan pasar modal suatu negara tidak lepas dari perkembangan perekonomian ne- gara tersebut. Pertumbuhan ekonomi tinggi dan kondisi bisnis yang baik diharapkan dapat men - ingkatkan harga saham. Selain dari pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga dan inlasi mempengaruhi kinerja pasar modal yang tercermin dari indek harga saham gabungan. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana selain perbankan, dan juga salah satu tempat investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana. Para pemodal dapat melakukan investasi tidak hanya pada aktiva riil real assets tetapi juga inancial assets seperti in- vestasi saham, obligasi, dan sertiikat reksa dana Efni, 2009. Untuk berinvestasi di pasar saham membutuh- kan sejumlah informasi untuk membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan. Pasar saham yang eisien merupakan cerminan semua informasi yang relevan terhadap harga sekuritas saham. Informasi pasar saham mengungkapkan melalui perubahan harga dengan cepat Stiglitz, 1985. Kondisi makroekonomi merupakan salah satu informasi yang relevan bagi investor untuk menentukan apakah akan menginvestasikan dan- anya ke pasar saham atau tidak. Hal ini disebab- kan kondisi pasar saham berkaitan erat dengan kondisi ekonomi. Di saat kondisi ekonomi sedang bertumbuh, maka pasar saham akan bullish, na - mun pada saat kondisi ekonomi terpuruk, maka pasar saham akan bearish. Stabilitas pasar saham mempunyai peranan sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Pasar saham adalah titik perte- muan antara penawaran dengan permintaan su - rat berharga, dimana individu yang mempunyai kelebihan dana surplus funds berinvestasi pada perusahaan entities yang kekurangan dana. Dalam teori portofolio ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan surat berharga seperti kekayaan, suku bunga, kurs, dan tingkat inlasi, sedangkan penawaran surat berharga dipengaruhi oleh proitabilitas perusahaan, inlasi yang dihara- pkan dan aktivitas pemerintah Miskhin, 2008. Inlasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa yang mempunyai pengaruh luas demikian juga terhadap harga saham di pasar modal. Den- gan inlasi maka akan terjadi naik turunnya harga saham. Bagi investor saham, laju inlasi menjadi pertimbangan dalam menyusun portofolio den- gan harapan menghasilkan riel return tertinggi. Real return merupakan return investasi yang ter- sisa setelah komisi, pajak, inlasi dan semua biaya lain. Selama inlasi moderat, pasar saham mem- berikan peluang terbaik kalau dibandingkan den- gan instrument pendapatan tetap dan pasar uang Cahyono, 2011. Pergerakan nilai tukar dan inlasi yang diikuti oleh pergerakan suku bunga sebagai pengendali permintaan dan penawaran uang beredar mau - pun sebagai pengontrol inlasi maka suku bunga dapat digunakan sebagai alat mediasi nilai tukar dan inlasi untuk melihat dampaknya terhadap harga saham. Naik turunnya harga saham yang dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dan inlasi dapat mempengaruhi pengembalian dan tingkat keuntungan, nilai tukar dan inlasi yang wajar akan mendorong pergerakan iklim investasi yang secara langsung mampu mengangkat perekono- mian negara secara makro, karena para investor baik dari dalam maupun luar negeri tertarik un- tuk menanamkan modalnya di dalam negeri yang tentu memberikan keuntungan bagi para investor itu sendiri dan juga negara. Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu Negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan bahwa perekonomian ne - gara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar pereko- nomian negara tersebut dapat berjalan dengan lan- car dan membentuk suatu tren pertumbuhan. Hasil studi yang dilakukan Moradoglu, et al, 2000 me- nyimpulkan bahwa faktor makroekonomi memi- liki hubungan erat dengan perilaku harga saham. Temuan Saadah dan Panjaitan 2006 menemukan hasil yang berbeda yaitu tidak ada interaksi dina- mis yang signiikan antara harga saham dan nilai tukar. Studi Maryanne 2010 mendukung temuan Saadah dan Panjaitan, yang menyatakan bahwa faktor nilai tukar rupiah dan inlasi tidak berpen- garuh terhadap harga saham. Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 181 Berdasarkan ulasan dan hasil studi di atas, maka dalam penelitian ini, saya akan mereplikasi- kan kembali beberapa studi yang sudah dilaku- kan. Apakah temuan ini akan mendukung studi yang menyatakan bahwa faktor makroekonomi berpengaruh terhadap harga saham atau malah se- baliknya bahwa tidak ada pengaruh antara faktor makroekonomi dengan harga saham. TINJAUAN TEORITIS Makroekonomi sebuah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Yang menjelaskan menge- nai perubahan ekonomi dan berdampak kepada masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Makroe- konomi sebuah indicator yang dijadikan investor untuk menafsirkan dan menganalisis guna un- tuk pengambilan keputusan investasi. Indikator ekonomi dapat digunakan untuk memprediksi tren keuangan atau ekonomi di masa depan. Indikator makroekonomi adalah adalah tingkat inlasi, suku bunga bank Indonesia, dan Kurs Mougoue, 1996; Gupta, 2000; dan Moradoglu, et al, 2000. Kurs merupakan nilai tukar mata uang