karbon dioksida tertekan selama tidur REM, sehingga tidak terdapat peningkatan volume tidal saat tekanan parsial karbon dioksida meningkat. Termoregulasi
terganggu selama tidur REM Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010. Periode REM terjadi kira-kira setiap 90 sampai 100 menit selama
semalam. Periode REM pertama cenderung menjadi periode paling singkat, biasanya berlangsung kurang dari 10 menit; periode REM selanjutnya masing-
masing biasanya berlangsung selama 15 sampai dengan 40 menit. Sebagian besar periode tidur REM terjadi pada sepertiga bagian terakhir dari malam, sedangkan
sebagian besar tidur stadium 4 terjadi pada sepertiga bagian pertama malam Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010.
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50 dari waktu total tidur. Periode neonatal
ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentase total tidur REM berkurang sampai
40 hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada
dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM 75 yaitu stadium 1: 5; stadium 2 : 45; stadium 3 : 12; stadium 4 : 13; dan REM; 25
Japardi,2002. Distribusi tersebut relatif tetap sampai usia lanjut, walaupun terjadi penurunan tidur gelombang lambat dan tidur REM pada usia lanjut
Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010.
2.1.4. Regulasi Tidur
Nukleus pada batang otak dan hipotalamus penting selama transisi siklus bangun-tidur. Perangsangan pada formasio retikularis midbrain dan hypotalamus
posterior menghasilkan keadaan bangun, sementara untuk menghasilkan tidur diperlukan perangsangan pada hipotalamus anterior dan daerah di sekitar basal
forebrain. Nukleus pada batang otak ini merupakan bagian dari sistem aktivasi retikular Barrett dkk, 2010.
Keadaan jaga atau bangun juga sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS Ascending Reticulary Activity System. Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang
Universitas Sumatera Utara
tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas
neurotransmiter seperti serotonin, norepinefrin, asetilkolin, histamin, dan dopamin Japardi, 2002.
2.1.5. Irama Sirkardian
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola
dunia disebut sebagai irama sirkadian. Irama sirkardian adalah siklus perilaku atau fisiologis harian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral
anterior hypothalamus Japardi, 2002; King, 2007. Pola siklus tidur dan bangun irama sirkardian, adalah bangun sepanjang
hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk
melalui mata dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra-chiasmatic NSC. NSC akan mengeluarkan neurotransmiter yang
mempengaruhi pengeluaran berbagai hormon pengatur temperatur badan, kortisol, growth hormone, dan lain-lain yang memegang peranan untuk bangun dan tidur
Rahayu, 2006. NSC berkerja seperti jam, meregulasi segala kegiatan bangun dan tidur.
Jika pagi hari cahaya terang masuk, NSC segera mengeluarkan hormon yang menstimulasi peningkatan temperatur badan, kortisol, dan growth hormone
sehingga orang terbangun. Jika malam tiba, NSC merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang mengantuk dan tidur Rahayu, 2006.
Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh glandula pineal suatu bagian kecil di otak tengah. Saat hari mulai gelap, melatonin dikeluarkan dalam
darah dan akan mempengaruhi terjadinya relaksasi serta penurunan temperatur badan dan kortisol. Kadar melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9
malam, terus meningkat sepanjang malam dan menghilang pada jam 9 pagi Rahayu, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan suhu tubuh bergantung pada pengaruh sistem sirkadian. Suhu tubuh seseorang lebih tinggi di siang hari daripada di malam hari. Pada malam
hari ada penurunan bertahap dalam suhu tubuh, penurunan produksi panas dan peningkatan kehilangan panas, semua yang menginduksikan onset tidur dan
pemeliharaan, kegiatan maupun EEG gelombang lambat. Sebaliknya, ada peningkatan bertahap dalam suhu tubuh beberapa jam sebelum bangun. Otak
mengirimkan sinyal ke bagian lain dari tubuh yang meningkatkan produksi panas dan konservasi untuk mengganggu tidur dan menginduksikan bangun Colten dan
Altevogt, 2006.
2.1.6. Kebutuhan Tidur