antara satu Negara dengan Negara lain. Harga sebuah mata uang dari suatu Negara yang diukur atau din - yatakan dalam mata uang Negara lain Krugman dan Maurice, 2003. Nopirin 1996 menyebutkan kurs adalah perbandingan antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapatkan perband - ingan nilaiharga antara kedua mata uang tersebut. Kurs atau nilai tukar mata uang juga dapat didein- isikan sebagai harga satu unit mata uang domestik dalam satuan valuta asing. Melemahnya nilai tukar domestik terhadap mata uang asing seperti Ru- piah terhadap US Dollar memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar ekuitas karena pasar ekuitas menjadi tidak punya daya tarik Kurs dis- ebut juga sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnnya Salvatore, 2008. Sedang- kan bukti empiris yang dilakukan Ibrahim 2000 menemukan hubungan positif yang lemah antara perbedaan return saham domestik dikurangi luar negeri dengan perubahan dalam nilai tukar. Inlasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inlasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya. elain itu tingkat inlasi yang tinggi menunjukkan bahwa resiko investasi cukup besar sebab inlasi yang tinggi akan mengurangi ting- kat pengembalian rate of return dari investor Nurdin, 1999. Widjojo dalam Almilia, 2003 yang menyatakan bahwa makin tinggi inlasi akan semakin menurunkan tingkat proitabilitas peru- sahaan. Turunnya proit perusahaan adalah infor- masi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Pasar saham berperilaku seperti semua pasar lainnya dalam suatu ekonomi yang kom- petitif. Harga pasar saham ditentukan oleh paso- kan saham dari penjual dan permintaan saham dari pembeli. Pada dasarnya, aturan penawaran dan permintaan bekerja di sini. Jika lebih banyak orang ingin membeli saham permintaan dari orang-orang yang ingin menjual supply, maka harga bergerak naik. Sebaliknya, jika lebih banyak orang ingin menjual saham daripada membelinya, akan ada pasokan lebih besar daripada permintaan, dan harga akan jatuh. Ketika kinerja harga saham yang besar, semua orang ingin membeli masuk ini membuat sisi permintaan lebih besar di pasar, dan menyebabkan harga lebih tinggi. Sebaliknya, jika permintaan kurang dari suplai, maka penurunan harga ini http:bisnisdaninvestasi.com. Harga saham dapat juga dipengaruhi suatu kondisi diluar kinerja perusahaan yang dinama- kan risiko pasar. Baik berupa tingkat suku bunga SBI yang berdampak pada naik turunnya bunga deposito yang menjadi efek pengalihan dana oleh investor keluar saham. Hal ini akan membawa dampak turunnya harga saham tersebut. Selain tingkat suku bunga faktor inlasi yang tinggi juga memungkinkan berpengaruh terhadap harga suatu saham. Inlasi akan menurunkan daya beli dan penurunan nilai asset perusahaan Permana dan Sularto, 2008. Sementara Moradoglu, et al. 2000, berpen- dapat bahwa perilaku harga saham telah banyak dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan vari- abel makro ekonomi. Penelitian Moradoglu ini mendukung temuan Chen et al. 1986, Geske and Roll 1983, dan Fama 1981. Sedangkan Ajayi dan Mougoue 1996 juga menggunakan vari- 182 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i abel makroekonomi nilai tukar dan harga saham. Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dengan menggunakan bivariate error correction model . Hasil penelitian mereka menunjukkan hubungan yang signiikan antara nilai tukar dan harga saham pasar modal dan pasar uang. Hipotesis Permana dan Sularto 2008 menyatakan bah- wa tingkat bunga SBI, dan tingkat inlasi memiliki pengaruh negatif dan signiikan terhadap harga sa- ham. Sedangkan penelitian yang dilakukan Rika 2001 menyisimpulkan bahwa arah pergerakan return saham agribisnis sulit untuk diperkirakan mengingat dari analisis sensitivitas return saham agribisnis terhadap kedua faktor yaitu SBI dan tingkat inlasi menunjukkan pengaruh yang ber- lawanan, karena kenaikan SBI akan memberikan sentimen positif terhadap return saham agribisnis sementara tingkat inlasi justru memberikan sen- timen negatif Selain itu juga dapat disimpulkan walaupun model APT yang dibentuk hanya mam- pu mejelaskan 27.8 dari variasi return saham ag- ribisnis, namun dari analisis regresi menunjukkan return saham agribisnis dipengaruhi oleh: faktor indeks Nikkei berpengaruh positif, indeks kom - posit Thailand berpengaruh positif, suku bunga SBI berpengaruh positif, faktor pergantian pemer- intah berpengaruh positif dan tingkat inlasi ber- pengaruh negatif. Fatah 2009 menguji variabel makroekonomi Indonesia, indeks harga saham di luar negeri, dan suku bunga terhadap pergerakan indeks harga sa - ham gabungan IHSG, serta melihat hubungan keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek. Hasil studinya menyimpulkan bahwa pengendali- an nilai tukar sebagai salah satu instrumen moneter dan pergerakan indeks harga saham di luar negeri memiliki dampak jangka panjang dan jangka pen- dek terhadap harga-harga saham di pasar modal indonesia. Penelitian Fata mendukung hasil studi yang dilakukan Fama dan French 1981 yang meneliti kaitan antara return saham dengan ting- kat suku bunga, inlasi dan pertumbuhan ekonomi, hanya menemukan pengaruh negatif inlasi terha- dap harga saham dan tidak menemukan pengaruh suku bunga dan pertumbuhan ekonomi terhadap harga saham. Jadi berdasarkan beberapa hasil studi empiris di atas, maka penelitian ini dihipotesiskan sebagai berikut: H 1 : Kurs berpengaruh negatif terhadap harga sa- ham di Bursa Efek Indonesia. H 2 : Inlasi berpengaruh negatif terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan dalam bentuk time series periode Januari 2010-Desember 2012. Data diperoleh dari Bank Indonesia www.bi.go.id, Badan Pusat Statistik www.bps.go.id dan Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Pengukuran Variabel Indek Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam sua- tu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya berapapun porsinya jumlahnya dari suatu perusahaan yang menerbit- kan kertas saham tersebut. Harga saham yang di- gunakan dalam penelitian ini adalah Indek Harga Saham Gabungan IHSG. Kurs merupakan ertukaran uang dari nilai mata uang yang berbeda. Pasar Valuta Asing ini menyediakan pasar sarana isik maupun dalam pasar kelembagaan untuk melakukan perdagan- gan mata uang asing, menentukan nilai tukar mata uang asing, dan menerapkan managemen mata uang asing. Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan nilai mata uang Indonesia RP dengan mata uang Amerika Dollar Inlasi merupakan kenaikan tingkat harga ba- rang dan jasa secara umum dan terus menerus se - lama waktu tertentu. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi liniear berganda mul- tiple regression analysis dengan formulasi seba- gai berikut: Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 183 IHSG = α + β 1 Kurs + β 2 Inlasi 3 + e PEMBAHASAN Uji asumsi klasik digunakan adalah Uji multi- kolinearitas, Uji ini bertujuan ada tidaknya korela- si antar variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas yang didasarkan pada analisis korelasi variabel- variabel independen disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Uji Multikolinearitas Variabel IHSG Kurs Kurs -0,5291 - Inlasi -0,1415 0,0335 Berdasarkan hasil Tabel 1 terlihat bahwa ke- seluruhan variabel independen memiliki korelasi relatif lebih rendah dengan nilai korelasi di bawah 0,8. Ini membuktikan bahwa model tersebut tidak terindikasi masalah multikolinier. Sebuah model memiliki masalah multikolinieritas, jika korelasi antar variabel independen melebihi 0,8 Gujarati, 2003. Hasil persamaan regresi yang digunakan dalam mengestimasikan kurs dan inlai terhadap indeks harga saham adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Estimasi Regresi Variabel Koeisien Constant 10247,52 562,832 17,31495 Kurs -0,55843 0,05858 -9,06246 Inlasi -2,26642 43,3354 -0,04974 R Squared 0,786 Adj, Squared 0,779 F-Statistik 117,205 Prop F-Statistik 0,0000 Keterangan: p1, p5 dan p10 Persamaan regresi pada Table 2 diperoleh nilai koeisien kurs dan inlasi berslope negatif. Slope negatif ini dapat diinterpretasikan bahwa jika setiap penurunan nilai variabel kurs dan inlasi, maka indek harga saham akan mengalami pening- katan, begitu juga sebaliknya. Nilai adjusted R- squared sebesar 0,779. Ini bermakna bahwa nilai indeks harga saham dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam penelitian ini kurs dan inlasi adalah sebesar 77,9, sisanya 22,1 dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel independen yang digunakan seperti pertumbuhan ekonomi, politik, dan kebijakan pemerintah lainnnya. Dari hasil estimasi regresi tabel 2 diperoleh bahwa variabel kurs juga berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham. Ini menandakan bahwa hipotesis H 1 dalam penelitian ini da- pat diterima. Temuan ini juga mendukung studi yang dilakukan Gupta, 2000 dan Moradoglu, et al, 2000, Permana dan Sularto 2008 dan Fatah 2009 yang menyatakan bahwa kurs ber- pengaruh negatif terhadap hargareturn saham. Kurs merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Dengan melakukan investasi dalam bentuk valas investor dapat memperoleh keuntungan dari ter- jadinya kenaikan kurs. Apabila nilai mata uang rupiah mengalami depresiasi maka investor cend- erung akan mengalihkan’investasinya ke dalam valas. Apabila investor saham banyak yang mel- akukan tindakan seperti itu maka dapat berpen - garuh pada turunnya lHSG di pasar modal. Variabel inlasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ini membuktikan bahwa hipotesis penelitian ini H 2 yang menyatakan variabel in- lasi berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham dapat diterima. Hasil studi ini juga meno- lak studi empiris yang dilakukan Saadah dan Pan- jaitan 2006 dan Maryanne 2010 yang menya- takan bahwa inlasi berpengaruh positif terhadap harga saham. Tetapi penelitian ini justru men- dukung studi yang dilakukan Gupta, 2000 dan Moradoglu, et al, 2000, Permana dan Sularto 2008 dan Fatah 2009. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi inlasi akan semakin menurunkan tingkat proitabilitas perusahaan. Turunnya proit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut Wid- jojo dalam Almilia, 2003. Disisi lain inlasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang purchasing power of money. Disamping itu, inlasi yang tinggi juga bias men- gurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh 184 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inlasi suatu Negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil Supar- moko dan Maria, 2000. KESIMPULAN Hasil analisis regresi linier berganda menun- jukkan bahwa variabel kurs berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham. Meskipun varibel inlasi juga signiikan. Jika kondisi kedua variabel tersebt mulai menunjukkan peningkatan sebai- knya investor menjual saham karena hasil peneli- tian ini memprediksikan bahwa harga saham akan turun apabila terjadi kurs dan inlasi mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika kurs dan inlasi menunjukkan penurunan, maka investor tidak perlu menjual saham karena harga saham akan mengalami peningkatan. Penelitian ini membatasi dalam penggunaan variabel kurs dan inlasi, hendaknya jika ada pe- neliti yang ingin menindaklanjuti penelitian ini dapat menambahkan variabel lain seperti pertum- buhan ekonomi, kondisi politik, dan lain-lain. Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia Volume 2, Nomor 2, September 2013 185 REFERENSI Ajayi, R. A, dan Mougoue, M, 1996, On The Dynamic Relation Between Stock Prices and Exchange Rate, Journal of Finance Research, Vol. 19, hal.193-207 Almilia, Luciana Spica, 2003, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi inancial distress Suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi, ke-VI. Cahyono, Jaka Eko, 2011, Archive for the ‘Ekonomi Makro dan Indikatornya’ Category, http:jecahy- ono.wordpress.comcategorytutorialekonomi-makro-dan-indikatornya, Diakses 1 Agustus 2012 Chen, Naifu, 1986, Economic Forces and the Stock Market, The Journal of Business, Vol. 59 Dornbusch, Rudiger, dan Fischer, Stanley, 1992, Makroekonomi, Edisi Keempat, Jakarta: PT. Erlangga Efni, Yulia, 2009, Pengaruh Suku Bunga Deposito, SBI, Kurs dan Inlasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate dan Property di BEI, Jurnal Ekonomi, Vol. 17. No. 1. Fama, E. F dan French, K. R, 1981, The Cross-Section of Expected Stock Returns, Journal of Finance Vol. 47 hal. 527-466 Fama, E, 1981, Stock Returns, Real Activity, Inlation, and Monetery, American Economics Review, Vol. 71. Fatah, Toto Abdul, 2009, Pengaruh Variabel Makroekonomi Indonesia Dan Indeks Harga Saham Di Luar Negeri Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Ihsg Di Bursa Efek Indonesia, Master Tesis, Institut Teknologi Surabaya Geske, R. dan Roll, R, 1983, The Monetery and Fiscal Lingkage Stock Returns and Inlation, The Journal if Finance. Vol. 38. Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometrics, 4 th Edition, Mc Graw Hall Gupta, Jyoti P., Alain Chevalier dan Fran Sayekt. 2000. The Causality Between Interest Rate, Exchange Rate and Stock Price in Emerging Market: The Case Of The Jakarta Stock Exchange, Working Paper Series, EFMA, Athens Ibrahim, Mansor, 2000, Cointegration and Granger Causality Test of Interaction in Malaysia, Asian Economics Bulletin, Vol. 17. Hal. 36-47 Jatiningsih, Oksiana dan Musdholifah, 2007, Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol. 5, No. 1 Krugman, Paul, R dan Maurice, Obsfeld, 2003, International Economics Theory and Policy, 6 th Edition, USA: Addison Wesley Mishkin, Frederic S, 2008, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Jakarta,Salemba Empat 186 Jurnal Visioner Strategis R i s t a t i Moradoglu, G., Fatma Taskin, dan Like Bigan, 2000, Causality Bertween Stock Returns and Macro- economics Variabels in Emerging Markets, Russian and East European Finance and Trade, Vol. 36, hal. 35-53 Nopirin 1996 Ekonomi Moneter, Yogyakarta; BPFE Nurdin, Djayadi, 1999, Resiko Investasi Pada Saham Proprerti di Bursa Efek Jakarta, Usahawan, No.3, hal.17-23. Permana, Yogi dan Lana Sularto, 2008, Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga SBI dan Tingkat Inlasi terhadap Pergerakan Harga Saham. Jurnal Ekonomi Bisnis, No.2 Vol 13 Permana, Yogi, dan Sularto, Lana, 2008, Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga SBI Dan Tingkat Inlasi Terhadap Pergerakan Harga Saham, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 13, No. 2, hal. 103-111. Rika, Azmi, 2001, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Agribisnis Di Bej Menggunakan Model Arbitrange Princing Theory, Masters Thesis, Institut Pertanian Bogor. Sa’adah dan Yunia Panjaitan. 2006, Interaksi Dinamis Antara Harga Saham dengan Nilai Tukar Ru- piah Terhadap Dollar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Salvatore, Dominick, 2008, Theory and Problem of Micro Economic Theory, 3 rd Edition, Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul, Jakarta: PT. Erlangga Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha, dan Kurniasari, Widuri, 2003, Indikator-indikator Pasar Saham dan Pasar Uang yan Saling Berkaitan ditinjau dari Pasar Saham sedang Bullish dan Bearish, Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol 3. No. 3 Stiglitz, JE, 1985, Credit Markets and the Control of Capital, Journal of Money, Credit and Banking, Vol 17, No. 2, Diakses 01 Agustus 2012, http:www.jstor.orgdiscover10.23071992329?uid=3738 224uid=2uid=4sid=21100954540043 Tandelin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogayakarta : BPFE. http:www.bi.go.id http:www.bi.go.idwebidMoneterBI+RatePenjelasan+BI+Rate http:www.bi.go.idwebidMoneter2Inlation+TargetingPengenalan+Inlasi http:www.bisnisdaninvestasi.com http:www.bps.go.id http:www.idx.co.id http:www.kursvalutaasing.com Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara Volume 2, Nomor 2, September 2013 187 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara The purpose of this study is to determine the effect of leadership style on employee performance. The model used in this study is the multiple linear regression analysis using the tools of SPSS 20. The test results obtained simultaneously while the value of 42 012 F count F tabel at a signiicant level α = 5 is equal to 2,741. This shows that the calculation is based on statistical tests F count ≥ F tabel , with a probability level of 0.005. Thus the results of this calculation can be taken a decision that the hypothesis can be accepted and the null hypothesis is rejected, it means that the factor of leadership style, style laiser faire, and democratic signiicant effect on the performance of em- ployees in the national unity of the district. The results partially, t value for the variable autocratic style of ≥ 2,678 t 1,994 tables that accept and reject Hi Ho means that independent variables are factors laiser faire partially signiicant effect on employee performance. Fair laiser variable t for t ≥ 2,183 1,994 tables that accept and reject Hi Ho Variable democratic means independent variable t for t ≤ 4,935 1,994 tables that accept and reject Ho Hi means the independent variable is the democratic factor . The most dominant variable values to the effects of leadership style on employee performance Keywords: Leadership, autocratic style, democratic style, laiser faire style R u s y d i Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 2, September 2013 ISSN: 2338-2864 p. 187-198 188 Jurnal Visioner Strategis R u s y d i LATAR BELAKANG Manajemen dan kepemimpinan merupakan hal yang menjadi fokus bagi keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Kedua istilah ini pada prinsipnya tidak dapat dipisahkan satu den- gan yang lainnya, dalam suatu sistem organisasi. Tetapi istilah manajemen sering diartikan sebagai proses pencapaian tujuan organisasi melalui keg- iatan orang lain. Implikasi dari pengertian seder- hana ini adalah penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Keterlibatan sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan pada prinsipnya mempunyai akibat yang lebih jauh dan kompleks dalam pemanfaatannya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Untuk itu diperlukan kreativi- tas, yaitu senantiasa mencari cara-cara, peluang- peluang dan terobosan-terobosan baru, karena daya saing ditentukan oleh kreativitas disamp- ing produktivitas. Dengan kreativitas ini dalam pembangunan sumber daya manusia, maka upaya mengembangkan perlu menjadi pemikiran semua pihak yang terkait dalam dunia usaha khususnya jasa telekomunikasi di Indonesia. Usaha ini tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, sebab kepemimpinan hanya bisa berlangsung jika ada yang dipimpin dan jika terjadi interaksi yang postif diantara mereka. Menurut Hersey and Blancahard Syafar, 2003:23 kepemimpinan adalah proses mempen- garuhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pada suatu situasi tert- entu. Salah satu faktor yang dapat digunakan un- tuk meningkatkan kinerja karyawan adalah Gaya kepemimpinan, komunikasi dan motivasi kerja Putu Sunarcaya, 2008. Berkenaan dengan kepemimpinan, serta ke- mampuan pencapaian kinerja karyawan dan tu- juan organisasi maka penelitian ini bermaksud mengkaji perilaku kepemimpinan yang dikemu- kakan oleh Siagian, 1999:75 yang terdiri dari gaya kepemimpinan Otokratik, kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan kharismatik, kepem- impinan Laissez faire, dan kepemimpinan yang demokratik. Menurut Robbins 2006 kepemimpinan mer- upakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Kar- tini 1994 menyatakan bahwa fungsi kepemimpi- nan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, atau memberi motivasi kerja, dan membuat jaringan komunikasi dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Se- hingga setiap pimpinan akan memperlihatkan gaya kepemimpinannya lewat ucapan, sikap ting- kah lakunya yang dirasa oleh dirinya sendiri mau- pun orang lain. Gaya kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan motivasi seseorang untuk ber- prestasi. Sukses tidaknya karyawan dalam prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasannya Regina, 2010. Kinerja karyawan dianggap penting bagi or- ganisasi karena keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja itu sendiri. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Man- gkunegara 2005 menyebutkan, faktor yang mem- pengaruhi kinerja adalah kemampuan ability dan faktor motivasi. Setiap organisasi maupun perusa- haan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berbagai cara ditempuh untuk meningkatkan kinerja karyawan misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, pemberian kompensasi dan motivasi serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Berdasarkan latar belakang masalah maka, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah gaya kepemimpinan otokratik, laissez faire dan demokratik secara simultan mem- punyai pengaruh yang signiikan terhadap ki- nerja karyawan pada SKPK Aceh Utara 2. Gaya kepemimpinan manakah yang mempu- nyai pengaruh dominan terhadap kinerja kar- yawan pada SKPK Aceh Utara TINJAUAN TEORITIS Kepemimpinan dapat diartikan yaitu Proses yang digunakan oleh seseorang untuk mempen- garuhi anggota kelompok kearah pencapaian tu- juan-tujuan kelompok atau organisasi Greenberg Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara Volume 2, Nomor 2, September 2013 189 Baron, 1995 dalam Marwansyah,1999. Atau kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok ke arah penca- paian tujuan Robbin,1993. Sejarah perkembangan teori kepemimpinan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, membuatnya semakin meluas dan kompleks. Ke- pemimpinan adalah fenomena yang kompleks, ka- rena ia merupakan gejala kemanusiaan yang uni- versal. Juga kepemimpinan merupakan salah satu masalah yang paling banyak diminati dan paling sedikit difahami gejalanya di dunia ini. Syafar : 2003 : 24. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang un- tuk mempengaruhi perilaku orang lain. Kekua- saan berkaitan erat dengan lepemimpinan. Kekua- saan digunakan oleh para pemimpin sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Robbins menyebutkan tiga perbedaan antara kepemimpi- nan dan kekuasan 1993. Perbedaan pertama ber- kaitan dengan keselarasan tujuan goal compatibi- lity . Kekuasaan tidak memerlukan kesela-rasan tujuan, melainkan ketergantungan depedency. Kepemimpinan, disisi lain, memerlukan sejumlah keselarasan antara tujuan pemimpin da orang- orang yang dipimpin Para peneliti yang menggu- nakan pendekatan perilaku behavior approach memusatkan perhatian pada dua aspek perilaku kepemimpinan, nyakni fungsi-fungsi kepemimpi- nan dan gaya kepemimpinan. Fungsi kepemimpi- nan adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tugas task-related activities dan pemeliharaan kelompok group-maintenance activities, yang harus dijalankan oleh pemimpin atau orang lain, agar kelompok dapat bekerja secara efektif Ston- er at.al ,1995 Gaya kepemimpinan adalah ber- bagai pola perilaku yang sering digunakan oleh pemimpin pada saat ia mengarahkan dan mem- pengaruhi orang lain Stoner at.al, 1995 Sebagian besar penelitian tentang kepemimpi- nan menekankan pada gaya style Marwansyah 1999. Dalam hal kepemimpinan, teori gaya kepemimpinan meski belum terdapat kesepaka- tan bulat tentang gaya kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, lima gaya kepemimpinan diakui keberadaanya yang dikemukakan oleh, Siagian, 1999:76 yaitu: gaya yang otokratik, gaya paternalistik, gaya kharismatik, gaya yang laissez faire dan gaya yang demokratik. Dalam pencapaian tujuan organisasi, yang ber- orientasi pada kinerja karyawan maka peran gaya kepemimpinan yang diterapkan memiliki kontri- busi yang sangat besar. Seorang pemimpin harus memiliki beberapa referensi tentang kepemipinan Berkenaan dengan kepemimpinan, serta ke- mampuan pencapaian kinerja karyawan dan tu- juan organisasi maka penelitian ini bermaksud mengkaji perilaku kepemimpinan yang dikemu- kakan oleh Siagian : 1999 : 75 yang terdiri dari gaya kepemimpinan Otokratik, kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan kharismatik, kepem- impinan Laissez faire, dan kepemimpinan yang demokratik, dan didukung oleh Pandji Anoraga 2000 yang menyatakan bahwa ada tiga tipe Kepemimpinan a tipe otokratis, b tipe demokra- tis dan c laiser faire. Keberhasilan seorang pemimpin menurut te- ori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organ- isasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan terten- tu menurut Sondang P. Siagian 1994:129 adalah 1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; 2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; 3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; 4. Norma yang dianut kelompok; 5. Rentang kendali; 6. Ancaman dari luar organisasi; 7. Tingkat stress; 8. Iklim yang terdapat dalam organisasi. Gaya biasanya dikaitkan dengan perilaku sese- orang dalam mendekati atau melaksanakan sesua- tu. Pengambilan keputusan tidak terlepas dari gaya dan sifat seorang pemimpin yang sifatnya tidak tetap ixed. Pemimpin memberikan motivasi dan kesempatan kepada bawahannya untuk ber- partisipasi dalam merumuskan dan menetapkan sasaran, didukung oleh situasi yang mendukung untuk mempengaruhi pelaksanaan dalam menca- pai sasaran yang telah ditetapkan Dalam kepem- impinan pendidikan cara bekerjanya harus dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk ikut serta mengerjakan sesuatu 190 Jurnal Visioner Strategis R u s y d i yang berguna bagi lembaganya. Dalam manaje- men dewasa ini dikenal lima tipe kepemimpinan, yaitu; otokratik, paternalistik, kharismatik, laissez ire, dan demokratis. Masing-masing tipe ini me- miliki karakteristik tersendiri yang membedakan satu tipe dengan satu tipe yang lain sebagaimana akan dijelaskan berikut ini.

a. Tipe Otokratik

Dalam pembahasan ini, kepemimpinan otokra- tik adalah seorang pemimpin yang egois dan ego- isme tersebut sangat besar dan akan mendorong seorang pemimpin untuk memutarbalikkan fakta yang sebenarnya, sesuai dengan subjektiitas in- dividu pemimpin. Tipe kepemimpinan ini meru- pakan tipe kepemimpinan yang memaksakan atau sangat mendesakkan kekuasaannya kepada bawa- han. Suatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai suatu yang tidak baik, dengan demikian akan disingkirkan, bila perlu dengan tindakankekerasan. Dalam organ- isasi tetap diperlukan pemimpin yang memiliki gaya otoriter untuk menggerakkan anggota atau bawahan yang kurang atau tidak tanggung jawab terhadap pekerjaan maupun tugas, selain itu un- tuk menyegarkan suasana yang lebih disiplin dan berorientasi kepada amanat yang diterima.

b. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik banyak terda- pat dilingkungan masyarakat yang masih bersi- fat tradisional, umumnya di masyarakat agraris. Popularitas pemimpin tipe ini disebabkan oleh be- berapa factor seperti; kuatnya ikatan primordial, extended family system, kehidupan organisasi yang komunalistik, pengaruh adapt istiadat yang kuat, serta adanya kemungkinan hubungan pribadi antara seorang anggota dengan anggota organisasi yang lain.

c. Tipe Kharismatik

Tipe pemimpin ini mampu menguasai pengi- kutnya karena mereka diliputi kepercayaan yang luar biasa sekali terhadap pemimpinnya, dan pem- impin dirasa mempunyai daya tarik yang sangat tinggi. Pemimpin tipe ini dianggap mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa diluar kemam- puan orang-orang biasa. Mengenai tipe kharis- matis ini belum ditemukan sebab-sebab seorang pemimpin mempunyai kharisma. Kepemimpinan kharismatis adalah suatu kepemimpinan yang didasarkan pada kepercayaan loyalitas. Kharis- matis berarti penumpahan ampun, kepatuhan dan kesetiaan para pengikut timbul dari kepercayaan yang penuh pada pemimpin yang dicintai, dihor- mati, bukan karena adanya benar tidaknya alasan dan tindakan pemimpin.

d. Tipe Laissez Faire

Tipe ini dapat dideinisikan bahwa persepsi seorang pemimpin adalah berkisar pada pandan- gannya tentang umumnya suatu organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena ang- gota organisasi terdiri dari orang-orang yang su- dah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organsisasi. Singkatnya pemimpin tipe ini seolah-olah menjadi polisi lalu lintas; pemimpin hanya sebagai pengawas jalannya organisasi den- gan anggapan bahwa bawahannya sudah mampu menginterpretasikan buah pikirannya yang men- jadi tujuan organisasi dan dapat menjalankan aturan main yang berlaku. Tipe pemimpin sep- erti ini tidak banyak turun tangan dan campur tangan. Pemimpin membiarkan anak buahnya bertindak sesuka hatinya. Anak buah boleh berkarya, boleh memakai apa saja, asal tidak mengganggu hak orang lain dan umum. Pada kepemimpian semacam ini pemimpin berkeyaki- nan bahwa perannya hanyalah mendampingi dan melayani apabila diperlukan. Pemimpin Laissez Faire dalam memimpin lembaga dan para bawa- hannya biasanya bersikap permisimistis dalam arti para anggota lembaga boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan menganggap guru atau anggotanya sudah dewasa dan sudah matang dalam menjalankan kinerjanya agar tujuan lemba- ganya tercapai.

e. Tipe Demokratik

Pemimpin yang mempunyai gaya demokra- tis sadar bahwa dia mengatur manusia-manusia. Manusia-manusia pada dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama, sehingga pemimpin tetap berusaha menghormati dan memperhitungkan pendapat serta saran orang lain. Pemimpin yang demokratis tidak selalu merupakan pemimpin yang paling efektif dalam suatu organisasi karena ada kalanya dalam hal bertindak dan mengambil keputusan bisa terjadi keterlambatan sebagai kon- Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada SKPK Aceh Utara Volume 2, Nomor 2, September 2013 191 sekuensi keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Tetapi dengan berbagai kelemahannya pemimpin yang demokratis tetap dipandang sebagai pemimpin terbaik karena kel- ebihankelebihannya mengalahkan kekurangan- kekuranganya. Pemimpin demokratis dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakun- ya dalam kehidupan organisasi, perilakunya men- dorong bawahan menimbulkan dan mengembang- kan daya inovasi dan kreativitasnya. Kinerja merupakan prestasi kerja, yakni per- bandingan antara hasil kerja dengan standar kerja yang ditetapkan Dessler, 1997 Dengan demikian kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya. Menu- rut Siagian 2003 Kinerja adalah konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karya berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan. Kinerja merupakan perilaku manusia dalam suatu organisasi yang memenuhi standar perilaku yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Mangkunegara 2005 Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan. Gib- son et al. 1997 Menyatakan kinerja adalah ca- tatan terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau aktivitas tertentu dalam periode waktu tertentu. Beberapa faktor yang berperan dalam kinerja an- tara lain adanya efektivitas keseimbangan antara pekerja dan lingkungan yang berada di dekatnya yang meliputi individu, sumber daya, kejelasan kerja dan umpan balik. Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat proit oriented dan non proit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu ,Fahmi 2011. Secara lebih tegas Armstrong dan Baron mengatakan ki- nerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubngan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi Armstrong dan Baron ,1998:15 dan lebih jauh Indra Bastian menyatakan bahwa keni- erja adalah gambaran mengenai tingkat penca- paian pelaksanaan suatu kegiatan program ke- bijaksanaan dalam mewujudkan sasaran.tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam peru- musan skema strategis strategic planning suatu organisasi. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis melakukan pe- nelitian pada SKPK Aceh Utara yang berlokasi di sekretariat daerah Kabupaten Aceh Utara, objek penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada dinas tersebut. Sampel menurut Supomo 2002:130, meru- pakan bagian yang berguna bagi tujuan penelitian populasi dan aspek-aspeknya. Sampel adalah ba- gian dari populasi yang diambil untuk diteliti. Me- tode pengamilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling yaitu siapa saja yang secara kebetulaninsidental bertemu dengan peneliti da- pat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Teknik Pengumpulan Data Penulis memperoleh data dengan berbagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini di- Gaya Kepemimpinan X Gaya Otokratis x1 Gaya Laiser Faire X2 Gaya Demokratis X3 Kinerja Karyawan Y Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Model Pengujian Regresi dan Korelasi Berganda M. Aqbal Hasan: 1999: 20 192 Jurnal Visioner Strategis R u s y d i lakukan secara acak metode yang dipilih adalah : 1. Kuesioner, yaitu dengan cara melakukan pen- gumpulan data yang disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan kepada responden terkaiat dengan pelayanan yang diterima se- hingga responden dapat memberikan jawaban atas pertanyaan secara tertulis. 2. Wawancara Interview yaitu kegiatan wawan- carai sumber informasi, dalam hal ini adalah konsumen masyarakat yang menjadi sasaran pelayanan. Sumber Data 1. Data Primer, Menurut Umar 2000:130, data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber pertama baik dari individu atau per- seorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer dalam pe- nelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner kepada karyawan. 2. Data Sekunder, Menurut Umar 2000:130, data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Skala Pengukuran Data Penelitian ini menggunakan skala Likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya ter- hadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Un- tuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel-variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 1 sampai 5 ting- kat Likert yang memungkinkan konsumen da- pat menjawab pertanyaan dari setiap butir yang didalamnya menguraikan lima dimensi kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan konsumen den- gan bentuk penilaian sebagai berikut : Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas ini diperoleh dengan cara meng- korelasi setiap skor indikator dengan total skor in- dikator variabel, kemudian hasil korelasi diband- ingkan dengan nilai kritis pada taraf siginiikan 0,05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan se- jauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Menurut Sugiyono 2005:138, cara yang digu- nakan adalah dengan analisa Item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan dikore- lasikan dengan total nilai seluruh butir pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Syarat minimum untuk dianggap valid adalah nilai r hitung dari nilai r tabel . Uji reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik Arikunto 2002:154. Untuk mengeta- hui kuesioner tersebut sudah reliabel akan dilaku- kan pengujian reliabilitas kuesioner dengan ban- tuan komputer program SPSS. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data berdasarkan pada masalah, tujuan dan penelitian serta memperhati- kan sifat-sifat data yang dikumpulkan maka ana- lisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis linear regresi berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji signii- kasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji f dan uji t. Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e i Dimana : Y = kinerja karyawan variabel terikat X 1 = Gaya Otokratik X 2 = Gaya Laissez Faire X 3 = Gaya Demokratis b 1 , b 2 , b 3 = Koeisien regresi a = Konstanta e i = Error Term HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Pada Tabel 1 terlihat karakteristik jenis kel- amin responden dapat diketahui bahwa untuk frekuensi jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama, laki-laki berjumlah 36 orang 50,7 dan perempuan berjumlah 35 orang 49,3.